Anda di halaman 1dari 15

Agritrop, Desember 2017 Volume 15 (2)

ISSN 1693-2877 http://jurnal.unmuhjember.ac.id/


EISSN 2502-0455 index.php/AGRITROP
EISSN 2502-0455 EISSN

Optimalisasi Teknologi Produsi True Shallot Seed (Biji Biologi) Bawang Merah
(Allium ascalonicum L)

Optimization of Production Technology True Shallot Seed (Biological Seeds)


Onion(Allium ascalonicum L)

Oleh: Wiwit Widiarti1), Insan Wijaya1) dan Iskandar Umarie1)


1)
Program Studi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember
wiwit.widiarti@unmuhjember.ac.id

ABSTRAK

Penggunaan True Shallot Seed (TSS) untuk produksi umbi bawang merah belum
banyak dilakukan di Indonesia. Ketersediaan TSS sebagai benih bawang merah yang
sehat dan berdayahasil tinggi masih sangat terbatas karena belum banyak yang
memproduksi TSS. Masalah utama dalamp roduksi TSS di Indonesia adalah
kemampuan berbunga dan menghasilkan biji varietas-varietas bawang merah masih
rendah, terutama di dataran rendah. Tujuan jangka pendek: ditemukan teknik
pembungaan dan pembentukan biji bawang merah untuk memproduksi TSS. Tujuan
jangka panjang: tersedia teknologi budidaya bawang merah menggunakan biji (TSS)
sebagai bahan tanam. Target yang akan dicapai adalah diperoleh paket teknologi
produksi True Shallot Seed (biji biologi) yang efektif dan efesien pada bawang merah,
sehingga memudahkan masyarakat untuk memproduksi TSS secara masal. Percobaan
dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember
pada bulan Maret sampai Juni 2017. Rancangan yang digunakan adalah Split plot yang
disusun secara Faktorial, dengan 3 ulangan, faktor utama penggunaan konsentrasi ZPT
dengan 3 level pemberian, Z1 = GA3 konsentrasi 50 ppm, Z2 = GA3 konsentrasi 100
ppm, Z3 = GA3 konsentrasi 150 ppm dan anak petak adalah vernalisasi, terdiri dari 4
level, V0: tanpa vernalisasi, V1: vernalisasi 2 minggu, V2: vernalisasi 4 minggu, dan
V3: vernalisasi 6 minggu, sebagai faktor ke dua. Karakter agronomis yang diamati
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, diameter umbi, dan berat umbi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengaruh faktor utama yaitu: pemberian GA3
dengan berbagai konsentrasi belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua
karakteristik morfologi tanaman bawang merah. Sedangkan pengaruh anak petak yaitu
waktu vernalisasi bibit, menunjukkan pengaruh yang nyata, disemua karakteristik
morfologi tanaman bawang merah yang diamati. Hasil uji lanjut dengan LSD 0,05,
menunjukkan perlakuan pendinginan pada bibit bawang merah berbeda nyata dengan
kontrol, pada semua karakteristik morfologi tanaman bawang merah yang diamati,
sedangkan antar perlakuan pendinginan (V1, V2, dan V3), tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada semua karakter yang diamati. Pengaruh interaksi antara
konsentrasi ZPT dengan Pendinginan bibit, belum menunjukkan pengaruh yang nyata
pada semua karakteristik morfologi tanaman bawang merah tinggi tanaman, jumlah
daun, jumlah anakan, diameter umbi, dan berat umbi.

Kata Kunci : bawang merah, vernalisasi dan True Shallot Seed (TSS).
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
204

ABSTRACT

The use of True Shallot Seed (TSS) for onion bulb production has not been done in
Indonesia. The availability of TSS as a healthy, high-yield onion seed is still very
limited because not many produce TSS. The main problem in the production of TSS in
Indonesia is the ability to bloom and produce seeds of onion varieties are still low,
especially in the lowlands.Short-term goal: found flowering techniques and onion seed
formation to produce TSS. Long-term goal: available onion cultivation technology
using seed (TSS) as planting material. The target to be achieved is to obtain a package
of production technology True Shallot Seed (seed biology) is effective and efficient
onion,making it easier for people to mass-produce TSS.The experiment was conducted
in the Experimental Garden of Agriculture Faculty Universitas Muhammadiyah Jember
from March to June 2017. The design used was the factorial Split plot, with 3
replications, the main factor of using ZPT concentration with 3 levels, Z1 = GA3 50
ppm, Z2 = GA3 of 100 ppm, Z3 = GA3 of 150 ppm, and subplot is vernalization,
consisting of 4 levels, V0: without vernalization, V1: vernalization 2 weeks, V2:
vernalization 4 weeks, and V3: vernalization 6 weeks, as a second factor. Agronomic
characters observed included plant height, number of leaves, number of seedlings, tuber
diameter, and tuber weight. The result of research shows that the main factor influence
is GA3 with various concentrations has not shown any significant effect on all
morphological characteristics of shallot crop. While the influence of subplot is the time
of vernalization of seedlings, showed a real effect in all morphological characteristics of
onion plants observed. Further test results with LSD 0.05 showed that the cooling
treatment of onion seeds was significantly different from the control, on all
morphological characteristics of the onion plants observed, whereas among cooling
treatments (V1, V2, and V3),showed no significant difference in all observed
characters.Effect of interaction between ZPT concentration and Seed cooling, has not
shown any significant effect on all morphological characteristics of high plant onion
plants,number of leaves, number of tillers, tuber diameter, and tuber weight.

Keywords: red onion, vernalization and True Shallot Seed (TSS).

PENDAHULUAN pada tahun 2009 sebesar 9,28 ton/Ha


Bawang merah (Allium dan tahun 2010 sebesar 9,37 ton/Ha
ascalonicum L.) merupakan komoditas (BPS, 2011). Menurut informasi petani,
holtikultura yang penting baik ditingkat produktivitas bawang merah pada tahun
petani, masyarakat, maupun negara. 1970-an dapat mencapai 16 ton/Ha.
Pada tahun 1970-an hingga tahun 1980- Disamping produktivitas yang rendah,
an komoditas bawang merah merupakan biaya usahatani yang digunakan
komoditas emas bagi petani. Namun semakin tinggi sehingga mengakibatkan
demikian, pada era tahun 1990-an rendahnya tingkat efisiensi usahatani.
hingga sekarang perannya semakin Harga satuan produksi menjadi lebih
menurun. Hal ini disebabkan karena tinggi akibatnya kalah bersaing dengan
menurunnya hasil umbi di tingkat harga bawang merah impor
petani.Produktivitas bawang merah
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
205

(Triharyanto, Samanhudi, teknologi pembibitan dan teknologi


Pujiasmanto,dan Purnomo, 2013). pembudidayaan bawang merah dari biji
Terdapat banyak faktor yang botani.
menyebabkan rendahnya produktivitas Hasil penelitian Purnomo et al.
bawang merah, antara lain tingkat (2012) menunjukkan bahwa bawang
kesuburan tanah yang menurun, tingkat merah varietas Bima yang ditanam pada
serangan organisme pengganggu bulan Mei-Juli hanya mampu berbunga
tanaman yang tinggi, perubahan iklim sebesar 20%.Selanjutnya, dijelaskan
mikro, dan penggunaan bibit yang bahwa biji botani bawang merah
bermutu rendah. Pada umumnya petani mengalami masa dormansi.Hal ini
bawang merah menggunakan bibit dari ditunjukkan dari biji botani hasil panen
umbi konsumsi.Penggunaan bibit dari yang langsung dikecambahkan, biji baru
umbi konsumsi dilakukan secara turun mulai berkecambah pada hari ke-
temurun dalam kurun waktu yang 17.Perkecambahan biji tidak seragam
lama.Akibatnya umbi bibit yang hingga hari ke-30 biji hanya mampu
digunakan mempunyai mutu yang berkecambah sebesar 8%.
rendah.Hal ini dikarenakan bibit Teknologi pembibitan dan
tersebut telah banyak terinfeksi oleh pembudidayaan bawang merah dengan
virus, seperti Onion Yellow Dearf Virus biji botani belum banyak
(OYDV), Shallot Laten Virus (SLV) diteliti.Informasi hasil penelitian masih
dan Leek Yellow Stip Virus (LYSV) terbatas pada cara-cara meningkatkan
(Klukackova 2004, Arisuryanti et al. pembungaan dan meningkatkan
2009). fertilitas biji.Sementara itu, bagaimana
Penggunaan biji botani (True teknologi pembibitan, teknologi
Shallot Seed) merupakan salah satu pemindahan bibit dan pemeliharaan
alternative yang dapat dikembangkan tanaman belum banyak diteliti.
untuk perbaikan kualitas bibit bawang Hasil penelitian Sumarni et al.
merah(Permadi1991, Raduica 2008, (2012),menunjukkan bahwa budidaya
Sumarni et al. 2005, Sopha 2010). bawang merah menggunakan biji botani
Penelitian penggunaan biji botani untuk pada saat musim hujan mempunyai
budidaya bawang merah sudah banyak produktivitas 1,09 kg/2 m2 atau setara
dilakukan, namun hasilnya belum dengan 5,45 ton/Ha untuk varietas
banyak yang dapat diaplikasikan di Maja. Untuk varietas Bima
tingkat petani. Hal tersebut dikarenakan produktivitas sebesar 1,19 kg/2 m2 atau
banyak kendala yang dihadapi dalam setara dengan 5,95 ton/Ha dan untuk
pembudidayaan bawang merah varietas Tuk tuk sebesar 0,75 kg/2 m2
menggunakan biji botani, antara lain: atau setara dengan 3,75 ton/Ha.
masih sulitnya mengupayakan Akhir-akhir ini telah dimulai
terjadinya pembungaan dan pembuahan adanya biji botani dari varietas Tuk tuk
padabawang merah, persentase biji yang yang telah dipasarkan ditingkat petani,
dihasilkan mempunyai daya tumbuh namun demikian hasil pengamatan di
yang rendah, belum ditemukannya lapang menunjukan bahwa petani masih
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
206

suka membudidayakan bawang merah 2012).Untuk itu Tujuan jangka pendek:


dengan menggunakan bibit dari ditemukan teknik pembungaan dan
umbi.Hal tersebut menunjukkan bahwa pembentukan biji bawang merah untuk
teknologi budidaya bawang merah memproduksi TSS. Tujuan jangka
menggunakan biji masih perlu panjang: tersedianya teknologi budidaya
dikembangkan dan disosialisasikan di bawang merah dengan menggunakan
tingkat petani (Triharyanto, et al, biji (TSS) sebagai bahan tanam.

METODEPENELITIAN suhu dingin dan zat pengatur tumbuh


untuk menghasil pembungaan dan
Pengkajianberbagai teknologi pembijian pada bawang merah.
produksi True Shallot Seed (TSS) untuk
peningkatan pembungaan dan pembijian Tempat percobaan
bawang merah dilakukan serangkai Pengujian ini dilakukan di kebun
penelitian secara terpadu dan percobaan Fakultas Pertanian
berkesinambungan, untuk itu penelitian Universitas Muhammadiyah Jember,
ini dilaksanakan melalui dua periode, Jalan Karimata 49 Jember, dengan
yaitu sebagai berikut: 1) Tahun ketinggian tempat 89 meter di atas
pertama, yaitu dengan pengujian permukaan laut, mulai bulan Maret
(perlakuan) pada umbi bawang dengan 2016 sampai Oktober 2016.
tiga factor perlakuan, a) penggunaan Metode pelaksanaan
berbagai macam varietas bawang Percobaan dilakukan dalam
merah, b) perendaman dengan suhu bentuk percobaan lapangan yang
dingin (vernalisasi), dan c) penggunaan mengunakan Rancangan Petak Petak
zat pengatur tumbuh (ZPT). 2) Tahun terbagi (Split Split Plot Design), dimana
Kedua, yaitu pengujian (perlakuan) :.
media tanam dan pengaturan penyinaran 1. Petak Utama Zat Pengatur
matahari dengan 3 factor perlakuan, a) Tumbuh (GA3)
pengelolaan nutrisi tanaman, dan 2) Z1 = pemberian GA3 dengan
kerapatan tanaman dan 3) Penaungan konsentrasi 50 ppm
tanaman. Z2 = pemberian GA3 dengan
Percobaan Tahun Pertama konsentrasi 100 ppm
Pada tahun pertama dilakukan Z3 = pemberian GA3 dengan
beberapa percobaan awal yang konsentrasi 150 ppm
mengkombinasikan berbagai faktor
perlakuan pada umbi bawang merah. 2. Anak-Anak Petak Perendaman
Percobaan ini dilaksanakan pada musim umbi dengan Suhu dingin
tanam tahun pertama bertujuan memilih (Vernalisasi)(10oc)
kultivar (varietas) bawang merah yang V0 : Tanpa Perendaman
adaptip dan responship terhadap V1 = perendaman selama 2
perlakuan perendaman (vernalisaasi) minggu
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
207

V2 = perendaman selama 4 jumlah daun, dan jumlah anakan),


minggu jumlah tanaman yang berbunga, jumlah
V3 = perendaman selama 6 umbel bunga, jumlah umbel bunga yang
minggu berbuah dan berbiji, hasil bobot biji,
bobot 100 butir biji, dan daya kecambah
Perlakuan-perlakuan di atas disusun benih, dan insiden hama dan penyakit.
menggunakan rancangan dasar Data hasil pengamatan dianalisis
Rancangan Acak kelompok Lengkap dengan Uji Fisher, dan perbedaan antara
(RAKL) yang diulang sebayak tiga kali perlakuan dianalisis dengan Uji Jarak
Pengamatan Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Peubah yang diamati meliputi
pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman,

HASIL DAN PEMBAHASAN pada semua karakter morfologi bawang


merah(Tinggi tanaman, jumlah daun,
Hasil Penelitian jumlah umbi per rumpun, diamter umbi
Analisis ragam gabungan per rumpun, dan berat umbi per
berdasarkan uji F menunjukkan rumpun. Akan tetapi interaksi antara
bahwa penggunaan zat pengatur GA3 (G) denganvernalisai (V)tidak
tumbuh (GA3)(G) tidak berpengaruh berpengaruh nyata pada semua karakter
nyata pada semua karakter morfologi morfologi tanaman bawang merah
tanaman bawang merah (Tinggi (Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
tanaman, jumlah daun, jumlah umbi per umbi per rumpun, diamter umbi per
rumpun, diamter umbi per rumpun, dan rumpun, dan berat umbi per rumpun)
berat umbi per rumpun), sedang (Tabel 1).
vernalisasi (V) berpengaruh nyata

Tabel 1. Hasil Analisis Ragam Karakter Morfologi Tanaman Bawang Merah

Perlakuan
No Paramter Pengamtan GA3 (G) Vernalisas Inrekasi
(V) (GxV)
1 Tinggi Tanaman 24 hst 0,162 ns 37,836 ** 0,902 ns
2 Tinggi Tanaman 48 hst 0,959 ns 62,534 ** 0,708 ns
3 Tinggi Tanaman 75 hst 3,294 ns 47,579 ** 0,714 ns
4 Jumlah daun 3,990 ns 20,324 ** 1,9915 ns
5 Jumlah umbi/rumpun 1,567 ns 14,557 ** 0,299 ns
6 Diamter umbi/rumpun 1,911 ns 6,693 ** 0,134 ns
7 Berat umbi/rumpun 0,607 ns 24,699 ** 0,361 ns

Berdasarkan hasil analisis ragam tanaman bawang merah terhadap


(table 1), respon karakter morfologi perlakuan GA3 dan Vernalisasi, serta
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
208

interaksi keduanyamenunjukkan b b
b

tinggi tanaman 75 hst (cm)


pengaruh yang seragam, dimana 38,000
37,000
pengaruh GA3 dan interkasi keduanya 36,000
berpengaruh tidak nyata pada semua 35,000
34,000 a
karakter morfolagi bawang, sedang 33,000
pengaruh vernalisasi menunjukkan 32,000
31,000
pengaruh yang sangat nyata pada 30,000
V0 V1 V2 V3
semua karakter yang di amti. Series1 32,778 37,704 37,630 37,778
Karakteristik tinggi tanman
Hasil percobaan menunjukkan
Gambar 1 Pengaruh vernalisasi terhadap
bahwa pemberian GA3 (G) dan
tinggi tanaman umur 24, 48, dan 75 hst
Interaksianatara GA3 dengan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti
Vernaliasi (GxV) pengaruh tidak nyata
oleh hurup yang sama pada gambar di
terhadap tinggi tanaman umur 24 hst,
atas, menunjukkan pengaruh yang tidak
48 hst dan 75 hst. Sedanagkan
nyata pada taraf uji BNJ 0,5% dan V0:
pengaruh vernalisasi (V)menunjukkan
Tanpa Perendaman, V1: perendaman 2
pengaruh yang sangat nyata pada tinggi
minggu, V2: perendaman 4 minggu,
tanaman umur 24 hst, 48 hst dan 75 hst
dan V3: perendaman 6 minggu
(tabel 1).
Perlakuan perendaman suhu
b b b dingin (vernalisasi) pada bibit bawang
16,000
tinggi tanaman 24 hst (cm)

14,000 a merah meningkatkan tinggi tanaman


12,000 sampai pada taraf berbeda nyata bila
10,000
8,000
dibandingan dengan dengan perlakuan
6,000 tanpa perendaman (Gambar 1).
4,000 Perlakuan vernalisasi selama 6
2,000
0,000
minggu (V3), memberikan pengaruh
V0 V1 V2 V3 tinggi tanaman yang terbaikbila
Series1 11,741 15,407 15,037 14,963
dibandingkan dengan perlakukan
vernalisasi yang lainnya (vernalisasi 2
bc c
Tinggi Tanaman 48 hst (cm)

30,000 b
dan 4 minggu).
25,000 a
Karakteristik Jumlah daun, dan
20,000
15,000
jumlah umbi per rumpun
10,000
Hasil percobaan menunjukkan
5,000 bahwa pemberian GA3 (G) dan
0,000 Interaksianatara GA3 dengan
V0 V1 V2 V3
Series1 20,963 26,074 25,370 26,741
Vernaliasi (GxV) pengaruh tidak nyata
terhadap jumlah daun dan jumlah umbi
per rumpun. Sedanagkan pengaruh
vernalisasi (V)menunjukkan pengaruh
yang sangat nyata pada jumlah daun
dan jumlah umbi per rumpun (tabel 1).
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
209

Tabel 3. Pengaruh Vernalisasi terhadap Jumlah Daun per rumpun dan Jumlah Umbi per
Rumpun.

Parameter Pengamatam
No Perlakuan Vernalisasi Jumlah Daun Jumlah umbi per
per rumpun rumpun
1 Tanpa Perendaman (V0) 10,963 a 8,519 a
2 perendaman selama 2 minggu (V1) 17,778 b 11,815 b
3 perendaman selama 4 minggu (V2) 15,889 b 11,556 b
4 perendaman selama 6 minggu (V3) 16,000 b 12,000 b

Perlakuan perendaman suhu dingin selama 6 minggu (V3), memberikan


(vernalisasi) pada bibit bawang merah pengaruh pada jumlah umbi per
meningkatkan jumlah daun per rumpun rumpun yang terbaikbila dibandingkan
sampai pada taraf berbeda nyata bila dengan perlakukan vernalisasi yang
dibandingan dengan dengan perlakuan lainnya (vernalisasi 2 dan 4 minggu).
tanpa perendaman (Tabel 3).
Perlakuan vernalisasi selama 2 Diamter umbi per rumpun dan berat
minggu (V1), memberikan pengaruh umbi per rumpun
terhadap jumlah daun per rumpun yang Hasil percobaan menunjukkan
terbaikbila dibandingkan dengan bahwa pemberian GA3 (G) dan
perlakukan vernalisasi yang lainnya Interaksianatara GA3 dengan
(vernalisasi 4 dan 6 minggu). Sedang Vernaliasi (GxV) pengaruh tidak nyata
perlakuan perendaman suhu dingin terhadap diameter umbi per rumpun
(vernalisasi) pada bibit bawang dan berat umbi per rumpun.
merahjuga dapat meningkatkan jumlah Sedanagkan pengaruh vernalisasi
umbi per rumpun sampai pada taraf (V)menunjukkan pengaruh yang sangat
berbeda nyata bila dibandingan dengan nyata pada diameter umbi per rumpun
dengan perlakuan tanpa perendaman dan berat umbi per rumpun (tabel 1).
(Tabel 3). Perlakuan vernalisasi

Tabel 4. Pengaruh Vernalisasi terhadap Diameter umbi per rumpun dan Berat Umbi per
Rumpun.

Parameter Pengamatam
No Perlakuan Vernalisasi Diamter umbi per Berat umbi per
rumpun rumpun
1 Tanpa Perendaman (V0) 3,588 a 19,807 a
2 perendaman selama 2 minggu (V1) 4,093 b 23,248 b
3 perendaman selama 4 minggu (V2) 4,026 b 23,074 b
4 perendaman selama 6 minggu (V3) 4,074 b 23,593 b
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
209

Perlakuan perendaman suhu dingin Terdapat banyak faktor yang


(vernalisasi) pada bibit bawang menyebabkan rendahnya produktivitas
merahdapat meningkatkan Diameter bawang merah, antara lain tingkat
umbi per rumpun sampai pada taraf kesuburan tanah yang menurun, tingkat
berbeda nyata bila dibandingan dengan serangan organisme pengganggu
dengan perlakuan tanpa perendaman tanaman yang tinggi, perubahan iklim
(Tabel 4). Perlakuan vernalisasi selama mikro, dan penggunaan bibit yang
2 minggu (V1), memberikan pengaruh bermutu rendah. Pada umumnya petani
terhadap Diameter umbi per rumpun bawang merah menggunakan bibit dari
yang terbaikbila dibandingkan dengan umbi konsumsi.Penggunaan bibit dari
perlakukan vernalisasi yang lainnya umbi konsumsi dilakukan secara turun
(vernalisasi 4 dan 6 minggu). Sedang temurun dalam kurun waktu yang
perlakuan perendaman suhu dingin lama.Akibatnya umbi bibit yang
(vernalisasi) pada bibit bawang digunakan mempunyai mutu yang
merahjuga dapat meningkatkan berat rendah.Hal ini dikarenakan bibit
umbi per rumpun sampai pada taraf tersebut telah banyak terinfeksi oleh
berbeda nyata bila dibandingan dengan virus, seperti Onion Yellow Dearf Virus
dengan perlakuan tanpa perendaman (OYDV), Shallot Laten Virus (SLV)
(Tabel 4). Perlakuan vernalisasi selama dan Leek Yellow Stip Virus (LYSV)
6 minggu (V3), memberikan pengaruh (Klukackova 2004, Arisuryanti et al.
pada jumlah umbi per rumpun yang 2009).Oleh karena itu, penggunaan
terbaikbila dibandingkan dengan benih botani bawang merah atau true
perlakukan vernalisasi yang lainnya shallot seed (TSS) menjadi salah satu
(vernalisasi 2 dan 4 minggu) cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Pembahasan Pembungaan bawang merah yang
masih rendah merupakan masalah
Pengaruh Vernalisasi (V) dan GA3 utama dalam produksi biji bawang
terhadap pembentukan Biji Biologi merah (TSS). Rendahnya persentase
tanaman bawang Merah pembungaan bawang merah di
Penggunaan benih baik dan bermutu Indonesia disebabkan oleh faktor cuaca,
merupakan faktor utama yang penting terutama panjang hari yang pendek (<
untuk meningkatkan produksi bawang 12 jam) dan rata-rata temperatur udara
merah. Rendahnya produksi bawang yang cukup tinggi (> 18 oC) tidak
merah khususnya di daerah sentra mendukung terjadinya insiasi
produksi bawang merah, antara lain pembungaan (Putrasamedja 1995;
akibat kualitas benih yang kurang baik. Sumiati 1996). Untuk terjadinya inisiasi
Oleh karena itu, upaya peningkatan pembungaan diperlukan temperatur
produksi tanaman bawang merah dapat rendah (9 – 12 oC) dan fotoperiodisitas
dimulai dengan menjamin ketersediaan panjang (> 12 jam) (Brewster 1983;
benih dalam jumlah yang memadai dan Khokhar et al. 2007 dalam Sumarni
tepat waktu (Fahrianty, 2013). 2013).Curah hujan yang tinggi (> 200
mm/bulan) juga dapat menggagalkan
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
210

pembungaan dan pembijian bawang dapat menginduksi pembungaan namun


merah.Pada umumnya bawang merah sebaliknya suhu yang tinggi (28-30 0C)
dapat berbunga dan menghasilkan biji dapat memperlambat pembungaan
di dataran tinggi, namun tidak semua (Kamenetsky & Rabinowitch
bawang merah dapat berbunga di 2002).Suhu yang tinggi selama
dataran rendah.Oleh karena itu penyimpanan tidak hanya menghambat
penelitian terkait produksi TSS di pembungaan namun juga menunda
dataran rendah perlu dikembangkan, umur berbunga, mengurangi jumlah
karena luas areal penanaman yang lebih bunga serta menekan munculnya
besar serta sentra produksi bawang rangkaian bunga yang telah terinisiasi
merah di Indonesia berada di dataran (Krontal et al. 2000). Lebih lanjut
rendah.Masalah dalam produksi TSS Salisbury, 1995 dan Gardner, 1991,
adalah pembungaan dan produksi benih menyatakan apabila suatu bagian
yang masih rendah (Fahrianty, 2013). tanaman (umbi) yang divernalisasi
Hasil yang diperoleh pada penelitian (perendaman suhu dingin),
ini, menunjukkan bahwa perlakuan sedangkanbagian batang dalam hal ini
vernilisasi dan GA3 belum mampu pucuk batangnya langsung dipaparkan
merangsang tanaman bawang merah pada suhu tinggi maka tumbuhan
untuk menghasilkan bunga, dari 1240 tersebut tidak akan berbunga.
tanaman bawang merah yang di tanam Corbesier dan Coupland 2006,
sebagai satuan perlakuan, hanya satu dalam Naida 2009 menyebutkan
tanaman saja yang berbunga dan terdapat empat faktor yang
menghasil biji sehingga parameter mempengaruhi pembungaan yaitu dua
jumlah tanaman yang berbunga, jumlah faktor bersifat endogen (giberelin dan
umbel bunga, jumlah umbel bunga yang autonomous) dan dua faktor lain
berbuah dan berbiji, hasil bobot biji, bersifat eksogen (fotoperiode (panjang
bobot 100 butir biji tidak dapat hari) dan vernalisasi). Empat faktor
dianalisis. Penyebab utama gagalnya pembungaan tersebut dapat
tanaman bawang merah menghasil mengaktifkan gen FLOWERING
bunga dan biji pada penelitian ini LOCUS T (FT) dan gen SUPRESSOR
dikarena suhu dan curah hujan, dimana OF OVEREXPRESSION OF CO1
suhu harian pada penelitian di atas 30oC (SOC1) atau yang disebut floral
dan curah hujan bulanan di atas 261 integrator. SOC1 dan FT yang akan
mm. Sementara itu untuk terjadinya bekerja mendorong ekspresi gen
inisiasi pembungaan diperlukan APETALA1 (AP1) dan LEAFY (LFY)
temperatur rendah (9 – 12 oC) dan yang berfungsi dalam pembentukan
fotoperiodisitas panjang (> 12 jam) primordia bunga.
(Brewster 1983; Khokhar et al. 2007 Mekanisme pembungaan akibat
dalam Sumarni 2013).Curah hujan yang panjang penyinaran dan suhu terjadi
tinggi (> 200 mm/bulan) juga dapat pada jalur photoperiodik terletak di
menggagalkan pembungaan dan daun dan melibatkan produksi stimulus
pembijian bawang merah.Suhu dingin pembungaan yang dapat dipindahkan
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
211

(FT protein).Dalam LDPs seperti Induksi pembungaan terjadi karena


Arabidobsis, Ft protein dihasilkan di adanya stimulus di dalam daun yang
dalam floem menanggapi akumulasi dipengaruhi oleh adanya induksi suhu
protein CO dengan adanya panjang dingin (vernalisasi) yang kemudian ke
penyinaran, kemudian ditranslokasi ke titik tumbuh.Stimulus tersebut
meristem apeks.Sedangkan pada merupakan zat yang bertanggung dalam
tanaman SDPs seperti padi, stimulus meneruskan rangsangan vernalisasi
yang dipindahkan adalah protein Hd3a disebut juga vernalin atau
yang terakumulasi ketika protein florigen.Salisburry (1992)
represor hd1 terbentuk karena menyebutkan florigen adalahstimulus
penyinaran yang sedikit/pendek yang berupa senyawa kimia yang dapat
kemudian juga ditranslokasikan melalui menginduksi pembungaan
floem ke meristem apikal. Jalur tanaman.Konsep florigen pertama kali
vernalization (suhu rendah) dengan diperkenalkan oleh Chailakhyan (1937)
hormon giberelin yang sudah terbentuk dari Rusia melakukan percobaan
selanjutnya bertanggungjawab dalam dengan menyambung tanaman
meneruskan ke meristem apikal untuk terinduksi pembungaan pada tanaman
mengatur FLC, SOC 1, jalur sukrosa tanpa-induksi pembungaan dan
serta giberelin yang akan meningkatkan diletakkan di bawah kondisi hari
aktivitas ekspresi SOC 1 sehingga panjang non induktif, hasilnya tanaman
terjadinya pembungaan (Yu et al., tanpa- induksi berbunga. Terdapat
2006). senyawa kimia pembawa sinyal induksi
Bawang merah termasuk tanaman pembungaan yang melintasi sambungan
hari panjang yang mana membutuhkan yang diduga adalah florigen
lama penyinaran lebih dari 12 jam agar Beberapa penelitian telah dilakukan
dapat berbunga. Thomas dan Vince- untuk meningkatkan pembungaan dan
Prue (1997) dalam Naida (2009) pembijian bawang merah.Pemberian
menyatakan vernalisasi memungkinkan temperatur rendah secara buatan
tanaman berbunga setelah mendapatkan (vernalisasi) dengan temperatur 10 oC
perlakuan suhu rendah, sedangkan selama 3 – 4 minggu pada umbi bibit
fotoperiode memungkinkan terjadinya dapat meningkatkan persentase jumlah
induksi pembungaan karena adanya tanaman yang berbunga dan hasil biji
sinyal perbedaan panjang hari yang bawang merah/TSS (Satjadipura 1990;
diterima tanaman.Dalam penelitian ini, Permadi 1993; Sumarni et al. 2009).
tidak terjadi pembungaan disebabkan Pembungaan dan hasil biji bawang
juga karena waktu tanam yang tidak merah meningkat dengan kombinasi
tepat yaitu musim hujan walaupun perlakuan vernalisasi (10 oC) selama 4
lahan penelitian digunakan atap plastik minggu pada umbi bibit, waktu tanam
transparan untuk melindungi tanaman yang tepat (musim kemarau), dan
dari curah hujan yang tinggi, namun penggunaan umbi bibit berukuran besar
tidak dapat menginduksi terjadinya (> 5 g/umbi) (Sumarni dan Soetiarso
pembungaan. 1998; Rosliani et al. 2005). Halini
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
212

menunjukkan bahwa masih ada potensi mendukung pembentukan RNA baru


untuk meningkatkan pembungaan dan serta sintesis protein, sebagai mana di
produksi TSS yang lebih tinggi lagi baik jelaskan oleh Abidin, 1993 dalam
di dataran tinggi terutama di dataran Simanungkalit, 2011, Giberalin adalah
rendah. Selain itu, Sumarni & Soetiarso zat kimia yang dikelompokkan ke
(1998) serta Rosliani et al (2005) dalam terpinoid. Giberalin sebagai
melaporkan bahwa pembungaan dan hormon tumbuh pada tanaman yang
hasil biji bawang merah dapat berpengaruh terhadap sifat genetik,
ditingkatkan lagi dengan pembungaan, partenokarpi,penyinaran,
mengkombinasikan perlakuan mobilisasi karbohidrat selama
0
vernalisasi (10 C) selama 4 minggu perkecambahan, perpanjangan sel,
pada umbi bibit, waktu tanam yang aktivitas kambium, mendukung
tepat (musim kemarau), dan pembentukan RNA baru serta sintesis
penggunaan umbi bibit berukuran besar protein. Giberalin (GA3)
(> 5 g/umbi). dapatmempercepatperkecambahanbiji,
pertumbuhantunas,pemanjanganbatang,
Pengaruh Vernalisasi (V) dan GA3 pertumbuhandaun,
terhadap pembentukan Pertumbuhan merangsangpembungaan,
dan Hasil Bawang Merah perkembangan buah, mempengaruhi
Hasil percobaan menunjukkan pertumbuhan dan deferensiasi akar.
bahwa pemberian GA3 (G) dan GA3 mampu mempengaruhi sifat
Interaksianatara GA3 dengan Vernaliasi genetik dan proses fisiologi yang
(GxV) pengaruh tidak nyata terhadap terdapat dalam tumbuhan, seperti
semua parameter pertumbuhan (tinggi pembungaan, partenokarpi,
tanaman dan jumlah daun) dan hasil danmobilisasi karbohidrat selama masa
(Jumlah numbi per rumpun, diamter perkecambahan berlangsung (Yasmin et
umbi per rumpun dan berat umbi per al., 2014). Disamping itu juga keadaan
rumpun). Sedanagkan pengaruh iklim yang tidak stabil selama
vernalisasi (V)menunjukkan pengaruh penelitian, dimana curah hujan yang
yang sangat nyata pada semua tinggi (261 mm/bulan) dan suhu yang
parameter pertumbuhan (tinggi tanaman tinggi (30oC) menyebabkan
dan jumlah daun) dan hasil (Jumlah terdegrasinya fungsi-fungsi GA3,
numbi per rumpun, diamter umbi per sehingga fungsi-fungsi GA3 sebagai zat
rumpun dan berat umbi per rumpun). Pengatur Tumbuh Tanaman tidak dapat
Tidak berpengaruhnya GA3 berfungsi dengan maksimal. Hasil
terhadap pertumbuhan dan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
bawang merah diakibatkan karena GA3 penelitian Hag dan Umarie, 2015,
lebih berpengaruh terhadap sifat dimana pada perlakuan perendaman
genetik, pembungaan, GA3 berpengaruh sangat nyata pada
partenokarpi,penyinaran, mobilisasi parameter pengamatan tinggi tanaman
karbohidrat selama perkecambahan, umur 52 hst, parameter jumlah daun
perpanjangan sel, aktivitas kambium, umur 15 hst, berbeda nyata pada
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
213

parameter tinggi tanaman umur 15 hst. dan hasilnya berbeda nyata dengan
Berbeda juga dengan hasil penelitian tanaman bawang merah tanapa di
Siahaan, Simanungkalit, dan Mariati perlakukan vernalisasi. Hal ini sejalan
(2015), dimana pada parameter jumlah dengan Penning de Vries et al.1989,
umbel per plot dan bobot biji per plot, menyatakan pertumbuhan tanaman,
pemberian GA3 menunjukkan pengaruh sebagaimana perkembangan
tidak nyata. Hal ini menunjukkan pertumbuhan tanaman secara
bahwa peran GA3 dalam inisiasi keseluruhan atau fenologi, sangat
pembungaan ternyata belum dipengaruhi oleh iklim terutama
cukupmampu untuk mempengaruhi suhuudara.Pengaruh dari suhu ini
perkembangan biji.Efek giberelin berbeda antara masa vegetatif dan masa
paling dominan adalah dalam reproduktif. Selain itu, suhu dapat
merangsang pembentukan bunga. Hal mengubah atau memodifikasi respon
ini sejalan dengan literatur Sumarni dkk terhadap fotoperiode pada spesies dan
(2012) yang menyatakan peranan varietas, banyak spesies yang
Giberelin yang dominan adalah pada membutuhkan periode dingin selama 2-
perobahan meristem sub apical yang 6 minggu agar dapat berbunga (Gardner
dapat menyebabkan tanaman roset et al. 1991). Hasil penelitian ini sejalan
menjadi normal. Peranan lain yaitu dengan hasil penelitian Jasmi,
,
pada peristiwa bolting (lompatan Sulistyaningsih dan Indradewa, 2013),
perobahan dari fase vegetatif ke fase menyatakan bahwa vernalisasi
pengeluaran bunga). menghasilkan berat segar dan berat
Sedangkan pengaruh vernalisasi kering bawang merah.
terhadap pertubumhan (tinggi tanaman Sementara itu interaksi antara
dan jumlah daun) dan hasil (Jumlah perlakuan GA3 dengan Vernalisasi,
numbi per rumpun, diamter umbi per tidak menunjukkan hasil yang berbeda
rumpun dan berat umbi per rumpun) nyata pada semua parameter
sangat berbeda nyata. Pengaruh nyata pengamatan, itu disebabkan karena
terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman kondisi iklim yang kurang mendukung
dan jumlah daun) dan hasil (Jumlah untuk kedua perlakuan tersebut dapat
numbi per rumpun, diamter umbi per bekerjasama secara maksimal, karena
rumpun dan berat umbi per rumpun) apabila lingkungan tumbuh tidak
bawang merah dengan diperlakukan mendukung menyebabkan faktor-faktor
vernalisasi, diakibatkan kerena yang berpengaruh terhadap
terjadinya modifikasi memodifikasi pertumbuhan dan hasil tidak dapat
respon terhadap fotoperiode, sehingga berkerja secara baik.
tanaman bawah merah pertumbuhan

KESIMPULAN DAN SARAN terjadinya pembungan dan


Kesimpulan pembuahan pada tanaman bawang
1. Perlakuan GA3 dan Vernalisasi pada merah, menyebabkan parameter
umbi bawang merah, belum jumlah tanaman yang berbunga,
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
214

jumlah umbel bunga, jumlah umbel seluruh parameter pengamatan,


bunga yang berbuah dan berbiji, hasil begitu juga interaksi antara GA3 dan
bobot biji, bobot 100 butir biji tidak vernalisasi belum menunjukkan
dapat dianalisis. pengaruh yang nyata pada semua
2. Vernalisasi berpengaruh nyata pada parameter pengamatan.
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah Saran
umbi per rumpun, diameter umbi per Perlu dilakukan penelitian lanjut
rumpun, dan berat umbi per rumpun. pada umbi bawang merah dengan
Vernalisasi 2 mingu dan 6 minggu perlakuan vernalisasi dan GA3, namun
memberikan hasil yang terbaik. kondisi lingkungan suhu dan curah
3. Perlakuan GA3 pada umbi bawang hujan yang terkonrol.
merah belum berpengaruh nyata pada

DAFTAR PUSTAKA Http://epetani.deptan.go.id/. Diakses


12 Januari 2014.
Arisuryanti, Tuty, Budi Setiadi
Daryono, dan Sedyo Hartono. 2009. Hemanto, S. 2013. Cara Menanam
Pengembangan Metode Skrining Bawang Merah Yang Baik dan
Ketahanan Tanaman Bawang Merah Benar, Http://obat.pertanian.com/.
(Allium ascalonicumL.) terhadap Diakses 12 Januari 2014.
Virus menggunakan RT-PCR.
Laporan Hasil PenelitianFakultas Ilmu Biologi, 2013. Morfologi Bawang
Biologi Universitas Gadjah Mada. merah. Http://ilmubiologi.com/.
Diakse 11 Januari 2014.
Badan Pusat Statistik 2011. Statistik
Ekspor-Impor Tahun 2011.Badan Jasmin, E., Sulistyaningsih, dan D.
Pusat Statistik Republik Indonesia. Indaradewi. 2013. Pengaruh
Jakarta. Vernalisasi Umbi terhadap
Pertumbuhan, Hasil, dan
BPPT, 2007 . Teknologi budidaya Pembungaan Bawang Merah (Allium
Tanaman Pangan. Badan Penerapan cepa L.) di Dataran Rendah. Jurnal
Teknologi. Jakarta. Ilmu Pertanian. 16(1).
http://www.iptek.net.id/ind/tekn
ologi-pangan/. Diakses 11 Januari Klukachova, Jana, Milan Navratil,
2014. Marie Vesela, Pavel Havranek and
Dana Savarova. 2004. Occurence of
Deptan, 2007 . Prospek Dan Arah Garlic Viruses in the Czech
Pengembangan Agribisnis Bawang Republic. Proceeding of the
Merah. Depertemen Pertanian XVI.Slovak and Chezh Republic.
Republik Indonesia. Mondal, M.F. and Husain. 1980. Effect
of time of planting of onion bulbs on
Dihana, K. 2012. Kunci Sukses the yield and quality of seeds.
Budidaya Bawang Merah Asal Biji Bangladesh Journal of Agriculture 5
di Dataran rendah. : 131-134.
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
215

Rosliani, R., Suwandi, dan N. Sumarni.


Pendidikan dan Pendidikan. 2012. 2005. Pengaruh waktu tanam dan zat
Bawang Merah, Struktur Sel dan pengatur tumbuh mepiquat klorida
Manfaat. terhadap pembungaan dan produksi
Http://pendidikandanpendidikan.blog biji bawang merah (TSS). J.Hort.
spot.com/. Diakses 13 Januari 2014. 15(3) : 192-198.

Permadi, Anggoro Hadi. 1991. Rukmana, R, 1995. Bawang merah


Penelitian Pendahuluan Variasi Sifat- Budidaya Dan Pengolahan Pasca
Sifat Bawang Merah yang Berasal panen.Kanisius, Jakarta, Hlm 18.
dari Biji. Bull. Penel. Hort.
20(4):120-131. Satjadipura, S. 1990. Pengaruh
vernalisasi terhadap pembungaan
Permadi, Anggoro Hadi. 1993. Growing bawang merah. Buletin Penelitian
shallot from true seed. Research Hortikultira XVIII (EK. No 2) : 61-
results and problems.Onion 70.
newsletter for the Tropics.NRI.
Kingdom, July 1993 (5) : 35 – 38. Sopha, G. A. 2010. Teknik Persemaian
True Shallots Seed (TSS). Balai
Purnomo D, Bambang Pujiasmanto, Penelitian Tanaman Sayuran.
Samanhudi, Eddy Triharyanto, Arif Bandung.
Wulandari. 2012. Teknologi
Pembibitan Bawang Merah (Allium Sumarni, N dan T.A. Soetiarso. 1998.
ascalonicum L.) melalui Teknik In Pengaruh waktu tanam dan ukuran
vitro, Umbi Udara, Biji Botani dan umbi bibit terhadap pertumbuhan,
Stek Mini Umbi untuk Memperoleh produksi dan biaya produksi biji
Bibit Bermutu. Laporan Hasil bawang merah. J. Hort. 8 (2) : 1085 –
Penelitian Tim Pascasarjana-HPTP 1094.
UNS.
Sumarni, N dan E. Sumiati. 2001.
Putrasamedja, S. 1995. Pengaruh jarak Pengaruh vernalisasi, giberelin dan
tanam terhadap bawang merah auxin terhadap pembungaan dari
(Allium cepa var. ascalonicum hasil biji bawang merah. J. Hort. 11
Baches) dari biji terhadap produksi. (1) : 1 – 8.
J.Hort.5 (1): 71 – 80.
Sumarni, N., E. Sumiati dan Suwandi.
Putrasamedja, S. dan A.H. Permadi. 2005. Pengaruh Kerapatan Tanaman
1994. Pembungaan beberapa kultivar dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
bawang merah di dataran tinggi. terhadap Produksi Umbi Bibit
Buletin Penelitian Bawang Merah asal Biji Kultivar
Hortikultura.XXVI (2):128 – 133. Bima. J. Hort. 15(3):208-214.

Raduica, Daniela, Propescu. 2008. Sumarni, N., G.A. Sopha dan R.


Research on the Biology, Gaswanto. 2009. Implementasi
Technology and Use of Shallots Teknologi TSS Untuk Memenuhi
(Allium ascalonicum). Horticulture Kebutuhan Benih Bawang Merah
Magazine 8:250-257. Sebanyak 30% Pada Waktu Tanam
Off Season. Lap. Hasil Penelitian
Agritrop, Vol. 15 (2): 203 - 216
216

SINTA 2009. Balai Penelitian


Tanaman Sayuran. Pustitbanghorti. Sumiati, E. 1996.Konsentrasi optimum
Badan Litbang Pertanian. mepiquat klorida untuk peningkatan
Kementrian Pertanian. hasil umbi bawang merah kultivar
Bima Brebes di Majalengka. J. Hort.
Sumarni, N., G.A. Sopha dan 6 (2) : 120- 128.
R.Gaswanto. 2010. Perbaikan
Teknologi Produksi TSS Untuk Triharyanto, E, Samanhudi, Bambang
Mempercepat Pemenuhan Kebutuhan Pujiasmanto dan Djoko Purnomo.
Benih Bawang Merah Murah Pada 2012. Kajian Daya Tumbuh Biji
Waktu Tanam Musim Hujan.Lap. Botani Bawang Merah(Allium
Hasil Penel. Ristek 2010. Balitsa, ascalonicum L) Dengan Lama
Puslitbanghorti. Badan Litbang Simpan Dan Perendaman Pada
Pertanian. Kementrian Pertanian. Bahan Skarifikasi. Makalah Seminar
PERHORTI. Surabaya.
Sumarni, N., W. Setiawati, A.
Wulandari, dan A. Hasyim. 2011. Triharyanto, E, Samanhudi, Bambang
Perbaikan teknologi produksi benih Pujiasmanto,dan Djoko Purnomo.
bawang merah (TSS) untuk 2013. Kajian Pembibitan Dan
peningkatan ‘seed se” (25%). Budidaya Bawang Merah (Allium
Lap.Hasil Penel. Balitsa 2011. ascalonicum L) Melalui Biji Botani
(True hallot Seed). Makalah
Sumarni, N. Sopha, GA. Gaswanto R. disampaikan pada Seminar Nasional
2012.Perbaikan Pembungaan dan Fakultas Pertanian UNS Surakarta
Pembijian Beberapa Varietas dalam rangka Dies Natalis tahun
Bawang Merah dengan Pemberian 2013.
Naungan.Hasil Penel. Ristek 2012.
Balitsa, Puslitbanghorti. Badan Widodo, Winarso Drajat, Roedhy
Litbang Pertanian. Kementrian Poerwanto dan Nani Sumarni. 2011.
Pertanian. Teknologi True Shallot Seed (Tss)
Sumarni, N. 2013. Perbaikan Teknologi Sebagai Bahan Tanam Untuk
Meningkatkan Produktivitas Bawang
Produksi TSS (True Shallot Seed)
Merah. Hasil Penel. Ristek 2011.
Untuk Meningkatkan Pembungaan
Balitsa, Puslitbanghorti. Badan
dan Pembijian Bawang Merah. Hasil
Litbang Pertanian. Kementrian
Penel. Ristek 2013. Balitsa,
Pertanian.
Puslitbanghorti. Badan Litbang
Pertanian. Kementrian Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai