ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pendapatan dan berapa besar biaya
produksi usahatani cabai merah di Desa Talang Kemang Kecamatan Rantau Bayur Kabupaten
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi penelitian ini dilkasanakan di Desa Talang Kemang
Kecamatan Rantau Bayur, Penentuan lokasi penelitian tersebut ditentukan secara senagaja
(Purposive Sampling). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi Observasi lngsung,
dokumentasi, wawancara langsung yang dibantu dengan kuesioner. Data yang yang diperoleh
diolah secara tabulasi, kemudian dilanjutkan di analisa dengan menggunakan Rumus π = TR – TC,
dan Titik Balik Modal (Break Even Point), selanjutnya untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha
dianalisa dengan menggungakan B/C Ratio.
Hasil analisis usahatani tanaman cabai merah di desa Talang Kemang di dapat penerimaan
sebesar Rp. 88.612,150 dan biaya produksi sebesar Rp. 44.131.963 sehingga penerimaan bersih
sebesar Rp. 44.480.187 per musim tanam. Sedangkan untuk kelayakan usaha dengan
menggunakan rumus B/C ratio didapat sebesar 2.00 artinya usahatani cabai merah ni layak
diusahakan karena nilainya lebih besar dari 1.00. Tingkat Titik Pulang Balik (Break Even Point) dari
usahatani cabai merah dengan membandingkan antara rata-rata biaya yang dikeluarkan dengan
rata-rata produksi yang dihasilkan BEP sebesar Rp. 8.964,44. Ini menunjukkan masih dibawah
harga pasar (Rp. 18.000,-) yang berarti usahatani cabai merah menguntungkan, bila harga Rp.
8.964,44, dan petani akan mendapatkan modal kembali. Tingkat produksi pada titik balik didapat
sebasar 218,62 kilogram, yang berarti usahatani cabai merah tidak merugi masih dibawah angka
produksi sebesar 439 kg, petani akan tetap mendapakan keuntungan apabila produksi cabai merah
dijual dengan harga Rp. 8.964,44.
ABSTRACT
This study aimed to determine how much income and how much it costs to produce red chili
farming in Talang Kemang Village, Rantau Bayur District, Banyuasin Regency, South Sumatra
Province. The location of this research was conducted in Talang Kemang Village, Rantau Bayur
Subdistrict, the determination of the research location was determined purposively. Data collection
techniques in this study include direct observation, documentation, direct interviews assisted by
questionnaires. The data obtained is processed by tabulation, then continued to be analyzed using
the Formula π = TR - TC, and Break Even Point, then to determine the level of business feasibility is
analyzed by using B / C Ratio.
The results of the analysis of the red chilli farming in Talang Kemang village received Rp.
88,612,150 and production costs Rp. 44,131,963 so that net receipts of Rp. 44,480,187 per growing
54
Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas Vol. 2 No.1 Edisi April 2020
season. Whereas for business feasibility using the formula B / C ratio obtained at 2.00 means that
this red chilli farming is worth the effort because its value is greater than 1.00. Break Even Point
level of red chili farming by comparing the average costs incurred with the average production
produced by BEP of Rp. 8,964.44. This shows that it is still below the market price (Rp. 18,000),
which means that the red chili farming is profitable, if the price is Rp. 8,964.44, and farmers will get
the capital back. The level of production at the turning point is as much as 218.62 kilograms, which
means that the farming of red chili does not lose money is still below the production rate of 439 kg,
farmers will still benefit if the production of red chili is sold at Rp. 8,964.44.
55
Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas Vol. 2 No.1 Edisi April 2020
tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, di swalayan. Penanaman cabai pada musim
industri makanan, dan obat-obatan merupakan hujan memungkinkan banyak terjadinya resiko
potensi untuk meraup keuntungan dan tidak karena penyebabnya adalah tanaman cabai
heran jika cabai merupakan komoditas tidak tahan terhadap hujan lebat yang terus
hortikultura yang mengalami fluktuasi harga menerus. Selain itu, genangan air pada daerah
paling tinggi di Indonesia. Harga cabai yang penanaman bisa mengakibatkan kerontokan
tinggi memberikan keuntungan yang tinggi pula daun dan terserang penyakit akar dan pukulan
bagi petani. Keuntungan yang diperoleh dari air hujan juga bisa menyebabkan bunga dan
budidaya cabai umumnya lebih tinggi bakal buah berguguran. Sementara itu,
dibandingkan dengan budidaya sayuran lain. kelembapan udara yang tinggi meningkatkan
Banyak kendala yang dihadapi petani penyebaran dan perkembangan hama serta
dalam berbudidaya cabai, salah satunya adalah penyakit tanaman, dengan berkembangnya ilmu
hama dan penyakit seperti kutu kebul, bioteknologi di bidang pemuliaan tanaman, para
antraknosa, dan busuk buah yang breeder berusaha merekayasa gen cabai biasa
menyebabkan gagal panen. Produktivitas buah menjadi cabai unggul.
yang rendah dan waktu panen yang lama Pada dasarnya, tujuan umum
tentunya akan memperkecil rasio keuntungan pemuliaan cabai adalah mendapatkan kultivar
petani cabai. yang lebih baik dari kultivar yang sudah ada.
Secara umum cabai memiliki banyak Tipe cabai unggul yang diinginkan adalah
kandungan gizi dan vitamin diantaranya Kalori, memiliki karakter masa pembungaan dan
Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin pembentukan buahnya cepat (umur panen
A, B1 dan Vitamin C. Cabai digunakan untuk genjah), produktivitasnya tinggi, daya
keperluan rumah tangga, selain itu cabe juga adaptasinya luas atau spesifik untuk daerah
dapat digunakan untuk keperluan industri marginal tertentu (kering rawa, pantai,
diantaranya, Industri bumbu masakan, industri gambut/asam), serta tahan terhadap hama
makanan dan industri obat-obatan atau jamu. penyakit. Budidaya tanaman cabai tidak hanya
Cabai termasuk komoditas sayuran yang hemat memenuhi hasil secara kuantitas, akan tetapi
lahan karena untuk peningkatan produksinya budidaya cabai yang unggul juga ditekankan
lebih mengutamakan perbaikan teknologi pada kualitas hasil sesuai preferensi konsumen.
budidaya. Penanaman dan pemeliharaan cabai Para konsumen menginginkan karakter
yang intensif dan dilanjutkan dengan cabai antara lain tingkat kepedasan sesuai
penggunaan teknologi pasca panen akan kebutuhan, penampilan buah yang baik, mulus,
membuka lapangan pekerjaan baru. dan warna yang terang, serta bebas dari
Dibutuhkan tenaga kerja yang menguasai penyakit seperti antraknosa. Industri pangan,
teknologi dalam usaha tani cabai yang seperti saus dan pasta, sifat- sifat cabai yang
berwawasan agribisnis dan agroindustri. diinginkan adalah mempunyai tingkat
Menurut (Dermawan, 2010), salah satu kepedasan tinggi, warna merah terang, dan
sifat tanaman cabai yang disukai oleh petani buahnya harus tersedia sepanjang waktu untuk
adalah tidak mengenal musim, artinya tanaman memenuhi kebutuhan industri (kontinuitas
cabai dapat ditanam kapan pun tanpa terjaga).
tergantung musim. Cabai juga mampu tumbuh Tujuan pengembangan cabai adalah
di rendengan maupun labuhan, itulah sebabnya untuk meningkatkan produktivitas tanaman
cabai dapat ditemukan kapan pun di pasar atau cabai. Peningkatan produktivitas tanaman cabai
56
Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas Vol. 2 No.1 Edisi April 2020
57
Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas Vol. 2 No.1 Edisi April 2020
(LK). Tenaga kerja penerima upah sangat meliputi bibit serta karung, polibag dan pupuk
bervariasi terhadap pencurahan tenaga kerja organik dan anorganik serta penggunanan
pada usaha tani Cabai berdasarkan luas lahan pestisida.
yang diusahakan petani. Adapun upah yang Di daerah penelitian petani
diberikan sangat bervariasi. Tenaga kerja menggunakan pupuk lengkap dalam upaya
yang dicurahkan dalam usaha tani Cabai di menjaga pertumbuhan tanaman Cabai untuk
daerah penelitian pada umumnya bersumber tumbuh subur dan produksi yang baik.
dari luar keluarga (LK). Adapun jenis-jenis Sedangkan pengunaan pestisida adalah untuk
kegiatan yang dilakukan meliputi pengolahan membasmi tanaman pengganggu serta menjaga
tanah, penamanan, pemupukan, pemetikan agar lahan Cabai tetap bersih,
penyemaian, pengendalian gulma, dimasukkandalam perhitungan, ini melihat
pengendalian HPT dan panen. pengaruh penggunaannya terhadap produksi
Cabai yang dihasilkan. Sedangkan peralatan
Penggunaan SaranaProduksi yang dipergunakan dalam rangka produksi
Penggunaan Sarana produksi dalam adalah karung untuk mengangkat buah Cabai
usaha tani Cabai di daerah penelitian dalam Merah dari lahan. Adapun rata-rata
penggunaan sarana produksi ini petani banyak penggunaan sarana produksi pada daerah
yang menggunakan sarana poduksi yang penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
Tabel 1. Rata-rata Per Petani dengan Luas Lahan 0,09 Penggunaan Sarana dan Alat Produksi
pada Usaha Tani Cabai di Daerah Penelitian per Musim Tanam, Tahun2018.
Jenis Sarana
No Satuan Jumlah Kuantitas
Produksi
1 Bibit Sachet 0,73
2 Urea Kg 13,35
3 SP 36 Kg 17,80
4 Organik Kg 445,00
5 Mulsa Gulung 1,67
6 Sidabas Botol 1,67
7 Chip Botol 1,67
8 Kirakron Botol 1,67
8 Karung Buah 29,17
9 Polibag Buah 2,92
10 Cangkul Buah 1,75
11 Sprayer Unit 1,00
Sumber: Data Primer (diolah), Tahun 2018
Tabel 1 menjelaskan bahwa rata-rata sebanyak 1,67 botol, kirakron sebanyak 1,67
penggunaan sarana Biaya produksi dalam botol, karung sebanyak 29,17 buah, dan
Usaha Tani Cabai terbesar terdapat pada polibag 2,92 buah, cangkul sebanyak 1,75 unit,
penggunaan bibit sebanyak 0,73 sachet, urea prayer sebanyak 1,00unit. Hal ini akan
sebanyak 13,35 kg, SP 36 sebanyak 17,80, menyebabkan terjaganya kondisi lahan yang
organik sebanyak 445 kg, mulsa sebanyak 1,67 subur dalam menghasilkan produksi buah Cabai
gulung, sidabas sebanyak 1,67 botol, chip Merah di daerah penelitian. Sedangkan dengan
58
Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas Vol. 2 No.1 Edisi April 2020
Biaya Produksi
No Komponen Biaya Biaya Tetap Biaya Tidak Total Biaya (Rp)
(Rp) Tetap (Rp)
1 Biaya Penyusutan
1. Cangkul 35.000 - 83.333
2. Sprayer 83.333 - 35.000
2 Biaya variabel
1. Bibit - 94.791,67 94.791,67
2. Karung - 87.500 87.500
3. Mulsa - 218.750 218.750
4. Polibag - 58.333,33 58.333,33
5. Pupuk:
a. Urea - 25.365 25.365
b. SP36 - 445,00 44.500
c. Organik - 311.500 311.500
6. Pestisida:
a. Sidabas - 51.041,67 51.041,67
b. Chip - 43.750 43.750
c. Kirakron - 58.333,33 58.333,33
3 Biaya Tenaga kerja - 2.811.250 2.811.250
Jumlah 118.333 1.347.198 4.363.749
Sumber: Data Primer (diolah), Tahun 2018
59
Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas Vol. 2 No.1 Edisi April 2020
Biaya ini diperuntukkan untuk membayar biaya Pendapatan usaha tani yang dimaksud
tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. dalam penelitian adalah pendapatan usaha tani
Sedangkan biaya variabel terdiri dari Cabai Merah yang diperoleh dalam satu kali
pembelian bibit, karung mulsa, polibag, pupuk musim panen. Pendapatan usaha tani dalam
organik dan anorganik serta pembelian penelitian ini adalah pendapatan yang
pestisida dan biaya tenaga kerja Besarnya merupakan hasil pengurangan antara hasil
biaya yang dikeluarkan oleh petani sampel produksi dengan seluruh biaya produksi yang
adalah Rp. 1.347.198/ha dan biaya penyusutan dikeluarkan selama proses produksi
sebesar Rp 118.333/ha. berlangsung. Rata-rata pendapatan pada
usaha tani Cabai Merah di daerah penelitian
Pendapatan UsahaTani dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Rata-rata Nilai Produksi per usaha tani Cabai Merah di Daerah Penelitian per Hektar,
Bulan Oktober sampai dengan Desember 2018, Tahun 2018.
No Uraian Satuan Rata-rata
1 Produksi Kg 4.923
2 Harga Jual Rp 201.869
3 Total penerimaan Rp 88.612.150
4 Biaya produksi Rp 44.131.963
5 Penerimaan Bersih Rp 44.480.187
Tabel 3, Dapat dijelaskan bahwa total produksi sebesar Rp 44.131.963. Maka nilai B/C
penerimaan per tahun pada usaha tani Cabai ratio sebagai berikut:
Merah sebesar Rp. 88.612.150, dan biaya
produksi yang dikeluarkan selama semusim 88.612.150
B/C ratio =
sebesar Rp 44.131.963 dan penerimaan bersih 44.131.193
yang diterima petani Cabai Merah selama per
musim sebesar Rp 44.480.187. Pendapatan ini =2,00
cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarga
dengan rata-rata tanggungan sebesar 3 orang, Nilai B/C ratio 2,00 memberikan arti
disamping penembahan usaha tani lainnya bahwa dengan modal Rp. 1 menghasilkan
seperti adanya kebun kepala sawit, bertanam pendapatan sebesar Rp 2,00. Hal ini
tanaman hortikultura lainnya. menunjukkan perbandingan menghasilkan nilai
diatas nilai 1n(B/C ratio > 1), artinya usaha tani
Benefit Cost Ratio (B/Cratio)
Cabai Merah layak diusahakan oleh petani
Perhitungan Benefit Cost Ratio adalah sampel.
memperhitungkan antara pendapatan total
dengan biaya total yang dikeluarkan selama Break Even Point (Titik pulang pokok) Harga
proses produksi usaha tani Cabai Merah di Produksi
daerah penelitian. Dalam perhitungan ini hanya Perhitungan Break Even Point (BEP)
memasukan nilai total penerimaan rata-rata produksi menggambarkan harga terendah dari
petani sampel sebesar Rp 88.612.150, dan nilai produksi Cabai Merah yang dihasilkan. Harga
biaya produksi yang dikeluarkan selama proses BEP ini adalah membandingkan antara rata-rata
60
Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas Vol. 2 No.1 Edisi April 2020
biaya yang dikeluarkan dengan rata-rata tani ini juga menguntungkan petani. Jika
produksi yang dihasilkan. Agar usaha tani produksi cabai merah yang dihasilkan petani
untung, maka petani harus menjual produksi sebesar 218,62 kg, maka petani masih
Cabai Merahnya diatas harga dasar ini, diuntungkan apabila dijual dengan harga
perhitungan BEP produksi dapat dilihat sebagai Rp8.964,44.
berikut:
KESIMPULAN
44.131.193
BEP(p) =
4.293 Berdasarkan pembahasan maka dapat
ditarik kesimpulan yaitu:
= Rp8.964,44 1. Total penerimaan yang diterima petani dari
usahatani cabai merah per musim tanam
BEP (p) sebesar Rp 8.964,44 dengan luas lahan rata-rata 0,09 di daerah
menunjukkan bahwa masih berada dibawah penelitian sebesar Rp.7.901.250. Biaya
harga pasar (Rp. 18.000), berarti usaha tani produksi usahatani cabai di Desa Talang
Cabai Merah menguntungkan, bila harga Rp Kemang Kecamatan Rantau Bayur sebesar
8.964,44. Apabila kemungkinan petani akan Rp 3.935.100, maka pendapatan bersih
menjual pada harga Rp 8.964,44 pun akan sebesar Rp. 3.966,15
mendapatkan modal kembali (pulang pokok), 2. Untuk total penerimaan yang diterima petani
karena harga yang terjadi diatas harga BEP(p). di desa Talang Kemang dengan luas lahan
per hektar sebesar Rp 88.612.150, yang
Break Event Point (Titik Pulang Pokok) dikemudian biaya produksi per hektar yang
Volume Produksi digunakan sebesar Rp 44. 131. 963, maka
Perhitungan BEP atas dasar unit penerimaan bersih per hektar yang diterima
produksi menggambarkan produksi minimal petani sebesar Rp. 44.480.187.
yang harus dihasilkan dalam usaha tani agar
tidak mengalami kerugian. Volume produksi ini
adalah membandingkan antara rata-rata biaya DAFTAR PUSTAKA
yang dikeluarkan dengan rata-rata harga
__ , . 2019. Monografi. Desa Talang Kemang
produksi yang diperjualbelikan. Hal inidapat
Kecamatan Rantau Bayur
dilakukan dengan menggunakan rumus:
Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
44.131.963 Selatan.
BEP (q) =
201.869
Arsyad Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan.
= 218,62kg Sekolah Tinggi Ekonomi.Yogyakarta.
Artinya pada produksi 218,62 kg usaha Boediono, 2002. Ekonomi mikro Pendapatan
tani cabai merah tidak merugi, pada angka Petani Pengantar Ilmu Ekonomi. BPFE.
produksi 218,62 kg berada dibawah angka Yogyakarta.
produksi (439 kg), artinya petani juga tidak
Indriyo, Gitosudarmo, 2000. Manajemen
mendapat kerugian apabila menjual pada angka
Produksi. PT. Raja Grafindo Persada
218,62 kg, artinya masih dibawah produksi yang
Jakarta.
diminta produsen dari hasil BEP(q), maka usaha
61
Jurnal Ilmu Pertanian Agronitas Vol. 2 No.1 Edisi April 2020
Mosher, A. T., 2007, Menggerakan dan Rostini neni, 2012. Strategi Bertanam
Membangun Pertanian, Cetakan Ketujuh, Cabai. Agromedia. Jakarta.
Penerbit CV Yasaguna. Jakarta.
Redaksi Agro Media, 2008. Budi daya dan
Noor. Hendrifarial, 2007. Ekonomi Managerial. Bisnis Cabai. Agromedia Pustaka. Jakarta
Raja Grafindo. Jakarta. Niswonger. 2002.
Prinsip-prinsip Akuntansi 1. Penerbit Sukirno.2013. Pengantar Teori Ekonomi Mikro.
Erlangga. Jakarta. Prajanata, Final, 38 PT. Raja Grafindo Persada Grafik
Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Indonesia.Jakarta.
Hujan, Penebar Swadaya. Jakarta .
Soekartawi, 2005. Analisis Usahatani. UI Press.
Rahardi, F 2007. Agribisnis Buah-buahan. Jakarta Soekartawi, 2007. Teori Ekonomi
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Produksi. Rajawali Press.Jakarta.
Rahardja dan Manurung. 2008.
Suprioyo. 2002. Macam-macam Biaya
Pengantar Ilmu Ekonomi. Penerbit
Usahatani. Penebar Swadaya. Bandung.
Fakultas Ekonomi. Jakarta.
Winardi. 2002. Promosi dan Reklame. PT
Rosalinda, F. 2010. Pengantar Ekonomi
Mandar Maju. Bandung
Pertanian. CV. Andi Offisit. Jakarta.
62