ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG “NI
MAR” DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KABUPATEN SOLOK
Abstract The purpose of this study was to determine the income earned and the level of business feasibility of the Fried Onion Ni Mar business in Kenagarian Alahan Panjang, Solok Regency, West Sumatra. This research is field research using a qualitative descriptive methodology. The determination of respondents in this study was done purposefully. Data collection techniques include direct observation and interviews. The data in this study were analyzed using income analysis and business feasibility analysis. The results showed that the average income earned by the Ni Mar Fried Onions business was Rp. 10,152,245 per month, and the Ni Mar Fried Onions business was declared feasible to run. This can be indicated by a value > 1 of 1.79. Keywords: income, business feasibility, fried onions Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh dan tingkat kelayakan usaha Usaha Bawang Goreng Ni Mar di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Sumatera Barat. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metodologi deskriptif kualitatif. Penetapan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). Teknik pengumpulan data yaitu melakukan observasi dan wawancara langsung. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis pendapatan dan analisis kelayakan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata yang diperoleh usaha Bawang Goreng Ni Mar sebesar Rp. 10.152.245 per bulan dan usaha Bawang Goreng Ni Mar dinyatakan layak untuk dijalankan. Hal ini dapat diindikasikan dengan nilai a > 1 sebesar 1,79. Kata Kunci: Pendapatan, Kelayakan Usaha, Bawang Goreng PENDAHULUAN Sebagai negara agraris, Indonesia menghasilkan berbagai macam tanaman dengan potensi komersial yang sangat baik. Semuanya, mulai dari pertanian hingga hortikultura, memiliki nilai ekonomi yang sangat signifikan. Salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan guna menghasilkan barang unggulan yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia adalah hasil hortikultura (Pitaloka, 2017). Bawang merah merupakan salah satu produk hortikultura yang signifikan dan populer yang ditanam di Indonesia. (Pratiwi et al., 2020). Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satu sayuran terpenting bagi perekonomian lokal. Hal ini terlihat dari nilai ekonominya yang tinggi dan kandungan nutrisinya (Arfinanti, 2011). Kustiari (2017) menegaskan bahwa meskipun harganya berfluktuasi, permintaan bawang merah terus meningkat karena merupakan bumbu masak utama yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 produksi bawang merah di Sumatera Barat sebanyak 1,97 juta ton. Daerah yang menjadi sentra produksi bawang merah di Sumatera Barat adalah Kabupaten Solok yang menyumbang 95% dari total produksi bawang merah di Sumatera Barat. Kecamatan Lembah Gumanti, Kecamatan Alahan Panjang, Kecamatan Lembang Jaya, dan Kecamatan Danau Kembar merupakan tiga kecamatan di Kabupaten Solok penghasil bawang merah paling tinggi (Yusuf, 2020). Proses pengolahan bawang goreng terutama di sekitar Alahan Panjang semakin meningkat dari waktu ke waktu, sehingga banyak industri kecil rumahan yang mulai mendirikan usaha–usaha kecil pengolahan bawang goreng di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok. Usaha Bawang goreng Ni Mar adalah salah satu usaha yang mengolah bawang merah varietas Alahan Panjang menjadi produk olahan bawang goreng. Usaha ini juga menggunakan beberapa teknologi dalam pengolahan bahan baku. Usaha bawang goreng Ni Mar telah berjalan kurang lebih selama 3 tahun hingga saat ini. Setiap kegiatan usaha harus bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang sebesar- besarnya dan pengeluaran yang sesedikit mungkin, sehingga mereka dapat melanjutkan dan layak secara finansial (Hendra et al., 2014). Sangat penting untuk memahami jumlah pendapatan dan kelangsungan hidup suatu kegiatan komersial, sehingga hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh dan tingkat kelayakan usaha Usaha Bawang Goreng Ni Mar di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Sumatera Barat. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif kualitatif yang menggabungkan ide-ide yang relevan untuk memahami kondisi di lapangan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen (1992) bahwa “pendekatan kualitatif berusaha memahami dan menginterpretasikan makna dari suatu peristiwa dan interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu”. Penelitian ini dilakukan di usaha “Bawang Goreng Ni Mar” yang berlokasi di Jalan Padang – Muara Labuh, Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Sumatera Barat. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha “Bawang Goreng Ni Mar” merupakan salah satu usaha yang layak dan perlu untuk dikembangkan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2023. Penetapan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini didasarkan pertimbangan pemilik usaha “Bawang Goreng Ni Mar” dapat memberikan informasi mengenai proses produksi, sehingga diharapkan dapat diperoleh data yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian. Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 7 responden yaitu pemilik usaha “Bawang Goreng Ni Mar”, 2 orang karyawan dan 4 orang konsumen “Bawang Goreng Ni Mar”. Teknik pengumpulan data yaitu melakukan observasi dan wawancara langsung di usaha “Bawang Goreng Ni Mar”. Menurut Mamik (2015), wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh informasi dari responden dengan cara bertanya secara langsung dan tatap muka, sedangkan observasi melibatkan peneliti turun ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, dan tujuan. Teknik terakhir yang digunakan yaitu dokumentasi. Strategi ini digunakan untuk membuat peristiwa, benda, dan perilaku lebih dipahami sehingga gejala penelitian dapat lebih dipahami (Rukajat A, 2018). Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis pendapatan dan analisis kelayakan usaha. Menurut Antara (2012) pendapatan suatu usaha adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dalam bentuk mathematik dapat dituliskan: Π = TR – TC Keterangan: Π = Pendapatan TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya) Menurut Ibrahim (2020) untuk menghitung biaya total dapat menggunakan rumus sebagai berikut: TC = TFC + TVC Keterangan: TC = Biaya total (Rp) FC = Biaya tetap (Rp) VC = Biaya variabel (Rp) Menurut Lestari dalam Ibrahim (2020) Penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TR = Q x P Keterangan: TR = Penerimaan total (Rp) Q = Jumlah produk (Kg) P = Harga produk (Rp) Menurut Tadjuddah (2016), Analisis R/C (Revenue Cost) merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar nilai R/C, maka semakin besar pula keuntungan yang didapatkan. R/C menunjukkan berapa kali lipat keuntungan yang akan diperoleh dari besarnya investasi yang dikeluarkan oleh pelaku usaha. Rumus yang digunakan untuk menghitung R/C adalah sebagai berikut: 𝑇𝑅 𝑎= 𝑇𝐶 Keterangan: A = Perbandingan antara total revenue dengan total cost TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya) Apabila a = 1, berarti usaha tidak untung atau tidak rugi atau impas, selanjutnya bila a < 1, menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak diusahakan, dan jika a > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (Ibrahim, 2020). HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya tetap adalah biaya yang sebagian besar tetap konstan meskipun volume aktivitas bisnis berubah (Suripto et al., 2021). Pengeluaran ini tidak tergantung pada jumlah barang atau jasa yang diproduksi perusahaan dan akan tetap dikeluarkan apakah kegiatan atau proses produksi dilakukan atau tidak. Penyusutan peralatan dan biaya pemeliharaan termasuk dalam biaya tetap produksi. Biaya tetap usaha “Bawang Goreng Ni Mar” dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Total Biaya Tetap Produksi Usaha Bawang Goreng Ni Mar. No Deskripsi Biaya (Rp) / Bulan 1 Biaya Pemeliharaan Alat 120.000 2 Biaya Penyusutan Alat 545.255 Jumlah 665.255 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023. Tabel 1 menunjukkan bahwa biaya tetap produksi pada usaha “Bawang Goreng Ni Mar” sebesar RP. 665.255 yang dikeluarkan setiap bulannya. Biaya tersebut berasal dari biaya pemeliharaan alat sebesar Rp. 120.000 dan biaya penyusutan alat sebesar Rp. 545.255. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya akan berubah tergantung kesibukan usaha (Suripto et al., 2021). Biaya variabel perusahaan Bawang Goreng Ni Mar meliputi biaya tenaga kerja, biaya pembelian bawang merah, dan biaya lain yang dapat berubah sebagai respons terhadap pergeseran tingkat aktivitas perusahaan. Biaya variabel usaha “Bawang Goreng Ni Mar” dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Total Biaya Variabel Produksi Usaha Bawang Goreng Ni Mar. No Deskripsi Biaya (Rp) / Bulan 1 Pembelian Bawang (200 kg) 6.000.000 2 Biaya Tenaga Kerja 3.000.000 3 Tabung Gas 1.080.000 4 Minyak Goreng 1.050.000 5 Tepung Beras 230.000 6 Susu Kental Manis 250.000 7 Garam 49.500 8 Plastik Kemasan 160.000 9 Karet Gelang 23.000 10 Listrik 200.000 11 Lain-lain 100.000 Jumlah 12.182.500 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023. Tabel 2 menunjukkan bahwa biaya variabel produksi pada usaha “Bawang Goreng Ni Mar” sebesar RP. 12.182.500 yang dikeluarkan setiap bulannya. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel selama keseluruhan proses produksi (Hendra et al., 2014). Biaya total usaha “Bawang Goreng Ni Mar” dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Total Biaya Produksi Usaha Bawang Goreng Ni Mar. No Deskripsi Biaya (Rp) / Bulan 1 Biaya Tetap 665.255 2 Biaya Variabel 12.182.500 Jumlah 12.847.755 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023. Data Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan oleh usaha “Bawang Goreng Ni Mar” berasal dari biaya variabel sebesar Rp. 12.182.500, dibandingkan biaya tetap sebesar Rp. 665.255, hal ini dikarenakan biaya tertinggi pada pembelian bahan baku (Bawang). Jadi, biaya total yang dikeluarkan oleh usaha “Bawang Goreng Ni Mar” untuk memproduksi bawang goreng sebesar Rp. 12.847.755. Peneriamaan usaha “Bawang Goreng Ni Mar” setiap kali produksinya diperoleh dari hasil penjualan produksi bawang goreng. Penerimaan yang diperoleh merupakan hasil kali dari jumlah produksi dengan harga jual. Pendapatan didefenisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang, perusahaan atau suatu bangsa pada periode tertentu (Sarifudin, 2021). Dalam satu bulan, rata – rata usaha “Bawang Goreng Ni Mar” menjual 100 kg bawang goreng dengan harga jual Rp. 230.000/kg, sehingga rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp. 23.000.000/bulan. Penerimaan dan pendapatan usaha “Bawang Goreng Ni Mar” dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan pada Usaha Bawang Goreng Ni Mar. No Deskripsi Biaya (Rp) / Bulan 1 a. Penjualan Bawang Goreng (100 Kg) b. Harga Jual (Rp.230.000/Kg) c. Penerimaan (Rp/bulan) 23.000.000 2 Biaya Tetap a. Biaya Pemeliharaan Alat 120.000 b. Biaya Penyusutan Alat 545.255 3 Biaya Variabel a. Pembelian Bawang (200 kg) 6.000.000 b. Biaya Tenaga Kerja 3.000.000 c. Tabung Gas 1.080.000 d. Minyak Goreng 1.050.000 e. Tepung Beras 230.000 f. Susu Kental Manis 250.000 g. Garam 49.500 h. Plastik Kemasan 160.000 i. Karet Gelang 23.000 j. Listrik 200.000 k. Lain-lain 100.000 4 Biaya Total Produksi 12.847.755 5 Pendapatan (Rp/Bulan) 10.152.245 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023. Tabel 4 menunjukkan tentang pendapatan yang diperoleh usaha “Bawang Goreng Ni Mar” setiap bulan. Pendapatan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dicapai. Jumlah pendapatan atau laba sangat tergantung pada julah penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Adapun pendapatan produksi usaha “Bawang Goreng Ni Mar” sebesar Rp. 10.152.245. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha ini cukup baik untuk dijalankan, karena memberikan pendapatan yang cukup besar kepada usaha “Bawang Goreng Ni Mar”. Berdasarkan data pada Tabel 4 diketahui bahwa penerimaan usaha “Bawang Goreng Ni Mar” sebesar Rp. 23.000.000, sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 12.847.755, dengan demikian nilai R/C – ratio dari usaha “Bawang Goreng Ni Mar” adalah: 𝑇𝑅 𝑎= 𝑇𝐶 23.000.000 𝑎= 12.847.755 𝑎 = 1,79 Nilai Return Cost Ratio (a-ratio) sebesar 1,79 menunjukkan bahwa a > 1, maka usaha “Bawang Goreng Ni Mar” layak untuk dijalankan. Artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 179. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan rata-rata yang diperoleh usaha “Bawang Goreng Ni Mar” sebesar Rp. 10.152.245 per bulan dan usaha “Bawang Goreng Ni Mar” di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok layak untuk dijalankan. Hal ini dapat diindikasikan dengan nilai a > 1 sebesar 1,79. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memiliki beberapa saran kepada pemilik usaha “Bawang Goreng Ni Mar” agar pendapatan usaha “Bawang Goreng Ni Mar” semakin meningkat dari waktu ke waktu dan dapat bersaing dengan usaha-usaha serupa. 1. Memperluas penjualan melalui media online. 2. Lebih meningkatkan sistem promosi, seperti memposting usaha ke social media Facebook dan Instagram. 3. Menambah varian rasa dari bawang goreng. DAFTAR PUSTAKA Antara, M. 2012. Agribisnis dan Penerapannya dalam Penelitian. Edukasi Mitra Grafika. Palu. Arfinanti, Nurul. 2011. Upaya Peningkatan Nilai Tambah Produk Bawang Merah (Tindak lanjut KKN di Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul). J. Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. Vol. 19(1) : 41-52. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. Hendra, Made Antara, dan Arifuddin Lamusa. 2014. Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usaha Kursi Rotan Pada Ukm Meubel Sumber Rotan Tohiti Di Kota Palu. J.Agrotekbis. Vol.2(3) : 277-281. Universitas Tadulako. Palu. Ibrahim Jabal Tarik. 2020. Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Kustiari Reni. 2017. Perilaku Harga dan Integritas Pasar Bawang Merah di Indonesia. J. Agro Ekonomi. Vol.35(2):77-87. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jawa Barat. Mamik. 2015. Metodologi Kualitatif. Penerbit Zifatama Publisher. Siduarjo. Pitaloka Dyah. 2017. Holtikultura : Potensi, Pengembangan dan Tantangan. J. Teknologi Terapan. Vol.1(1): 1–4. Universitas Islam Raden Rahmat. Malang. Pratiwi Erviana Eka, Diny Dinarti, dan Awang Maharijaya. 2020. Keragaman Genetik Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum) Berdasarkan Marka Morfologi dan Molekuler. J. Holtikultura Indonesia. Vol.11(1): 51-60. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen. (1992). Qualitative Research For Education: An Introduction to Theory and Metods. Ally and Bacon. Rukajat Ajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitaive Research Approach). Penerbit Deepublish. Yogyakarta. Sarifudin Muhamad. 2021. Pembiayaan Musyarakah dalam Meningkatkan Pendapatan Nasabah di BPRS. Bintang Pustaka Madani. Yogyakarta. Suripto, Astuti, Aris Nurbawani, dkk. 2021. Akuntansi Manajemen. Media Sains Indonesia. Bandung. Tadjuddah Muslim. 2016. Perikanan Kerapu Dimensi Pemanfaatan yang Berkelanjutan di Taman Nasional Wakatobi. Penerbit IPB Press. Bogor Yusuf, E. (2020). Perilaku Petani Bawang Merah dalam Penggunaan Pestisida: Sebuah Literature Review. Manajemen dan Kewirausahaan, 11(2).