Anda di halaman 1dari 7

Volume 2, Nomor 2, November 2017 ISSN : p-ISSN 2541-7452 e-ISSN:2541-7460

Pola Distribusi Dan Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah Besar Dan Bawang Merah Di
Pasar Wonomulyo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar

Yusral*
Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah Mandar
yusral90@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini di laksanakan selama 3 bulan yakni dari Bulan November 2016 sampai dengan Januari 2017 di Pasar
Wonomulyo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pola distribusi dan stabilitas harga untuk komoditas cabe merah besar dan bawang merah di pasar wonomulyo kecamatan
wonomulyo kabupaten polewali mandar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode secara sengaja atau
proposive sampling dengan pedagang bawang merah dan cabai merah yang terdiri dari 13 orang Pedagang, 3 orang
Pengepul, dan 3 orang Distributor yang ada di pasar Wonomulyo Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola distribusi yang ada di pasar wonomulyo dalam penelitian ini ada 3 saluran yaitu
saluran I Distributor membeli barang di petani, dan langsung menyalurkannya kepada para Pengumpul yang ada di Pasar.
Saluran II pengumpul membeli barang dagangan ke distributor dan menyalurkannya kepada para pedagang yang ada di
pasar Wonomulyo, dan Saluran III Pedagang membeli barang dagangan ke pengumpul dan menyalurkannya kepada
Konsumen yag datang untuk membeli keperluannya. Dari hasil penelitian pola distribusi Cabe Merah Besar dan Bawang
Merah mulai bulan November 2016 sampai dengan bulan Januari 2017, dapat di ambil kesimpulan bahwa harga dari
komoditas cabe merah besar dan bawang merah dalam penelitian ini tidak pernah stabil dikarenakan harganya yang selalu
berubah-ubah dan tidak ada ketetapan harga dari setiap komoditas yang diperjual belikan.

Kata Kunci : Pola, Distribusi, Stabibilitas, Harga

PENDAHULUAN Jawa) adalah sayuran buah semusim yang termasuk


Hortikultura pada dasarnya berasal dari bahasa dalam anggota genus Capsicum yang banyak diperlukan
Latin yaitu hortus yang berarti tanaman kebun dan oleh masyarakat sebagai penyedap rasa masakan
cultura yang artinya budidaya. Jika digabungkan dari (Sunaryono, 2003). Karena merupakan sayuran yang
kedua suku kata tersebut, tanaman hortikultura adalah dikonsumsi setiap saat, maka cabai merah besar akan
budidaya tanaman perkebunan. Namun pengertian terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin
tersebut belum menggambarkan hortikultura yang meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah
sebenarnya. Oleh karena itu kemudian hortikultura dalam penduduk dan perekonomian nasional (Setiawati, 2005).
perkembangannya digunakan secara lebih luas bukan Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah
hanya untuk budidaya di kebun. Jadi dapat diartikan, satu jenis komoditas yang mempunyai arti penting bagi
hortikultura merupakan salah satu cabang dari agronomi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya dan
namun sedikit berbeda dengan agronomi, karena permintaannya. Komoditas sayuran ini termasuk ke
hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah, dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang
tanaman bunga atau tanaman hias, tanaman sayuran, dan berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan
tanaman obat-obatan. Ciri yang melekat pada tanaman obat tradisional (Deptan, 2005).
hortikultura adalah produknya yang bersifat mudah rusak Adapun permasalahan untuk cabai merah besar
karena segar. dan bawang merah mengenai pola distribusi dan
Komoditas hortikultura merupakan komoditas stabilitas harga di Wonomulyo masalah pertama adalah
potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan adanya perbedan harga yang tinggi antara harga ditingkat
memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Dari sisi petani dan harga dipasar. Masalah kedua adalah adanya
penawaran atau produksi, luas wilayah Indonesia dengan produk sayur import (termasuk bawang merah & cabe
keragaman agroklimatnya memungkinkan merah besar) yang masuk ke pasar Wonomulyo dengan
pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura, yang harga lebih murah, Produk yang masuk ke pasar
mencakup 323 jenis komoditas terdiri atas 60 jenis Wonomulyo mutunya bagus, menyebabkan harga cabai
komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 merah besar dan bawang merah dalam daerah tertekan
jenis komoditas biofarmaka dan 117 jenis komoditas menurun.
tanaman hias (Dirjen Holtikultura, 2008).
Salah satu komoditas hortikultura potensial untuk
dikembangkan adalah komoditas cabai merah besar dan
bawang merah. Cabai merah besar atau lombok (bahasa

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 46


Volume 2, Nomor 2, November 2017 ISSN : p-ISSN 2541-7452 e-ISSN:2541-7460

Tujuan Jenis Dan Sumber Data


1. Untuk mengetahui pola distribusi pada komoditas Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
cabai merah besar dan bawang merah di :
Kabupaten Polewali Mandar 1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui
2. Untuk mengetahui stabilitas harga pasar pada observasi langsung dan wawancara langsung
komoditas cabai merah besar dan bawang merah dengan responden dengan menggunakan
di Kabupaten Polewali Mandar kuesioner/ daftar pertanyaan
2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan
melalui berbagai sumber yang terkait dengan
METODE PENELITIAN penelitian ini.
Penelitian ini dilaksanakan di pasar Analisis Data
Wonomulyo Kecamatan. Wonomulyo Kabupaten Dalam penelitian ini, ada dua (2) metode
Polewali Mandar, yang berlangsung selama 3 (tiga) analisis data yang digunakan adalah analisis
bulan yakni bulan November 2016 sampai dengan deskriptif kualitatif dan analisis data Kuantitatif.
bulan Januari 2017. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
Penentuan Responden dilakukan pada natural setting (kondisi yang
Penentuan sampel atau responden yang alamiah), sumber data primer dan teknik
dilakukan dengan menggunakan metode Simple pengumpulan data lebih banyak pada observasi
random sampling (acak sederhana). Sampel diambil berperan serta, wawancara mendalam, dan
secara acak dengan pedagang bawang merah dan dokumentasi.(Sugiono,2012)
cabai merah yang terdiri dari 128 orang Pedagang Sedangkan metode kuantitatif dengan
yang ada di pasar Wonomulyo Kecamatan menggunakan analisis margin. Analisis margin
Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar. (Kantor pemasaran dilakukan untuk mengetahui perbedaan
Pasar Wonomulyo, 2015). Dengan berpatokan pada harga persatuan ditingkat produsen atau ditingkat
pendapat (Arikunto, 2002 ; 12) bahwa jika populasi konsumen yang terjadi pada rantai pemasaran
keseluruhan lebih dari 100, maka dapat di ambil 10% (Sudiyono 2004). Data dianalisis berdasaran rumus
- 15% dari jumlah populasi. Jadi jumlah sampel yang sebagai berikut :
digunakan untuk pedagang bawang merah dan cabe Margin Pemasaran
merah berjumlah 13 orang, sedangkan untuk Rumus Margin Pemasaran seperti berikut ini :
distributor sebanyak 3 orang dan pengumpul 3 orang Rumusnya : M = Hp ± Hb
berdasarkan hasil penelitian, pengambilan sampel Dimana : M = Margin pemasaran
untuk distributor dan pengumpul dilakukan secara Hp = Harga penjulan
sengaja ( proposive sampling). Hb = Harga pembelian
Tekhnik Pengumpulan Data Persentase margin
Tekhnik pengumpulan data merupakan cara yang Persentase margin di tingkat distributor
digunakan penelitian untuk mengumpulkan data Rumusnya : % M = M/ HE x 100% .........
dalam penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006). (Sudiyono, 2004)
Metode observasi Dimana % M = Persentase Margin dari semua
Tekhnik ini dilakukan dengan mengadakan saluran distribusi
pengamatan langsung ke lokasi penelitian sehingga M = Margin
didapatkan gambaran/informasi yang jelas mengenai HE = Harga penjualan
objek yang di teliti. Efesiensi Pemasaran
Wawancara digunakan sebagai tekhnik Soekartawi (2002), menyatakan bahwa pemasaran
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan akan semakin efisien apabila nilai efisiensi
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan pemasaran semakin kecil. Soekartawi (2002),
yang harus di teliti, dan juga apabila peneliti ingin menyatakan bahwa efisiensi tataniaga dapat dihitung
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil Rumusnya : Eps = Bp / HE x 100% .........
(Sugiyono, 2012:137). (Soekartawi, 2002)
Metode dokumentasi adalah metode Dimana Eps = Efesiensi pemasaran
pengumpulan data dengan mencari data mengenai Bp = Harga pemasaran
hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, HE = Harga Eceran
buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, Keterangan : > 5 % : maka dikatakan efesien
agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, < 5% : maka dikatakan tidak
2006:158). efesien

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 47


Volume 2, Nomor 2, November 2017 ISSN : p-ISSN 2541-7452 e-ISSN:2541-7460

HASIL DAN PEMBAHASAN pendidikan terendah yaitu SD dengan jumlah


Umur Responden responden 3 jiwa, dan persentasenya (15,79 %)
Aspek umur para pelaku usaha dagang turut Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
menentukan sikapnya dalam pengambilan keputusan, pendidikan responden sudah mulai meningkat
termasuk dalam hal mengadopsi teknologi baru. meskipun masih sangat kurang dibanding dengan
Disamping itu, umur juga sangat menentukan pedagang-pedagang yang ada di luar daerah.
kemajuan yang telah dicapai oleh seorang pedagang, Keberhasilan suatu usaha tidak hanya ditunjang oleh
sehingga umur merupakan salah satu faktor penting pendidikan formal saja, akan tetapi pendidikan non
bagi pedagang dalam mengelolah usaha dagangannya formal juga berpengaruh terhadap keberhasilan
ke arah yang lebih baik. usaha, seperti informasi atau pengetahuan yang
Pedagang yang berusia lanjut yang diperoleh dari Pemerintah melalui media-media
kemampuan fisiknya sudah menurun dan mengalami sosial misalnya surat kabar, radio, maupun media-
kesulitan dalam menerima perubahan dan inovasi media lainnya. Sejalan dengan pendapat (Tambunan,
baru dikarena selalu berpijak pada pengalaman masa 2003) Rendahnya tingkat pendidikan dan
lalunya. Berbeda halnya pada pedagang yang usia keterbatasan teknologi modern merupakan dua faktor
masih muda, disamping kemampuan fisiknya masih penyebab utama yang menyebabkan kemiskinan di
kuat, juga lebih kreatif sehingga lebih mudah dalam sektor pertanian di Indonesia.
menerima inovasi baru dan cara- cara baru untuk
mengembangkan usaha dagangnya. Pengalaman Berwirausaha
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat Elaine B Johnson (2007) menyatakan bahwa
tingkat umur responden di pasar Wonomulyo ³SHQJDODPDQ PHPXQFXONDQ SRWHQVL VHVHRUDQJ
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar Potensi penuh akan muncul bertahap seiring
pada Tabel 1 berikut : berjalannya waktu sebagai tanggapan terhadap
Pada Tabel 1 terlihat bahwa responden yang bermacam-PDFDP SHQJDODPDQ´
terbanyak jumlahnya yakni pada usia 40 - 44 tahun, Berdasarkan hasil penelitian tingkat
sebanyak 6 jiwa , dengan jumlah keseluruhan pengalaman responden dalam mengelolah usaha
responden sebanyak 19 jiwa dan persentasenya dagangannya, diperoleh bahwa pengalaman
(31,58 %). Sedangkan yang palin sedikit yaitu pada responden yang paling banyak yaitu 20 ± 24 tahun,
usia 55 ± 59 tahun, dengan jumlah jiwa 2, dari 19 dengan jumlah responden 6 jiwa, dan persentasenya
keseluruhan jiwa, dan persentasenya (10,53 %). (31,58 %). Sedangkan pengalaman responden
Melihat kenyataan tersebut, maka dapat terendah ialah 30 ± 34 tahun, dengan jumlah
dikatakan bahwa responden yang ada di pasar responden 3 jiwa, dan nilai persentasenya (15,79 %).
Wonomulyo rata-rata berumur produktif antara 40 - Rata-rata responden sudah sangat berpengalaman
44 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat, bahwa dalam bidang usaha tata niaga usaha ( perdagangan ).
umur 25 - 45 tahun seseorang menentukan prestasi Menurut Soeharjo dan Patong (2006) bahwa
kerja dan kinerja orang tersebut. Suratiyah (2006). pengalaman berusaha seseorang dapat dikatakan
Tingkat Pendidikan Responden cukup berpengalaman apabila menggeluti bidang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana pekerjaannya selama 5 ± 10 tahun, dengan kata lain
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses 10 tahun keatas di kategorikan sangat
pembelajaran agar peserta didik secara aktif berpengalaman, sedangkan 5 tahun kebawah masih
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kurang berpengalaman.
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, Dengan melihat pengalaman yang dimiliki
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta oleh para pelaku usaha di pasar Wonomulyo
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar
bangsa dan negara (suparyono, 2006). pada umumnya berpengalaman dalam melakukan
Adapun tingkat pendidikan responden yang usahanya.
ada di Pasar Wonomulyo, Kecamatan Wonomulyo Tanggungan Keluarga
Kabupaten Polewali Mandar dapat dilihat pada Tabel Tanggungan keluarga adalah anggota keluarga
2 dibawah ini: yang harus di tanggung oleh responden. Semakin
Berdasarkan tabel 2 maka dapat dilihat bahwa banyak anggota keluarga responden maka semakin
tingkat pendidikan responden sudah mulai banyak tenaga kerja yang tersedia, Tetapi dilain sisi
meningkat. Melihat dari tabel 2 diatas bahwa nilai tanggungan keluarga juga akan bertambah dan biaya
pendidikan terbanyak ialah SLTA dan SLTP dengan hidup juga semakin tinggi. Untuk mengetahui
jumlah responden sama-sama 8 jiwa, dan tanggungan keluarga pada responden dalam
persentasenya (42,105 %). Sedangkan nilai penelitian ini diperoleh bahwa jumlah responden
yang memiliki tanggungan pada 3 ± 4 jiwa itu

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 48


Volume 2, Nomor 2, November 2017 ISSN : p-ISSN 2541-7452 e-ISSN:2541-7460

berjumlah 12 orang responden dengan nilai Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
persentase sebesar 63,16 %, dan jumlah responden pasar Wonomulyo dapat di lihat pada Gambar 3
yang memiliki tanggungan 5 ± 6 jiwa itu berjumlah 6 seperti berikut :
orang responden dengan nilai persentase 31,57 %, hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran I
sedangkan yang memiliki tanggungan paling banyak Distributor (pedagang penyuplai) itu datang setiap
yaitu 7 ± 8 jiwa hanya berjumlah 2 orang dengan malam Rabu dan malam Mingggu. Setiap Distributor
nilai persentase sebesar 5,26 %. datang sekitar ± jam 19:00 WIB, dan membawa
Abdul Hamid a dkk (2012) menyatakan barang dagangannya ke terminal dan langsung
bahwa apabila terdapat kurang dari 3 orang jumlah membongkar barangnya ke pedagang pengumpul.
anggota keluarga maka dikategorikan sebagai Menurut pernyataan dari setiap Responden bahwa
keluarga kecil, 4 ± 5 orang dikategorikan keluarga setiap satu kali jalan mereka membawa Cabai Merah
sedang dan lebih dari 5 orang dikategorikan keluarga Besar sebanyak 10 kantong, dan dalam 1 kantong
besar. Dengan melihat tingkat jumlah tanggungan berisi Cabai Merah sebesar 10 Kg/kantong.
keluarga responden pada pelaku usaha dengan Sedangkan untuk bawang merah para distributor
mengutip pendapat Abdul Hamid a dkk (2012) dapat membawa 10 karung waring dengan berat dalam 1
di jelaskan bahwa responden yang termaksud karung waring sebesar 50 Kg/karung.
keluarga besar ada yang jumlah tanggungannya 5-6 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
dengan jumlah responden 6 jiwa dan nilai bahwa Saluran II Pedagang Pengumpul akan
persentasenya 31,57 % dan responde yang jumlah menyalurkan barang dagangannya mulai pada jam
tanggungannya 7-8 tanggungan berjumlah 1 jiwa 00:00 sampai pada pagi hari kepada para pedagang-
dengan nilai persentasenya sebesar 5,26 %. pedagang yang ada di pasar Wonomulyo. Hal ini
Sedangkan keluarga sedang 3 ± 4 dengan jumlah dilakukan pada pasar subuh di daerah Terminal
responden 12 keluarga dan jumah presentase sebesar Wonomulyo. Sedangkan untuk Saluran III para
63,16 %. pedagang-pedagang yang ada di sekitar Wonomulyo
menyalurkan barang dagangannya kepada konsumen
Analisis Data Bawang Merah dan Cabe Merah di yang datang untuk membeli keperluannya atau
Pasar Wonomulyo Kecamatan Wonomulyo bahkan sebaliknya para konsumen yang datang
Kabupaten Polewali Mandar kepada para pedagang untuk membeli.
Komuditas yang diperdagangkan berupa Dari pejelasan diatas, dapat di lihat jumlah
bahan pangan (sayur-sayuran) antara Kabupaten Cabai Merah Besar dan Bawang Merah yang
Enrekang dengan Kabupaten Polewali Mandar (Pasar tersalurkan dari data yang diperoleh bahwa
Wonomulyo) atau dari Kabupaten lain ke pasar permintaan barang dagangan selama penelitian
Wonomulyo dilakukan pada berbagai pelaku usaha dilakukan mulai bulan November 2016 sampai
dagang Penyuplai (Ditributor) ke pedagang dengan bulan Januari 2017 dari ke 3 (tiga) pelaku
Pengumpul kemudian disalurkan ke pedagang- usaha Distributor barang dari Kabupaten Enrekang ke
pedagang pengecer yang ada disekitar wilayah pasar pasar Wonomulyo untuk komoditas Bawang Merah
Wonomulyo. Perkembangan alur distribusi barang lebih tinggi yaitu 32.400 Kg (36 Ton) dari pada
dagangan di Kabupaten lain yang diantar ke pasar Cabai Merah yang hanya mencapai 8.100 Kg.
Wonomulyo mayoritas Komuditas bahan pangan Hal ini disebabkan karena pasokan barang
(sayur-sayuran). dagangan untuk komoditas Bawang Merah lebih
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan banyak dari Enrekan karena Kabupaten Enrekang
bahwa pendistribusian Cabai Merah Besar dan salah satu penghasil Bawang Merah terbesar untuk
Bawang Merah yang pengirimannya melalui Wilayah Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk
beberapa pedagang penyuplai (Distributor) dari Komoditas cabai merah besar hanya beberapa petani
Kabupaten Enrekang dengan tujuan ke pasar saja yang melakukan tanam cabai merah besar. Untuk
Wonomulyo. Gambaran ini dapat diperoleh secara pasokan terbesar cabai merah besar di daerah pasar
nyata antara lain pada semua Responden yang ada di Wonomulyo menurut keterangan dari pengurus pasar
pasar Wonomulyo mulai dari pelaku usaha dagang Wonomulyo itu banyak datang dari daerah Pinrang
Penyuplai (Distributor) yang dijadikan sampel dalam dan Sulawesi Utara.
pendistribusian komuditas Cabai Merah Besar dan
Bawang Merah asal Kabupaten Enrekang, dan Stabilitas Harga Cabe Merah Besar dan Bawang
disalurkan kepada pedagangan Pengumpul yang ada Merah
di pasar Wonomulyo kemudian disalurkan kepada Analisis margin pemasaran dilakukan untuk
pedagang-pedagang (Pengecer) yang ada di pasar mengetahui perbedaan harga persatuan ditingkat
Wonomulyo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten produsen atau ditingkat konsumen yang terjadi pada
Polewali Mandar. rantai pemasaran (Sudiyono 2004).

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 49


Volume 2, Nomor 2, November 2017 ISSN : p-ISSN 2541-7452 e-ISSN:2541-7460

penjualan dibagi dengan harga pembelian yaitu Rp.


Margin Pemasaran Cabe Merah Besar dan 3.282,-.
Bawang Merah di Tingkat Distributor Jadi nilai rata-rata margin dari setiap
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan pada komoditas dari semua pelaku usaha pada bulan
setiap responden yang ada di pasar Wonomulyo pada Januari 2017 yaitu untuk cabe merah besar yaitu
bulan November 2016 sampai dengan bulan Januari Rp.4.000,- sedangkan untuk komoditas bawang
2017, diperoleh tingkat nilai rata-rata harga merah Rp. 3.282,-.
pembelian untuk komoditas cabe merah besar nilai
rata-rata pembelian selama penelitian dilakukan yaitu Persentase (%) Margin Pemasaran
Rp. 22.333,- dan nilai harga penjualannya yaitu Rp. Persentase Margin dalam suatu kegiatan
24.333,- sehingga nilai marginnya ialah Rp.2.000,- pemasaran dapat dijadikan dasar atau tolak ukur
Sedangkan komoditas bawang merah ialah Rp. efisiensi pemasaran. Semakin tinggi tingkat
31.667,- dan nilai harga penjualannya yaitu Rp. persentase yang diterima petani maka dikatakan
33.667,- dengan nilai rata-rata margin dari harga semakin efisien kegiatan pemasaran yang dilakukan
penjualan dibagi dengan harga pembelian yaitu Rp. dan sebaliknya semakin rendah tingkat pesentase
2.000,- yang diterima petani, maka akan semakin rendah pula
Jadi nilai rata-rata margin dari setiap tingkat efisiensi dari suatu pemasaran
komoditas pada bulan November 2016 sampai Berdasarkan hasil penelitian dilapangan
dengan bulan Januari 2017 yaitu untuk komoditas terhadap responden yang ada di pasar Wonomulyo,
cabe merah besar yaitu Rp. 2.000,- sedangkan untuk maka dapat dilihat Persentase Margin untuk Setiap
bawang merah Rp. 2.000,-. komoditas pada bulan November 2016 sampai
Margin Pemasaran Cabe Merah Besar dan dengan bulan Januari 2017 dapat dilihat pada pada
Bawang Merah di Tingkat Pengumpul tabel 9 berikut :
Berdasarkan hasil dari penelitian dilapangan Berdsarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai
terhadap responden untuk Margin Pemasaran pada rata-rata Persentase (%) margin pemasaran pada
komoditas cabe merah besar dan bawang merah pada bulan November 2016 untuk Komoditas cabe merah
bulan November 2016 sampai dengan bulan Januari besar yaitu 11 %. sedangkan untuk komoditas
2017 diperoleh tingkat nilai rata-rata harga pembelian bawang merah yaitu 7 %.
untuk komoditas cabe merah besar nilai rata-rata
pembelian dari semua pelaku usaha yaitu Rp. Efisiensi Pemasaran
24.333,- dan nilai harga penjualannya yaitu 27.333,- Efisiensi harga adalah menyangkut harga
sehingga nilai marginnya ialah Rp. 3.000,-. komoditas bawang merah dan cabe merah besar
Sedangkan pada komoditas bawang merah ialah Rp. mulai dari distributor sampai Kepada pedagang akhir
33.667,- dan nilai harga penjualannya yaitu Rp. pada saluran pemasaran. Efisiensi harga ditentukan
36.000,- dengan nilai rata-rata margin dari harga oleh, margin pemasaran, dan total harga pemasaran.
penjualan dibagi dengan harga pembelian yaitu Rp. Efisiensi pemasaran bawang merah dan cabe
2.333,-. merah besar pada bulan November sampai bulan
Jadi nilai rata-rata margin dari setiap Januari 2017 yaitu, berdasarkan penjelasan tentang
komoditas dari semua pelaku usaha pada bulan Efisiensi pemasaran
November 2016 sampai dengan bulan Januari 2017 Nilai rata-rata > 5 % maka dikatakan Efisien
yaitu untuk cabe merah besar yaitu Rp. 3.000,-. < 5 % maka dikatakan tidak
sedangkan komoditas bawang merah Rp. 2.333,-. Efisien
Nilai rata-rata efisiensi pemasaran di tingkat
Margin Pemasaran Cabe Merah Besar dan Distributor untuk cabe merah besar 78 %. sedangkan
Bawang Merah di Tingkat Pedagang Untuk bawang Merah yaitu 86 %, nilai rata-rata
Berdasarkan hasil dari penelitian dilapangan efisiensi pemasaran di tingkat pengumpul pada
terhadap responden untuk Margin Pemasaran pada komoditas cabe merah besar yaitu 87 % sedangkan
komoditas bawang merah dan cabe merah besar pada untuk komoditas bawang merah yaitu 92%,. Dan
bulan Januari 2017 diperoleh tingkat nilai rata-rata untuk nilai rata-rata efisiensi pemasaran di tingkat
harga pembelian untuk komoditas cabe merah besar pedagang pada untuk komoditas cabe merah besar
nilai rata-rata pembelian dari semua pelaku usaha yaitu 100%. sedangkan komoditas bawang merah
yaitu Rp.27.333,- dan nilai harga penjualannya yaitu yaitu 100 %.
31.333,- sehingga nilai marginnya ialah Rp. 4.000,-. Dari penjelasan untuk Tabel 8, dapat
sedangkan untuk komoditas bawang merah ialah Rp. dikatakan bahwa dari semua pelaku usaha mulai dari
36.000,- dan nilai harga penjualannya yaitu Rp. tingkat Distributor, Pengumpul, dan Pedagang pada
39.282,- dengan nilai rata-rata margin dari harga bulan November 2016 sampai dengan bulan Januari

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 50


Volume 2, Nomor 2, November 2017 ISSN : p-ISSN 2541-7452 e-ISSN:2541-7460

2017 bernilai efisien. Hal ini dikatakan efisien karena 1. Pola Distribusi Bawang Merah dan Cabe Merah
dari semua hasil nilai rata-rata efisiensi pemasaran Besar di Pasar Wonomulyo yaitu ada 3. Margin
mulai bulan November 2016 sampai dengan bulan Pemasaran ditingkat Distributor pada komoditas
Januari 2017, lebih besar dari 5 % sesuai dengan Bawang Merah yaitu sebesar Rp.2.000,- dan
keterangan ketentuan rumus Efisiensi Pemasaran Margin untuk Cabe Merah besar yaitu Rp.2.000,-.
Harga Patokan Pemerintah Cabe Merah Besar Sedangkan margin Pemasaran di tingkat
dan Bawang Merah pengumpul untuk komoditas Bawang Merah yaitu
Pemerintah menetapkan harga acuan sebesar Rp.2.333,- dan Margin untuk Cabe Merah
pembelian terhadap tujuh komoditas pangan. yaitu Rp.3.000,-. Dan yang terakhir Margin
Tujuannya untuk menjamin ketersediaan, stabilitas Pemasaran di tingkat pedagang pada komoditas
dan kepastian harga pangan, baik di tingkat petani Bawang Merah yaitu sebesar Rp. 3.282,-
maupun konsumen. Sedangkan Margin untuk Cabe Merah yaitu Rp.
Berikut ini rincian harga acuan penjualan pada 4.000,-. Nilai Persentase Margin pada bulan
komoditas Cabe Merah Besar dan Bawang Merah di November 2016 sampai dengan bulan
tingkat konsumen, yang mulai berlaku pada bulan Januari2017 untuk Komoditas Bawang Merah
Oktober 2016 hingga empat bulan ke depan : yaitu 7 %. Sedangkan untuk komoditas Cabe
1. Harga bawang merah Rp 32.000 / kg. Merah Besar yaitu 11 %. Sedangkan Nilai
2. Harga cabai merah besar Rp 28.500 / kg Efisiensi Pemasaran pada bulan November 2016
sampai dengan bulan Januari 2017, untuk
Stabilitas Harga Cabe Merah Besar dan Bawang komoditas Bawang Merah pada pelaku usaha
Merah Distributor yaitu 86 %, untuk pengumpul yaitu 92
Berdasarkan pembahasan tentang ketetapan %, dan untuk pedagang yaitu 100 %. Sedangkan
harga patokan setiap Komoditas dalam penelitian ini nilai Efisiensi Pemasaran pada bulan November
cabe merah besar dan bawang merah dapat dilihat 2016 sampai dengan bulan Januari 2017, untuk
Stabilitas harga pada komoditas bawang merah dan komoditas Cabe Merah pada pelaku usaha
cabe merah besar pada Tabel 11 berikut ini : Distributor yaitu 78 %, untuk pengumpul yaitu
Berdasarkan Tabel 11 dapat di lihat bahwa 87%, dan untuk pedagang yaitu 100 %.
nilai rata-rata harga pejualan bawang merah untuk 2. Stabilitas harga pasar pada komoditas harga Cabe
distributor yaitu Rp. 33.667,- Pengumpul yaitu Rp. Merah Besardan Bawang Merah harganya tidak
36.000,- dan pedagang yaitu Rp. 39.282,- bulan stabil dikarenakan harga Cabe Merah Besar dan
November 2016 sampai dengan bulan Januari 2017. Bawang merah dari setiap bulannya selalu
Sedangkan untuk komoditas cabe merah besar yaitu berubah-ubah sebab dari setiap pelaku usaha
dari Distributor yaitu Rp. 24.333,- Pengumpul yaitu menaikkan dasar untuk meningkatkan
Rp.27.333,- Pedagang yaitu Rp. 31.333,- pada bulan keuntungan.
November 2016 sampai dengan bulan Januari 2017.
Pada stabilitas harga, dapat di lihat bahwa
DAFTAR PUSTAKA
harga dari setiap pola distribusi mulai bulan
November 2016 sampai dengan bulan Januari 2017 Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian.
pada komoditas bawang merah dan cabe merah besar PT. Rineka Cipta. Jakarta.
di pasar Wonomulyo kecamatan Wonomulyo Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian.
Kabupaten Polewali Mandar menunjukkan bahwa Yogyakarta: Bina Aksara.
tidak stabilnya harga mulai dari tingkat Distributor, BPS Sulawesi Barat, 2017
Pengumpul, dan Pedagang yang selalu berubah-ubah BPS Sulawesi Utara, 2015
harga penjualannya. Harga dari setiap komoditas, Deptan, 2005. Deskripsi Bawang merah varets Tuk-
kadang harga jualnya tinggi dan kadang pula turun. Tuk. 20 September 2011 1 page
Hal ini disebabkan karna para pedagang Dirjen Holtikultura, 2008.
menyesuaikan harga pembeliannya dengan harga Elaine B. Johnson; Januari 2007, Contextual teaching
yang harus dijualkan agar tidak merugi. & learning, Cetakan III, Maret2007
Diterbitkan oleh Penerbit MLC Jin.
Hamid Abdul A, dkk 2012. Identifikasi Dan
KESIMPULAN Inventarisasi Usaha Agribisnis di Sekitar
Dari hasil analisis yang telah diolah mengenai Kawasan Hutan Kecamatan Sejangkung
Pola Distribusi dan Stabilitas Harga Cabe Merah Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
Besar dan Bawang Merah di Pasar Wonomulyo, Kalimantan
Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali
Mandar, bahwa:

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 51


Volume 2, Nomor 2, November 2017 ISSN : p-ISSN 2541-7452 e-ISSN:2541-7460

Imran, S. 2008. Analisis faktor-faktor produksi usaha Setiadi. 2001. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya.
tani cabai rawit, di provinsi Gorontalo. Jurnal Jakarta
Ilmiah Agropolitan. Setiawati, Y. 2005. Analisis Varietas dan Polybag
Nurdin, et al. 2009. Pengembangan Komoditas Terhadap Pertumbuhan
Unggulan Pertanian Berdasarkan Sudarmanto. 2009. Bawang Merah. Surakarta : Delta
Krakteristik Potensi Sumber daya lahan dan Media.
Keunggulan Wilayah untuk Pertanian di Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian. UMM
Kabupaten Boalemo. Kerjasama Bappeda Press, Malang.
Kaupaten Boalemo dengan Pusat Kajian Sugiarti, S. 2003. Usaha Tani dan Pemasaran Cabe
Pertanian Tropis Universitas Negri Merah. Jurnal Arta Agrosia : Yogyakarta.
Gorontalo, Tilamuta. Sunaryono, Hendro H. 2003. Budidaya Cabai Merah.
Patong, Dahlan. 2006. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usaha Sianar
Tani. Erlangga, Jakarta Suparyono.2006. Kependudukan dan Kewilayahan.
Robbins, S dan Coulter, M. 2007. Manajemen, Yudistira. Yogyakarta.
Edisi Kedelapan, Penerbit PT Indeks: Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar
Jakarta. Swadaya. Jakarta.
5RV]DQGL 'DVULO ³Terdesak Bawang Impor, Swastha. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua.
+DUJD %DZDQJ 0HUDK /RNDO $QMORN´. Dalam Cetakan Kedelapan. Jakarta: Penerbit Liberty
Tempo ( Maret ). Brebes. Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam
Santika. 2006. Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. Bawang Merah. Bandung : Yrama Widya.
Jakarta.183 hlm Tulus Tambunan, 2003. Perkembangan Sektor
Serta Hasil Cabai (Capsicum annuum L.) Pertanian di Indonesia, Beberapa Isu Penting.
Sistem Hidroponik. Buletin Ghalia Indonesia Jakarta

Agrovital | Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 52

Anda mungkin juga menyukai