Disusun Oleh:
1. Faris Al Hadi (2026201075)
2. Atty Nurhayati S.S (2026201076)
3. Rizky Dwi Kartiko (2026201107)
4. Rama Restu Nur F. (2026201126)
5. Bagas Ariadinata (2026201115)
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang maha
esa, karna atas berkat rahmat-Nya lah maka kami dapat menyelesaikan sebuah
karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu.Berikut penulis persembahkan sebuah
makalah dengan judul ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI TAHU DENGAN
METODE LINE BALANCING PADA CV. PABRIK TAHU SUMEDANG DI
KEBON NANAS.
Laporan penelitian ini merupakan rangkuman dari penelitian yang telah
kami lakukan.Dalam penyusunan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
banyak pihak yang telah berkontribusi dalam melakukan penelitian ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa.Oleh
karna itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan penelitian ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan ilmiah ini tentang pemodelan
sistem ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.6 MetodelogiPenelitian...........................................................................................3
LAMPIRAN ......................................................................................................................23
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Produk tahu merupakan salah satu komoditas yang menarik karena merupakan
salah satu makanan/ lauk-pauk pokok sebagian besar masyarakat Indonesia selain
tempe, daging ayam, ikan dan sapi. Permintaan pasar yang besar akan tahu tidak
diimbangi dengan pasokan bahan baku yang mencukupi. Kondisi hari ini bahan baku
kedelai sebagian besar dipasok dari impor, disamping itu harga kedelai yang relatif
fluktuatif menyebabkan berkurangnya keuntungan bagi para perajin tahu (Tempo,
2016). Dengan kenaikan harga bahan baku tahu yaitu kedelai maka para perajin usaha
tahu dituntut mampu untuk menjaga keuntungan demi keberlangsungan industrinya.
Salah satu cara untuk menjaga keuntungan serta keberlanjutan industri tahu
adalah dengan menciptakan efisiensi pada sistem produksi agar dapat menekan biaya
yang dikeluarkan. Sedangkan cara untuk mengukur efisiensi pada proses produksi
dapat dilakukan dengan banyak hal, salah satunya dengan menggunakan metode Line
Balancing. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dari
lintasan (line) produksi dan stasiun kerja.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
analisis efisiensi produksi pada perusahaan CV. Pabrik tahu Sumedang yang terletak
di Jl. Langgar, RT.002/RW.001, Panunggangan Utara, Kec. Pinang, Kota Tangerang,
Banten yang bergerak di bidang industri produksi tahu dengan judul topik:
“ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI TAHU DENGAN METODE LINE
BALANCING PADA CV PABRIK TAHU SUMEDANG”.
1
1.2. Identifikasi Masalah
1. Banyak terjadi kemacetan pada lintasan proses produksi Tahu.
2. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan presentase
nilai efisiensi produksi Tahu.
1. Tujuan Penulisan
a) Mengetahui proses pembuatan tahu yang berkualitas.
b) Analisis dibuat dan dipraktekan kepada para pekerja pabrik
tahu.
2. Manfaat Penulisan
a) Menambah wawasan ilmu kita tentang penggunaan metode
Line Balancing dan semacamnya untuk meningkatkan efisiensi
b) Dapat mengurangi masalah – masalah efisiensi waktu pada
proses produksi agar produksi berjalan lancar.
2
1.6 Metodologi Penulisan
Metodologi yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Observasi Metode observasi dilakukan di CV. Pabrik Tahu Sumedang
dengan mewawancarai pekerja dan pemilik pabrik tahu.
2. Studi Pustaka Metode studi pustaka dilakukan untuk mencari referensi
dalam pengerjaan laporan ini, metode ini mengambil informasi melalui
beberapa buku, jurnal, dan website yang ada
3. Wawancara kepada pemilik pabrik dan pegawai pabrik tahu tentang
kondisi yang sering di alami di pabrik tersebut
3
BAB II
DESKRIPSI SISTEM
4
Pengkombinasian penugasan suatu lintasan inilah yang merupakan masalah
utama dalam penyeimbangan lintasan produksi. Dengan kombinasi yang
seimbang diharapkan dapat diperoleh kecepatan pengerjaan yang sama antar
stasiun kerja. Pada umumnya merencanakan suatu keseimbangan lintasan
meliputi usaha yang
bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas yang optimal, dimana tidak terjadi
penghamnuran kapasitas. Tujuan tersebut tercapai apabila:
= n . Ws−¿Wi
n
= n . Ws−∑ Wi
i=1
n
n .Ws−∑ Wi
i=1
¿ x 100 %
n .Ws
a. Pembatas teknologi
b. Pembatas fasilitas
c. Pembatas posisi
6
Pembatas ini terdiri dari positive zoning constraint (PZC) yaitu elemen-
elemen pekerjaan tertentu harus diletakan saling berdekatan dan negative
zoning constraint (NZC) yaitu elemen-elemen pekerjaan harus diletakkan
berjauhan.
Definisi lain tentang manajemen operasi dikemukakan pula oleh Russel dan
Taylor (2011) bahwa manajemen operasi sering didefinisikan sebagai proses
transformasi input, seperti bahan, mesin, tenaga kerja, manajemen, dan modal yang
diubah menjadi output (barang dan jasa). Lalu Krajewsky dan Ritzman (2002)
mendefinisikan Operations Management yaitu pengarahan dan pengawasan proses
yang mengubah bentuk input menjadi barang dan jasa (output). Menurut Chase,
Aquilano, dan Jacobs yang dikutip oleh Melita (2012:12) mengatakan manajemen
operasi didefinisikan sebagai desain, operasi, dan perbaikan sistem yang
menciptakan produk dan layanan utama perusahaan. Dari beberapa pengertian yang
telah disebutkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
7
pandangan manajemen operasi yang berbeda-beda menurut para ahli.
2. Fungsi operasi memberikan peranan baru sebagai bagian dari strategi usaha.
Peranan yang penting dan ikut menentukan keunggulan dalam memenangkan
persaingan. Sebelumnya orientasi “Business Strategy” hanya pada bidang
pemasaran dan bidang keuangan saja dan kemudian baru disadari hal ini
ternyata memberikan dampak melemahnya dunia industri
C. Efesien Produksi
Efisiensi juga berarti rasio antara input dan output atau biaya dan keuntungan
Dari beberapa definisi mengenai efisiensi seperti yang tersaji diatas, maka kami
8
menyimpulkan bahwa para ahli menyandarkan pengertian efisiensi pada
penyelesaian tugas atau kerja yang berkualitas dengan hemat waktu, biaya, dan
tenaga dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Karena dalam Karim (2006)
disebutkan bahwa “Efficient is doing the things right”, yang berarti bahwa
melakukan segala hal dengan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Sedangkan definisi produksi, Yamit (2003) menyebutkan bahwa produksi
dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia,
bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna. Sedangkan
produksi menurut Heizer dan Render (2011:36) dalam bukunya yang berjudul
Operations Management menyatakan “Produksi adalah proses penciptaan barang
dan jasa”.
Oleh karena itu dari definisi produksi dan efisiensi diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa efisiensi produksi menurut beberapa pendapat dari para ahli
menggambarkan terciptanya aktivitas suatu proses pengubahan input menjadi
output dengan ketepatan waktu, tenaga, dan biaya yang terukur dan tidak ada unsur
kesia-siaan atau pembuangan pada hal yang tidak berhubungan dengan aktivitas
tersebut. Serta efisiensi dalam produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu
efisiensi stasiun kerja dan efisiensi lintasan produksi. Efisiensi stasiun kerja yaitu
rasio antara waktu operasi tiap stasiun kerja dan waktu operasi stasiun kerja
terbesar. Sedangkan efisiensi lintasan produksi atau line efficiency merupakan rasio
dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan siklus dikalikan jumlah stasiun kerja.
(Baroto,2002).
9
BAB III
PEMODELAN
10
Banten. Berikut adalah perancangan model Line Balancing :
7. ti = waktu operasi
8. Kmin = jumlah stasiun kerja minimum
9. K = jumlah stasiun kerja
11
12
BAB IV
VALIDASI MODEL
13
Cycle Time = waktu tersedia untuk produksi sehari (menit)
Jumlah output yang dihasilkan perhari (unit)
Kmin =
∑ ti
i=1
C
93
= =5,812 atau 6 stasiun
16
1. A 1 16 11 5
14
2. B 2 16 14 2
3. C 3 16 20 4
D
4. E 4 16 26 10
5. F 5 16 11 5
6. G 6 16 11 5
Total 93 31
1 11 4,54 %
2 14 3,57 %
3 20 2,50 %
4 26 1,92 %
5 11 4,54 %
6 11 4,54 %
Total Average 3,60%
(K) (C)
k
Line Efficiency (LE) = ∑ W i x 100%
i=1
(K) (C)
11+14+ 20+26+11+11
LE = X 100 %
( 6 ) ( 16 )
93
= X 100 %
96
= 0,9687 x 100%
= 93,87%
Perbedaan dengan diagram presedensi pada kondisi awal adalah tugas kerja F dan G
yang dapat dihitung menjadi satu stasiun kerja dengan dasar pemilihan
penggabungan bawah ini menunjukkan perbandingan idle time pada kondisi awal dan
usulan perbaikan:
16
Table Idle Time dengan Usulan Perbaikan
Idle Time
Waktu (menit)
SK (C)
Kondisi Awal Usulan Perbaikan
1 16 11 5 5
2 16 14 2 2
3 16 20 4 4
4 16 26 10 10
5 16 11 5 3
6 16 11 5
Total 93 31 24
Dari table diatas dapat dilihat bahwa jika menggunakan 6 stasiun total idle time
adalah 31 menit, sedangkan jika menggunakan 5 stasiun maka total idle time atau
waktu menganggur berkurang menjadi 24 menit. Dengan berkurangnya waktu
menganggur maka penggunaan 5 stasiun kerja lebih efektif dibandingkan dengan
menggunakan 6 stasiun kerja.
Pada lintasan produksi, juga dapat dihitung persentase rata-rata balance delay yang
berbeda dengan menggunakan 5 stasiun kerja. Adanya balance delay yang
menghitung sebab ketidakefisienan suatu lintasan stasiun kerja produksi dapat juga
memberi gambaran untuk mencari faktor penyebab dari ketidakefisienan suatu
lintasan yang disebabkan oleh adanya pengalokasian yang kurang sempurna diantara
stasiun- stasiun kerja.
Tabel dibawah ini menunjukkan perbandingan rata-rata balance delay pada kondisi
awal dengan usulan perbaikan:
17
Berikut adalah tabel konklusi dari idle time dan balance delay pada kondisi awal dan
setelah adanya usulan perbaikan: bahan baku kedelai hingga menjadi produk tahu
yang siap jual.
Memiliki angka terendah atau tidak lebih besar dari stasiun kerja lainnya agar efisien.
Dengan demikian, maka tingkat efisiensi pada stasiun kerja akan diperoleh seperti
tabel dibawah ini:
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah stasiun kerja pada kondisi awal
adalah 6 stasiun dengan efisiensi stasiun kerja 59,61%, sedangkan jumlah stasiun
kerja pada usulan perbaikan adalah 5 stasiun dengan penggabungan stasiun ke-5 dan
18
ke-6 menjadi satu stasiun maka efisiensi stasiun kerja meningkat menjadi 71,53%.
Dengan perbaikan ini maka kita dapat mengurangi jumlah stasiun yang
diperlukan untuk pembuatan tahu serta dapat meningkatkan produktivitas sebesar
11,92%.
2. Dengan pengurangan jumlah stasiun kerja menjadi 5 stasiun, maka efisiensi lini
atau efisiensi lintasan produksi juga berubah sebagaimana perubahan
penghitungan data berikut:
❑
Line Efficiency ¿ ∑ Wi x 100 %
i=1
(K) (C)
❑
Line Efficiency (LE) = ∑ W i x 100%
i=1
(K) (C)
11+14+ 20+26+22
LE = X 100 %
( 5 ) ( 16 )
93
LE = X 100 %
80
LE = 1,162 x 100%
LE = 116,2%
Pada penghitungan diatas dapat dilihat bahwa dengan jumlah stasiun kerja 5
stasiun efisiensi lintasan meningkat menjadi 116,2%, lebih tinggi daripada kondisi
awal yang hanya 93,87% dengan jumlah stasiun kerja sebanyak 6 stasiun. Dengan
kondisi ini maka tingkat produktivitas meningkat sebesar 22,33%. Selain dari
hasil penggunaan metode line balancing untuk meningkatkan efisiensi stasiun
kerja dan lini produksi, metode ini juga dapat meminimalisasi idle time (waktu
menganggur) dan balance delay (keseimbangan waktu senggang) dengan
menggunakan 5 stasiun kerja.
Tabel Idle Time dan Balance Delay pada Kondisi Awal dan Usulan Perbaikan
Kondisi Idle Time Balance Delay
19
Kondisi Awal 31 3,60 %
Usulan
24 -17,76 %
Perbaikan
Pada kondisi awal sebelum adanya perbaikan stasiun kerja, banyak terjadi
kemacetan pada lintasan produksi sehingga mengakibatkan waktu menunggu di
stasiun lain. Waktu menganggur (idle time) yang dapat menghambat laju produksi
mengalami penurunan yang signifikan sebesar 7 menit. Pada kondisi awal sebesar
31 menit dan pada usulan perbaikan 24 menit. Sedangkan Balance Delay pada
kondisi awal sebesar 3,60% dan setelah usulan perbaikan turun menjadi -17,76%.
Dengan demikian maka efisiensi laju produksi pada stasiun kerja dan lintasan
produksi semakin efektif karena adanya penurunan waktu menganggur (idle time)
dan keseimbangan waktu senggang (balance delay).
60 X t
Rumus : C=
D
Dimana:
waktu tersedia/hari
¿
C /hari
20
3. Perhitungan untuk mendapatkan stasiun kerja kecil
DXT
Rumus: N =
60 X T
Dimana:
N = Stasiun Kerja yang dibuat
T = Waktu proses total
4. Melakukan penugasan dari elemen-elemen penugasan ke stasiun kerja dengan aturan LOT
(Longest Operation Time) yaitu melakukan penugasan elemen tugas-tugas berikutnya
dengan tetap memperhatikan uruta proses . dalam hal ini mencangkup penudaan
(Balancing Delay) yang dipakai dengan ukuran tentang bagaimana baiknya alokasi
penugasan beban kerja stasiun kerja yang merupakan indicator efisien.
Rumus :
Total Waktu yang Menganggur
Balancing Delay = x 100 %
Total Waktu Kerja
Dimana :
Waktu menganggur
= jumlah stasiun kerja x cycle time total waktu elemen pekerjaan
Total waktu kerja
= jumlah stasiun kerja x cycle time tingkat efiseinsi
= 100% - Balancing Daily
5. Menentukan efektifitas
Rumus menentukan tingkat efektifitas
6. Efisiensi adalah tingkat produktifitas yang paling optimal dalam suatu pekerjaan. Efisiensi
dapat tercapai dengan menekan jumlah biaya-biaya produksi dan transportasi selama di
dalam pabrik.
21
7. Efisiensi dalam keseimbangan lini
Efisiensi dalam keseimbangan lini dapat dilihat dari jumlah waktu
menganggur dari suatu bagian. Usaha untuk mengurangi waktu menganggur
adalah dengan menentukan Kembali tugas atau pekerjaan yang akan
dilaksanakan pada tiap stasiun kerja.
Efisiensi=100 %− penundaan
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
23
kami menyarakan kepada pemilik CV. Pabrik tahu Sumedang untuk
mengurangi jumlah stasiun kerja dari 6 stasiun menjadi 5 guna untuk
meningkatkan waktu efisiensi stasiun kerja, efisiensi lintasan produksi dan
meminimumkan idle time (waktu menganggur) karyawan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Zulian Yamit, 2003, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi kedua, Ekonisia:
Yogyakarta.
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013201166TI%20Bab2001.pdf
25
LAMPIRAN
26