Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No.

2, Desember 2014, [ 203 - 218] ISSN : 1979-0058

ANALISIS TATANIAGA UBI JALAR DI DESA PURWASARI


KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR. JAWA BARAT

Elpawati*, Hariry Anwar**, Acep Muhib*

ABSTRAK
Tujuan penelitian menganalisis saluran tataniaga ubi jalar serta pola saluran tataniaga ubi
jalar untuk mengetahui saluran tataniaga mana yang lebih efisien. Pengambilan sampel
menggunakan metode snowball sampling. Data primer memiliki responden terdiri dari
petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Data sekunder diperoleh melalui
data-data yang releven dengan penelitian yang berasal instansi terkait. Analisis yang
digunakan yaitu deskriptif kualitatif dilakukan dengan pengamatan terhadap karakteristik
saluran tataniaga, lembaga dan fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar.
Dan deskriptif kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi tataniaga dengan pendekatan
analisis margin tataniaga, farmer share's, dan rasio keuntungan biaya. Setelah dianalisis
diperoleh kesimpulan: (1) Sistem tataniaga ubi jalar yang ada di Desa Purwasari adalah:
1 : petani-pedagang pengumpul tingkat 1-pabrik tepung. 2 : petani-pedagang pengumpul
tingkat 1-pedagang pengumpul tingkat 2-pedagang grosir-pedagang pengecer-konsumen. 3
: petani-pedagang pengumpul tingkat 1-pedagang pengumpul tingkat 2-pedagang grosir-
konsumen. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani, pedagang pengumpul tingkat 1,
pedagang pengumpul tingkat 2, pedagang grosir dan pedagang pengecer ubi jalar adalah
fungsi pertukaran berupa penjualan dan pembelian, fungsi fisik berupa kegiatan
pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan
resiko dan pembiayaan. (2) Struktur pasar pada petani dan pedagang grosir cenderung
mendekati pasar persaingan sempurna, sedangkan pedagang pengumpul tingkat pertama,
pedagang pengumpul tingkat kedua, dan pedagang pengecer cenderung mendekati pasar
oligopoli. (3) Saluran tataniaga ubi jalar yang efisien adalah saluran tataniaga satu karena
memiliki margin tataniaga yang paling kecil sebesar Rp.800/Kg, rasio keuntungan dan
biaya tertinggi sebesar 2.20, dan farmer's share yang tertinggi dibandingkan pada saluran
tataniaga yang lainnya yaitu 69,23 persen.
Kata kunci : ubi jalar, diversifikasi, tata niaga, oligopoli.

ABSTRACT
This research aims to analyze marketing of sweet potato and its pattern to determine the
most efficient channel of all. Snowball sampling method is occupied to the primary data that
are collected from farmers, traders and retailers. Secondary data are collected through the
relevant agencies. The analysis method uses qualitative descriptive analysis by doing

203
Analisis Tataniaga Ubi Jalar... Elpawati

observation of the characteristics to the marketing channels, institutions and functions,


market structure and market behavior. Quantitative descriptive analysis is conducted to find
out the marketing channel efficiency through marketing margin approach, farmer's share,
and cost benefit ratio. After we carries out the analysis we conclude: (1) Marketing system
of sweet potato in Purwasari village are: 1: farmers-first traders - flour mills, 2: farmers-
first traders-second traders-wholesalers-retailers-consumers, 3: farmers-first traders-
second traders-wholesalers-consumers. Marketing functions that are carried out by farmers,
first traders, second traders, wholesalers and retailers of sweet potato are a function of
exchange in the form of sales and purchases, a physical function such as activities of
packaging, transporting and a facilities function in the form of market information,
underwriting risk and financing, (2) Market structure at farmers and wholesalers levels tend
to approach a perfectly competitive market, while first traders, second traders, and retailers
tend to approach a oligopoly market, (3) The most efficient marketing channel of sweet
potato is the first marketing channel because it has the smallest margin of Rp 800/kg, the
highest cost benefit ratio of 2.20, and the highest farmer's share of 69.23 percent.

Keywords: sweet potato, diversification, marketing, oligopoly.

PENDAHULUAN produktivitas tinggi dibandingkan dengan


Sentra produksi ubi jalar adalah beras dan ubi kayu. Ubi jalar dengan masa
Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa panen empat bulan dapat berproduksi
Timur, dan Sumatera Utara. Komoditas ubi hingga 25-30 ton/ha lebih; (3) memiliki
jalar ditempatkan sebagai salah satu dari potensi diversifikasi produk yang cukup
tujuh komoditas utam tanaman pangan beragam; (4) memiliki potensi permintaan
(padi, jagung, kedelai, kacang tanah, pasar baik lokal, regional maupun ekspor
kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar) yang yang terus meningkat; (5) serta memiliki
perlu terus dikembangkan (Departemen kandungan gizi yang cukup beragam dan
Pertanian, 2009). tidak dimiliki oleh tanaman pangan lainnya.
(Direktorat Gizi Depkes RI 1981 dan
Pengembangan kelompok pangan
sumber karbohidrat khususnya umbi- Susmono 1995)
umbian perlu menjadi perhatian. Diantara Kandungan gizi mineral ubi jalar juga
kelompok umbi-umbian, ubi jalar lebih tinggi dibandingkan dengan kandugan
merupakan salah satu bahan pangan lokal gizi mineral pada nasi. Perbandingan
yang sangat potensial untuk dikembangkan kandungan mineral antara ubi jalar dan nasi
sebagai penunjang program diversifikasi per 100 gram. (Horton et al (1989) dalam
pangan. Hal ini didasarkan pada Zuraida dan Supriati 2005)
pertimbangan bahwa ubi jalar merupakan; Pilihan untuk menjadikan ubi jalar
(1) sumber karbohidrat keempat setelah sebagai komoditas alternatif untuk
padi, jagung dan ubi kayu; (2) memiliki mendampingi beras bukan pilihan tanpa

204
Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, [ 203 - 218] ISSN : 1979-0058

alasan, yaitu: (1) Sesuai dengan agroklimat


sebagian besar wilayah Indonesia, (2) Ubi METODE PENELITIAN
jalar juga mempunyai produktivitas yang
Penentuan Sampel
tinggi, sehingga menguntungkan untuk
Petani ubi jalar dan pedagang ubi jalar
diusahakan, (3) Mengandung zat gizi yang
adalah obyek penelitian ini. Pengambilan
berpengaruh positif pada kesehatan
sampel dalam penelitian menggunakan
(prebiotik, serat makanan dan antioksidan),
metode snowball sampling. Melalui metode
dan (4) Potensi penggunaannya cukup luas
snowball sampling dilakukan penelusuran
dan cocok untuk program diversifikasi
terhadap saluran tataniaga mulai dari
pangan.
tingkat petani hingga ke pedagang pengecer
Kendala yang paling banyak (retail). Penentuan ini diambil berdasarkan
dikeluhkan petani yaitu harga yang tidak informasi dari obyek penelitian
menentu dan tidak sebanding dengan sebelumnya, sehingga jalur tataniaga tidak
kenaikan harga input seperti pupuk dan terputus.
input-input lainnya. Harga ubi jalar di Desa
Purwasari sangat berfluktuatif pada periode
tahun 2004-2008 harga ubi jalar berkisar Pengumpulan Data
Rp.300 – Rp.1.000, sedangkan periode Teknik pengumpulan data dengan
2009-2013 harga sedikit naik pada kisaran primer dan sekunder. Pengumpulan data
Rp.1.000 sampai dengan Rp.2.000. Selain primer dilakukan dengan teknik wawancara
itu adanya gabungan kelompok tani belum terstruktur dan penyebaran kuisioner.
begitu berperan penting bagi petani yang Responden terdiri dari petani, pedagang
mengusahakan ubi jalar, karena bantuan pengumpul dan pedagang pengecer.
kepada kelompok tani yang datang dari Pengamatan responden dilakukan dengan
pemerintah sejauh ini hanya untuk menggunakan metode informasi dari pelaku
komoditas padi seperti bantuan benih pasar pada saat penelusuran saluran
unggul. tataniaga, sehingga responden yang diambil
Melihat adanya permasalahan yang adalah responden yang benar-benar
terjadi di desa Purwasari, membuat peneliti memasok ubi jalar ke pasar. Sumber data
ingin menganalisis saluran tataniaga ubi sekunder diperoleh melalui data-data yang
jalar serta pada pola saluran tataniaga ubi releven dengan penelitian yang berasal
jalar perlu ditelusuri sehingga dapat instansi terkait seperti Direktorat Jenderal
diketahui saluran tataniaga mana yang lebih Tanaman Pangan dan Hortikultura,
efisien. Dan diharapkan dengan pola Kementrian Pertanian, Badan Pusat
saluran tataniaga yang efisien dapat Statistik, Dinas Pertanian Tanaman Pangan
diketahui saluran tataniaga yang dapat Kabupaten Bogor.
mendatangkan manfaat bagi petani dan
lembaga yang terlibat dari saluran tataniaga Metode Analisis Penelitian
yang efisien tersebut.

205
Analisis Tataniaga Ubi Jalar... Elpawati

Data yang diperoleh dianalisis secara yang dilakukan oleh setiap lembaga
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis tataniaga yang terlibat serta mengetahui
deskriptif kualitatif dilakukan dengan kebutuhan biaya dan fasilitas yang
pengamatan terhadap karakteristik saluran dibutuhkan. Untuk lebih lanjut, dari analisis
tataniaga, lembaga dan fungsi-fungsi ini dapat dihitung besarnya marjin
tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. tataniaga.
Sedangkan untuk analisis deskriptif c. Analisis Struktur Pasar
kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi Struktur pasar dapat diketahui dengan
tataniaga dengan pendekatan analisis melihat jumlah pembeli dan penjual,
margin tataniaga, farmer share's, dan rasio heterogenitas produk yang dipasarkan,
keuntungan biaya. kondisi atau keadaan produk, mudah
a. Analisis Saluran Tataniaga tidaknya keluar masuk pasar, serta
Saluran tataniaga merupakan informasi perubahan harga pasar. Semakin
serangkaian organisasi yang terlibat dalam banyak jumlah penjual dan pembeli dan
proses penyampaian produk dari produsen semakin kecilnya jumlah yang
hingga ke konsumen akhir. Analisis saluran diperjualbelikan oleh setiap lembaga
tataniaga ubi jalar di Desa Purwasari, tataniaga, maka struktur pasar tersebut
Kecamatan Dramaga, Bogor dapat semakin mendekati kesempurnaan dalam
dilakukan dengan mengamati lembaga- persaingan. Adanya kesepakatan dalam
lembaga tataniaga yang membentuk saluran sesama pelaku tataniaga menunjukkan
tataniaga. Pengamatan dilakukan mulai dari struktur pasar yang cenderung tidak
petani produsen hingga ke konsumen akhir bersaing sempurna.
komoditi ubi jalar. Perbedaan saluran d. Analisis Perilaku Pasar
tataniaga dari masing-masing responden Analisis perilaku pasar digunakan
akan berpengaruh pada pembagian untuk meliputi kegiatan yang tercipta
pendapatan yang diterima oleh lembaga- diantara lembaga-lembaga tataniaga.
lembaga tataniaga yang terlibat di Analisis perilaku pasar dilakukan dengan
dalamnya. Semakin panjang rantai saluran melihat strategi pemilihan yang ditempuh
tataniaga semakin tidak efisien karena baik penjual maupun pembeli dalam
marjin tataniaga yang tercipta antara penentuan harga dan sistem promosi yang
produsen dan konsumen akan semakin dilakukan oleh penjual. Selain itu, analisis
besar. perilaku pasar juga dapat dianalisis melalui
b. Analisis Lembaga dan Fungsi-fungsi pembayaran harga dan sistem kerjasama
Tataniaga yang terjalin diantara lembaga-lembaga
Analisis ini dilakukan untuk tataniaga yang terlibat pada pemasaran ubi
mengetahui lembaga-lembaga tataniaga jalar.
yang melakukan fungsi-fungsi tataniaga. e. Analisis Margin Tataniaga
Analisis fungsi tataniaga dilakukan untuk
mengetahui fungsi-fungsi atau kegiatan

206
Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, [ 203 - 218] ISSN : 1979-0058

Analisis ini digunakan untuk mengetahui 1987). Farmer's Share dapat dipengaruhi
tingkat efisiensi pemasaran dari petani oleh tingkat pengolahan, keawetan produk,
sampai konsumen akhir. Margin Tataniaga ukuran produk, jumlah produk dan biaya
merupakan perbedaan harga di tingkat transportasi. Nilai farmer's share ditentukan
petani dengan harga di tingkat konsumen berdasarkan rasio harga yang diterima
akhir. Rumus matematika yang petani (Pf) dengan harga yang diterima
menunjukan nilai margin tataniaga total konsumen akhir (Pr) dan dinyatakan dalam
yang melingkupi fungsi-fungsi, biaya- bentuk persentase. Farmer's Share (Fs)
biaya, kelembagaan yang terlibat, dan didapatkan dari hasil bagi antara Pf dan Pr,
keseluruhan sistem mulai dari petani dimana Pf adalah harga di tingkat petani, Pk
(Primary Supply) sampai ke konsumen adalah harga yang dibayar oleh konsumen
akhir (primary demand) adalah sebagai akhir. Berikut merupakan rumus untuk
berikut : menghitung Farmer's Share :

Dimana : Mі = Pj - Pbі Keterangan :


Keterangan : Fs = Farmer's share
MT = Margin pemasaran Pf = Harga Ditingkatkan petani
Pr = Harga di tingkat retail (tingkat Pr = Harga ditingkat retail (konsumen
konsumen akhir) Akhir)
Pf = harga di tingkat petani
C = biaya-biaya dari adanya a. Analisis Rasio Keuntungan dan
pelaksanaan fungsi-fungsi Biaya
pemasaran
Berdasarkan margin yang diperoleh
= Keuntungan lembaga pemasaran maka dapat diketahui tingkat rasio
Mі = Margin di tingkat pemasaran ke-і, keuntungan terhadap biaya yang
dimana і = 1,2,.... n dikeluarkan oleh lembaga pemasaran
Pj = рarga penjualan untuk lembaga tersebut. Rasio keuntungan dan biaya
pemasaran yang dikeluarkan. Dengan
pemasaran ke-і
demikian semakin meratanya penyebaran
Pbі = рarga pembelian untuk lembaga rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi
pemasaran ke-і operasional system pemasaran akan
semakin efisien (Limbong dan Sitorus,
f. Analisis Farmer's Share 1987). Berikut merupakan rumus Rasio
Keuntungan dan Biaya (R/C) :
Farmer's share digunakan untuk
membandingkan harga yang dibayar
konsumen terhadap harga produk yang
diterima oleh petani (Limbong dan Sitorus,

207
Analisis Tataniaga Ubi Jalar... Elpawati

Keterangan : permintaan pedagang pengumpul tingkat 2


= Keuntungan pemasaran pada dan pabrik tepung adalah 2.500 kg.
tingkat lembaga ke-і Pedagang pengumpul tingkat 1 memenuhi
permintaan tersebut dengan membeli ubi
Ci = Biaya pemasaran pada tingkat
jalar dari petani. Berikut skema saluran
lembaga ke-i
tataniaga ubi jalar di Desa Purwasari dapat
dilihat pada gambar 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Fungsi Tataniaga


Analisis Saluran Tataniaga dan Fungsi-
Fungsi tataniaga diperlukan dalam
Fungsi Tataniaga yang dilakukan oleh
kegiatan tataniaga untuk memperlancar
Lembaga-Lembaga Tataniaga
distribusi barang dan jasa dari tiap lembaga
tataniaga yang terlibat. Secara umum fungsi
Analisis Saluran Tataniaga tataniaga yang dilaksanakan lembaga
Saluran tataniaga ubi jalar di Desa tataniaga terdiri dari 3 fungsi yaitu fungsi
Purwasari dari petani hingga konsumen pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.
akhir melibatkan beberapa lembaga Fungsi pertukaran meliputi kegiatan-
tataniaga yaitu pedagang pengumpul kegiatan yang dapat memperlancar
tingkat 1 (desa), pedagang pengumpul perpindahan hak milik dari barang dan jasa
tingkat 2 (bandar besar), pedagang grosir yang dipasarkan. Fungsi fisik adalah
dan pedagang pengecer. perlakuan fisik yang perlu dilakukan agar
Jumlah ubi jalar yang diproduksi komoditas yang diperlukan konsumen dapat
petani diasumsikan sebanyak 2.500 kg. tersedia pada tempat yang diinginkan.
Asumsi ini didasarkan pada kapasitas mobil Fungsi fasilitas meliputi pembiayaan,
pick up yang digunakan oleh pedagang penanggungan resiko, dan informasi pasar.
pengumpul tingkat 2 untuk mengangkut ubi
jalar ke Pasar Induk Kramat Jati adalah
2.000 kg dalam sekali pengangkutan.
Pedagang pengumpul tingkat 2 hanya
membeli ubi jalar dari pedagang pengumpul
tingkat 1. Jumlah tersebut kemudian
ditambahkan dengan jumlah ubi jalar yang
dijual oleh pedagang pengumpul tingkat 1
ke pabrik tepung yaitu sebesar 500 kg. yang
didasarkan pada jumlah permintaan pabrik
Tepung tersebut.
Dengan demikian, jumlah ubi jalar
yang harus disediakan oleh pedagang
pengumpul tingkat 1 untuk memenuhi

208
Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, [ 203 - 218] ISSN : 1979-0058

jalar. Selain itu, faktor utama mengapa


petani lebih memilih menjual hasil
panennya langsung kepada pedagang
pengumpul tingkat 1 karena tidak perlu sulit
untuk mencari pasar sehingga dapat
menghemat waktu dan biaya. Biasanya
petani menjual ubi jalar ke pedagang tingkat
1 yang sudah berlangganan atau karena
adanya ikatan kekeluargaan.
Proses pemanenan ubi jalar dilakukan
oleh buruh yang telah disediakan oleh
pedagang pengumpul tingkat 1, dimana
Gambar 5. Skema Saluran Tataniaga Ubi Jalar di Desa buruh tersebut juga akan mengangkut ubi
Purwasari jalar dari kebun petani ke tempat
Keterangan : pengumpulan, sehingga petani sudah terima
Saluran 1 : petani – pedagang pengumpul bersih dan tidak perlu lagi mengeluarkan
tingkat 1 – pabrik tepung biaya panen dan biaya pikul karena sudah
Saluran 2 : petani – pedagang pengumpul menjadi tanggungan pedagang pengumpul
tingkat 1 – pedagang tingkat pertama. Sistem transaksi jual beli
pengumpul tingkat 2 – yang dilakukan antara petani dengan
pedagang grosir – pedagang pedagang pengumpul tingkat 1 adalah
pengecer - konsumen sistem bukti, dimana petani ikut
menyaksikan dan mengetahui dengan jelas
Saluran 3 : petani – pedagang pengumpul
berapa banyak ubi jalar yang dipanen pada
tingkat 1 – pedagang
saat penimbangan. Fungsi fasilitas yang
pengumpul tingkat 2 –
dilakukan oleh petani adalah penanggungan
pedagang grosir – konsumen
risiko. Pada umumnya, risiko yang
ditanggung oleh petani adalah harga ubi
Fungsi Tataniaga Petani jalar yang berfluktuasi dan hasil panen yang
Fungsi Tataniaga yang dilakukan oleh tidak optimal karena adanya serangan hama
petani responden adalah fungsi pertukaran dan penyakit.
dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang
dilakukan oleh petani berupa penjualan.
Fungsi Tataniaga Perdagangan
Petani responden di Desa Purwasari
Pengumpul Tingkat 1
menjual hasil panen ubi jalar hanya kepada
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh
pedagang pengumpul tingkat 1 dan tidak
pedagang pengumpul tingkat 1 adalah
menjualnya ke pasar. Hal ini dikarenakan
fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi
jarak yang cukup jauh antara pasar dengan
fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan
lokasi tempat petani bercocok tanam ubi
oleh pedagang pengumpul tingkat 1 adalah

209
Analisis Tataniaga Ubi Jalar... Elpawati

pembelian dan penjualan. Pedagang Pertukaran informasi perkembangan harga


pengumpul tingkat 1 membeli ubi jalar dari dilakukan pada saat saling bertemu antara
petani dan system transaksi yang digunakan pedagang satu dengan pedagang lainnya.
adalah sistem bukti. Fungsi fisik yang
dilakukan oleh pedagang pengumpul
Fungsi Tataniaga Perdagangan Tingkat
tingkat 1 adalah pengangkutan. Pedagang
2
pengumpul tingkat 1 mengangkut ubi jalar
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh
dari kebun petani ke tempat pengumpulan
pedagang pengumpul tingkat 2 adalah
yang telah ditentukan oleh pedagang itu
fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi
sendiri dengan menggunakan jasa kuli
fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan
pikul, selanjutnya pedagang pengumpul
oleh pedagang pengumpul tingkat 2 adalah
tingkat 2 akan mengambil ubi jalar tersebut
pembelian dan penjualan. Pedagang
dari pedagang pengumpul tingkat 1.
pengumpul tingkat 2 membeli ubi jalar dari
Sementara untuk penjualan ke pabrik
pedagang pengumpul tingkat 1, pedagang
tepung, pihak pembeli sudah membawa
pengumpul tingkat 2 tidak membeli ubi
angkutan sendiri ke tempat pedagang
jalar langsung dari petani karena di Desa
pengumpul tingkat 2.
Purwasari telah ada pedagang pengumpul
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh
tingkat 1 karena pedagang pengumpul
pedagang pengumpul tingkat 1 adalah
tingkat 2 biasanya berasal dari luar Desa
standarisasi, pembiayaan, dan informasi
Purwasari, dan ini bertujuan untuk
pasar. Standarisasi dilakukan oleh
menghormati warga setempat dan tidak
pedagang pengumpul tingkat 1 karena melangkahi atau mengambil jatah pekerjaan
adanya permintaan dari pabrik tepung orang lain. Hal ini sudah menjadi budaya
terhadap tingkat kematangan ubi jalar. dimana setiap pedagang pengumpul tingkat
Pabrik tepung menginginkan ubi jalar yang 2 dan pedagang pengumpul tingkat 1 sudah
tingkat kematangannya tinggi, hal ini saling memahami. Selanjutnya pedagang
bertujuan untuk memperoleh ubi jalar yang pengumpul tingkat 2 menjual ubi jalar
kadar airnya rendah. Adanya aktivitas tersebut ke pedagang grosir di Pasar Induk
standarisasi tersebut mempengaruhi harga Kramat Jati.
jual pedagang pengumpul tingkat 1 ke
Fungsi fisik yang dilakukan oleh
pabrik tepung. Pembiayaan yang dilakukan
pedagang pengumpul tingkat 2 adalah
oleh pedagang pengumpul tingkat 1 adalah
pengangkutan. Pedagang pengumpul
penyediaan modal untuk melakukan
tingkat 2 mengangkut ubi jalar dari
pembelian ubi jalar dari petani dan untuk
pedagang pengumpul tingkat 1dengan
membayar upah tenaga kerja. Fungsi
menggunakan mobil pick up yang mampu
informasi pasar diperoleh pedagang
mengangkut 2 ton ubi jalar. Fungsi fasilitas
pengumpul tingkat 1 dari sesama pedagang
pedagang pengumpul tingkat 2 adalah
pengumpul tingkat 1 dan ada juga yang
penanggungan risiko, pembiayaan, dan
berasal dari pedagang pengumpul tingkat 2.
informasi pasar. Risiko yang ditanggung

210
Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, [ 203 - 218] ISSN : 1979-0058

oleh pedagang pengumpul tingkat 2 baik itu pedagang pengecer maupun


biasanya kondisi selama dalam perjalanan, konsumen akhir.
diantaranya pecah ban, kerusakan mesin Fungsi fisik yang dilakukan oleh
kendaraan, serta banyaknya pungutan liar. pedagang grosir adalah penyimpanan.
Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh Pedagang grosir melakukan penyimpanan
pedagang pengumpul tingkat 2 adalah ketika ubi jalar yang dijual pada hari
penyediaan modal untuk melakukan tersebut tidak terjual semuanya, sehingga
pembelian ubi jalar dari pedagang masih terdapat sisa beberapa karung yang
pengumpul tingkat 1. Selain itu untuk dapat dijual kembali keesokan harinya.
membeli karung, membayar upah tenaga Kondisi ini maksimal seminggu sebelum
kerja, dan biaya-biaya selama dalam ubi jalar tersebut akan mengalami
perjalanan ke Pasar Induk Kramat Jati. pembusukan dan kualitasnya semakin
Fungsi informasi pasar diperoleh pedagang menurun. Fungsi fasilitas yang dilakukan
pengumpul tingkat 2 dari sesama pedagang oleh pedagang grosir adalah sortasi,
pengumpul tingkat 2 dan dari pedagang penanggungan risiko, pembiayaan, dan
grosir di pasar induk. Sesama pedagang informasi pasar. Sortasi dilakukan
pengumpul tingkat 2 biasanya bertukar pedagang grosir pada saat jumlah ubi jalar
informasi perkembangan harga ubi jalar yang ada di pasar sedang melimpah,
pada saat bertemu atau juga menggunakan sedangkan pada saat jumlah ubi jalar yang
media handphone. ada sedikit, pedagang menjualnya secara
karungan atau tidak melakukan sortasi. Hal
Fungsi Tataniaga Pedagang Grosir ini dikarenakan menjual ubi jalar pada saat
Fungsi tataniaga pedagang grosir jumlahnya yang sedikit lebih cepat
dibandingkan pada saat keadaan ubi jalar
adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan
sedang melimpah di pasar. Dilihat dari
fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang
pendapatan pedagang, baik yang disortasi
dilakukan pedagang grosir adalah
ataupun tidak, pendapatan yang diterima
pembelian dan penjualan. Pedagang grosir
dari hasil penjualan ubi jalar relative tidak
membeli ubi jalar dari pedagang pengumpul
jauh berbeda.
tingkat 2 yang sebelumnya telah terjalin
kesepakatan dan sudah saling Risiko yang ditanggung oleh
berlangganan, penyerahan ubi jalar pedagang grosir apabila ubi jalar yang
dilakukan di tempat pedagang grosir di dijual tidak terjual semuanya atau tidak laku
Pasar Induk Kramat Jati. Selanjutnya sama sekali. Hal ini dapat disebabkan
pedagang grosir menjual ubi jalar tersebut karena ubi jalar yang ada di pasar sangat
ke pedagang pengecer dan adapula yang melimpah atau karena kualitas ubi jalar
dijual ke konsumen akhir. Pedagang grosir yang tidak bagus. Fungsi pembiayaan yang
menjual ubi jalar di kios, sehingga dilakukan oleh pedagang grosir adalah
memudahkan pembeli yang datang ke kios penyediaan modal untuk melakukan
pedagang grosir untuk membeli ubi jalar, pembeliaan ubi jalar dari pedagang tingkat

211
Analisis Tataniaga Ubi Jalar... Elpawati

2, membayar gaji tenaga kerja, membayar dan tidak layak lagi untuk dijual. Fungsi
iuran harian, membayar uang kebersihan pembiayaan yang dilakukan adalah
dan keamanan, membayar kuli bongkar penyediaan modal untuk membeli ubi jalar
muat, dan untuk membayar retribusi. dari pedagang grosir, sewa lapak, biaya
Fungsi informasi pasar diperoleh pedagang transportasi, upah kuli angkut, serta untuk
grosir dari sesama pedagang grosir lain dan membayar iuran dan retribusi pasar. Dan
informasi-informasi lain mengenai fungsi informasi pasar diperoleh dari
ketersediaan ubi jalar yang ada di Pasar sesama pedagang pengecer dan pedagang
Induk Kramat Jati. grosir mengenai perkembangan harga beli
dan harga jual ubi jalar.
Fungsi Tataniaga Pedagang Pengecer
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh Analisis Struktur dan Perilaku Pasar
pedagang pengecer adalah fungsi pada Lembaga Tataniaga
pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.
Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh Analisis Struktur Pasar
pedagang pengecer adalah pembelian dan Struktur pasar dapat diidentifikasi
penjualan. Pedagang pengecer membeli ubi dengan mengetahui jumlah partisipan
jalar dari pedagang grosir di Pasar Induk (pembeli dan penjual) yang terlibat di dalam
Kramat Jati. Proses jual beli dilakukan di pasar, sifat atau heterogenitas produk yang
kios pedagang grosir tersebut. Selanjutnya dipasarkan, kondisi atau keadaan produk
pedagang pengecer menjual ke konsumen yang diperjual belikan, mudah tidaknya
yang membeli di gerai/kios pedagang keluar masuk pasar bagi pelaku tataniaga,
pengecer di pasar-pasar tradisional di serta tingkat informasi pasar yang diketahui
daerah Jakarta. Fungsi fisik pedagang oleh partisipan (pembeli dan penjual).
pengecer adalah pengangkutan dan
Struktur Pasar di Tingkat Petani
penyimpanan. Pedagang pengecer
mengangkut ubi jalar dari kios pedagang Struktur pasar yang dihadapi petani
grosir di Pasar Induk Kramat Jati ke kiosnya ubi jalar di Desa Purwasari cenderung
di pasar-pasar tradisional di daerah Jakarta. mendekati pasar persaingan sempurna. Hal
Aktivitas penyimpanan dilakukan apabila ini dikarenakan jumlah petani ubi jalar di
masih ada ubi jalar yang belum laku terjual. Desa Purwasari sangat banyak dan
Tempat penyimpanannya di kios pedagang komoditas yang diperjual-belikan bersifat
pengecer tersebut. homogen yaitu ubi jalar varietas jawa.
Selain itu, hambatan keluar masuk pasar
Fungsi fasilitas pedagang pengecer
pada tingkat petani juga rendah. Petani
adalah penanggungan risiko, pembiayaan,
bebas untuk menentukan komoditas apa
dan informasi pasar. Risiko yang biasanya
yang akan ditanamnya, sehingga tidak ada
ditanggung adalah risiko kerugian karena
hambatan yang bersifat mengikat. Dengan
ubi jalar yang dijual tidak terjual semuanya
struktur pasar yang cenderung bersaing
sehingga ubi jalar tersebut menjadi busuk

212
Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, [ 203 - 218] ISSN : 1979-0058

sempurna, petani tidak bisa memegang pada umumnya pedagang pengumpul


kendali harga ubi jalar yang dijualnya. tingkat 1 telah mempunyai langganan.
Harga yang terbentuk adalah harga
keseimbangan pasar, dimana petani
Struktur Pasar di Tingkat Pedagang
bertindak sebagai price taker.
Grosir
Struktur pasar yang dihadapi oleh
Struktur Pasar di Tingkat Pedagang pedagang grosir cenderung mendekati pasar
pengumpul Tingkat 1 persaingan sempurna. Hal ini dicirikan oleh
Struktur pasar yang dihadapi oleh banyaknya penjual dan pembeli di Pasar
pedagang pengumpul tingkat 1 cenderung Induk Kramat Jati. Komoditas yang
mendekati pasar oligopoli. Hal ini diperjualbelikan bersifat homogen yaitu ubi
dikarenakan jumlah pedagang pengumpul jalar varietas jawa. Hambatan keluar masuk
tingkat 2 tidak terlalu banyak dan setiap pasar bagi pedagang grosir juga rendah.
pedagang telah memiliki pelanggan tetap Dengan struktur pasar yang cenderung
dalam membeli dan menjual ubi jalar. bersaing sempurna, pedagang grosir tidak
Komoditas yang diperjual belikan juga mempunyai kendali atas harga ubi jalar
bersifat homogen yaitu ubi jalar varietas yang dijualnya karena harga yang terbentuk
jawa. Pada pedagang pengumpul tingkat berdasarkan atas mekanisme dan
pertama terdapat hambatan masuk pasar keseimbangan pasar yang terjadi.
yaitu hambatan dalam mencari petani Struktur Pasar di Tingkat Pedagang
pemasok ubi jalar dan mencari pasar yang Pengecer
akan membeli ubi jalar tersebut. Selain itu, Struktur pasar yang dihadapi oleh
hambatan masuk dapat juga disebabkan pedagang pengecer cenderung mendekati
oleh kesediaan modal yang terbatas dalam pasar oligopoli. Hal ini dicirikan oleh
membeli ubi jalar dari petani. sedikitnya jumlah pedagang pengecer.
Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Selain itu, hambatan keluar masuk pasar
Pengumpul Tingkat 2 pada tingkat pedagang pengecer juga
Struktur pasar yang dihadapi oleh rendah. Pedagang pengecer bebas untuk
pedagang pengumpul tingkat 2 cenderung menentukan komoditas apa yang akan
mendekati pasar oligopoli. Hal ini dicirikan dijualnya sesuai dengan permintaan pasar,
oleh sedikitnya jumlah pedagang sehingga tidak ada hambatan yang bersifat
pengumpul tingkat 2 dan komoditas yang mengikat. Namun jenis barang dagangan
diperjual-belikan juga bersifat homogen yang dijual pedagang pengecer pada
yaitu ubi jalar varietas jawa. Hambatan umumnya tetap (tidak berubah dalam kurun
masuk pasar pedagang pengumpul tingkat 2 waktu tertentu).
terletak pada kesediaan modal yang
digunakan untuk membeli ubi jalar dari
pedagang pengumpul tingkat 1. Selain itu,
kesulitan untuk mencari pemasok ubi jalar,

213
Analisis Tataniaga Ubi Jalar... Elpawati

Analisis Perilaku Pasar yang berlaku di pasar. Harga ubi jalar akan
sangat bergantung pada jumlah permintaan
dan penawaran yang ada di pasar. Harga ubi
Praktek Pembelian dan Penjualan
jalar di Desa Purwasari berpatokan dengan
Setiap lembaga pemasaran ubi jalar di
harga yang berlaku di Pasar Induk Kramat
Desa Purwasari melakukan kegiatan
Jati, sehingga harga yang berlaku di tingkat
pembelian dan penjualan kecuali petani
petani merupakan harga penyesuaian dari
yang hanya melakukan kegiatan penjualan.
lembaga-lembaga pemasaran yang ada di
Petani responden menjual ubi jalar ke
atasnya setelah ditambahkan unsur biaya
pedagang pengumpul tingkat 1. Sistem
pemasaran dan penerimaan untuk pedagang
transaksi jual beli yang dilakukan antara
ubi jalar. Sistem pembayaran yang terjadi
petani dengan pedagang pengumpul tingkat
antar lembaga pemasaran dilakukan secara
1 adalah sistem bukti. Ubi jalar dijual oleh
tunai, sistem pembayaran
pedagang pengumpul tingkat 1 ke pedagang
sebagian/setengah (panjar), dan ada juga
pengumpul tingkat 2 atau di jual langsung
menggunakan sistem nota.
ke pabrik tepung. Pedagang pengumpul
tingkat 2 kemudian membawa dan menjual
ubi jalar tersebut ke pedagang grosir di Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga
Pasar Induk Kramat Jati. Selanjutnya dari Kerjasama antar lembaga tataniaga
pedagang grosir dijual ke pedagang ubi jalar di Desa Purwasari terjadi akibat
pengecer atau konsumen akhir. Setiap adanya proses jual-beli, sehingga
praktek pembelian dan penjualan yang memperlancar proses penyampaian ubi jalar
dilakukan antar lembaga pemasaran dari petani produsen ke konsumen. Pada
biasanya atas dasar saling berlangganan. umumnya kerjasama antar lembaga
Namun ada kalanya praktek pembelian dan tataniaga terjalin karena sudah
penjualan tidak dilakukan melalui berlangganan atau karena adanya ikatan
langganannya. Hal ini ditujukan untuk kekeluargaan. Lembaga tataniaga yang
mendapatkan kualitas ubi jalar yang bagus sejenis/setingkat juga melakukan
atau karena adanya kesepakatan. kerjasama, biasanya kerjasama yang
dilakukan adalah saling tukar informasi
mengenai perkembangan harga ubi jalar
Sistem Penentuan Harga dan
dan informasi-informasi lain yang
Pembayaran
berhubungan dengan ketersediaan ubi jalar
Sistem penentuan harga ubi jalar di
di pasar.
Desa Purwasari dilakukan dengan tawar
menawar berdasarkan harga pasar yang
berlaku. Namun demikian, keputusan Analisis Efisiensi Saluran Tataniaga Ubi
terakhir ditentukan oleh lembaga Jalar Berdasarkan Margin Tataniaga,
pemasaran yang lebih tinggi karena lebih Farmer's Share, Rasio Keuntungan dan
mengetahui informasi perkembangan harga Biaya

214
Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, [ 203 - 218] ISSN : 1979-0058

Analisis Margin Tataniaga grosir sama dengan harga jual ke pedagang


Margin tataniaga pada saluran pengecer yaitu sebesar Rp.4.250/Kg. Hal ini
tataniaga I merupakan margin tataniaga disebabkan oleh harga yang terjadi di pasar
terkecil dari ketiga saluran tataniaga ubi induk merupakan harga yang berlaku sama
jalar di Desa Purwasari, yaitu sebesar pada setiap pembeli. Sehingga margin
Rp.800/Kg. Hal ini dikarenakan saluran tataniaga yang terjadi pada saluran
tataniaga 1 merupakan rantai tataniaga tataniaga 3 ini akan lebih kecil
terpendek dari ketiga saluran yang ada. dibandingkan dengan saluran tataniaga 2.
Harga jual ubi jalar dari pedagang Margin tataniaga pada saluran tataniaga 3
pengumpul tingkat 1 ke pedagang adalah sebesar Rp.2.450/Kg. Lembaga
pengumpul tingkat 2 berbeda dengan harga tataniaga yang mempunyai margin
jual ke pabrik terigu. Harga jual ke tataniaga terbesar adalah pedagang grosir
pedagang pengumpul tingkat 2 yatu sebesar Rp.900/Kg.
Rp.2.500/Kg, sedangkan harga jual ke
pabrik terigu sebesar Rp.2.600/Kg. Analisis farmer's Share
Perbedaan harga jual ini dikarenakan Hasil analisis farmer's share
adanya aktifitas tambahan (Upah menunjukan bahwa bagian terbesar yang
pikul/angkut dan upah jasa) yang dilakukan diterima oleh petani terdapat pada saluran
pedagang pengumpul tingkat 1 terhadap ubi tataniaga 1 yaitu sebesar 69,23 persen,
jalar yang dijual ke Pabrik tepung. sehingga sedangkan bagian terkecil yang diterima
keuntungan yang diperoleh oleh pedagang petani adalah pada saluran tataniaga 2
pengumpul tingkat 1 pada saluran ini adalah sebesar 34,29 persen. Pada analisis farmer's
Rp.550/Kg. Margin tataniaga yang terjadi share ini tidak dapat diidentifikasi saluran
pada saluran ini adalah Rp.800/Kg. tataniaga yang paling menguntungan bagi
Pada saluran tataniaga 2, petani petani karena harga jual petani setiap
menjual ubi jalar ke pedagang pengumpul saluran tataniaga sama yaitu sebesar
tingkat 1 dengan harga Rp 1.800/Kg. Rp.1.800/kg.
Selanjutnya pedagang pengumpul tingkat 1
menjual ubi jalar tersebut dijual ke
Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
pedagang pengumpul tingkat 2 dengan
harga Rp 2.500/Kg, sehingga keuntungan Berdasarkan hasil analisis rasio
yang diperoleh adalah sebesar Rp.465/Kg keuntungan dan biaya, saluran tataniaga 1
dan margin tataniaga yang terjadi sebesar relatif lebih efisien karena memiliki rasio
Rp.700/Kg. Pada saluran tataniaga 3, keuntungan dan biaya yang terbesar (2,20).
konsumen membeli ubi jalar tanpa melalui Sementara saluran tataniaga 3 merupakan
pedagang pengecer. Konsumen langsung saluran tataniaga yang relative tidak efisien
datang ke Pasar Induk Kramat Jati untuk karena memiliki rasio keuntungan dan
membeli ubi jalar ke pedagang grosir. biaya yang terkecil (2,10).
Harga jual yang diberikan oleh pedagang

215
Analisis Tataniaga Ubi Jalar... Elpawati

pedagang pengumpul tingkat 2 -


Efisiensi Tataniaga pedagang grosir – konsumen
Farmer's Share dan rasio keuntungan b. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh
dan biaya dapat dijadikan indicator efisiensi petani, pedagang pengumpul tingkat 1,
tataniaga. Berdasarkan Farmer's Share yang pedagang pengumpul tingkat 2,
diterima petani berkisar 42.35 – 69.23 pedagang grosir dan pedagang pengecer
persen. Farmer's Share yang tertinggi yang ubi jalar adalah fungsi pertukaran berupa
diperoleh petani terdapat pada saluran 1 penjualan dan pembelian, fungsi fisik
yaitu sebesar 69.23 persen. Rasio berupa kegiatan pengemasan,
keuntungan dan biaya tertinggi pada tingkat pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa
petani terdapat pada saluran tataniaga 1 informasi pasar, penanggungan resiko
yaitu sebesar 2.20. Berdasarkan dan pembiayaan.
perhitungan efisiensi tataniaga untuk
komoditas ubi jalar, saluran tataniaga ubi 2. Struktur pasar pada petani dan pedagang
jalar yang efisien adalah saluran tataniaga 1 grosir cenderung mendekati pasar
karena memiliki margin tataniaga paling persaingan sempurna, sedangkan
kecil, rasio keuntungan dan biaya tertinggi, pedagang pengumpul tingkat pertama,
dan Farmer's Share yang tertinggi pedagang pengumpul tingkat kedua, dan
dibandingkan pada saluran tataniaga yang pedagang pengecer cenderung
lainnya. mendekati pasar oligopoli.
c. Kerjasama antara petani dan pedagang
KESIMPULAN DAN SARAN pengumpul terjalin dengan baik melalui
Kesimpulan kegiatan jual-beli produk ubi jalar. Hal
yang sama juga terjadi diantara
Berdasarkan hasil penelitian yang
pedagang pengumpul, grosir dan
dilakukan terhadap tataniaga ubi jalar di
pedagang pengecer. Kemudian secara
Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,
umum sistem pembayaran yang
Kabupaten Bogor, maka diperoleh
dilakukan petani dan antar lembaga
kesimpulan :
tataniaga dilakukan secara tunai dan
1. Sistem tataniaga ubi jalar di Desa
harga produk berdasarkan mekanisme
Purwasari terdiri dari tiga buah saluran
pasar.
tataniaga yaitu : Saluran tataniaga 1 :
3. Berdasarkan perhitungan efisiensi
petani - pedagang pengumpul tingkat 1 -
tataniaga untuk komoditas ubi jalar,
pabrik tepung, Saluran tataniaga 2 :
saluran tataniaga ubi jalar yang efisien
petani - pedagang pengumpul tingkat 1 -
adalah saluran tataniaga satu karena
pedagang pengumpul tingkat 2 -
memiliki margin tataniaga yang paling
pedagang grosir - pedagang pengecer -
kecil sebesar Rp.800/Kg, rasio
konsumen. Saluran tataniaga 3 : petani -
keuntungan dan biaya tertinggi sebesar
pedagang pengumpul tingkat 1 -
2.20, dan farmer's share yang tertinggi

216
Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, [ 203 - 218] ISSN : 1979-0058

dibandingkan pada saluran tataniaga


yang lainnya yaitu 69,23 persen. DAFTAR PUSTAKA

Saran Asmarantaka, Ratna W. 1999. Pemasaran


1. Petani ubi jalar sebaiknya membentuk Pertanian : Suatu Kajian Teoritik
kelompok tani guna meningkatkan posisi dan Empirik. Jurusan Sosek –
tawarnya. Selain itu, kelompok tani juga Faperta. Institut Pertanian Bogor.
berfungsi untuk mendukung petani Firdaus, Muhammad. 2008. Manajamen
dalam kegiatan usahataninya dari proses Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara
budidaya sampai pemasaran. Limbong, W. M dan P. Sitorus. 1987.
2. Untuk dapat mendistribusikan Pengantar Tataniaga Pertanian.
komoditas ubi jalar secara efisien, petani Bahan Kuliah.
perlu bekerjasama atau bermitra dengan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
pihak yang bersedia menampung produk Fakultas Pertanian. Institut
petani (konsumen akhir) dengan harga Pertanian Bogor.Bogor
yang tinggi dan relatif stabil.
Limbong dan Sitorus. 1997. Pengantar
3. Untuk mengoptimalkan farmer's share Tataniaga Pertanian. Jurusan
dan memperkecil margin tataniaga, Ilmu – ilmu
dapat dilakukan dengan salah satu cara
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
yaitu petani atau kelompok tani
Pertanian. Institut Pertanian
melakukan nilai tambah (value added)
Bogor. Bogor
terhadap ubi jalar sehingga
menghasilkan produk seperti tepung, Soekartawi, 1994. Distribusi dan pemasaran
keripik, saos, dan lain-lain. hasil pertanian. Jakarta : UI
Press.

* Dosen Program Studi Agribisnis, FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(Email: elpawati@gmail.com)
** Alumni Program Studi Agribisnis, FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217

Anda mungkin juga menyukai