Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN OBSERVASI PERUSAHAAN

“PABRIK MIE AYAM PAK AGUNG”

DOSEN PEMBIMBING:
BAMBANG TUTUKO, S.E., AK, M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Muhammad Adil Rasyid (2102043005)
Nina Ayu Rachmawaty (2102043008)
Lailatul Salamah (2102043020)
Saskia Dwi Saputri (2102043024)

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Observasi
Perusahaan “Pabrik Mie Ayam” dengan tepat waktu. Observasi ini dilakukan agar dapat
memahami secara langsung penggambaran laboratorium akuntansi biaya dalam sebuah usaha.
Laporan ini berisikan data keuangan Perusahaan Pabrik Mie Ayam yang diperoleh
dari proses wawancara, dimana dari data tersebut disusunlah laporan laba rugi. Namun, data
yang diperoleh tidak menyeluruh karena alasan privasi Perusahaan, sehingga pembuatan
laporan keuangan masih sangat terbatas.
Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyusun laporan ini. Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak dan khususnya bagi penulis.

Jakarta, 20 Juni 2003

Kelompok 3
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................7
TINJAUAN TEORITIS......................................................................................................................7
2.1 Kajian Teori.........................................................................................................................7
BAB III...............................................................................................................................................13
PEMBAHASAN.................................................................................................................................13
3.1 Data Perusahaan dan Tahap Produksi..................................................................................13
3.2 Tahap Produksi........................................................................................................................13
3.3 Bahan Baku Utama..................................................................................................................15
3.1.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung............................................................................................16
3.1.3 Biaya Overhead Pabrik........................................................................................................16
3.1.4 Harga Jual dan Pendapatan.................................................................................................17
3.1.5 Laporan Laba Rugi Bulan Januari 2021.............................................................................17
2.1.6 Laporan Laba Rugi Tahun 2022..........................................................................................17
3.1.7 Laporan Laba Rugi Bulan Januari 2022.............................................................................18
3.1.8 Laporan Laba Rugi Pertahun..............................................................................................19
3.1.9 Analisis Laporan Laba Rugi................................................................................................19
BAB IV...............................................................................................................................................20
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................................20
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................20
4.2 Saran.........................................................................................................................................20
4.3 Dokumentasi............................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mie merupakan pilihan makan pokok kedua setelah nasi di Indonesia. Bahkan menuru
data World Instan Noodles Association (WINA), penjualan mie instan di Indonesia pada
2010 mencapai 14,4 miliar bungkus di bawah China sebesar 42,3 miliar bungkus. Hal ini
menjadikan Indonesia sebagai negara kedua di dunia dalam mengkonsumsi mie terbanyak
setelah China. Mie Ayam adalah jajanan rakyat yang semakin banyak di jual di
perkampungan. walaupun dijual diperkampungan.
Dan makanan yang berbahan dasar tepung terigu ini memang menjadi pilihan
masyarakat karena pengolahannya yang relatif mudah. Kegemaran masyarakat
mengkonsumsi mie semakin lama semakin meningkat. Menurut Munarso dan Haryanto
(2012), konsumsi mie instan meningkat sekitar 25% per tahun, pada awal tahun 2000-an,
angka ini diperkirakan terus meningkat sekitar 15% per tahun. Hal itu dapat menjadi
perkembangan peluang bisnis, sehingga perlu peningkatan rasa dan kualitas Mie Ayam
adalah jajanan rakyat yang semakin banyak di jual di perkampungan. walaupun dijual
diperkampungan.
Seiring dengan pesatnya perkembanngan teknologi saat ini, penggunaan mesin-
mesin hasil ciptaan manusia telah banyak digunakan sebagai alat untuk mempercepat dan
mempermudah segala hal yang dikerjakan manusia. Selain itu mesin-mesin tersebut juga
mamiliki tingkat produktifitas yang lebih besar dengan waktu yang relatif lebih singkat.
Penggunaan teknologi mesin telah merambah diberbagai sektor kehidupan termasuk dalam
sektor produksi makanan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengumpulan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, serta biaya
overhead pabrik yang dilakukan oleh Pabrik Mie Ayam tersebut?
2. Bagaimana perhitungan laporan laba rugi yang diperoleh pada Pabrik Mie Ayam
tersebut.

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian


1.1.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian yaitu
memecahkan permasalahan dan membuat kesimpulan mengenai “Analisis Alokasi Biaya
Bersama dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Mie Ayam pada Pabrik Mie Ayam Pak
Agung”, serta sebagai upaya pengembangan dan penerapan ilmu penulis yang sudah
diperoleh dalam perkuliahan.
1.1.2 Tujuan Penelitian

Atas dasar latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut ini :

a. Mengetahui cara pengumpulan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, serta
biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk jadi.
b. Mengetahui cara perhitungan dalam menentukan laporan laba rugi yang diperoleh.
1.2 Kegunaan Penelitian

1.2.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian dapat berguna untuk membantu memecahkan dan mengantisipasi


masalah yang ada pada Pabrik Mie Ayam Pak Agung, yang dapat bermanfaat bagi
pengambilan keputusan manajemen dan bisnis oleh pihak internal perusahaan dan pihak
eksternal yang terkait.

1.2.2 Kegunaan Akademis/Teoritis

Hasil penelitian dapat berguna untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan


ilmu pengetahuan di bidang ekonomi akuntansi pada umumnya, dan akuntansi manajemen
pada khususnya.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan Laporan Hasil Observasi ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Penulis

Menambah wawasan dan imu pengetahuan terkait Akuntansi Biaya terkhusus alokasi biaya
bersama, penentuan harga pokok produksi, pembuatan laporan laba rugi, serta proses
produksi pada Pabrik Roti Budaya Safari Bakery.

2. Manfaat Bagi Perusahaan

Pabrik roti tersebut mendapatkan pengetahuan baru terkait perhitungan dalam proses
produksi.

3. Manfaat Bagi Universitas

Dapat memberikan informasi serta referensi di bidang akademik terutama bagi mahasiswa
yang memerlukan informasi terkait perhitungan alokasi biaya bersama atas produksi barang.
1.4 Metode Penulisan

Penulis melakukan pengamatan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilaukan dengan mencari referensi yang digunakan untuk membantu dalam
penyusunan Laporan Observasi dari beberapa jurnal dan buku sebagai acuan dalam
menyelesaikan tugas ini.

2. Tinjauan Lapangan

Tinjauan lapangan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1) Melakukan pengamatan secara langsung pada pabrik roti tersebut untuk mencari data
yang diperlukan.
2) Menggunakan survey pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian dengan
melakukan tanya jawab dan terlebih dahulu untuk memindahkan data yang diperoleh.
3) Pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subjek penelitian namun
melalui dokumen – dokumen berupa foto maupun video
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Kajian Teori

2.1.1 Definisi Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian


biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara – cara tertentu, serta
penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.
Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian, serta penafsiran informasi
biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses
akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Dengan demikian
akuntansi biaya dapat merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok : penentuan kos produk, pengendalian
biaya, dan pengambilan keputusan khusus. Untuk memenuhi tujuan penentuan kos produk,
akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya – biaya pembuatan produk
atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi
di masa lalu atau biaya historis.
Seringkali, istilah biaya (cost) digunakan sebagai sinonim dari beban (expense). Tetapi,
biaya dapat didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
mata uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Untuk membedakan antara biaya dan beban, bayaangkan pembelian bahan baku secara tunai.
Sumber daya perusahaan hanya diubah dari kas menjadi persediaan bahan baku. Bahan baku
tersebut dibeli dengan biaya tertentu, tetapi belum menjadi beban. Ketika perusahaan
kemudiaan membuat barang jadi dari bahan baku tersebut, maka biaya dari bahan baku itu
dibukukan sebagai beban. Misalnya saja, aset adala biaya, tetapi bukan (belum menjadi)
beban.
2.1.2 Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya
penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal dengan konsep “different costs
for different purposes”. Diantaranya ,yaitu:
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Contoh penggolongan biaya tersebut adalah biaya merang, biaya gaji dan upah, biaya bunga,
biasa asuransi, biaya depresiasi mesin, dan lainnya.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan


a. Biaya produksi, biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual. Biaya produksi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
 Biaya bahan baku langsung, contohnya : kain dalam pembuatan baju
 Biaya tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja yang digunakan dalam merubah
bahan baku menjadi bahan jadi dan dapat ditelusuri langsung ke produk.
Contohnya : upah koki di toko kue
 Biaya overhead pabrik, biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya overhead pabrik dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
- Biaya bahan baku tidak langsung, seperti bahan penolong
- Biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya tenaga kerja yang tidak dapat
ditelusuri secara langsung ke produk. Contohnya : gaji satpam pabrik
- Biaya tidak langsung lainnya yang berkaitan dengan pabrik Contohnya : biaya
asuransi pabrik, biaya listrik, biaya sewa, dan biaya depresiasi mesin
b. Biaya pemasaran, biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Contohnya : biaya iklan, biaya promosi, dan biaya pengiriman
c. Biaya administrasi dan umum, biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan
pemasaran produk. Contohnya : biaya gaji karyawan bagian keuangan dan akuntansi
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
a. Biaya langsung, biaya yang secara mudah dan akurat ditelusuri ke objek biaya
berdasarkan hubungan fisik. Contohnya : biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga
kerja langsung
b. Biaya tidak langsung, biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Contohnya : biaya overhead pabrik yang tidak dapat ditelusuri
4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan
volume aktivitas
a. Biaya variabel, biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi,
tetapi secara perunit tetap. Contohnya : biaya bahan baku
b. Biaya tetap, biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.
Contohnya : biaya asuransi dan biaya penyusutan
c. Biaya semivariabel, biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Contohnya : biaya listrik
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
a. Pengeluaran modal, biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
b. Pengelaran pendapatan, biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut
2.1.3 Metode Pengumpulan Biaya Produksi
Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya : biaya produksi dan biaya
nonproduksi. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang digunakan untuk menhiitung
kos produk jadi dan kos produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya
nonporoduksi ditambahkan pada kos produksi untuk menghitung total kos produk.
Pengumpulan kos produk sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara
memproduksi produk dapar dibagi menjadi dua macam, yaitu :

 Produksi berdasarkan pesanan (job order costing)

Dalam metode ini biaya – biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan kos
produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan
produk dalam pesaanan yang bersangkutan. Metode ini dapat diterapkan untuk pekerjaan
berdasarkan pesanan di pabrik, bengkel, dan tempat reparasi, dan untuk pekerjaan di bidang
jasa seperti hukum, arsitek, akuntansi, dan konsultasi.

 Produksi berdasarkan proses (process cost method)

Dalam metode ini biaya – biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan kos
produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam periode yang bersangkutan. Metode ini dapat diterapkan untuk industri
seperti penggilingan gandum, pabrik minuman, pabrik kimia, dan pabrik tekstil.
2.1.4 Produk Bersama
Produk bersama adalah beberapa produk yang dihasilkan dari serangkaian proses
produksi secara serempak dengan menggunakan bahan baku, tenaga kerja dan overhead
pabrik yang sama, yang tidak dapat dilacak atau dibebankan/dipisahkan pada setiap produk
dan mempunyai nilai jual atau kuantitas produk relatif sama (Wandira, 2019). Tidak ada di
antara produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama maupun
produk sampingan (Mulyadi, 2015).
Ada beberapa karakteristik produk bersama, yaitu:
1. Produk bersama akan memiliki hubungan fisik yang erat satu sama lain. Apabila
terdapat tambahan kuantitas maupun harga jual dari salah satu produk, maka produk
lain juga akan mengalami hal serupa.
2. Produk bersama dengan proses dan biaya produk yang sama, maka tidak dikenal
produk yang memiliki nilai lebih signifikan. Semua produk dalam produk bersama
dianggap sama dan setara.
3. Dalam proses produksi produk bersama, dikenal istilah titik pisah (split off) yang
digunakan untuk memisahkan masing-masing produk yang dibuat secara bersamaan
melalui bahan baku, tenaga kerja, serta overhead pabrik yang sama.
4. Setelah melalui titik pisah, maka produk telah menjadi produk yang berbeda dan
berdiri sendiri. Sebagian sudah dapat langsung dijual dan sebagian lagi masih perlu
diolah untuk menghasilkan produk yang lebih baik (Martina, 2020).
2.1.5 Biaya Bersama
Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost)
yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara
massa. Biaya produk bersama (joint product) adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula –
mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan
identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik. Titik pemisahan adalah titik dalam proses produksi bersama ketika
dua atau lebih produk dapat diidentifikasi secara terpisah. Biaya yang dapat dipisahkan
adalah semua biaya produksi, pemasaran, distribusi, dan biaya-biaya lain yang terjadi di luar
titik pemisahan (Horngren, Datar and Rajan, 2015).
2.1.6 Metode Alokasi Biaya Bersama
Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap – tiap produk bersama dengan menggunakan
salah satu dari empat metode di bawah ini, yaitu:
1. Metode nilai jual relatif atau harga pasar
Dasar pemikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan
perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut. Jika salah satu
produk terjual lebih tinggi daripada produk yang lain, hal ini karena biaya yang dikeluarkan
untuk produk tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan produk yang lain. Penggunaan
metode ini akan menghasilkan persentase laba bruto dari hasil penjualan yang besarnya sama
untuk tiap jenis produk bersama tersebut (Mulyadi, 2015).
Menurut metode ini, pengalokasian biaya bersama dapat menimbulkan situasi, yaitu:
a. Nilai jual telah diketahui pada titik pemisahan
Berdasarkan situasi ini, produk-produk dapat dijual pada titik pemisahan dan menggunakan
total nilai jual dari setiap produk. Manajemen mungkin saja memutuskan bahwa akan lebih
menguntungkan jika produk tertentu diproses lebih lanjut, namun hal tersebut tidak akan
mengubah penggunaan harga jual pada titik pemisahan sebagai dasar alokasi biaya bersama
(Siahaya, 2016).
b. Nilai jual belum diketahui pada titik pemisahan
Berdasarkan situasi ini, harga jual produk bersama mungkin belum diketahui saat titik pisah,
atau harga jual diketahui setelah titik pisah, khususnya apabila terdapat tambahan proses
pengolahan produksi untuk menjadikan produk tersebut siap untuk dijual. Dengan demikian,
dibutuhkan sebuah harga jual hipotesis (Puspitasari et al., 2018).
2. Metode Satuan Fisik
Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu
kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masingmasing produk. Koefisien fisik ini
dinyatakan dalam satuan berat, volume, atau ukuran yang lain. Dengan demikian, metode ini
dapat digunakan apabila produk bersama yang dihasilkan memiliki satuan ukuran pokok yang
sama. Jika produk bersama mempunyai satuan ukuran yang berbeda, maka harus ditentukan
koefisien ekuivalensi yang digunakan untuk mengubah berbagai satuan tersebut menjadi
satuan ukuran yang sama (Mulyadi, 2015).
3. Metode Rata-rata Biaya per Unit
Metode ini hanya dapat digunakan apabila produk bersama yang dihasilkan memiliki ukuran
yang sama atau dapat dipersamakan (Puspitasari et al., 2018). Metode ini sangat tepat
digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama dari satu
proses bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini, harga pokok masing-masing
produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi. Dasar pemikiran metode
ini adalah karena semua produk dihasilkan dari proses yang sama, maka tidak mungkin biaya
untuk memproduksi satu satuan produk berbeda satu sama lain (Mulyadi, 2015).
4. Metode Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini, kuantitas produksi dikalikan dulu dengan angka penimbang dan hasil
kalinya baru dipakai sebagai dasar alokasi. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap
produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang
dikonsumsi, dan perbedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang
dihasilkan. Jika yang digunakan sebagai angka penimbang adalah harga jual produk, maka
metode alokasinya disebut metode nilai jual relatif (Mulyadi, 2015).
2.1.7 Metode Penentuan Biaya Produksi
Metode penentuan biaya produksi adalah cara memperhitungkan unsur – unsur biaya ke
dalam kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur – unsur biaya ke dalam kos produksi,
terdapat dua pendekatan, yaitu :

 Full Costing

Metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi, baik
yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk.
Harga pokok produksi menurut Full Costing terdiri dari:
Biaya bahan baku Rpxx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead tetap xx
Biaya overhead variabel xx
Harga pokok produk Rpxx
Dalam metode full costing mengadakan pemisahan antara biaya produksi dengan period cost.
Biaya produksi adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkan,
sedangankan period cost adalah biaya – biaya yang tidak ada hubungannya dengan produksi
dan dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya yang termasuk dalam period
cost menurut full costing adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum (baik yang
tetap maupun variabel).

 Variable Costing

Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya – biaya produksi
variabel saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut variable costing
terdiri dari:
Biaya bahan baku Rpxx
Biaya tenaga kerja variabel xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produk Rpxx
Dalam metode variable costing, period cost adalah biaya untuk mempertahankan tingkat
kapasitas tertentu guna memproduksi dan menjual produk, meliputi biaya tetap atau seluruh
biaya kapasitas. Dengan demikian period cost menurut variable costing adalah biaya dalam
jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, seperti
: biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, dan biaya administrasi & umum tetap.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Data Perusahaan dan Tahap Produksi

Nama Perusahaan : Pabrik Mie Ayam Agung

Nama Pemilik : Pak Agung

Tahun Berdiri : 1984

Alamat : RT.10/RW.1 Batu Ampar, Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur

3.2 Tahap Produksi

1. Masukkan Tepung ke dalam wadah

2. Tambahkan Telur
3. Kemudian aduk sampai tercampur

4. Proses memadatkan tepung yang sudah di aduk

5. Proses pencetakan Mie


6. Mie yang telah berhasil dibentuk

7. Penguraian mie yang sudah dibentuk supaya tidak menggumpal

3.3 Bahan Baku Utama

Pabrik Mie Ayam Pak Agung menggunakan berbagai bahan baku utama dalam proses
produksi. Bahan baku utama tersebut berfungsi sebagai pembentuk, pengembang, pengikat.
Selain itu, Pabrik Mie Ayam Pak Agung menggunakan bahan baku tambahan. Bahan baku
tambahan tersebut yaitu garam. Bahan baku utama dan bahan baku tambahan tersebut
tentunya berasal dari vendor yang telah menjadi langganan oleh Pabrik Mie Ayam Pak
Agung dalam memperoleh bahan baku untuk diproduksi. Berikut adalah rincian bahan baku
utama dan bahan baku tambahan yang digunakan oleh Pabrik Mie Ayam Pak Agung dalam
melakukan proses produksi:
Biaya Bahan Baku

Keterangan Kuantitas Harga Beli (Rp) Total


Tepung Terigu 10 Karung 275.000 2.750.000

Telur 2 Peti 440.000 880.000


Biaya Bahan Penolong

Keterangan Kuantitas Harga Beli (Rp) Total


Garam 3 Bungkus 10.000 30.000

Perolehan BBB perbulan : Rp 2.750.000 + Rp 880.000 + Rp 30.000 = Rp 2.868.000


3.1.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Pabrik
Mie Ayam pak Agung untuk dibayarkan kepada tenaga kerja sebagai upah tenaga yang
dilakukan pada saat proses produksi mie ayam yang berhubungan langsung dengan
pembuatan produk. Dalam proses produksi ini Pabrik Mie ayam Pak Agung memiliki 1
orang karyawan. Dan 1 orang karyawan pun itu adalah dari saudaranya Pak Agung sendiri.
Sistem penggajian karyawan mengacu pada jumlah kehadiran karyawan setiap bulan. Dengan
kata lain, sistem penggajian ini merupakan sistem upah harian. Jumlah data biaya tenaga
kerja langsung yang digunakan oleh Pabrik Mie Ayam pak Agung.
Biaya Tenaga Kerja Langsung

Keterangan Jumlah Gaji per Gaji per Gaji per


Hari Rp Bulan (Rp) Tahun (Rp)
(x20 hari) (x 12bulan)
Karyawan 1 120.000 2.400.000 28.800.000

3.1.3 Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya yang secara tidak langsung dapat
berpengaruh pada proses produksi suatu produk. Maka dari itu, biaya overhead pabrik juga
dapat disebut sebagai biaya tidak langsung. Biaya bahan tidak langsung merupakan biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang digunakan sebagai bahan penolong
suatu produk dalam proses produksi. Akan tetapi, biaya bahan penolong ini termasuk biaya
tambahan. Berikut ini adalah rinccian biaya overhead pabrik.
Biaya Overhead Pabrik

Keterangan Jumlah (Rp)


Biaya Penyusutan Mesin 250.000/bulan
Biaya Listrik, Air, Telephone 300.000/bulan
3.1.4 Harga Jual dan Pendapatan
 Jumlah tepung terigu yang dipakai : 10 karung (250kg)/bulan
: 25kg terigu menghasilkan 10 Ball mie
: 250kg terigu menghasilkan 100 Ball
 Jumlah produksi mie/kg : 1 Ball mie berisikan 3kg mie
:100 ball mie berisikan 300kg mie
 Hasil penjualan perbulan : Rp 25.000 x 300kg mie
: Rp 7.500.000/bulan
 Hasil penjualan pertahun : Rp 7.500.000 x 12
Rp 90.000.000/tahun
3.1.5 Laporan Laba Rugi Bulan Januari 2021

PABRIK MIE AYAM AGUNG


LAPORAN LABA RUGI
PERIODE JANUARI 2021
Penjualan Rp 7.500.000
Harga Pokok Penjualan:
BBB Rp 2.868.000
BTK Rp 2.400.000
BOP Rp 550.000
(Rp 5.818.000)
Laba Rp 1.682.000
Biaya Non Produksi: -

2.1.6 Laporan Laba Rugi Tahun 2022

PABRIK MIE AYAM AGUNG


LAPORAN LABA RUGI
PERIODE TAHUN 2021
Penjualan Rp 90.000.000
Harga Pokok Produksi:
BBB (Rp 2.868.000x12) Rp 34.416.000
BTK (Rp 2.400.000x12) Rp 28.800.000
BOP (550.000x12) Rp 6.600.000

(Rp 69.816.000)

Laba Rp 20.184.000
3.1.7 Laporan Laba Rugi Bulan Januari 2022
Untuk tahun 2022 produksi meningkat menjadi : 450kg Mie

 Maka hasil penjualan perbulan : 500kg x Rp 25.000


: Rp 12.500.000/bulan
 Hasil Penjualan pertahun : Rp 12.500.000 x 12
: Rp 150.000.000/tahun

Biaya bahan baku menurun menjadi : 15 karung terigu x Rp 275.000


: Rp 4.125.000

PABRIK MIE AYAM AGUNG


LAPORAN LABA RUGI
PERIODE JANUARI 2022
Penjualan Rp 12.500.000
Harga Pokok Produksi :
BBB Rp 4.125.000
BTK Rp 2.400.000
BOP Rp 550.000
(Rp 7.075.000)
Laba Rp 5.425.000
Biaya Non Produksi : -
3.1.8 Laporan Laba Rugi Pertahun

PABRIK MIE AYAM AGUNG


LAPORAN LABA RUGI
PERIODE JANUARI 2022
Penjualan Rp 150.000.000
Harga Pokok Produksi :
BBB Rp 49.500.000
BTK Rp 28.800.000
BOP Rp 6.600.000
(Rp 84.900.000)
Laba Rp 65.100.000
Biaya Non Produksi : -
3.1.9 Analisis Laporan Laba Rugi

Berdasarkan laporan rugi laba di atas, akan dilakukan analisa yang berkaitan dengan
hasil usaha dan keuangan perusahaan. Karena keterbatasan data yang tersedia, maka analisa
laporan keuangan masih terbatas dan masih memerlukan analisa lanjutan untuk menemukan
substansi permasalahan.

 Penjualan

Berdasarkan laporan laba rugi di atas, tercatat penjualan tahun 2020 sampai tahun 2022
mengalami kenaikan. Dari segi bisnis bila terjadi kenaikan penjualan, menunjukkan kinerja
yang sangat baik. Apabila terjadi kenaikan penjualan tersebut sudah terjadi, maka bisnis
perusahaan merupakan cukup aman. Sehingga perusahan memiliki modal dan asset yang
bertambah. Oleh karena itu manajemen harus mencari solusi untuk bagaimana penjualan
setiap tahunnya bisa bertambah.

 Harga Pokok Penjualan

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah kita lakukan,bahan baku yang dibeli
perhari tidak ada sisa. Hal ini dikarenakan, perusahaan menjadikan bahan yang telah dibuat
tidak memiliki sisa dalam produksi per harinya, dalam artian selalu habis untuk penjualan.

 Biaya Produksi

Jumlah biaya bahan baku,BOP,BTKL pada tahun 2020, 2021 dan 2022 mengalami
perubahan kenaikan dari internal maupun eksternal perusahaan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
wirausaha tidak harus memerlukan modal yang banyak. Dari usaha kecil pun apabila
seseorang tersebut mempunyai jiwa telaten dan sabar maka akan menjadi bisnis yang baik.
Usaha akan terus maju apabila di dalamnya ada kesabaran dan kejujuran yang selalu
ditnamkan oleh pemilik Pabrik. Tidak harus dengan keuntungan yang banyak, tetapi akan
lebih sedikit demi sedikit asalkan dapat terus berjalan hingga menuju kesuksesan lainnya.
4.2 Saran
Sebagai kalangan muda kita seharusnya juga bisa mengembangkan ide bisnis dari
mulai bisnis kecil, seperti Pabrik Mie Ayam ini selain bahan baku yang mudah dicari dan
harga bahan bakunya juga terjangkau. Proses pembuatannya pun tidak terlalu rumit.
4.3 Dokumentasi
https://youtu.be/xG2kFYTLdkc
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, M. (2012). Akuntansi Biaya Edisi Keduabelas. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Mulyadi. (2018). Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Puspitasari, F. (2018). Pengalokasian Biaya Bersama Dalam Penentuan Harga Pokok
Produksi Pada UD. Bali Busana Garment Tahun 2016. Jurnal Pendidikan Ekonomi
Undiskha, 428-439.
Sepang, G., Ilat, V., & Maradesa, D. (2021). Analisis Alokasi Biaya Bersama Untuk
Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Lidya Cake Dan Bakery Manado. Jurnal Riset
Akuntansi, 287-298.
William, C. (2017). Cost Accounting. Jakarta: Penerbit Salemba.

Anda mungkin juga menyukai