SKRIPSI
Oleh :
PUTU ANDAYANI
NPM 0732010123
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat rahmat-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) dengan baik dan tepat
pada waktunya.
informasi yang penyusun peroleh dari pembimbing lapangan dan Dosen Pembimbing
2. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri UPN “Veteran”
Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri
4. Bapak Ir. Hari Supriyanto, MSIE selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
5. Bapak Aldo, selaku Kepala Personalia yang telah mengizinkan saya melaksanakan
6. Seluruh Keluargaku (kedua Orang Tua dan Adik) Terimakasih banyak atas Doa,
7. Teman – teman angkatan 2007, terutama Rezafani Alfin, Terimakasih banyak atas do’a,
dalam pembuatan atau penyelesaian laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Penyusun menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, baik isi maupun penyajian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan
berkat kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penyusun, Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
distribusi meliputu data permintaan produk, harg produk, biaya pemesanan, biaya penyimanan,
biaya pengiriman, data lead time dengan metode DRP lebih kecil bila dibandingkan dengan metode
perusahaan. Total Cost (TC) dengan metode perusahaan adalah sebesar Rp. 89.363.752,00 . dan
Total Cost dengan metode DRP adalah sebesar Rp. 71.502.667 ,00 . Sehingga terjadi penurunan
sebesar 20%.
A company will be faced with problems relating to the distribution system. This
problem arises because consumers are in geographically dispersed locations, this resulted in
the importance of holding inventories at several location, PT. Kharisma Esa Ardi is the
furniture company, this company manufactures the product.
PT. Kharisma Esa Ardi not yet have a good distribution planning. Planning
distribution company run by less effective and has few weaknesses. Given these problems,
then conducted research with the method of Distribution Requirements Planning (DRP) in
the hope to be distributing the product from factory to city city in an optimal distribution.
Results obtained Planning Distribution Research company method, the Total Cost
of distribution data meliputu product demand, product price, booking fees, storage fees,
shipping costs, lead time data with DRP method is smaller when compared with the
methods of the company. Total Cost (TC) with the method the company is at 89.363.752,00
and Total Cost with DRP method is Rp. 71.502.667 ,00 . So there is the difference between
the total cost companies a total cost of 20% DRP method.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat dan peningkatan
Kebijaksanaan untuk pengendalian persediaan produk pada suatu lokasi tertentu dapat
dari bagian pemasaran, juga pada bagian produksi yang menghasilkan tingkat persediaan
produk yang dihasilkan terbaik, sehingga tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan
dibidang furniture dan mampu memasok furniture di pulau jawa yang didukung beberapa
Jombang, Semarang. Jakarta dan Bandung. Perusahaan ini memiliki berbagai jenis produk
furniture, yaitu kursi furniture, meja furniture dan lemari furniture yang memiliki model
didasarkan atas permintaan dari para distributor yang bertindak sebagai warehouse. Di
dalam perusahaan ini belum terdapat adanya suatu perencanaan dan penjadwalan aktivitas
distribusi produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua
kekurangan atau kelebihan persediaan, baik pada pabrik maupun pada masing-masing
warehouse. Dan untuk produk Kursi Lipat, biaya distribusi memerlukan biaya yang cukup
tinggi. Hal ini didasarkan pada permintaan pelanggan yang cukup tinggi juga.
adanya perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik, keberhasilan dalam
pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat
dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat
pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat
dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sesuai dengan kebutuhan
berikut :
2. Proses produksi tidak dibahas secara khusus dalam penulisan skripsi ini.
Jakarta.
4. Data yang diolah adalah data permintaan yang didapatkan dari perusahaan mulai
5. Angkutan yang dipergunakan yaitu truck fuso, kondisi selalu ada saat diperlukan
1.4 Asumsi
Planning (DRP).
Bagi Penulis :
Menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuan dalam Teknik Industri khususnya
Bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang membahas masalah distribusi yang
Berisi suatu alur atau kerangka kerja yang terstruktur dan sistematis yang
merupakan suatu proses dimana terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait satu
sama lainnya atau dalam artian hasil dari suatu tahap akan menjadi masukan
Dalam bab ini akan ditampilkan seluruh data yang dihasilkan dari perencanaan
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari perencanaan distribusi yang telah
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Distribusi
pelaksanaan, dan pengendalian aliran material dari produsen ke konsumen dengan suatu
keuntungan. Jenis-jenis distribusi persediaan terdiri dari distribusi fisik, sistem distribusi
(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 244)
distribusi yang langsung berhubungan dengan pemasok / pabrik produk, sedangkan PDL
adalh tingkat atau level terendah dari sistem distribusi yang langsung berhubungan
mencakup lebih dari sekadar sistem perencanaan dan pengendalian pengisian kembali
inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian dari sumber-sumber yang
terkait dalam sistem distribusi seperti : warehouse space, tenaga kerja, uang, fasilitas
system ke financial system dan penggunaan simulasi sebagai alat untuk meningkatkan
Planning (MRP) pada persediaan. Bill of Material (BOM) pada MRP diganti dengan Bill of
Planning menggunakan logika Time Phased Order Point (TPOP) untuk menentukan
(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 249).
(James H. Green, PhD, 2nd , Mc. Grow-Hill, Inc., 2004, hal. 222).
Gambar 2.2. Perbedaan MRP dan DRP
Pada gambar 2.2. diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP. Pada
gambar (a) terlihat struktur produk (BOM) yaitu produk terdiri dari 3 komponen. Untuk
MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP) untuk kemudian tiap-tiap
Sedangkan pada gambar (b) merupakan struktur distribusi (BOD) terlihat 1 sumber
penawaran (SS) terdiri dari 3 pusat distribusi (DC). Pada DRP, langkah awalnya adalah
distribusi.
terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan persediaan pada level
pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini
pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan distribusi, semuanya
merupakan variabel yang dependent kecuali level yang langsung memenuhi consumer.
perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini dapat memprediksi
masalah-masalah sebelum masalah-masalah tersebut benar-benar terjadi memberikan titik
2. Dari hasil peramalan distribusi lokal, hitung Time Phased Net Requirement. Net
sebuah periode :
3. Setelah itu dihasilkan sebuah Planned Order Receipt sejumlah Net Requirement
6. Besarnya Planned Order Release menjadi Gross Requirement pada periode yang sama
manufaktur yang integrasi maupun sistem distribusi murni. Dengan kebutuhan persediaan
time phasing pada tiap level dalam jaringan distribusi, DRP memiliki kemampuan untuk
bekerja berdasarkan penjadwalan yang telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan
datang sehingga mampu mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang
lebih dini pada setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi
untuk memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri.
Performansi dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan sistem MRP dan DRP sekaligus.
Kebutuhan Efisiensi
MPS Perencanaan Produksi
Distribusi Produksi
Sub
RDC LDC Komponen Komponen
Assembly
(Richard J. Tersine, Fourth, Elsevler Science Publishing Co., Inc., hal. 465)
Gambar 2.3. Integrasi Distribusi dan Manufaktur.
Dimana DRP akan menyatukan jumlah permintaan yang harus dipenuhi berdasarkan
ramalan, yang akan dijadikan sebagai input untuk MDS. Dan selanjutnya proyeksi
kebutuhan produk jadi dari Master Production Schedulle (MPS) menjadi input bagi MRP,
yang akan menghitung kebutuhan komponen dan sub assembly yang harus dipenuhi seperti
Keterangan :
kurangnya sama dengan lead time kumulatif. Penjadwalan ulang dan jaringan dilakukan
manufaktur.
Dalam distribusi "dorong", PDU menentukan apa dan berapa yang perlu
didistribusikan dan di kirim ke PDR atau PDL, sedangkan dalam sistem distribusi "tarik",
masing-masing pusat distribusi pada tingkat bawah menentukan apa yang diperlukan dan
itu yang dipesan ke PDU Untuk dikirim. (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003),
Ada dua (2) perbedaan penting bila kita berbicara tentang penimbunan persediaan,
yaitu sistem Pull dan sistem Push. Kedua sistem ini dapat didefinisikan sebagai berikut :
distribusi, produk, dan sebagainya) terjadi sebagai respon atas tanda atau isyarat yang
diberikan oleh pemakai pada eselon yang lebih rendah dari sistem (distribusi). Tujuan
sistem ini adalah untuk membeli, menerima, memindahkan, membuat dengan tepat apa
yang dibutuhkan, dan agar tidak terjadi penyimpanan atas item yang tidak dibutuhkan.
2) Sistem Dorong(Push)
Adalah suatu sistem dimana operasi-operasi di atas terjadi sebagai respon atas jadwal
yang telah dibuat sebelumnya tanpa harus mempertimbangkan status nyata dari operasi
tersebut. Tujuan seperti ini adalah untuk menjaga konsistensi jadwal yang telah dibuat.
Walaupun sistem pull lebih tua namun, sampai saat ini masih tetap diaplikasikan
secara luas. Pusat distribusi meramalkan permintaan pada kawasan geografi yang dilayani,
menentukan kapan dan berapa banyak yang harus memesan, dan meminta pengiriman dari
gudang pusat pemasok sebagai layaknya pemasok lepas. Pesanan dikeluarkan tanpa
mempertimbangkan persediaan atau kebutuhan pusat distribusi yang lain. Gudang pusat
tidak akan menerima informasi baik tentang tingkat persediaan maupun permintaan pada
distribusi seperti layaknya permintaan kustomer. Dari data-data permintaan inilah nantinya
Sistem Pull ini bisa dioperasikan secara manual dan tidak membutuhkan banyak
telekomunikasi karena pertukaran informasi dari gudang pusat ke pusat distribusi memang
tidak banyak. Namun pada sistem ini akan terjadi amplifikasi permintaan kustomer pada
pusat distribusi sebelum sampai pada gudang pusat. Lebih dari itu, pusat-pusat distribusi
biasanya memesan untuk kebutuhan beberapa minggu sehingga cukup ekonomis dipandang
dari biaya transportasi. Hal ini mengakibatkan pada saat-saat tertentu tidak ada permintaan
dari pusat distribusi ke gudang pusat dan pada saat-saat yang lain mungkin permintaan dari
beberapa pusat distribusi akan datang sekaligus sehingga gudang pusat harus menyiapkan
persediaan pengamanan yang cukup besar dan tetap akan menghadapi kemungkinan
kekurangan stok.
lebih tinggi. Informasi yang berkaitan dengan permintaan dan tingkat persediaan pada
eselon yang lebih rendah harus seringkali dikirim ke eselon yang lebih tinggi. Ini berarti
bahwa keputusan pengiriman eselon yang lebih rendah dibuat pada eselon yang lebih
rendah. Lebih dari itu, pada sistem Push ini harus dilakukan peramalan pada eselon yang
lebih tinggi sehinggga kuantitas dan waktu pengiriman bisa direncanakan pada suatu
Sistem Push ini layak digunakan bila transmisi dan pemrosesan data dalam volume
yang besar bisa dilakukan dengan relatif mudah. Perusahaan-perusahaan yang memiliki
ratusan pusat distribusi harus mengendalikan sistem distribusinya dengan telekomunikasi
Salah satu keunggulan sistem Push adalah pengurangan persediaan pada gudang
pusat karena MPS dan pengiriman bisa diselaraskan. Jumlah yang direncanakan dikirim
akan segera dikirim begitu proses produksinya selesai. Sistem Push hanya akan
permintaan yang akurat. Perusahaan yang tidak bisa membuat ramalan permintaan yang
akurat dan rasional tidak akan bisa berharap lebih banyak untuk memperoleh kelebihan dari
sistem Push dibandingkan dengan sistem Pull. (Nasution, Arman Hakim, 2006, hal 466-
468)
Persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai dalam proses produksi
dan distribusi perusahaan. Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen
pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya
akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya
mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik. Beberapa faktor yang
mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani,
pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke
dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar,
tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau
biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk
1. Fungsi independensi
2. Fungsi ekonomis
3. Fungsi antisipasi
4. Fungsi fleksibilitas
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
produksi.
keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau
penjualannya.
a. Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang yang
digunakan dalam proses produksi, dimana barang tersebut diperoleh dari sumber-
sumber alam atau dibeli dari supplier yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan
yang menggunakannya.
b. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yaitu
persediaan barang-barang yang keluar dari tiap proses yang kemudian diproses kembali
menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian komponen dari barang jadi.
terdiri dari komponen-komponen diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara
sebelumnya
e. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah
selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
Tujuan dari adanya pengaturan persediaan adalah untuk menentukan bahan baku dan
barang jadi pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dan biaya rendah, untuk itu ada
Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli barang. Besarnya
biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan.
Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika harga yang tergantung pada ukuran
pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break,
dimana harga barang perunit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat.
Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian ini tidak dimasukkan
kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unit
tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian
untuk periode waktu tertentu (misalnya 1tahun) konstan akan hal ini tidak akan
mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus disimpan.
Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya
pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang diperlukan diperlukan diperoleh dari
pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila barang diperoleh dengan
memproduksi sendiri.
barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok (Supplier), pengetikan
barang atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan.
Ukuran lot adalah jumlah minimum pesanan, yang didasarkan atas ketentuan
pemasok. Hal ini hanya sebagian yang benar karena sebetulnya ukuran lot ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu : (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo-
1. Ketentuan pemasok
3. Frekuensi pengiriman
pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkat atau tunggal dengan sistem
penyimpanan, bila biaya penyimpanan tidak didefinisikan baik secara marginal maupun
incremental.
Bahwa untuk menetapkan biaya kehabisan persediaan adalah sangat sulit, kalau
tidak dapat dikatakan hampir tidak mungkin. Misalnya dalam suatu perusahaan manufaktur
didapatkan situasi seperti berikut ini. Karena sering kali harga komponen suku cadang tidak
dijual secara individual, maka nilai nyata dalam proses produksi sulit ditentukan. Apabila
karena terjadi kehabisan persediaan, lalu hal ini menyebabkan timbulnya kendala atau
berhentinya suatu proses produksi, maka nilai kerugiannya juga sangat sulit dihitung. Di
samping itu tidak realistis bila, biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku
cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua
buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebuah
suku cadang bukan merupakan suatu konstanta. Oleh karena itu ada pendekatan yang dapat
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila suatu perusahaan menetapkan
kehabisan persediaan sebesar 5%, dan seterusnya. Untuk itu, berapa jumlah persediaan
DL 3,09 D L 99,90%
DL 2,58 D L 99,50%
DL 2,33 D L 99%
DL 1,96 D L 97,50%
DL 1,64 D L 95%
DL 1,28 D L 90%
DL 1,04 D L 85%
DL 0,85 D L 80%
DL 0,67 D L 75%
(Richard J. Tersine. 3rd, Elsevler Science Publishing Co., Jnc., 2008. hal. 214)
Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat pelayanan dengan reorder point.
Misal kita menggunakan tingkat pelayanan 95 %, maka untuk menghitung safety stock kita
deviasi standar, atau dapat langsung dengan menggunakan MAD. Perlu dicatat bahwa
akar, dan cukup rumit. Untuk lebih mempermudah dalam perhitungan dapat digunakan
Keterangan :
- Faktor Pengaman = faktor keaman yang dihitung untuk MAD, yang besarnya
Contoh perhitung berikut ini akan lebih menjelaskan penggunaan rumus tersebut.
Berapa besarnya persediaan pengaman yang paling optimal apabila ditetapkan bahwa
tingkat layanan yang dikehendaki adalah 95% dan diketahui bahwa jumlah pemakaian
26 5 20 13 18 13
13 7 19 19 9 22
33 10 5 18 9 9
10 3 18 10 10 7
13 13 17 17 17 17
Dalam sistem persediaan demand independent model deterministik terdiri dari sistem
economic order quantity (EOQ) single item dan economic order quantity (EOQ) multi item.
sebagai Economic Order Quantity (EOQ). Model persediaan klasik dari EOQ dapat dilihat
Q = Ukuran lot
ab = cd = ef = lead time
berikut:
digunakan.
(strorage).
Dengan tidak mengijinkan stock out, total biaya persediaan digambarkan pada
CR HQ
TCQ RP
Q 2
Dimana:
Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum (EOQ), diturunkan total
biaya annual terhadap ukuran lot (Q) dan semakin mendekati hasil nol.
dTC H CR
2 0
dQ 2 Q
2CR 2CR
Q*
H PF
Setelah EOQ diketahui, dapat ditentukan ekspektasi jumlah order m :
R HR
m
Q* 2C
1 Q* 2C
T
m m HR
yang akan terjadi selama priode Lead Time. Jika Lead Time L dinyatakan dalam bulan,
RL
B
12
RL
B
52
TCQ * PR HQ *
Purchase) beberapa jenis item, dimana asumsi-asumsi yang dapat dipakai adalah :
a. Tingkat permintaan untuk setiap jenis item bersifat konstan dan diketahui
dengan pasti, lead time juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, tidak ada stock
b. Lead timenya sama untuk semua item, dimana semua item yang dipesan akan
datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap siklus.
c. Holding cost, harga per-unit (unit cost) dan ordering untuk setiap item
diketahui.
Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan menderivasi
biaya total persediaan yang, terdiri dari total ordering cost dan total holding cost selama
K ki D
Total Ordering Cost
Q Rpi
Dimana :
kedalam pesanan
h
Total Holding Cost
2
Q Rpi
Sehingga :
K ki D h
TC Q
Q
Rpi
RPi 2
K ki
Q * Rpi
h
Q * Rp
Qi
Ci
1 Q * Rp
T*
f D
2.3 Peramalan
yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang
dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan tidak
terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan
permintaan relatif kecil. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat
kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi,
politik, aspek teknologi, produk pesaing, dan produk subtitusi. Oleh karena itu peramalan
yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan
sumber permintaan akan produk dan jasa, yang meliputi peramalan, mencatat pesanan,
berdasarkan jangka waktunya ke dalam sasaran jangka panjang, jangka menengah, jangka
pendek, dan segera. Cakupan sasaran peramalan untuk setiap departemen sebagaimana
Tabel 2-4
Pertama, adalah karena meningkatnya kompleksitas organisasi dan lingkungannya hal ini
akan menjadikan semakin sulit bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan semua
Kedua, dengan meningkatkan ukuran organisasi, maka bobot dan kepentingan suatu
keputusan telah meningkat pula, lebih banyak keputusan yang memerlukan telaah
Ketiga, lingkungan dari kebanyakan organisasi telah berubah dengan cepat sehingga
memungkinkan bagi organisasi untuk mempelajari keterkaitan yang baru secara lebih
cepat.
Terdapat dua jenis model peramalan yang utama, yaitu: model deret berkala (time
series) dan model regresi (kausal). Pada jenis pertama, pendugaan masa depan dilakukan
berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode
peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan
menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Langkah
penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang tepat adalah dengan
mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola
tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis (Spyros M, Steven C,
Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Deret
seperti itu adalah “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk yang
penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk kedalam
jenis ini.
waktu
Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun
S S F W S S F W S S F
W
1979 1980 1981
Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti
yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja, dan
waktu
(Spyros M, Steven C, Victor E,2003, hal. 10 )
Terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam
data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan berbagai
indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend selama perubahannya
sepanjang waktu.
waktu
1972 73 74 75 76 77 78 79 80 81
kebutuhan modal. Dengan mengetahui kebutuhan modal pada semua aktivitas produksi,
maka kebijakan harga dan keuntunagn akan lebih mudah untuk dibuat.
(Baroto,T.,2004,Hal 22).
Perancanaan
kapasitas
Gambar 2-9
Pengelolaan dan strategi logistik dapat dilakukan secara efektif apabila dilandasi
oleh beberapa prinsip penggunaan peramalan. Prinsip-prinsip ini secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut. Sebelum hal tersebut di bicarakan lebih lanjut, perlu disadari
bahwa yang sedang dibicarakan adalah mengenai suatu peramalan, bukan suatu kepastian.
Oleh karena itu, perlu di ingat hukum pertama dan utama dari peramalan, yaitu peramalan
dijamin mleset, atas dasar hukum inilah prinsip-prinsip peramalan di letakkan. (Indrajit,
4. Semua sistem peramalan selalu didasari oleh model yang bersifat implisit atau eksplisit.
5. Peramalan sering kali juga didasarkan atas peramalan agregat yang perlu dipecah-pecah
Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan resultan dari
berbagai faktor yang paling berinteraksi dalam pasar. Faktor=faktor ini hampir selalu
merupakan kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan. Berbagai faktor tersebut antara
lain:
Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk
tersebut, dan permintaan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fasse inflasi, resesi, depresi, dan
masa pemulihan.
Siklus hidup produk. Siklus hidup produk biasanya mengikuti suatu pola yang
waktu, dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi faase pengenalan,
fase pertumbuhan, fase kematangan dan akhirnya fase penurunan. Unruk
adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-
Iklan
Hasil
Penjualan kebijaksanaan
usaha kredit
perusahaan Citra desain barang &
Pelayanan pelayanan
Metode peramalan merupakan suatu metode atau teori pendekatan kemungkinan akan
terjadinya suatu kejadian di masa yang akan datang dengan menganalisa keadaan di waktu-
waktu yang lalu. Penyusunan peramalan yang berdasarkan pada data historis yang ada
pendidikan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang
dengan orang yang lain dapat berbeda. Meskipun demikian, peramalan dengan model
model-model statistik sebagai bahan masukan dalam judgement (pendapat, keputusan) dan
2. Metode Delphi
4. Survey Pasar
Peramalan Kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : (Spyros
c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa
mendatang.
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode deret berkala (time series) dan metode
lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret
berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan
suatu metode time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data,
sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.
2. Metode Kausal
adanya hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari
Untuk mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi bila rata-rata bergerak dipakai
moving averages). Dasar metode ini adalah menghitung rata-rata bergerak yang kedua.
Rata-rata bergerak ganda ini merupakan rata -rata bergerak dari rata-rata bergerak, dan
menurut simbol dituliskan sebagai MA (MxN) dimana artinya adalah MA M-periode dari
MA N-periode.
Jadi prosedur peramalan rata-rata bergerak linier meliputi tiga aspek, yaitu:
2. Penyesuaian yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal dan ganda
kesalahan randomnya tidak begitu kuat. Penyesuaian ini efektif karena adanya
menunjukkan trend.
X t X t 1 X t 2 ... X t N 1
S' t .............................................. (1)
N
S t S t 1 S t 2 ... S t N 1
S" t ................................................. (2)
N
bt
2
S' t S" t ..................................................................... (4)
N 1
Ft m at bt .m ............................................................................ (5)
Dimana :
- Persamaan (1) mempunyai asumsi bahwa saat ini kita berada pada periode waktu t
dan mempunyai nilai masa lalu sebanyak N.MA (N) tunggal dituliskan dengan S't.
- Persamaan (2) menganggap bahwa semua rata-rata bergerak tunggal (S') telah
dihitung. Dengan persamaan ini pula kita menghitung rata-rata bergerak N-periode
dari nilai-nilai S' tersebut. Rata-rata bergerak ganda dituliskan sebagai (S").
- Persamaan (3) mengacu pada penyesuaian Moving Average tunggal (S',), dengan
- Persamaan (4) menentukan taksiran kecenderungan dari periode waktu yang satu ke
periode waktu berikutnya.
depan dari t.
dari Holt.
pemulusan berganda secara langsung, tetapi memuluskan nilai trend dengan parameter
yang berbeda-beda dari parameter yang digunakan pada deret asli. Parameter pemulusan
S t X t 1 S t 1 bt 1
bt S t S t 1 1 bt 1
Ft m S t bt .m
Persamaan kedua meremajakan trend, yang ditujukan sebagai perbedaan antara 2 nilai
pemulusan terakhir, karena mungkin masih terdapat sedikit kerendoman, maka hal ini
dihilangkan oleh pemulusan dengan δ (gamma) trend pada periode terakhir (St - St - 1), dan
ketiga digunakan untuk ramalan kemuka. Trend bt dikalikan dengan jumlah periode ke
X X X X
B1
2
B1 taksiran kemiringan ( slope ) bola mata ( eye ball ) setelah data
tersebut di plot
Kasus yang paling sederhana dari pemulusan (smoothing) eksponensial tunggal dapat
dikembangkan dari persamaan (1) atau secara lebih khusus dari suatu variasi pada
X X
Ft 1 Ft t t N ............................................................. (1)
N N
dengan suatu nilai pendekatan (aproksimasi). Salah satu pengganti yang mungkin adalah
nilai ramalan periode sebelumnya Ft . Dengan melakukan substitusi ini persamaan (1)
menjadi persamaan (2) dan dapat ditulis kembali sebagai persamaan (3).
X F
Ft 1 Ft t t ................................................................. (2)
N N
1 1
Ft 1 X t 1 Ft .......................................................... (3)
N N
Dari persamaan (3) dapat dilihat bahwa ramalan ini Ft 1 didasarkan atas
pembobotan observasi yang terakhir dengan suatu nilai bobot 1 N dan pembobotan
merupakan suatu bilangan positif, 1 N akan menjadi suatu konstanta antara nol (jika N
tak terhingga) dan 1 (jika N = 1). Dengan mengganti 1 N dengan a, persamaan (3)
menjadi:
Persamaan ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung ramalan
Cara lain untuk menuliskan persamaan (4) adalah dengan susunan sebagai berikut:
Ft 1 Ft X t Ft .................................................................. (5)
Secara sederhana:
Dimana et adalah kesalahan ramalan (nilai sebenamya dikurangi ramalan) untuk periode t
dari 2 bentuk Ft 1 ini dapat dilihat bahwa ramalan yang dihasilkan dari SES secara
sederhana merupakan ramalan yang lalu ditambah suatu bentuk penyelesaian untuk
kesalahan yang terjadi pada ramalan terakhir. Dalam bentuk ini terbukti jika mempunyai
nilai mendekati 1, maka ramalan yang baru akan mencakup penyesuaian kesalahan yang
besar pada ramalan sebelumnya. (Spyros, Makridakis, 2005,. Edisi Kedua. Erlangga,
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode MRC (Moving Range Chart).
data hasil peramalan sudah dalam kondisi yang terkecil atau belum. Langkah-langkah
^ ^
MR Yt Y t Yt 1 Y t 1
Dimana :
MR
MR
n1
^
4. Menghitung titik-titik simpangan Yt Y t ke dalam peta kendali (gambar 2.11.)
Fungsi peramalan yang terpilih dapat dipergunakan, apabila semua titik berada dalam
batas kontrol. Tetapi bila mendapatkan suatu titik tak terkendali (out of control) sewaktu
memeriksa peramalan, maka kita akan mencari peramalan yang baru. Hal ini membuktikan
1. Jika ada titik (Y,-Yt) yang berada diluar batas control (>BA atau <BB)
Dari tiga buah titik yang berurutan, apakah dua titik atau lebih terdapat dalam salah
satu daerah A.
Dari lima buah titik yang berurutan, apakah empat titik atau lebih terdapat dalam satu
daerah B.
Dari delapan titik yang berurutan berada pada salah satu sisi dari garis tengah (daerah
C).
Dalam sistem ROP setiap pusat distribusi pada tingkat lebih rendah meramalkan
permintaan untuk produk guna melayani pelangganya, kemudian memesan dari pusat
distribusi pada tingkat lebih tinggi (main warehouse) apabila kuantitas dalam stock pada
pusat distribusi pada tingkat lebih rendah (branch warehouse) mencapai ROP. ROP dan
Sistem tarik dengan ROP menimbulkan Cascading effect, yaitu ; input ke setiap
tingkat adalah output dari tingkat atau tahap sebelumnya, sehingga menyebabkan saling
Pada dasarnya metode ROP merupakan suatu teknik pengisian kembali inventori
apabila total stock on-hand plus on-order jatuh atau berada dibawah titik pemesanan
kembali (reorder point = ROP). ROP merupakan metode inventori yang menempatkan
suatu pesanan untuk lot tertentu apabila kuantitas on-hand berkurang sampai tingkat yang
ditentukan terlebih dahulu yang dikenal sebagai titik pemesanan kembali (ROP). ROP
ROP = DLT + SS
1. Tingkat permintaan.
2. Waktu tunggu.
dapat diterima.
harus ditempuh.
Aneka Industri.
a) Permasalahan : Bagaimana pendistribusian produk wafer stick dengan
mungkin.
METODE PENELITIAN
23-25 Surabaya. Penelitian tersebut dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
dalam perusahaan, penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan data
2. Warehouse Semarang
3. Warehouse Jakarta
4. Warehouse Bandung
1. Kursi
2. Meja
1. Variabel terikat
Yang dimaksud dengan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
2. Variabel Bebas
Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi
a. Data permintaan
masing-masing distributor.
Persediaan produk jadi ini adalah jumlah produk yang ada di gudang, untuk
menentukan projected on hand (merupakan besarnya item yang ada pada masing-
masing periode)
d. Biaya simpan
e. Biaya kirim
primer berupa hasil penelitian lapangan dan wawancara kepada pihak PT. Kharisma Esa
Ardi mengenai penelitian, sedangkan data sekunder adalah hasil dokumentasi dengan cara
mengutip dari catatan–catatan perusahaan, antara lain data historis permintaan, data
persediaan produk, data lead time, data biaya simpan, dan biaya kirim.
Bahwa dari hasil pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan didapat
Pada bagian ini berisi perencanaan distribusi metode perusahaan pada bulan Januari
Menentukan lot size yang sesuai dengan memperhatikan demand dari masing-
masing warehouse.
Pada bagian ini merencanakan dan menjadwalkan distribusi dengan metode DRP
Keterangan :
a) Warehouse Probolinggo
b) Warehouse Semarang
c) Warehouse Jakarta
d) Warehouse Bandung
berikut :
X Distribution Center
On Hand Balance : Lead Time :
Safety Stock : Order Quantity :
Past Period
Due 1 2 3 4 5 6 7 8
Gross Requirement
Schedule Receipts
Projected On Hand
Net Requirements
Planned Order Receipts
Planned Order Release
a. Requirement Demand.
b. Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) - (Scheduled
c. Planned Order Receipt adalah rencana penerimaan produk sebesar order quantity
policy yang ditetapkan, pada waktu yang sama dengan terjadinya Net Requirement.
d. Planned Order Release adalah rencana pelepasan pesanan ke level distribusi yang
lebih tinggi, diperoleh dari (Periode Planned Order Receipt- Lead Time).
Bagian ini merekap hasil pengolahan data dengan metode perusahaan dan metode
sebagai berikut :
Gambar 3.2 Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart)
Penjelasan Flow Chart :
1. Mulai
2. Survey Lapangan
Survey lapangan merupakan langkah paling awal dalam tahap identifikasi. Pada
langkah ini dilakukan survey terhadap kondisi riil sistem yang dikaji untuk memperoleh
3. Studi Pustaka
Pada langkah ini digali pemikiran teoritis yang kemudian di tuangkan dalam
kebutuhan riil sistem yang telah di identifikasi pada survey lapangan. Literature
bersumber dari buku, jurnal penelitian, dan juga dari penelitian mahasiswa yang telah
lulus.
4. Perumusan Masalah
5. Tujuan Penelitian
6. Identifikasi Variabel
7. Pengumpulan Data
Aktivitas pengumpulan data meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian
Pada bagian ini berisi perencanaan dan penjadwalan distribusi metode perusahaan
Bagian ini menghitung Biaya Distribusi perusahaan berdasarkan kondisi riil yang
10. Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) Dan Safety Stock (SS)
Pada bagian ini menerapkan usulan dengan menggunakan metode DRP, dimana
Pengolahan data dengan metode DRP dimulai dengan perhitungan Safety Stock (SS)
untuk mengetahui batasan inventory agar tidak terjadi stock out. Kemudian dilakukan
perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) untuk mengetahui berapa jumlah produk
S B - D .L
Reorder Point:
B DL Z L
Dimana :
S = Safety Stock
B = Titik reorder
L = Lead time
EOQ ditentukan dengan melihat demand bulanan tiap item pada masing-masing
distributor.
2 Rm C
EOQ
H
Struktur distribusi produk untuk masing-masing type adalah sama. Struktur produk
Keterangan :
a. Warehouse Probolinggo
b. Warehouse Semarang
c. Warehouse Bandung
d. Warehouse Jakarta
permintaan historis, safety stock, lead time, dan persediaan pada masing-masing
sebagai berikut :
X Distribution Center
On Hand Balance : Lead Time :
Safety Stock : Order Quantity :
Past Period
Due 1 2 3 4 5 6 7 8
Gross Requirement
Schedule Receipts
Projected On Hand
Net Requirements
Planned Order Receipts
Planned Order Release
f. Requirement Demand.
h. Planned Order Receipt adalah rencana penerimaan produk sebesar order quantity
policy yang ditetapkan, pada waktu yang sama dengan terjadinya Net Requirement.
lebih tinggi, diperoleh dari (Periode Planned Order Receipt- Lead Time).
Pada bagian ini metode DRP dipilih karena menghasilkan biaya distribusi yang
terkecil yang nantinya akan digunakan untuk melakukan perencanaan dan penjadwalan
Pada bagian ini membuat diagram pencar dari data historis permintaan bulan
Januari 2009 – Desember 2010 yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui pola
data permintaan historis, dimana hasil pola tersebut digunakan untuk menentukan
15. Peramalan
Hal yang terpenting adalah menentukan metode mana yang harus digunakan untuk
hasil yang berbeda-beda untuk suatu keadaan yang sama. Metode peramalan yang
peramalan dengan data aktual. Adapun model-model peramalan permintaan yang dapat
digunakan adalah Simple Average, Single Exponential Smoothing, dan Double
Exponential Smoothing.
Pada bagian ini menghitung Mean Square Error dari model-model peramalan yang
digunakan.
2
^
n
Yt Y t
MSE t 1
n
Dimana :
Yt = Data aktual
^
Y t = Hasil peramalan
n = Jumlah periode
Pada bagian ini dipilih Mean Square Error (MSE) terkecil dari tiap-tiap model
peramalan.
Metode peramalan yang baik adalah metode peramalan yang mempunyai nilai
bagaimana mengukur kesesuaian suatu metode terhadap suatu ukuran data yang
pengukuran forecast error. Hasil peramalan memberikan forecast error terkecil, akan
dipilih. Untuk menentukan nilai kesalahan dan peramalan, digunakan Mean Square
Error.
18. Verifikasi Dengan Moving Range Chart (MRC)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode MRC (Moving Range Chart).
apakah data hasil peramalan sudah dalam kondisi yang terkecil atau belum.
Fungsi peramalan yang terpilih dapat dipergunakan, apabila semua titik berada
dalam batas kontrol. Tetapi bila mendapatkan suatu titik tak terkendali (out of control)
sewaktu memeriksa peramalan, maka akan dicari peramalan yang baru. Hal ini
Metode peramalan yang dipilih yaitu yang memiliki nilai mean square error
peramalan.
Meramalkan permintaan bulanan dapat memakai program Win QSB sehingga dapat
Pada bagian ini mengitung Economic Order Quantity (EOQ) untuk mengetahui
berapa jumlah produk yang harus disediakan baik oleh masing – masing warehouse,
Safety Stock (SS) untuk mengetahui batasan inventory agar tidak terjadi stock.
Tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan saran dari
keseluruhan tahap yang telah dilalui. Kesimpulan harus dapat mengungkapkan hal-hal
pokok yang diperoleh dari intisari penelitian. Sedangkan saran ditujukan untuk
memberikan petunjuk bagi pengembangan dari penelitian sejenis yang terkait yang
25. Selesai
BAB IV
3. Harga Produk
5. Biaya pengiriman
6. Biaya penyimpanan
Data Permintaan bulanan produk pada bulan Januari 2009 sampai Desember 2010
Besarnya persediaan awal tiap periode pada setiap level distribusi tidaklah sama,
bergantung dari besarnya fluktuasi permintaan yang terjadi dan kelancaran kedatangan
pemesanan serta kelancaran proses produksi yang berlangsung. Tingkat persediaan awal
Harga masing-masing produk Kursi Lipat dan Meja pada perusahaan adalah sebagai
berikut :
Kursi Lipat 1
Meja 1
Sumber : PT.KHARISMA ESA ARDI (Lampiran B)
Prosentase biaya penyimpanan atas suatu produk adalah sebesar 10 % per tahun,
10 %
setiap bulannya adalah 0.42 % . Dengan demikian biaya penyimpanan tiap periode
24
perencanaan adalah 0.42 % per bulan, dari harga produk. Yang diperinci sebagai berikut :
Biaya simpan produk selama 2 tahun seperti diperlihatkan pada tabel berikut :
Total Total
Periode
Persediaan Biaya
2009 Januari 420 Rp 170.520,00
Februari 400 Rp 162.400,00
Maret 435 Rp 176.610,00
April 415 Rp 168.490,00
Mei 460 Rp 186.760,00
Juni 415 Rp 168.490,00
Juli 430 Rp 174.580,00
Agustus 390 Rp 158.340,00
September 455 Rp 184.730,00
Oktober 414 Rp 168.084,00
Nopember 405 Rp 164.430,00
Desember 516 Rp 209.496,00
Januari 435 Rp 176.610,00
Februari 447 Rp 181.482,00
Maret 414 Rp 168.084,00
April 435 Rp 176.610,00
Mei 450 Rp 182.700,00
Juni 440 Rp 178.640,00
2010
Juli 437 Rp 177.422,00
Agustus 455 Rp 184.730,00
September 450 Rp 182.700,00
Oktober 433 Rp 175.798,00
Nopember 442 Rp 179.452,00
Desember 442 Rp 179.452,00
Total biaya 1 tahun Rp 4.236.610,00
Sumber : PT.KHARISMA ESA ARDI (Lampiran B)
Adapun untuk perhitungan produk yang lain dapat dilihat pada Lampiran B.
biaya distribusi dengan menggunakan metode perusahaan dengan metode DRP. Jika
metode perusahaan lebih baik, maka dilakukan analisa dan pembahasan dari hasil tersebut.
Tapi jika metode DRP lebih baik, maka dilakukan peramalan, menghitung persediaan,
Pada bagian ini dilakukan perbandingan biaya sistem distribusi yang dilakukan
perusahaan. Untuk menghitung total biaya logistik digunakan data bulanan selama tahun
Kemudian mencari total biaya pengiriman selama 2 tahun. Dari data biaya
pengiriman dan data frekuensi pengiriman selama 2 tahun, didapatkan total biaya
Biaya Pengiriman per tahun = Frekuensi kirim x Biaya kirim per bulan
sebagai berikut :
= Rp. 89.363.752,-
Dengan menggunakan metode yang digunakan perusahaan, didapatkan grand total
4.2.2.1 Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) dan Safety Stock (SS)
pemesanan yang paling ekonomis. Dalam DRP EOQ disebut sebagai lot size. Sedangkan
Penentuan ukuran lot pemesanan dalam suatu sistem distribusi dipengaruhi oleh
2 Rm C
EOQ
H
Rm : Rata-rata permintaan
C : Biaya Kirim
H : Biaya Simpan
Perhitungan EOQ untuk masing-masing produk adalah sebagai berikut:
Perhitungan EOQ untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C. Sedangkan hasil
Besarnya Safety Stock yang harus dibebankan pada setiap level distribusi
tergantung kuantitas permintaan, lamanya lead time dan service level yang ingin dicapai
S B - D.L
Sedangkan Reorder (B) dapat diperoleh berdasarkan permintaan selama periode
B DL Z L
Safety Stock adalah sebesar 90 %. Sehingga Zα dapat ditentukan dengan melihat tabel
distribusi normal yaitu sebesar 1,28. Data Lead Time dapat dilihat pada Tabel 4.5. yang
D Rm 218,13
L 1 bulan
σ 1,62
Z 1,28
α
B 218,13 1 1,28 37,15 1
265,65
S 265,65 218,13 1
48 unit
Perhitungan Safety Stock untuk masing – masing produk selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran D. Untuk hasil akhir dari perhitungan Safety Stock pada setiap produk
DRP masing - masing produk seperti yang tertera pada lampiran E diperoleh
Requirement Planning dengan jumlah rencana pemesanan untuk produk dapat dilihat pada
Perhitungan DRP untuk produk lain disajikan pada lampiran D dan untuk hasil
perhitungan ditunjukkan pada tabel 4.12, sehingga didapatkan total biaya distribusi dengan
perusahaan dan metode DRP, ternyata total biaya dengan menggunakan metode
perusahaan, yaitu sebesar Rp. 89.363.752,- lebih besar dari metode DRP yaitu Rp.
89.363.752 71.502.667
100% = 20 %
89.363.752
4.2.4. Membuat Diagram Pencar Data Permintaan Januari 2009 Desember 2010
kuantitatif time series adalah membuat diagram pencar atau menggambarkan historis
permintaan dalam bentuk grafik x – y. Diagram pencar ini berguna untuk mengetahui pola
data tersebut apakah mengandung unsur acak, musiman, siklus dan trend.
Diagram pencar data permintaan untuk produk Kursi Lipat kota Probolinggo adalah
sebagai berikut :
Dari hasil peramalan data permintaan dengan menggunakan WinQSB akan didapatkan
nilai Mean Square Error (MSE). Hasil Mean Square Error (MSE) dari Warehouse pusat
Untuk tabel Mean Square Error (MSE) masing-masing produk dapat dilihat pada
Lampiran G.
Setelah didapat nilai MSE kemudian dipilih nilai MSE yang terkecil. Hasil
Perbandingan MSE dari masing-masing metode bila diurutkan berdasarkan MSE terkecil
Berdasarkan Tabel 4.15. dapat disimpulkan urutan MSE dari yang terkecil untuk
masing-masing produk yaitu untuk produk Kursi Lipat kota Probolinggo adalah dengan
metode Simple Average (Sa), begitu juga seterusnya untuk produk lainnya.
Setelah diketahui fungsi peramalan dengan MSE terkecil maka perlu dilakukan uji
verifikasi untuk mengetahui apakah fungsi peramalan yang dipilih dapat dipakai atau tidak.
Alat yang dipergunakan untuk uji verifikasi adalah dengan Moving Range Chart (MRC).
Tabel 4. 15. Perhitungan Moving Range Chart (MRC) produk Kursi Lipat Kota
Probolinggo
TAHUN BULAN PERIODE Yt Y't Yt - Y't MR
2009 Januari 1 150
Februari 2 185 150 35 35
Maret 3 210 167,5 42,5 7,50
April 4 215 181,67 33,33 25,83
Mei 5 160 190 ‐30 4,17
Juni 6 225 184 41 36,83
Juli 7 160 190,83 ‐30,83 6,00
Agustus 8 230 186,43 43,57 37,57
September 9 210 191,88 18,12 19,45
Oktober 10 290 193,89 64,33 76,66
November 11 245 203,5 41,5 35,16
Desember 12 160 207,27 ‐47,27 12,11
2010 Januari 13 230 203,33 26,67 14,56
Februari 14 250 205,38 44,62 30,06
Maret 15 240 208,57 31,43 1,37
April 16 275 210,67 64,33 62,96
Mei 17 225 214,69 10,31 52,65
Juni 18 200 215,29 ‐15,29 37,36
Juli 19 185 214,44 ‐29,44 14,15
Agustus 20 215 212,89 2,11 12,04
September 21 250 213 37 24,96
Oktober 22 260 214,76 45,24 20,28
November 23 225 216,82 8,18 12,10
Desember 24 240 217,17 22,83 10,73
jumlah 589,5
25,63 MR A 45,45
68,176957 BA B 22,73
-68,176957 BB C 0
B -22,73
A -45,45
vSumber : Pengolahan Data ( Lampiran H)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa batas atas untuk produk Kursi Lipat Kota
Probolinggo sebesar 68,17 dan batas bawah sebesar -68,17. Untuk itu gambar MRC data (Yt
- Y't) bulan Januari 2009 – Desember 2010 produk Kursi Lipat Kota Probolinggo adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.2. Moving Range Chart (MRC) produk Kursi Lipat Kota Probolinggo
Berdasarkan gambar 4.2. dapat disimpulkan bahwa Moving Range Chart (MRC)
untuk produk Kursi lipat dinyatakan terkontrol. Hal ini terlihat dari nilai error (Y’t – Yt)
masih berada diantara batas atas (BA) dan batas bawah (BB).
Untuk Moving Range Chart (MRC) produk yang lain dapat dilihat pada Lampiran H.
Setelah dilakukan uji verifikasi dengan Moving Range Chart (MRC), langkah
bulanan.
bentuk pola data dan berdasarkan minimasi nilai MSE. Antisipasi terhadap adanya
kesalahan permintaan dilakukan dengan menyediakan stok pengaman (safety stock) untuk
tiap item pada masing-masing warehouse, dimana besarnya safety stock didasarkan atas
Hasil peramalan demand bulanan untuk tiap produk dapat dilihat pada tabel 4.16:
Produk Meja
yang paling ekonomis, dimana dalam DRP EOQ disebut sebagai lot size. Sedangkan Safety
2 Rm C
EOQ
H
Perhitungan EOQ untuk masing – masing produk selengkapnya dapat dilihat pada
Sumber:Pengolahan Data(Lampiran J)
4.2.4.4.2 Menghitung Safety Stock (SS)
Besarnya Safety Stock yang harus dibebankan pada setiap level distribusi tergantung
kuantitas permintaan, lamanya lead time dan service level yang ingin dicapai perusahaan.
S B - D.L
B DL Z L
Pihak manajemen menentukan tingkat service level yang dipergunakan dalam Safety
Stock adalah sebesar 90 %. Sehingga Zα dapat ditentukan dengan melihat tabel distribusi
normal yaitu sebesar 1,28. Data Lead Time dapat dilihat pada tabel 4.6. yang menunjukkan
pada lampiran K. Untuk hasil akhir dari perhitungan Safety Stock pada setiap produk
Total kebutuhan seluruh produk diperoleh dari total kebutuhan (planned order
release) pada tiap-tiap bulannya. Pembuatan total kebutuhan seluruh produk berguna dalam
Produk Meja
Warehouse Probolinggo Semarang Bandung Jakarta
Tahun (unit) (unit) (unit) (unit)
Bulan
Januari 0 0 0 0
Februari 460 436 371 0
Maret 0 0 0 386
April 0 0 0 0
Mei 460 436 0 0
Juni 0 0 371 386
2009
Juli 0 0 0 0
Agustus 460 436 0 0
September 0 0 371 0
Oktober 0 0 0 386
November 460 436 0 0
Desember 0 0 0 0
Sumber:Pengolahan Data(Lampiran L)
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil yang akan dianalisa
dan dibahas pada sub bab ini (sub bab 4.3.). Adapun analisa dan pembahasan hasil yang
1. Perencanaan dan penjadwalan aktifitas distribusi produk Kursi Lipat pada tahun
2. . Perencanaan dan penjadwalan aktifitas distribusi produk Meja pada tahun 2011
Metode Biaya
Perusahaan Rp 89.363.752,-
DRP Rp 71.502.667,-
distribusi didasarkan atas permintaan warehouse pusat. Total Cost (TC) dengan metode
perusahaan adalah sebesar Rp. 89.363.752,00,-. Total Cost dengan metode DRP adalah
4. Dari hasil perbandingan Total Cost didapatkan bahwa Total Cost dengan metode
DRP lebih kecil bila dibandingkan dengan metode perusahaan dan terjadi efisiensi
sebesar 20 %. Hal ini membuktikan bahwa metode DRP lebih efisien bila diterapkan
5.1. Kesimpulan
1. Untuk perencanaan penjadwalan distribusi pada produk Kursi lipat dan Meja untuk
unit Meja, warehouse Bandung 401 unit Kursi lipat dan 371 unit Meja,
Maret warehouse Probolinggo 406 unit Kursi lipat, warehouse Semarang 379
%.
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang bisa kami berikan pada perusahaan yaitu antara lain :
perencanaan dan apabila ada perubahan mendadak dapat diantisipasi lebih awal.
3. Dengan menggunakan DRP dapat mengurangi stock out dan over stock, serta dapat