Anda di halaman 1dari 22

POTENSI DAN KENDALA

TERHADAP AKSES PERMODALAN


BAGI PETANI

Oleh

Zulharman Djusman,SE
Wakil Sekretaris Jenderal
Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan
(KTNA) Nasional

Disampaikan pada acara :


Webinar Dirjen Tanaman Pangan Kementrian Pertanian R.I
”Bagaimana Mengakses KUR Tanaman Pangan ? “
Jakarta, 19 Juli 2021
Potensi dan kendala pencapaian target produksi padi/ beras 2020.

Potensi :
Target produksi luas panen padi tahun 2020 mencapai 10,79 juta hektare. Sedangkan total
produksi padi di tahun 2020 mencapai 55,16 juta ton dalam bentuk (GKG) Gabah kering
Giling (Data BPS tahun 2020) dengan target kementrian pertanian meningkat 310 ribu ton
atau satu persen dibandingkan realisasi produksi beras di sepanjang tahun 2019. Target ini
di hitung berdasarkan produksi padi yang juga mengalami pertumbuhan.
ini masih rasional, karena luas panen akan tambah walaupun luas sawah jumlahnya tetap
karena adanya kenaikan IP (Indek Pertanaman), pemerintah sudah banyak membantu
dalam on-farm dan of-farm (ada bantuan benih, pupuk, traktor, mesin tanam dan mesin
panen serta peningkatan rendemen bagi penggilingan padi kecil dll), Jika dibandingkan
tahun 2019, luas panen padi hanya sebesar 10,68 juta hektare, sedangkan total produksi di
tahun yang sama hanya 54,60 juta ton. Artinya luas panen dan produksi padi sama-sama
naik 1.02 persen (Sektor pertanian menyeluruh pada kwartal ke IV-2020 tumbuh sebesar
2,59 persen) , dengan catatan produksi beras saat ini masih terpusat di beberapa wilayah
provinsi seperti jawa barat, jawa tengah dan jawa timur.
1
Keadaan tahun 2019 dan tahun 2020 sama, musim tanam
mundur 2 bulan seharusnya Oktober menjadi Desember,
sehingga selama 2 bulan mundur terjadi kekosongan
produksi, bulan November dan Desember tahun 2019
harga gabah sudah mulai merangkak naik, Jika potensi
produksi padi pada tahun 2020 dikonversi menjadi beras
konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020
diperkirakan sebesar 31,63 juta ton, mengalami kenaikan
sebanyak 314.10 ribu ton atau 1,00 persen dibandingkan
2019 yang sebesar 31,31 juta ton.

3
Upah nomilal buruh tani pada september 2020 mengalami
mencapai peningkatan 0,08 persen dengan angka upah rill
mencapai 1,03 persen. Kenaikan juga terjadi pada upah
buruh bangunan sebesar 0,98 persen dan upah rill 1,03
persen

Kalau saja awal tahun 2019 tidak sibuk dengan situasi


pandemi covid 19 serta tidak berjalannya perekonomian
secara normal, maka akan adanya lonjakan peningkatan
perekonomian di bidang pertanian di segala sektor. Namun
diperkirakan stock beras masih di situasi aman karena akhir
tahun diperkirakan kita masih mempunyai tcok 7,1 juta ton.

4
Sebagai program peningkatan harga petani pemerintah telah
menjalankan 2 program jangka panjang yang memang dibutuhkan oleh
petani, yaitu :
1. Komando Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI)
2. Komando Startegi Penggilingan Padi (KOSTRALING)
Diharapkan kedua program ini dapat menolong petaniterhadap
permaslahan pemasaran produk beras petani yang selama ini di
dominasi oleh para tengkulak.
Dan selama bulan November 2020 rata-rata harga gabah GKP di tingkat
petani Rp.4.722/kg atau turun 1,93 persen dan di tingkat penggilingan
Rp 4.815 per kg atau turun 2,29 persen di bandingkan harga gabah
kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.

5
Negatif untuk petani padi karena peningkatan produksi padi
yang ada tidak terimbangi dengan harga gabah yang relatif turun
sedangkan ongkos produksi terutama tenaga kerja bertambah,
apalagi petani akan menjaga tanaman padinya dari kekeringan,
kebanjiran dan serangan hama penyakit dimasa perubahan iklim
global, bahkan di beberapa daerah produksi turun karena
serangan jamur dan virus yang sulit diantisipasi petani, jadi
dengan harga stabil akan menambah semangat menjaga dan
melindungi tanaman padinya.
Pemerintah agar membantu petani padi dengan Asuransi
Pertanian, sarana produksi benih, pupuk dan pestisida yang asli
serta permodalan yang mudah didapat agar petani bisa
menerapkan teknologi on farm.
6
Negatif untuk petani padi ...
HPP gabah/beras permendag no.24 tahun 2020, untuk
Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp
4.200/kg dan di tingkat penggilingan sebesar Rp 4.250/kg,
Gabah kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan 5.250/kg
dan di gudang BULOG sebesar Rp 5.300/Kg, serta beras di
gudang Perum BULOG Rp 8.300/Kg.
Pada bulan Maret 2021 harga GKP terendah sebsar Rp
3.000/kg di kab. Karo. Sementara tertinggi sebesar Rp
5.000/kg di Kab. Kerawang. (Harga jatuh di bawah Rp
4.200/kg terjadi di 459 Kecamatan, 85 Kabupaten)

6
Positif untuk konsumen yang pasti akan merasakan beras
murah, tugas Bulog untuk menstabilkan harga pangan
khususnya beras atas perintah Menko Perekonomian atau
Presiden/Wakil Presiden dengan dasar surat perintah tertulis
agar tidak menyalahi ketentuan per undang2an yg berlaku.

7
Kendala :
Kondisi SDM Petani
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2019
pelaku utama pembangunan pertanian (petani) jumlahnya
39.035.692 orang terdiri dari :

1. Belum pernah sekolah (9,65%) = 3.766.954


orang.
2. Tidak/belum Lulus SD (26,54%) = 10.358.754
orang.
3. Lulusan SD (38,49%) = 15.023.269
orang.
4. Lulusan SLTP (16,22%) = 6.330.800
orang. 8
Sarana Produksi Pertanian

Pengadaan dan penyaluran benih, pupuk, dan OPT


(Organisme Pengganggu Tanaman).

Benih : Penggunaan benih berlabel dan varietas yang


sesuai dengan kondisi agroekologi lahan sangat penting
dalam rangka meningkatkan produktivitas, penggunaan
benih berlabel pada lahan sawah belum seluruh sawah
menggunakan benih berlabel. Selama ini sering terlambat
karena paktor pengadaan yang menggunakan sistem tender
tapi sekarang sudah menggunakan penunjukan langsung.
Diharapkan produksi lebih maksimal dibandingkan
sebelumnya.
9
Lanjutan

Pupuk : Ketersediaan pupuk sering terlambat manakala


petani sedang memerlukan terutama pada awal tahun
disebabkan karena beberapa hal antara lain : lambatnya
eRDKK, Peraturan Gubernur (Pergub), dan Peraturan
Bupati/Walikota (Perbup). Data eRDKK selalu tidak sama
dengan alokasi pupuk yang disediakan pemerintah karena
terjadi pembulatan (misal : seorang petani memiliki tanah
seluas 0,8 ha ditulis di eRDKK menjadi 1 ha).
Tahun 2019 hingga 2020 terjadi permasalahan yg signifikan pada
pendistribusian pupuk yang mengacu pada RDKK dan eRDKK, karena
para pemilik kios hanya mendistribusikan pupuk subsidi yg hanya
terdaftar di eRDKK sedangkan data petani yang belum masuk dan tidak
terdaftar tidak bisa mendapatkan pupuk bersubsidi, padahal stock pupuk
yang ada tersedia dgn alokasi 7,95 juta ton. 10
Lanjutan

Hal ini menyebabkan alokasi pupuk subsidi petani menjadi


berkurang 1,74 juta ton, sehingga kekurangan pupuk
bersubsidi terjadi di seluruh Indonesia kerena alokasi yang
sudah berkurang dibagi ke 34 provinsi sesuai Permentan
tentang Alokasi Pupuk Bersubsidi dan HET.
Data BPS : sebanyak 51,91% petani padi memakai pupuk
yang terbatas, tidak sesuai dengan rekomendasi teknologi

11
Lanjutan

OPT : Pengendalian OPT harus dikendalikan dengan


kondisi di lapangan, hanya dilakukan apabila sudah
diatas ambang ekonomis. Petani sering lambat dalam
mengamati gangguan OPT sehingga sering terlambat
dalam mengantisipasinya.

Banyak pestisida palsu yang menyebabkan petani


kesulitan dalam mengatasi OPT.

12
Pengairan

Berdasarkan Rapid Assesment Irigasi tahun 2019 hanya 48%


jaringan irigasi dalam kondisi baik, 52% rusak.
1. Pusat 2,3 juta ha (32%) terdiri : rusak 0,25 juta ha dan baik
2,05 juta ha.
2. Daerah 4,9 juta ha (68%) terdiri : rusak 2,6 juta ha dan baik
2,3 juta ha
Status daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi kewenangan
dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota sebagai berikut:
Pemerintah : 2.315.000 ha
Pemerintah Provinsi : 1.423.222 ha
Pemerintah Kabupaten/Kota : 3.491.961 ha
Total 7.230.183 ha.
13
Lanjutan

Sebaran Daerah Irigasi (DI)


Sumatera : 1.901.945 ha (26,30%)
Kalimantan : 480.320 ha (6,64%)
Sulawesi : 1.021.921 ha (14,13%)
Maluku : 152.487 ha (2,11%)
Papua dan Papua Barat : 39.517 ha (0,55%)
Jawa : 2.855.702 ha (39,49%)
Bali dan Nusa Tenggara : 29.314 ha (8,70%)
Apabila infrastruktur dapat diperbaiki maka akan menambah
Indek Pertanaman menjadi lebih
maksimal sehingga walaupun luas
lahan tidak bertambah tapi luas
panen bisa lebih banyak.ku. 14
Permodalan

Permodalan : Sangat berdampak kepada upaya peningkatan


produksi, petani sering mengalami kesulitan dalam menerapkan
teknologi anjuran karena kekurangan modal. Kredit pembiayaan
pertanian masih sangat kecil, total kredit bidang pertanian di
bulan Oktober 2020 mencapai Rp 42,8 Triliun. Serapan KUR
terjadi untuk Sektor Tanaman Pangan yang mencapai Rp 12,8
Triliun atau 30,08 % dengan 575.158 debitur.
Selain tanaman pangan, serapan KUR tersalurkan untuk
perkebunan Rp 13,2 Triliun, Holtikuktura Rp 5,3 Triliun,
Peternakan Rp 8,2 Triliun, Jasa pertanian Rp 622 Miliar dan
Kombinasi Pertanian Rp 2,3 Triliun.

Diperlukan regulasi dan akses perbankan yang dekat dengan


15
Permodalan ... lanjutan

Akses KUR yang di harapkan petani :


• Diperlukan regulasi yang memahami kondisi petani di
lapangan petani agar petani mudah mendapatkan kredit.
• Masih banyaknya petani yang belum bisa memanfaatkan dan
mengakses KUR yang di tawarkan oleh pemerintah (masih
kesulitan technologi dan persyaratan yang di tawarkan)
• Dalam sekala besar petani sulit meminjam KUR dengan
persyaratan jaminan pinjaman pada KUR dari perbankan.
• Perlu adanya pendampingan serta penjangkauan yang intens
di lapangan.

(Permodalan petani padi 95,17% dari modal sendiri, 0,81%


kredit bank, 1,21% kredit non bank dan permodalan lain-lain
15
2,82%) .
Alih Fungsi Lahan dan Jumlah Penduduk

Alih fungsi lahan dan penambahan jumlah penduduk sama-


sama meningkat perlu ada pengendalian agar ahli fungsi
lahan dengan jumlah penduduk kenaikannya tidak terlalu
cepat karena akan menjadi kendala dalam swasembadan
pangan. Undang-Undang Nomor : 41 tahun 2009 tentang
Lahan Pangan Berkelanjutan belum bisa diterapkan karena
belum ada Perda Tata Ruang di setiap daerah, sehingga ahli
fungsi lahan terus terjadi yang menyebabkan luas kepemilikan
rata-rata petani hanya 0,35 ha.
Kenaikan jumlah penduduk setiap tahun 1,4% perlu adanya
suatu pengendalian melalui program BKKBN

16
Saran dan Pendapat
1. Arah kebijakan kedepan dalam program peningkatan
produksi nasional pada tahun 2020 kendala-kendalan
tersebut diatas diatasi secara bertahap paling lama 5
tahun
2. Dukungan Kelompok Tani terhadap program pemerintah
dalam peningkatan produksi Tanaman Pangan Tahun
2021 sangat besar selama kendala-kendala segera
diatasi
3. Kantong-kantong produksi padi yang berpotensi
memberikan andil terhadap pengadaan Perum Bulog
tahun 2021 adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan
4. Dukungan kelompok tani terhadap target pengadaan
Perum Bulog tahun 2021 sangat mendukung dengan
berbagai catatan.
18
Lanjutan

5. Prospek permodalan petani sangat di harapkan di


kelompok-kelompok Tani dan di harapkan kedepan
akses serta pendampingan sangat diperlukan dalam
menjalankan program tersebut.
6. Untuk mejalankan KUR di bidang pertanian di harapkan
hingga pencairan dapat di permudah mengingat
kebutuhan produksi, musim tanam serta operasional
kerja di berbagai daerah yang berbeda2
7. Strategi/memanfaatkan secara maksimal jaringan
semut yang ada dilapangan sehingga penyerapan bisa
berjalan cepat untuk mencapai target pengadaan 2021.

19
Kesimpulan

Untuk melihat program KUR di pertanian berhasil atau


tidaknya dilihat bulan Januari Februari tahun 2022, jika
penyerapan Permodalan petani mencapai target yang
di inginkan maka, pertanian di indonesia akan sesuai
yang di cita-citak kementrian pertanian Republik
Indonesia yaitu dengan menerapkan konsep pertanian
yang Maju, Mandiri dan Moderen.

21
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai