MAKANAN PADA INSTALASI GIZI RSUD dr. SOEROTO NGAWI PADA TAHUN 2019
Disusun oleh :
PALUPI WAHYUNING FAJAR
P27833216030
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN MAGETAN Jln. Tripandita No. 06 Telp. (0351) 895315 Magetan Tahun 2019 ANALISIS PENERAPAN PRINSIP PENGOLAHAN HIGIENE SANITASI MAKANAN PADA INSTALASI GIZI RSUD dr. SOEROTO NGAWI PADA TAHUN 2019 Palupi Wahyuning Fajar, H. Djoko Windu P Irawan, H. Trimawan HW
Petugas pengolah makanan paling berpotensial membawa penyakit yang ditularkan
melalui makanan. Penyakit tersebut ditularkan melalui bakteri-bakteri yang ada di dalam makanan, yang dikenal dengan istilah food borne diseases. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat higiene petugas pengolah makanan, agar penyakit yang ditularkan melalui makanan dapat dikurangi. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan pendekatan deskritptif. Populasi penelitian adalah seluruh prinsip pengolahan higiene sanitasi makanan. Metode yang digunakan adalah observasi untuk mengamati kondisi lingkungan di dapur pengolahan makanan. Variabel pengolahan makanan meliputi; Pengolah makanan, tempat pengolahan, proses pengolahan, higiene peralatan dan bahan makanan. Higiene pengolahan makanan di bagian gizi yang meliputi higiene pengolah makanan, cara pengolahan makanan dan peralatan masak, berkategori tidak memenuhi syarat. Sedangkan Tempat pengolahan makanan dan bahan makanan memenuhi syarat. Kesimpulannya adalah, higiene pengolahan makanan di Instalasi Gizi RSUD dr. Soeroto Ngawi belum diselenggarakan dengan baik secara keseluruhan.
Kata Kunci : Higiene, RSUD
PENDAHULUAN tersebut terganggu makanan yang Indonesia telah melakukan dihasilkan akan menimbulkan gangguan pembangunan berwawasan kesehatan kesehatan dan penyakit bahkan keracunan untuk mewujudkan pencapaian tujuan dan makanan. target Millenium Development Goals Menurut Fatmawati, dkk. (2013), (MDGs) dengan membuat Rencana Jangka salah satu prinsip dasar penyelenggaraan Panjang Bidang Kesehatan (RJP-K) 2005- makanan institusi adalah penyelenggaraan 2025 (Depkes RI, 2009). Rencana tersebut makanan yang menerapkan higiene dan telah diwujudkan sebagai visi Indonesia sanitasi sesuai ketentuan yang berlaku. Sehat 2025. Dalam rancangan RJP-K Salah satu faktor yang mendukung prinsip Indonesia 2005-2025 salah satu indikator higiene dan sanitasi penyelenggaraan pencapaian misi pembangunan Indonesia makanan adalah faktor kebersihan sehat 2025 adalah tersedianya makanan dan penjamah makanan atau higiene minuman yang aman, bermutu serta dengan perorangan. Higiene perorangan pengawasan yang baik. Upaya dalam merupakan perilaku bersih, aman dan sehat meningkatkan ketersediaan tersebut, penjamah makanan untuk mencegah dilakukan dengan upaya peningkatan terjadinya kontaminasi pada makanan manajemen, pengembangan serta mulai dari persiapan bahan makanan penggunaan teknologi di bidang sediaan sampai penyajian makanan. farmasi, alat kesehatan dan makanan Sanitasi makanan sangat penting minuman. Oleh karenanya, dalam terutama di tempat-tempat umum yang erat pencapaian Indonesia sehat 2025, kegiatan kaitannya dengan pelayanan orang banyak. penyelenggaraan makanan dan minuman Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang aman dan bermutu menjadi suatu hal umum yang memberikan pelayanan yang penting untuk diperhatikan (Damanik, kesehatan masyarakat dengan inti kegiatan 2012). berupa pelayanan medis yang Untuk mewujudkan tujuan diselenggarakan melalui pendekatan Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) preventif, kuratif, rehabilitatif dan misi Pembangunan Kesehatan, yaitu: promotif. Untuk menunjang pelayanan menggerakkan pembangunan nasional medis bagi pasien yang diselenggarakan berwawasan kesehatan; mendorong rumah sakit, perlu adanya pengolahan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; makanan yang baik dan memenuhi syarat memelihara dan meningkatkan upaya higiene sanitasi makanan yang kegiatannya kesehatan yang bermutu, merata, dan berada di Instalasi Gizi (Instalasi Nutrisi) terjangkau; meningkatkan dan Rumah Sakit. Untuk mendapatkan mendayagunakan sumber daya kesehatan makanan yang bermanfaat dan tidak (Depkes, 2009). membahayakan bagi yang memakannya Makanan adalah salah satu perlu adanya suatu usaha penyehatan kebutuhan dasar manusia dan merupakan makanan dan minuman, yaitu upaya hak asasi setiap orang untuk pengendalian faktor yang memungkinkan keberlangsungan hidupnya. Makanan terjadinya kontaminasi yang akan adalah unsur terpenting dalam menentukan mempengaruhi pertumbuhan kuman dan derajat kesehatan seseorang, dan memenuhi bertambahnya bahan aditif pada makanan kebutuhan hidup, tetapi makanan juga dan minuman yang berasal dari proses dapat menjadi sumber penularan penyakit pengolahan makanan dan minuman yang (Priyanto, 2008). Makanan yang disajikan di rumah sakit agar tidak menjadi dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki mata rantai penularan penyakit dan nilai gizi yang optimal seperti vitamin, gangguan kesehatan (Djoko, 2016). mineral, hidrat arang, lemak dan lainnya. Penerapan higiene pengolahan Makanan harus murni dan utuh dalam arti makanan yang tidak baik, bisa berdampak tidak mengandung bahan pencemar serta negatif, misalnya kasus keracunan makanan harus higiene. Bila salah satu faktor yang terus meningkat dari tahun-ketahun, misalnya tahun 2004 telah terjadi 53 kasus Jumlah Komponen 5 100% keracunan makanan yang menelan ± 2000 3. Penjamah Makanan orang, dengan meninggal sedikitnya 15 Dari 16 orang penjamah makanan orang (POM,2004). Dari kasus ini perlu setelah diobservasi perilaku sehat suatu tindakan untuk mencegahnya, yaitu mereka hasilnya adalah : dengan melaksanakan higiene sanitasi yang Tabel IV.8 baik pada dapur pengolahan makanan, Distribusi Frekuensi Perilaku Penjamah dengan adanya pelaksanaan higiene yang Makanan Berdasarkan Kriteria baik akan meningjatkan pelayanan Kriteria No Jumlah Persentase dan produktivitas kerja, maka dengan Perilaku segala kemampuan penulis tertarik untuk Memenuhi 1. 7 43,75% meneliti higiene pengolahan makanan pada Syarat usaha penyelenggaraan makanan di bagian Tidak Instalasi Gizi RSUD dr. Soeroto Ngawi 2. Memenuhi 9 56,25% Syarat 16 100% METODE 4. Tempat Pengolahan Makanan Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian Dari 12 macam kondisi tempat yang dilakukan dengan tujuan utama untuk pengolahan makanan, setelah dilakukan membuat gambaran atau deskripsi tentang observasi hasilnya adalah : suatu keadaan secara objektif. Tabel IV.10 Distribusi Frekuensi Tempat Pengolahan HASIL Makanan berdasarkan Komponen Faktor 1. Peralatan Masak Fisik Dari lima macam kondisi peralatan masak, setelah dilakukan observasi Komponen No Jumlah Persentase Faktor Fisik hasilnya adalah : Memenuhi Tabel IV.4 1. 8 66,67% Syarat Distribusi Frekuensi Peralatan Masak Berdasarkan Komponen Kondisi Peralatan Tidak Kondisi 2. Memenuhi 4 33,33% No Jumlah Persentase Syarat Peralatan Memenuhi Jumlah Komponen 12 100% 1. 2 40% Syarat 5. Cara Pengolahan Makanan Tidak 2. Memenuhi 3 60% Dari lima macam cara pengolahan Syarat makanan, setelah dilakukan observasi hasilnya adalah : Jumlah Komponen 5 100% Tabel IV.12 2. Bahan Makanan Distribusi Frekuensi Cara Pengolahan Dari lima macam kondisi bahan Makanan berdasarkan Komponen Faktor makanan, setelah dilakukan observasi Kegiatan hasilnya adalah : Tabel IV.6 No Kriteria Jumlah Persentase Distribusi Frekuensi Bahan Makanan Memenuhi Berdasarkan Komponen Kondisi Bahan 1. 2 40% Syarat Makanan Kondisi Bahan Tidak No Jumlah Persentase 2. Memenuhi 3 60% Makanan Syarat Memenuhi 1. 4 80% Jumlah Komponen 5 100% Syarat Tidak 2. Memenuhi 1 20% Syarat 6. Hasil Pemeriksaan Angka Kuman sumber pengotor lainnya. Untuk Tabel IV.14 pencucian perlatan masih kurang baik, Hasil Rekapitulasi Pemeriksaan Sampel Pencucian peralatan belum Makanan di Intalasi Gizi RSUD dr. menggunakan Desinfektan ataupun air Soeroto Ngawi panas. Desinfektan adalah senyawa Hasil kimia yang memiliki kemampuan untuk Baku Pertimba- Kode Satuan Angka membunuh mikroorganisme. Mutu ngan Kuman Desinfektan tidak memiliki daya Y1 Koloni 13.900 10.000 Tidak penetrasi sehingga tidak dapat /Gram Baik mematikan mikroorganisme dalam Y2 Koloni 29.000 10.000 Tidak celah, lubang atau cemaran mineral /Gram Baik (Fathonah,2005). Upaya sanitasi dengan menggunakan air panas dapat dilakukan Y3 Koloni 9.400 10.000 Baik dengan merendam peralatan makan /Gram dalam air panas dengan suhu 80°C Y4 Koloni 2.700 10.000 Baik selama 20 menit, energi panas /Gram diperkirakan menyebabkan denaturasi Y5 Koloni 840 10.000 Baik protein dalam sel mikroorganisme yang /Gram menyebabkan kematiannya (Fathonah, Y6 Koloni 197.000 10.000 Tidak 2005). Selain itu juga penggunaan air /Gram Baik panas ini dapat melarutkan lemak atau Y7 Koloni 13.100 10.000 Tidak minyak yang berlebihan yang menempel /Gram Baik pada peralatan makan. Hal ini dapat Y8 Koloni 14.900 10.000 Tidak disimpulkan bahwa peralatan makanan /Gram Baik mempunyai pengaruh terhadap makanan yang melebihi batas angka kuman. Keterangan : Oleh sebab itu, peluang Y1 = Tahu Y5 = Sayur sop terkontaminasi mikrobiologi makanan yang bersumber dari Peralatan masak Y2 = Nasi Y6 = Rolade adalah sebesar 60%. Y3 = Dadar jagung Y7 = Telur 2. Penjamah Makanan Y4 = Kaldu Y8 = Bubur Hasil observasi di lapangan adalah Berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat penjamah makanan yang yang dilakukan pada sampel makanan sedang mengidap penyakit menular tersebut didapatkan terdapat beberapa namun masih dilibatkan dalam proses sampel makanan yang memenuhi syarat pengolahan makanan. Untuk perilaku dan ada yang tidak memenuhi syarat baku mencuci tangan, penjamah makanan mutu yang berdasarkan pada Surat seringkali mencuci tangan tidak Keputusan Kepala Badan POM RI No. 16 menggunakan sabun sebelum mengolah Tahun 2016 tentang Kriteria Mikroba makanan. Untuk tingkat kebersihan dalam Pangan Olahan. penjamah makanan, dapat dikatakan masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari PEMBAHASAN perilaku penjamah makanan yang 1. Peralatan Masak dan Bahan Makanan kurang baik, seperti masih adanya Berdasarkan observasi, peralatan perilaku menggaruk anggota badan, tidak mengandung zat beracun. Terdapat mengorek hidung dan memanjangkan peralatan yang penyok berupa baskom kuku. Untuk perilaku merokok sudah dan beberapa peralatan yang sedikit baik, seluruh penjamah makanan tidak berkarat. Peralatan disimpan di rak ada yang merokok pada saat proses penyimpanan yang terbuka sehingga pengolahan berlangsung. Untuk perilaku memungkinkan terjadinya pengotoran memakai aksesoris, tidak jarang dari kontaminasi binatang perusak dan penjamah makanan masih menggunakan pengolahan higiene sanitasi makanan maka aksesoris berupa jam tangan dan lainnya. pengolahan makanan di Instalasi Gizi Oleh sebab itu, peluang kontaminasi RSUD dr. Soeroto Ngawi hasilnya adalah mikrobiologi makanan yang bersumber sebagai berikut : dari penjamah makanan adalah sebesar 1. Peralatan masak termasuk kategori 56%. Tidak memenuhi syarat dengan persentase 60%. Dan bahan makanan termasuk kategori Memenuhi syarat 3. Tempat Pengolahan dengan persentase 80%. Hasil observasi menunjukkan 2. Penjamah makanan termasuk kategori bahwa kontruksi bangunan kokoh dan Kurang Memenuhi syarat dengan aman, pencahayaan memenuhi syarat persentase 56%. minimal 200 lux, untuk dinding 3. Tempat pengolahan makanan berwarna putih tetapi dilapisi bahan termasuk kategori Memenuhi syarat kedap air setinggi 1,5 meter menurut dengan persentase 67%. permenkes No. 715/Menkes/SK/V/2003 4. Cara pengolahan makanan termasuk kurang harusnya setinggi 2 meter. Untuk kategori Tidak memenuhi syarat lantai memenuhi syarat dengan kedap dengan persentase 60%. air, tidak licin, rata dan mudah dibersihkan. Terdapat cerobong atau SARAN exhaust fan pada dapur untuk 1. Untuk penjamah makanan sebaiknya membuang asap. Untuk kertas tissue ditambah bekal pengetahuan tentang atau alat pengering tangan belum higiene sanitasi makanan melalui tersedia di setiap wastafel, hal ini yang pelatihan tentang penerapan higiene menyebabkan penjamah makanan sanitasi makanan. Dan juga untuk mengelap tangannya ke pakaian setelah kedisiplinan dan kesadaran mencuci tangan. Untuk alat anti kebersihan pengolah makanan serangga kurang efektif, karena masih sebaiknya lebih ditingkatkan lagi. ditemui lalat di sekitar makanan. 2. Untuk jumlah perangkap serangga Oleh sebab itu, peluang sebaiknya ditambah. terkontaminasi mikrobiologi makanan 3. Untuk fasilitas sanitasi, sebaiknya yang bersumber dari tempat pengolahan disediakan sabun cuci tangan di setiap adalah 33%. wastafel dan kertas tisu untuk 4. Cara Pengolahan Makanan mengeringkan tangan. Berdasarkan hasil observasi untuk prioritas dalam memasak, bahan yang DAFTAR PUSTAKA kurang tahan lama diolah terlebih dahulu Alyza, A., 2017. Penerapan Prinsip- dan dicuci. Untuk peralatan masak tidak Prinsip Hygiene Sanitasi disiapkan sebelum memulai masak. Makanan pada Rumah Makan Ala Tenaga pengolah makanan tidak Gandu Magetan Tahun 2017. menggunakan sendok khusus untuk Magetan. menjamah makanan dan alat yang BPOM. (2004). Keputusan Kepala Badan digunakan untuk mencicipi makanan Pengawas Obat dan Makanan tidak selalu dicuci. Republik Indonesia Nomor : Oleh sebab itu, peluang HK.00.05.5.1.4547 Tentang terkontaminasi mikrobiologi makanan Persyaratan Penggunaan Bahan yang bersumber dari cara pengolahan Tamnbahan Pangan Pemanis adalah sebesar 60%. Buatan dalam Produk Pangan. Jakarta: BPOM RI. Hal. 36. KESIMPULAN Berdasarkan dari penelitian yang Damanik, I. R., (2012). Analisis Penerapan telah dilakukan tentang penerapan prinsip Prinsip-prinsip Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di Instalasi Gizi Rumah Sakit X Jakarta Tahun 2012. Skripsi Depkes RI, 2002. Program Gizi Makro. Jakarta. Depkes RI, 2004. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPL dan PM. Jakarta. Depkes, 2016. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025. Jakarta. Djoko Windu P. Irawan. 2016. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan Minuman di Rumah Sakit. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan(Forikes). Fatmawati, S., Rosidi, A., Handasari, E., (2013). Perilaku Higiene Pengolah Makanan Berdasarkan Pengetahuan Tentang Higiene Mengolah Makanan dalam Penyelenggaraan Makanan di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa Tengah. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, 2 (2), 30-38. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Mulyaningsih, 2006. Penerapan Higiene Pengolahan Makanan di RS.AL dr.Ramelan Surabaya. Nurul Amaliyah. 2017. Penyehatan Makanan dan Minuman-A. Yogyakarta: Deepublish. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Priyanto, 2008, Farmakoterapi Dasar untuk Mahasiswa Keperawatan dan Farmasi, Leskonfi, Jakarta. UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.