Anda di halaman 1dari 11

Pengambilan Sampel Telur

1. Penyiapan lot untuk sampling


Untuk kepentingan sampling, lot harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
pengambilan contoh dapat dilakukan tanpa halangan dan tiap lot harus
disampling secara terpisah. Lot yang akan disampling harus seragam, yaitu sama
dalam hal pengirim, brand name, varietas, pendaan pada kemasan, dsb. Petugas
pengambil contoh (PPC) harus mencatat setiap informasi berkaitan dengan
kondisi dan lingkungan sekeliling lot yang mempunyai sangkut paut dengan
hasil analisis laboratorium pada suatu form Pengiriman Sampling Produk
Makanan.
2. Peralatan sampel
a. cawan petri,
b. pisau,
c. tabung reaksi,
d. tabung serologi ukuran 10x75 mm,
e. spuit steril 10 ml,
f. botol media,
g. pinset,
h. jarum inokulasi (ose),
i. stomacher,
j. pembakar bunsen,
k. stirer,
l. pengocok tabung (vortex) ,
m. inkubator,
n. penangas air,
o. autoklaf,
p. lemari steril (clean bench)
q. lemari pendingin (refrigerator).

3. Memilih sampel
Sampel merupakan sebagian subjek atau objek dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006). Penarikan sampel diperlukan karena tidak mungkin
pengamatan terhadap keseluruhan populasi dilakukan. Ada berbagai teknik
pengambilan sampel, antara lain:
i. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis-jenis
Probability sampling:
a. Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari
anggota  populasi secara acak tanpa memperhatikan strata
(tingkatan) yang ada dalam anggota populasi tersebut. Hal ini
dilakukan apabila anggota  populasi dianggap homogen (sejenis).
Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara
undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb.
b. Area sampling ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara
mengambil wakil dari setiap wilayah atau daerah geografis yang
ada
ii. Nonprobability Sampling
Non Propability Sampling Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis-jenis Non Probability
Sampling:

a. Sampling Sistematis Adalah teknik pengambilan sampel


berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut.
b. Sampling Kuota Adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan.
c. Sampling insidental Adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive Adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah
orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan
untuk penelitian kualitatif, atau penelitian- penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh Adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30
orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
kesalahan yang sangat kecil.
f. Snowball Sampling Adalah teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju
yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.

4. Ukuran sampel yang harus diambil


Boleh kurang dari 10 %. Sedangkan menurut Winarno surakhmad, populasi
dengan jumlah 100, maka jumlah sampel sebanyak 50 % nya bila jumlah
populasi 1.000, maka jumlah sampel 15 % nya sudah boleh digunakan.Sampel
harus cukup untuk semua uji yang akan dilakukan. Sampel yang bersifat
homogen cukup 250 gram (atau mililiter). Sampel rempah kering & bijian
sebanyak 100gr - 250gr, buahan dan sayuran segar sebanyak 1 – 2 kg, daging,
ikan segar, serta olahannya sebanyak 0,5 – 1 kg.

5. Tahapan pengambilan sampel


a. Telur yang telah dikode diletakkan didalam tray dengan posisi bagian
ujung runcing diatas dan dikemas baik agar tidak mudah pecah selama
proses transportasi
b. Setelah itu, sampel telur dibawa menuju untuk dilakukan tahap pengujian
di laboratorium
c. Kerabang telur ayam dibersihkan dengan kapas alkohol
d. Lalu di bagian ujung kerabang dipecahkan menggunakan pisau steril dan
dibuang kulitnya secara hati-hati
e. Selanjutnya mengambil sebanyak 1 ml kuning telur menggunakan spuit
steril, dimasukan kedalam plastik steril lalu diberi kode
f. Menambahkan 1 ml kuning telur ke dalam 9 ml larutan LB (Laktosa
Broth) dalam wadah steril yang berisi sampel telur
g. Lalu dihomogenkan dengan stomacher selama 1 sampai 2 menit.
Kemudian memindahkan suspensi ke dalam erlenmeyer dan
diinkubasikan pada suhu 35 °C selama 18 sampai 24 jam.

6. Penandaan dan informasi sampel


 Berisi keterangan secara lengkap, obyektif, dan tidak menyesatkan
 Penandaan mudah dibaca
 Penandaan tidak mudah lepas dari wadah dan tidak mudah luntur atau rusak
 Penandaan menggunakan bahasa Indonesia
 Dalam satu penandaan harus mencantumkan :
1. Nama sampel
2. Kegunaan (pengujian yang akan dilaksanakan)
3. Komposisi
4. Nama perusahaan/institusi
5. Nomor wadah
6. Nomor control
7. Nomor bets (pemasok)
8. Tanggal penerimaan sampel
9. Tanggal kadaluwarsa
10. Peringatan/perhatian dan keterangan lain

7. Penyimpanan dan transportasi sampel


Untuk sampel telur harus dipertahankan kondisinya dalam keadaan dingin
dengan cara menyimpan di lemari pendingin atau freezer terlebih dahuu sebelum
di packing menggunakan egg tray. Penyimpanan sampel bertujuan untuk
menunjang perolehan hasil tes yang bermutu dan dapat dipercaya. Sampel
disimpan dalam wadah (botol) yang tertutup rapat, dilack (sealed) untuk
mencegah tumpah atau bocornya sampel. Disimpan dalam tas plastik yang
terpisah, setiap wadah harus dilengkapi dengan identitas/informasi yang jelas
Tujuan sampel ditempatkan dalam wadah yang tepat untuk:
 Menjaga orisinaltas
 Mencegah kontaminasi antar sampel
 Mencegah kontaminasi atau pengambilan analit oleh wadah
 Pelabelan sampel dilakukan untuk mencegah tertukarnya sampel(menjaga
chainof costudy)
Untuk sampel susu harus dipertahankan kondisinya dalam keadaan dingin
dengan cara menyimpan dilemari pedingin atau freezer terlebih dahulu.

8. Temperature pengiriman sampel


Untuk sampel makanan disimpan dalam suhu dingin 0C atau dalam termos
dingin yang diberi ice pack selama pengiriman, untuk sampel makanan yang
mudah membusuk disimpan dalam suhu 2-8C sedangkan makanan yang masih
panas harus segera didinginkan dengan air dingin mengalir hingga mencapai
temperature 0-4C (Arisman, 2009).
9. Pengiriman sampel

Cara pengepakan dan pengiriman sampel untuk keperluan diagnostic harus


menuruti ketentuan WHO (DEPKES, 2006). Membungkus kotak pengiriman
primer dengan tissue atau kertas koran untuk mencegah terjadi benturan-
benturan pada sampel saat pengiriman dilakukan, lalu masukkan ke dalam kotak
pengiriman sekunder. Kotak pengiriman sekunder dapat menampung lebih dari
satu kotak pengiriman primer dengan syarat suhu pengiriman yang sama.
Sehingga semua sampel dikemas sedemikian rupa agar tidak terjadinya
kebocoran selama pengiriman. Dalam pengiriman sampel baik dalam pot
maupun wadah harus disertai oleh keterangan mengenai kriteria sampel ataupun
pasien. Data yang disertakan adalah memberikan label pada dinding pot atau
wadah yaitu nama, jenis kelamin, umur, waktu dan tanggal pengambilan sampel,
tempat dan alamat pengambilan sampel, cara pengambilan dan pengiriman
sampel serta kondisi sampel ketika dilakukan sampling. Labolatorium tujuan
sebaiknya dikabari terlebih dahulu mengenai cara pengiriman dan perkiraan
waktu tiba sampel tersebut di labolatorium. Sampel yang telah diambil sebaiknya
untuk segera dikirimkan ke labolatorium tujuan. Perlengkapan
transportasi/pengiriman mencakup  freezer kecil, label, data barang, jadwal
perjalanan (pesawat, kereta api, bus, kapal laut), dan catatan pengiriman
barang serta kemungkinan dibutuhkannya media khusus (Arisman, 2009).
Pengambilan Sampel Susu Sapi Cair

1. Penyiapan lot untuk sampling


Untuk kepentingan sampling, lot harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
pengambilan contoh dapat dilakukan tanpa halangan dan tiap lot harus disampling
secara terpisah. Lot yang akan disampling harus seragam, yaitu sama dalam hal
pengirim, brand name, varietas, pendaan pada kemasan, dsb. Petugas pengambil contoh
(PPC) harus mencatat setiap informasi berkaitan dengan kondisi dan lingkungan
sekeliling lot yang mempunyai sangkut paut dengan hasil analisis laboratorium pada
suatu form Pengiriman Sampling Produk Makanan.
2. Peralatan sampling
a) botol sampel steril
b) cotton swab
c) cool box
d) ice pack
e) sarung tangan
f) spoit, lap
g) alat tulis kantor
h) plastik
i) kuisioner
j) tabung reaksi steril dan penutup
k) rak tabung
l) ose
m) pipet steril
n) cawan petri steril
o) api bunsen
p) tissue
q) kapas beralkohol
r) tube sheaker
s) inkubator

3. Memilih sampel
Sampel merupakan sebagian subjek atau objek dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Penarikan sampel diperlukan karena tidak mungkin pengamatan terhadap
keseluruhan populasi dilakukan. Ada berbagai teknik pengambilan sampel, antara lain:
i. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Jenis-jenis Probability sampling:
a. Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota 
populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada
dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota 
populasi dianggap homogen (sejenis). Pengambilan sampel acak
sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari
daftar bilangan secara acak, dsb.
b. Area sampling ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara
mengambil wakil dari setiap wilayah atau daerah geografis yang ada
ii. Nonprobability Sampling
Non Propability Sampling Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Jenis-jenis Non Probability Sampling:

a. Sampling Sistematis Adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan


urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
b. Sampling Kuota Adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan.
c. Sampling insidental Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive Adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif,
atau penelitian- penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
f. Snowball Sampling Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar

4. Ukuran sampel yang harus diambil


Boleh kurang dari 10 %. Sedangkan menurut Winarno surakhmad, populasi dengan
jumlah 100, maka jumlah sampel sebanyak 50 % nya bila jumlah populasi 1.000, maka
jumlah sampel 15 % nya sudah boleh digunakan.Sampel harus cukup untuk semua uji
yang akan dilakukan. Sampel yang bersifat homogen cukup 250 gram (atau mililiter).
Sampel rempah kering & bijian sebanyak 100gr - 250gr, buahan dan sayuran segar
sebanyak 1 – 2 kg, daging, ikan segar, serta olahannya sebanyak 0,5 – 1 kg.

5. Tahapan pengambilan sampel


a. Sampel diambil dari ambing sapi yang aktif. Ambing sapi dibersihkan dengan
lap yang telah dibasahi dengan larutan Chlor 1.5–2 ppm
b. kemudian ambing sapi tersebut dikeringkan dengan tissue, setiap puting ambing
dibersihkan dengan kapas beralkohol setelah puting ambing bersih, puting
diperah secara manual
c. Susu pancaran pertama dan kedua yang keluar dari puting dibuang (tidak
dimasukkan kedalam tabung steril).
d. Susu ditampung sebanyak 10–15 ml dari setiap kuartir. Sampel susu kuartir
dicampur di laboratorium sehingga akan menjadi sampel susu individu.
e. Sampel susu kandang diambil setelah susu individu dicampurkan dalam milk
can. Sampel susu kandang diambil menggunakan spoit steril.
f. Sampel susu TPS diambil dari tangki TPS menggunakan spoit steril setelah
masing-masing peternak menyerahkan susunya ke TPS.
g. Tabung-tabung dan spoit yang telah berisi susu dimasukkan ke dalam cool
box, yang berisi ice pack.

6. Penandaan dan informasi sampel


 Berisi keterangan secara lengkap, obyektif, dan tidak menyesatkan
 Penandaan mudah dibaca
 Penandaan tidak mudah lepas dari wadah dan tidak mudah luntur atau rusak
 Penandaan menggunakan bahasa Indonesia
 Dalam satu penandaan harus mencantumkan :
11. Nama sampel
12. Kegunaan (pengujian yang akan dilaksanakan)
13. Komposisi
14. Nama perusahaan/institusi
15. Nomor wadah
16. Nomor control
17. Nomor bets (pemasok)
18. Tanggal penerimaan sampel
19. Tanggal kadaluwarsa
20. Peringatan/perhatian dan keterangan lain

7. Penyimpanan dan transportasi sampel


Penyimpanan sampel bertujuan untuk menunjang perolehan hasil tes yang bermutu
dan dapat dipercaya. Sampel disimpan dalam wadah (botol) yang tertutup rapat,
dilack (sealed) untuk mencegah tumpah atau bocornya sampel. Disimpan dalam tas
plastik yang terpisah, setiap wadah harus dilengkapi dengan identitas/informasi yang
jelas Tujuan sampel ditempatkan dalam wadah yang tepat untuk:
 Menjaga orisinaltas
 Mencegah kontaminasi antar sampel
 Mencegah kontaminasi atau pengambilan analit oleh wadah
 Pelabelan sampel dilakukan untuk mencegah tertukarnya sampel(menjaga chainof
costudy)
Untuk sampel susu harus dipertahankan kondisinya dalam keadaan dingin dengan
cara menyimpan dilemari pedingin atau freezer terlebih dahulu.
8. Temperature pengiriman sampel
Untuk sampel makanan disimpan dalam suhu dingin 0C atau dalam termos dingin yang
diberi ice pack selama pengiriman, untuk sampel makanan yang mudah membusuk
disimpan dalam suhu 2-8C sedangkan makanan yang masih panas harus segera
didinginkan dengan air dingin mengalir hingga mencapai temperature 0-4C (Arisman,
2009).

9. Pengiriman sampel

Cara pengepakan dan pengiriman sampel untuk keperluan diagnostic harus menuruti
ketentuan WHO (DEPKES, 2006). Membungkus kotak pengiriman  primer dengan
tissue atau kertas koran untuk mencegah terjadi benturan-benturan pada sampel saat
pengiriman dilakukan, lalu masukkan ke dalam kotak pengiriman sekunder. Kotak
pengiriman sekunder dapat menampung lebih dari satu kotak pengiriman primer dengan
syarat suhu pengiriman yang sama. Sehingga semua sampel dikemas sedemikian rupa
agar tidak terjadinya kebocoran selama pengiriman. Dalam pengiriman sampel baik
dalam pot maupun wadah harus disertai oleh keterangan mengenai kriteria sampel
ataupun pasien. Data yang disertakan adalah memberikan label pada dinding pot atau
wadah yaitu nama, jenis kelamin, umur, waktu dan tanggal pengambilan sampel, tempat
dan alamat pengambilan sampel, cara pengambilan dan pengiriman sampel serta kondisi
sampel ketika dilakukan sampling. Labolatorium tujuan sebaiknya dikabari terlebih
dahulu mengenai cara pengiriman dan perkiraan waktu tiba sampel tersebut di
labolatorium. Sampel yang telah diambil sebaiknya untuk segera dikirimkan ke
labolatorium tujuan. Perlengkapan transportasi/pengiriman mencakup  freezer kecil,
label, data barang, jadwal perjalanan (pesawat, kereta api, bus, kapal laut), dan
catatan pengiriman barang serta kemungkinan dibutuhkannya media khusus (Arisman,
2009).
Daftar Pustaka

Aryana, Siska. 2011. “ Kondisi sanitasi peralatan dan air terhadap peningkatan
jumlah total mikroorganisme susu individu- susu kendang- susu
tempat pengumpul susu di peternekan kunak Bogor”. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan, Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Puspitawati, Langen. 2018. “Identifikasi salmonella spp. pada telur ayam dari
tiga peternakan ayam petelur di desa tegal sari kecamatan
gading rejo kabupaten pringsewu provinsi Lampung”. Skripsi.
Fakultas Tatbiyah dan Keguruan, Pendidikan Biologi,
Universitas Islam Negeri Raden Inten.
Septianto, Arif. 2018. 123.docx.
https://www.scribd.com/document/370702881/123-docx
(diakses tanggal 11 maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai