Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Lokal Samosir

Bawang merah merupakan tanaman sayuran yang penting di kalangan


masyarakat Indonesia terutama sebagai bumbu penyedap masakan. Selain dipakai
sebagai bahan untuk bumbu masakan, bawang merah juga sering digunakan
sebagai bahan obat-obatan tradisional. Bawang merah dikenal sebagai obat yang
mengandung antiseptik dan senyawa allium (Puspa Hayati Sinambela, Ferry Ezra
T. Sitepu, Mariati, 2015). Dan bawang merah juga merupakan salah satu
komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi, baik ditinjau dari sisi
pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani, maupun potensinya
sebagai penghasil devisa Negara.

Kabupaten Samosir dikenal dengan produksi bawang merah sebagai


primadona hasil pertanian karena agroekologi di daerah ini sangat bersahabat dan
mendukung usahatani bawang merah. Namun, masa keemasan bawang merah
mulai memudar. Tanaman bawang merah varietas Samosir sulit untuk
menghasilkan bunga, dan apabila telah berbunga, lazimnya para petani tidak
menunggu bunga tanaman tersebut menjadi biji (Afifa Ulfa Batubara, Mariati,
Ferry Ezra T. Sitepu .2015).

Tanaman bawang merah banyak ditanam di Kecamatan Simanindo dan


Sianjur MulaMula dengan luas tanam 10-15 ha. Selain di dua kecamatan tersebut,
bawang merah ditanam juga di Kecamatan Sitio-tio, Onan Runggu, Harian,
Nainggolan, Palipi dan Pangururan dengan luas tanam antara 18 ha. Data dari
Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Samosir sampai dengan
bulan April 2013 dari luas panen 55 ha menghasilkan bawang merah sebanyak 345
ton. Dengan demikian produktivitas bawang merah yang dapat dicapai masih
rendah yaitu rata-rata 6,27 t/ha dibandingkan dengan rata-rata nasional sekitar 9,7
t/ha (Hidayat, IM, Rosliani, Simatupang, dan Simarmata.2014).
2.2 Giberelin (GA3)

Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang


dalam konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu zat
pengatur tumbuh yang sering digunakan adalah giberelin yang banyak berperan
dalam mempengaruhi berbagai proses fisiologi tanaman. Giberelin berperan
dalam pembentangan dan pembelahan sel, pemecahan dormansi biji sehingga biji
dapat berkecambah, mobilisasi endosperm cadangan selama pertumbuhan awal
embrio, pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan batang,
perkembangan bunga dan buah, pada tumbuhan roset mampu memperpanjang
internodus sehingga tumbuh memanjang. Giberelin eksogen yang umum
digunakan dan tersedia di pasaran adalah GA3 (giberelin- 3), yang dikenal juga
dengan nama asam giberelat (Revis asra, 2014).
Giberelat merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk
merangsang berbunganya beberapa jenis tanaman termasuk yang digunakan untuk
membungakan pada bawang (Sartono Putrasamedja dan Anggoro Hadi
Permadi,2004). Giberelin dapat menggantikan sebagian atau seluruh fungsi suhu
rendah dan hari panjang untuk menstimulasi pembungaan. Pemberian konsentrasi
dan lama perendaman GA3 berperan dalam merangsang atau mendorong
terjadinya pembungaan dan pembentukan biji di dataran rendah. Beberapa proses
fisiologi yang dipengaruhi oleh giberelin yaitu: 1)merangsang pemanjangan
batang dengan merangsang pembelahan dan pemanjangan sel, 2)merangsang
pembungaan, 3) memecah dormansi pada beberapa tanaman yang menghendaki
cahaya untuk merangsang perkecambahan, 4) merangsang produksi enzim (a-
amilase) dalam mengecambahkan tanaman sereal untuk mobilisasi cadangan
benih, 5) menyebabkan berkurangnya bunga jantan pada bunga dicious dan 6)
dapat menyebabkan perkembangan buah partenokarpi (tanpa biji).
2.3 Hubungan Pemberian Giberelin Terhadap Pembungaan Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) Varietas Lokal Samosir

Populasi tanaman berbunga yang tinggi merupakan salah satu faktor


terpenting dalam meningkatkan produksi biji bawang merah. Persentase berbunga
yang baik dihasilkan dari 50 % tanaman dari populasi berhasil berbunga. Hampir
semua kultivar bawang merah mampu berbunga namun pembungaannya masih
rendah yaitu hanya sekitar 30%. Selain itu, kultivar yang berbunga belum tentu
dapat sampai berbiji. Pembungaan bawang merah yang masih rendah tersebut
merupakan masalah utama dalam produksi biji botani. Selain itu, rendahnya
pembungaan bawang merah disebabkan oleh faktor cuaca di Indonesia, terutama
panjang hari yang pendek 180 C tidak mendukung terjadinya inisiasi
pembungaan. Untuk terjadinya inisiasi pembungaan diperlukan suhu rendah 9-
120C dan fotoperiodesitas panjang >12 jam.
Aplikasi zat pengatur tumbuh giberelin (GA3) dapat menggantikan seluruh
atau sebagian fungsi temperatur rendah dan hari panjang untuk inisiasi
pembungaan. Hasil penelitian Sumarni (2012) menyimpulkan bahwa jumlah
tanaman yang berbunga paling banyak (88,30%) dan umbel bunga paling banyak
(662,25 umbel bunga per petak) diperoleh dengan cara perendaman umbi bibit
pada larutan GA3 sebelum tanam.
Aplikasi ZPT GA3 berperan dalam terjadinya inisiasi pembungaan
sehingga tanaman bawang merah dapat dirangsang untuk membentuk organ
umbel sebagai tempat melekatnya bunga-bunga untuk selanjutnya berkembang
pada proses pembuahan dan memproduksi biji. Pemberian ZPT GA3 pada
berbagai taraf konsentrasi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per sampel,
bobot biji per umbel, dan bobot biji per plot. Peran GA3 yang berfungsi untuk
merangsang pembungaan dan memperoleh hasil biji yang tinggi, namun dari hasil
penelitian yang dilakukan diketahui bahwa GA3 berpengaruh tidak nyata terhadap
semua parameter bobot biji
Hal ini kemungkinan dikarenakan taraf perlakuan dengan konsentrasi
hingga 100 ppm yang digunakan masih rendah sehingga belum efisien terhadap
kegunaan zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang pembungaan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Sumarni dan Sumiati (2001) yang menyimpulkan
bahwa giberelat dapat menggantikan sebagian atau seluruh fungsi temperatur
rendah untuk pembungaan. Hasil biji yang tinggi diperoleh dengan perlakuan
aplikasi 100-200 ppm GA3 lebih efisien pada penggunaan zat pengatur tumbuh.
Namun, perlakuan konsentrasi dan lama perendaman GA 3 belum cukup
untuk meningkatkan pembungaan dan hasil biji bawang merah di dataran rendah.
Pertumbuhan dan pembentukan bunga sampai menghasilkan biji ditentukan oleh
keseimbangan hormonal tanaman itu sendiri. Apabila keseimbangan hormonal
tanaman itu baik maka akan menghasilkan jumlah bunga dan persentase buah
lebih banyak dan dapat menghasilkan biji yang banyak (Andrio Sorensen, Mariati,
Luthfi A. M. Siregar, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Afifa Ulfa Batubara, Mariati, Ferry Ezra T. Sitepu .2015. Karakter


Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas
Lokal Samosir Pada Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma .
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3,
No.1 : 426 434.

Andrio Sorensen, Mariati, Luthfi A. M. Siregar. 2015. Tanggap


Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Bawang Merah Terhadap
Konsentrasi Dan Lama Perendaman GA3 Di Dataran Rendah.
Jurnal Agroeteknologi, Vol.3, No.1 : 310-319.

Eric Pandiangan, Mariati , Jonis Ginting.2015. ResponsPembungaan dan


Hasil Biji Bawang Merah Terhadap Aplikasi GA3dan Fosfor
Response Flowering and Seed Production of Shallot on
theApplication of GA3 and Fosfor. Jurnal Online Agroekoteknologi
. ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.3 : 1153 1158.

Hidayat, IM, Rosliani, Simatupang, dan Simarmata.2014. SEKILAS


BERBURU BAWANG MERAH DI PULAU SAMOSIR. Iptek
Hortikultura, 1)Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban
Parahu no 517, Lembang 2)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara Jl. Jend. AH Nasution No. 1B Medan 20143.
No.10

Puspa Hayati Sinambela, Ferry Ezra T. Sitepu, Mariati. 2015. Tanggap


Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum
L.)Varietas Lokal Samosir Terhadap Varietas Lokal Samosir
Terhadap Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma Growth and
Production Response of Local onion (Allium ascalonicum L)
Varieties Samosir on Several Dose of Gamma Ray Irradiation.
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597, Vol.3,
No.1 : 221 228.
Revis ASRA . 2014. Pengaruh Hormon Giberelin (GA3) Terhadap Daya
Kecambah dan Vigoritas Calopogonium caeruleum. Biospecies,
Vol. 7, No.1: 29-33.

Sartono Putrasamedja dan Anggoro Hadi Permadi. 2004. PENGARUH


ZAT PENGATUR TUMBUH GA3 DAN CARA PERENDAMAN
UMBI BAWANG MERAH PADA KULTIVAR SUMENEP
TERHADAP PEMBUNGAAN. Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Lembang Bandung , Vol.4, No.2.

Sumarni, N. dan Sumiati. 2001. Pengaruh Vernalisasi, Giberelin, dan


Auxin terhadap Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang, Bandung. J. Hort11(1):1-8.

Sumarni, N., G.A. Sopha, dan R. Gaswanto. 2012. Perbaikan


Pembungaan dan Pembijian Beberapa Varietas Bawang Merah
dengan Pemberian Naungan Plastik Transparan dan Aplikasi
Asam Giberelat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang,
Bandung. J. Hort 22 (1) :14-22.

Anda mungkin juga menyukai