Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Litbang Vol. XI, No.

2 Desember 2015: 93-102

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI


PENGEMBANGAN BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum, sp)
DI KABUPATEN PATI

ENVIRONMENTAL FACTORS AFFECTING


THE DEVELOPMENT OF ONION CULTIVATION (Allium ascalonicum, sp)
IN PATI REGENCY

Sutrisno
Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati
Email: trisno_1201@yahoo.com

Naskah Masuk: 18 September 2015 Naskah Revisi: 30 September 2015 Naskah Diterima: 13 Oktober 2015

ABSTRACT
Onion is one of the featured vegetable commodities that have long been cultivated by farmers
intensively. This study aims to analyze the factors internal and external environment (IE) in the
development of onion cultivation in Pati regency. Research used descriptive method with data
sources derived from primary and secondary data. Analysis of data using the strategy formulation
consisting of (1) Matrix Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE),
(2) Matrix Internal External (IE). The results showed the total value of the average score of 2.67 on
a matrix IFE located on the cell II (on average), while the total score of the matrix EFE gained an
average of 2.80 lies in cell IV (moderate). These results position the development of onion
cultivation in Pati regency in cell II and IV, called a strategy to grow and build.
Keywords : onion, cultivation, environmental factors

ABSTRAK
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah
diusahakan oleh petani secara intensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
lingkungan internal dan eksternal (IE) dalam pengembangan budidaya bawang merah di
Kabupaten Pati. penelitian menggunakan metode deskriptif dengan sumber data berasal dari data
primer dan sekunder. Analisis data menggunakan formulasi strategi terdiri dari (1) Matriks
Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), (2) Matriks Internal
External (IE). Hasil penelitian menunjukkan nilai total skor rata-rata pada matriks IFE sebesar
2,67 terletak pada sel II (rata-rata), sedangkan matriks EFE memperoleh total skor rata-rata
sebesar 2,80 terletak pada sel IV (sedang). Hasil tersebut menempatkan posisi pengembangan
budidaya bawang merah di Kabupaten Pati pada sel II dan IV, disebut strategi tumbuh dan
membangun.
Kata kunci: bawang merah, budidaya, faktor-faktor lingkungan

93
Faktor-faktor Lingkungan...... Sutrisno

PENDAHULUAN bawang merah sebagai produk pertanian


hortikultura dan sumber ketersediaan
Bawang merah memiliki pangan nabati. Namun demikian,
karakteristik senyawa kimia, yaitu Kabupaten Pati masih memiliki
senyawa kimia yang dapat merangsang permasalahan luas tanam dan produksi
keluarnya air mata jika bawang merah bawang merah yang masih stagnan dan
tersebut disayat pada bagian kulitnya dan belum berkembang dengan baik. Kondisi
senyawa kimia yang mengeluarkan bau ini merupakan cerminan bagi Kabupaten
yang khas (Randle, 1997). Zat kimia Pati di Propinsi Jawa Tengah dan daerah
yang dapat merangsang keluarnya air lainnya di wilayah Indonesia. Luas lahan
mata disebut lakrimator, sedangkan bau dan kesuburan tanah Kabupaten Pati
khas dari bawang merah disebabkan oleh ternyata belum dapat dimanfaatkan
komponen volatile (minyak atsiri). secara optimal untuk membangun
Minyak atsiri dihasilkan oleh proses ketahanan pangan bidang hortikultura
biokimia flavor, dimana flavor memiliki terutama komoditas bawang merah dan
prekursor atau bahan dasar yang perekonomian rakyat perdesaan. Tujuan
bereaksi dengan enzim spesifik dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
bawang merah yang kemudian faktor-faktor lingkungan internal dan
menghasilkan berbagai jenis zat kimia eksternal (IE) dalam pengembangan
antara lain lakrimator, minyak atsiri, budidaya bawang merah di Kabupaten
asam piruvat, dan amonia (Lancaster and Pati.
Boland, 1990).
Produksi umbi bawang merah TINJAUAN PUSTAKA
dengan daun tahun 2012 sebanyak Bawang merah merupakan salah
964.220 ton, mengalami peningkatan satu komoditas sayuran unggulan yang
sebanyak 71.100 ton (7,96%) sejak lama telah diusahakan oleh petani
dibandingkan pada tahun 2011. secara intensif. Komoditas ini juga
Peningkatan produksi tersebut merupakan sumber pendapatan dan
disebabkan meningkatnya luas panen di kesempatan kerja yang memberikan
Pulau Jawa seluas 2.890 hektar atau kontribusi cukup tinggi terhadap
sebesar 4,25% dan di luar Pulau Jawa perkembangan ekonomi wilayah karena
seluas 2.960 hektar atau sebesar 11,54% memiliki nilai ekonomi yang tinggi
(BPS, 2013). Sementara produksi sehingga pengusahaan budidaya bawang
bawang merah di Kabupaten Pati merah telah menyebar di hampir semua
Provinsi Jawa Tengah 21.654 ton dengan Provinsi di Indonesia. Meskipun minat
luas panen 2.061 Ha (BPS Kab. Pati, petani terhadap bawang merah cukup
2014). Untuk perhitungan proyeksi kuat, namun dalam proses
konsumsi bawang merah, digunakan pengusahaannya masih ditemui berbagai
tahun dasar 2012 sebagai basis dimana kendala, baik kendala yang bersifat
rata-rata konsumsi perkapita bawang teknis maupun ekonomis (Sumarni dan
merah penduduk Indonesia mencapai Hidayat, 2005).
sekitar 2,9 kg/kap/tahun sehingga Salah satu tanaman yang
kebutuhannya mencapai 942.200 ton diusahakan sebagai usaha tani adalah
(Bappenas, 2013). bawang merah yang merupakan tanaman
Kondisi geografis dan tingkat semusim berbentuk rumput dan berakar
kesesuaian lahan pertanian di Kabupaten serabut. Daunnya memanjang serta
Pati menunjukkan terdapat potensi yang berongga seperti pipa. Pangkal daunnya
cukup besar untuk peningkatan produksi dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis

94
Jurnal Litbang Vol. XI, No. 2 Desember 2015: 93-102

(Sunarjono dalam Riyanti, 2011). Di sawah berpengairan irigasi 36.983 Ha,


Indonesia bawang merah dapat ditanam tadah hujan 22.104 Ha dan lainnya 245
di dataran rendah sampai ketinggian Ha merupakan potensi yang dimiliki dan
1000 m dpl, ketinggian tempat yang perlu dikembangkan untuk kegiatan
optimal untuk pertumbuhan dan
pertanian dalam arti luas. Sementara luas
perkembangan bawang merah adalah 0-
450 diatas permukaan laut. Tanaman tanaman bawang merah yang ada di
bawang merah masih dapat tumbuh dan Kabupaten Pati baru mencapai 2.061 Ha
berumbi didataran tinggi tetapi umur (5,57% dari luas lahan sawah irigasi)
tanamnnya lebih panjang 0,5-1 bulan yang tersebar di Kecamatan Wedarijaksa,
dari tanaman didataran rendah dan hasil Jaken, Jakenan dan Batangan (BPS Kab.
umbinya lebih rendah (Sutarya dkk, Pati 2014). Kecamatan Wedarijaksa
1995). merupakan sentra tanaman bawang
METODE PENELITIAN merah, hal ini dapat dilihat dari luas
tanam bawang merah yang mencapai
Penelitian ini menggunakan 772,5 Ha (37,48% dari luas tanam 2.061
metode deskriptif. Sumber data berasal
Ha). Empat kecamatan tersebut
dari data primer dan sekunder. Data
mempunyai potensi lahan untuk
primer diperoleh berdasarkan
pengamatan langsung atau observasi, dikembangkan tanaman bawang merah
fokus group discussions (FGD), sebagai usaha agribisnis yang prospektif.
wawancara mendalam dengan para Menguasai teknologi budidaya
narasumber atau informan
Tanaman bawang merah lebih
(Dispertannak, Penyuluh Pertanian,
senang tumbuh di daerah beriklim
Kontak tani, Petani, Tokoh masyarakat,
kering, peka terhadap curah hujan dan
stakeholders). Lokasi penelitian di
intensitas hujan yang tinggi serta cuaca
Kabupaten Pati terutama Kecamatan
berkabut. Tanaman ini membutuhkan
Wedarijaksa dengan pertimbangan
penyinaran cahaya matahari yang
bahwa daerah tersebut merupakan daerah
maksimal (minimal 70% penyinaran),
sentra tanaman bawang merah, dengan
suhu udara 25-32°C dan kelembaban
cara pendekatan bola salju (snowball
nisbi 50-70% (Sutarya dkk, 1995).
sampling). Sedangkan data sekunder
Ketinggian tempat yang optimal untuk
diperoleh dari dokumen yang relevan.
pertumbuhan dan perkembangan bawang
Analisis data menggunakan formulasi
merah adalah 0-450 m di atas permukaan
strategi : (1) matriks Internal Factor
laut (Sutarya dkk dalam Sumarni dan
Evaluation (IFE) dan External Factor
Hidayat, 2005). Tanah yang paling cocok
Evaluation (EFE), (2) matriks Internal
untuk tanaman bawang merah adalah
External (IE).
tanah Aluvial atau kombinasinya dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN tanah Glei-Humus atau Latosol (Sutarya
dkk, 1995). Sementara itu kualitas umbi
A. Identifikasi Faktor-faktor Internal bibit merupakan salah satu faktor yang
menentukan tinggi rendahnya hasil
1. Kekuatan produksi bawang merah. Pengolahan
Memiliki potensi lahan tanah perlu dilakukan dengan membuat
bedengan ukuran lebar 1 m, tinggi 30 cm
Di Kabupaten Pati memiliki luas dan panjang disesuaikan dengan luas
lahan sawah 59.332 Ha terdiri dari lahan lahan. Langkah berikutnya adalah umbi

95
Faktor-faktor Lingkungan...... Sutrisno

bibit ditanam dengan jarak tanam 20 cm Kelembagaan petani adalah lembaga


x 15 cm atau 15 cm x 15 cm. Pemupukan petani yang berada pada kawasan
dilakukan dengan menggunakan pupuk lokalitas (local institution) yang berupa
NPK secara berimbang sesuai anjuran. organisasi keanggotaan (membership
Tanaman bawang merah memerlukan air organization) atau kerjasama
yang cukup selama pertumbuhannya (cooperatives) yaitu petani-petani yang
melalui penyiraman. Sedangkan hama tergabung dalam kelompok kerjasama
dan penyakit yang sering menyerang (Uphoff, 1986).
tanaman bawang merah antara lain: ulat 2. Kelemahan
grayak Spodoptera, Trips, Bercak ungu
Alternaria (Trotol); otomatis Ketersediaan bibit unggul masih
(Colletotrichum), busuk umbi Fusarium kurang
dan busuk putih Sclerotum, busuk daun Bibit bawang merah yang sesuai
Stemphylium dan virus (Sumarni dan dan cocok ditanam petani dilahan sawah
Hidayat. 2005), pengendalian dilakukan sesuai dengan kondisinya di Kecamatan
secara terpadu. Wedarijaksa dan 3 Kecamatan
Dukungan Kelembagaan Penyuluhan (Batangan, Jaken dan Jakenan) adalah
varitas Thailand, Manjung, Banji dan
Kelembagaan penyuluhan yang Bima. Varitas tersebut belum tersedia
efektif didukung dengan sumber daya dengan baik dan mudah didapat sehingga
manusia yang handal dan profesional petani masih mendatangkan dari
merupakan kekuatan dalam membimbing Nganjuk Jawa Timur dengan harga
petani untuk pengembangan budidaya berkisar Rp 19.000,- sampai Rp 25.000,-
bawang merah di Kabupaten Pati. per Kg, hal ini merupakan kelemahan.
Penyuluh Pertanian yang ada dalam Banyaknya bibit yang diperlukan dapat
wadah kelembagaan penyuluhan diperhitungkan berdasarkan jarak tanam
mempunyai peran penting dalam dan berat bibit. Kebutuhan bibit untuk
membina dan membimbing kelembagaan setiap hektarnya berkisar antara 600 –
tani dalam kegiatan usahatani termasuk 1.200 kg (Sutarya dkk, 1995).
usahatani bawang merah. Dengan
penyuluhan yang berhasil diterapkan Penggunaan Pupuk NPK belum
kepada petani dan kelompoknya, berarti Optimal
para petani mau dan mampu untuk selalu Pemupukan merupakan salah satu
menggunakan teknologi yang faktor produksi yang dapat
menguntungkan dalam budidaya meningkatkan produksi bawang merah
tanaman termasuk mengatasi masalah- jika digunakan sesuai anjuran baku
masalah yang timbul (hama dan penyakit teknis budidaya tanaman bawang merah.
tanaman, konservasi tanah, dll) Kenyataan dilapangan menunjukkan
(Kartasapoetra, 1994). bahwa penggunaan pupuk pada tanaman
bawang merah, terutama pupuk NPK
Dukungan Kelembagaan Kelompok
belum optimal. Hal ini merupakan
Tani
kelemahan. Petani masih berorentasi
Kelembagaan tani seperti penggunaan pupuk berlebihan pada
kelompok tani yang efektif merupakan unsure nitrogen berupa pupuk urea atau
kekuatan dalam pengembangan budidaya ZA dan belum menggunakan pupuk
bawang merah. Hal ini karena kelompok berimbang sesuai anjuran teknis yaitu
tani merupakan subyek dalam pupuk Phonska 300 Kg/Ha dan ZA 100
pengembangan budidaya bawang merah. kg/Ha (dosis Dispertannak). Dari

96
Jurnal Litbang Vol. XI, No. 2 Desember 2015: 93-102

penelitian pemupukan bawang merah di beberapa jenis pestisida, memakai


lahan bekas tanaman padi sawah di konsentrasi pestisida yang dianjurkan,
dataran rendah (tanah Aluvial) dengan memakai spuyer (nozzle) standar dengan
menggunakan pupuk N sebanyak 200- tekanan pompa yang cukup (Sumarni
300 kg (1/2 N-Urea + ½ N-ZA) yang
dan Hidayat, 2005).
dikombinasikan dengan P2O5 sebanyak
90 kg, K2O sebanyak 50-150 kg per B. Identifikasi Faktor-faktor
hektar diketahui bahwa produktivitas dan Lingkungan Eksternal
mutu bawang merah meningkat (Hidayat
dan Rosliani 1996). 1. Peluang

Penggunaan Pupuk Organik Masih Permintaan Pasar Baik


Minimal Komoditas yang satu ini
Kebiasaan petani menggunakan merupakan komoditas yang banyak
pupuk organik belum terbangun dengan dibutuhkan untuk konsumsi makanan
baik, kenyataan dilapangan menunjukkan sehari-hari atau termasuk kelompok
dalam budaya bawang merah petani “sembako”, sehingga keberadaannya
belum memanfaatkan pupuk ramah selalu dicari bahkan dipasaran sering
lingkungan ini dengan baik bahkan terjadi fluktuasi harga karena
hampir tidak pernah menggunakan ketersediaan dan kebutuhan tidak
pupuk organik. Padahal ketersediaan imbang. Oleh karena itu, bawang merah
pupuk organik ramah lingkungan berupa adalah salah satu peluang dan prospektif
kotoran ternak tersedia di lingkungan untuk dikembangkan sebagai usaha
kita. agribisnis yang menguntungkan.
Pemasaran bawang merah mudah
Pengendalian Hama dan Penyakit
dilakukan dan harga tergantung dari
belum Optimal
situasi pasar yang berkembang, sehingga
Hama dan penyakit yang peluang usaha tani bawang merah ini
menyerang tanaman bawang merah prosppektif.
antara lain adalah ulat grayak
Produktivitas Masih Dapat
(Spodoptera), Trips, Bercak ungu
Ditingkatkan
(Alternaria) (Trotol); otomatis
(Colletotrichum), busuk umbi Fusarium Produktivitas bawang merah
dan busuk putih Sclerotum, busuk daun yang selama ini sudah dicapai masih
Stemphylium dan virus. Serangan hama punya peluang untuk ditingkatkan
dan penyakit ini perlu pengendalian dengan mengoptimalkan penggunaan
secara terpadu dan tepat, baik tepat input faktor-faktor produksi seperti lahan
waktu, tepat dosis, dan tepat garapan, tenaga kerja, modal, pupuk,
teknologinya. Kenyataan dilapangan insektisida/fungisida, teknologi dan
menunjukkan pengendalian hama dan manajemen. Dorongan dan bimbingan
penyakit belum optimal dilakukan kelembagaan penyuluhan dari para
dengan cara pengendalian terpadu. Salah penyuluh pertanian melalui kelembagaan
satu cara yang dianjurkan untuk kelompok tani akan dapat memotivasi
mengurangi jumlah pemakaian pestisida petani dalam penggunaan faktor-faktor
adalah dengan tidak mencampurkan produksi secara optimal dalam

97
Faktor-faktor Lingkungan...... Sutrisno

meningkatkan produktivitas bawang Kesulitan Pengairan pada Saat Musim


merah. Kemarau Berkepanjangan
Dorongan Pemerintah Daerah untuk Budidaya bawang merah
Pengembangan dan Peningkatan memerlukan pengairan yang cukup untuk
Produksi pertumbuhan dan perkembangan
Pemerintah daerah melalui Dinas tanaman agar produktivitasnya tinggi.
Pertanian Tanaman Pangan dan Oleh karena itu, pengairan yang cukup
Peternakan (Dispertannak) mempunyai merupakan ancaman. Hal ini sering
kewajiban mendorong berkembangnya terjadi pada musim kemarau panjang
komoditas bawang merah ini di yang dapat mengakibatkan gagalnya
Kabupaten Pati, mengingat komoditas ini usaha tani bawang merah. Untuk
merupakan salah satu komoditas strategis mengantisipasi musim kering atau terjadi
dibidang ketahanan pangan. Selama ini
kekeringan, salah satu antisipasinya
dorongan dan bimbingan pemerintah
daerah terhadap pengembangan budidaya adalah mengatur pola tanam di lahan
bawang merah di Kapupataetn Pati sawah yang selama ini banyak digunakan
berupa penyuluhan, transfer teknologi, oleh petani bawang merah.
pembinaan manajemen pemasaran, dll. Meningkatnya Harga Saprodi (sarana
Membentuk Koperasi Tani produksi)
Kelembagaan kelompok tani Peningkatan produksi bawang
yang kuat dan eksis dalam mengelola merah dipengaruhi oleh faktor-faktor
usaha tani bawang merah merupakan produksi diantaranya adalah sarana
peluang untuk dikembangkan lebih jauh produksi seperti penggunaan bibit,
lagi menjadi lembaga keuangan mikro pupuk, insektisida/fungisida dan sarana
berupa koperasi tani. Kelembagaan produksi ini berhubungan dengan harga.
petani termasuk didalamnya Gapoktan, Jika kebutuhan sarana produksi harganya
sedangkan PUAP merupakan suatu terus meningkat dapat merupakan
lembaga petani di perdesaan yang ancaman bagi petani bawang merah.
diharapkan sebagai lembaga pembiayaan Kondisi di lapangan menunjukkan
agribisnis perdesaan. meningkatnya harga saprodi terjadi pada
saat banyak dibutuhkan oleh petani
2. Ancaman bawang merah sementara persediaannya
Harga Fluktuatif Saat Panen Raya terbatas sehingga mengakibatkan
Turun Drastis harganya meningkat.
Harga merupakan masalah yang Akses modal masih rendah
menarik dan klasik. Jika harga bawang Modal berupa uang tunai
merah rendah petani akan menjerit merupakan alat untuk membeli semua
karena tidak mendapatkan keuntungan, perlengkapan produksi usahatani yang
sebaliknya jika harga bawang merah naik
diperlukan, fungsinya adalah untuk
konsumen yang akan berteriak. Setiap
membiayai semua peralatan dan
terjadi panen raya bawang merah hampir
perlengkapan yang asalnya dari luar
dipastikan harganya turun drastis jika
usaha tani karena usaha tani bawang
dibanding harga bawang merah pada saat
merah yang maju lebih banyak
tidak ada panen raya. Kondisi ini
menjadi ancaman bagi petani bawang memerlukan peralatan dan
merah. perlengakapan dari luar usaha tani, maka

98
Jurnal Litbang Vol. XI, No. 2 Desember 2015: 93-102

diperlukan modal yang banyak berupa yang mendukung operasional strategi


uang tunai. Sementara petani masih pengembangan budidaya bawang merah
mengalami kesulitan dalam mengakses dan faktor kelemahan yang dapat
modal dari perbankan karena terkendala menghambat operasional strategi
jaminan yang diperlukan dan daya tawar pengembangan budidaya bawang merah
petani yang masih rendah. di Kabupaten Pati. Hasil analisis faktor
strategi lingkungan internal
3. Analisis strategi lingkungan
internal pengembangan budidaya bawang merah
di Kabupaten Pati secara rinci dapat
Faktor strategis lingkungan dilihat pada Tabel 1.
internal dalam operasional Hasil skoring menunjukkan bahwa
pengembangan budidaya bawang merah faktor kekuatan memperoleh skor
di Kabupaten Pati dicerminkan oleh tertinggi yaitu 2,12 sedangkan faktor
kondisi lingkungan masyarakat petani itu kelemahan memperoleh skor 0,55.
sendiri. Usaha strategi pengembangan Artinya bahwa kekuatan akan diraih oleh
budidaya bawang merah di Kabupaten pengembangan budidaya bawang merah
Pati ini menghasilkan faktor kekuatan di Kabupaten Pati.

Tabel 1.
Matrik Internal Faktor Evaluation (IFE)
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL BOBOT RATING SKOR KOMENTAR
KEKUATAN
1 Memiliki potensi lahan 0,17 4 0,68 Manfaatkan
2 Menguasahi teknologi budidaya 0,16 3 0,48 Manfaatkan
3 Dukungan kelembagaan penyuluhan 0,16 3 0,48 Manfaatkan
4 Dukungan kelembagaan kelompok tani 0,16 3 0,48 Manfaatkan
JUMLAH KEKUATAN 2,12
KELEMAHAN
1 Produktivitas belum optimal 0,10 2 0,20 Tingkatkan
2 Penggunaan pupuk NPK belum
optimal 0,09 2 0,18 Optimalkan
3 Penggunaan pupuk organik masih
minimal 0,09 1 0,09 Maksimalkan
4 Pengendalian hama dan penyakit
belum optimal 0,08 1 0,08 Optimalkan
JUMLAH KELEMAHAN 0,55
TOTAL 1,00 2,67
Sumber: Pengolahan Data (2015)

99
Faktor-faktor Lingkungan...... Sutrisno

4. Analisis strategi lingkungan faktor peluang dan ancaman bagi


eksternal pengembangan budidaya bawang merah.
Hasil analisis faktor strategis lingkungan
Faktor strategis lingkungan
eksternal dapat dilihat pada Tabel 2.
eksternal dilakukan terhadap faktor-
faktor diluar pengembangan budidaya Hasil skoring menunjukkan bahwa
tanaman bawang merah di Kabupaten faktor peluang memperoleh skor
Pati itu sendiri, tetapi sangat berpengaruh tertinggi yaitu 2,25 sedangkan faktor
terhadap strategi pengembangan ancaman memperoleh skor 0,55. Artinya
budidaya bawang merah. Analisis bahwa peluang akan diraih dalam
terhadap faktor tersebut dibedakan atas pengembangan budidaya bawang merah.

Tabel 2.
Matrik Eksternal Faktor Evaluation (EFE)
FAKTOR PRODUKSI BOBOT RATING SKOR KOMENTAR
PELUANG
1 Permintaan pasar baik 0,17 4 0,68 Manfaatkan
2 Produktivitas masih dapat
ditingkatkan 0,16 4 0,64 Usahakan
3 Dorongan pemerintah daerah untuk
pengembangan dan peningkatan
produksi 0,16 3 0,48 Manfaatkan
4 Membentuk koperasi tani 0,15 3 0,45 Manfaatkan
JUMLAH 2,25
ANCAMAN
1 Harga fluktuatif saat panen raya Perlu
turun drastis 0,10 2 0,20 disikapi
2 Kesulitan pengairan pada saat Perlu
musim kemarau berkepanjangan 0,09 2 0,18 disikapi
3 Meningkatnya harga saprodi
(sarana produksi) 0,09 1 0,09 Perlu disikapi
4 Akses modal masih rendah 0,08 1 0,08 Dipermudah
JUMLAH 0,55
TOTAL 1,00 2,80
Sumber: Pengolahan Data (2014)
5. Analisis Lingkungan Internal dan digunakan untuk menyusun matrik
Eksternal (IE) Internal dan Eksternal (IE) sehingga
Hasil yang diperoleh dari matrik dapat diketahui posisi pengembangan
Internal Factor Evaluation (IFE) dan budidaya bawang merah, sebagaimana
External Factor Evaluation (EFE) terlihat pada Gambar 1.

100
Jurnal Litbang Vol. XI, No. 2 Desember 2015: 93-102

Gambar 1.
Matrik IE pengembangan budidaya bawang merah

Nilai total skor rata-rata pada meningkatkan produksi melalui


matriks IFE sebesar 2,67 sedangkan penambahan input faktor-faktor
matriks EFE memperoleh total skor rata- produksi, pengetahuan, ketrampilan dan
rata sebesar 2,80. Hasil tersebut teknologi. Adapun strategi integratif
menempatkan posisi pengembangan
yaitu integrasi ke depan, integrasi ke
budidaya bawang merah pada sel II dan
IV yang disebut strategi tumbuh dan belakang dan integrasi horizontal.
membangun (David, 2004). Sel rata-rata
KESIMPULAN DAN SARAN
untuk matriks IFE dan sel sedang untuk
matriks EFE. Pada posisi ini, Kesimpulan
dimungkinkan pengembangan budidaya
bawang merah melakukan strategi Nilai total skor rata-rata pada
intensif dan strategi integratif. Strategi matriks IFE sebesar 2,67 terletak pada
intensif (penetrasi pasar, pengembangan sel II (rata-rata), sedangkan matriks EFE
pasar dan pengembangan produk). memperoleh total skor rata-rata sebesar
Strategi penetrasi pasar adalah suatu 2,80 terletak pada sel IV (sedang). Hasil
strategi yang dilakukan oleh pemerintah tersebut menempatkan posisi
Kabupaten Pati untuk meningkatkan pengembangan budidaya bawang merah
pengembangan budidaya bawang merah di Kabupaten Pati pada sel II dan IV,
dengan menggunakan kekuatan untuk disebut strategi tumbuh dan membangun.
meraih peluang dan menggunakan Saran
kekuatan untuk menghindari ancaman,
memperkecil kelemahan dengan 1. Potensi lahan sawah yang berada di
memanfaatkan peluang dan memperkecil Kecamatan Wedarijaksa, Jakenan,
kelemahan untuk menghindari ancaman. Jaken dan Batangan yang selama ini
Strategi pengembangan pasar sesuai (cocok) untuk budidaya
dapat dilakukan dengan cara bawang merah, perlu dikembangkan
lebih luas lagi karena tanaman
memberdayakan kelompok tani dengan
bawang merah mempunyai prospek
mengembangkan kegiatan kelompok tani agribisnis yang menguntungkan.
melalui pertemuan sebagai wadah belajar 2. Kelembagaan kelompok tani yang ada
dan memecahkan masalah pertanian sekarang ini, perlu bimbingan agar
yang dibimbing penyuluh pertanian. eksistensinya lebih kuat dalam
Sementara itu, strategi pengembangan menjalankan kegiatannya sesuai
produk yaitu mengembangkan dan dengan amanat UU 19/2013.

101
Faktor-faktor Lingkungan...... Sutrisno

3. Peningkatan produksi bawang merah, Horticulture. Athens : University


dipengaruhi oleh faktor-faktor of Georgia.
produksi seperti lahan garapan, bibit,
Riyanti, Linda. 2011. Analisis Efisiensi
tenaga kerja, pupuk,
Ekonomi Penggunaan Faktor-
insektisida/fungisida dan teknologi.
faktor Produksi pada Usahatani
DAFTAR PUSTAKA Bawang Merah Varitas Bima di
Kabupaten Brebes. Skripsi.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Fakultas Pertanian. Surakarta :
Cabai besar, Cabai rawit, dan Universitas Negeri Sebelas Maret.
Bawang merah tahun 2012. Berita Sumarni, Nani dan A. Hidayat. 2005.
resmi Statsitik. BPS No. 54/08/ Budidaya Bawang merah. Balai
Th. XVI, 1 Agustus 2013. Penelitian Tanaman Sayuran.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati. Pusat Penelitian dan
2014. Pati dalam Angka Tahun Pengembangan Hortikultura.
2013. Pati. Badan Penelitian dan
pengembangan Pertanian. Jakarta
Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. 2013. Studi Sutarya, R. G., G. Grubben dan Sutarno.
Pendahuluan Rencana 1995. Pedoman Bertanam Sayuran
Pembangunan Jangka Menengah Dataran Rendah. Yogyakarta :
Nasional (RPJMN) Bidang Pangan Gadjah Mada University Press.
dan Pertanian 2015-2019.
Direktorat Pangan dan Pertanian Uphoff, N. 1992. Local Institutions and
Kementerian Perencanaan Participation for Sustainable
Pembangunan Nasional. Jakarta. Development. Gatekeeper Series
SA31. London : IIED.
David, F. R. 2004. Manajemen Strategi :
Konsep-konsep. Edisi Sembilan. BIODATA PENULIS
Jakarta : PT. Indeks.
H. Sutrisno, lahir 12 Januari 1956 di kota
Hidayat, A dan R. Rosliani. 1996. Kudus propinsi Jawa Tengah.
Pengaruh pemupukan N, P dan K Pendidikan Magister Manajemen dari
pada pertumbuhan dan produksi Universitas Muhamadiyah Surakarta.
bawang merah kultivar Sumenep. Saat ini menjadi Peneliti Madya di
J. Hort. Vol 5 (5) : 39-43. Kantor Penelitian dan Pengembangan
Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Kabupaten Pati.
Penyuluhan Pertanian. Jakarta :
Bumi Aksara.
Lancaster, J. E. and Boland M. J. 1990.
Flavor Biochemistry. In H. D.
Rabinowitch and J. L. Brewster
(eds). Onions And Allied Crops
CRC Press, Boca Raton FL. Vol 3
: 33-72.
Randle, M.H. 1997. Onion Flavor
Chemistry and Factors Influencing
Flavor Intensity. J. Department of

102

Anda mungkin juga menyukai