Anda di halaman 1dari 93

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Agribisnis Tesis Magister

2016

Analisis Efisiensi Faktor Produksi


Usahatani Jambu Air di Desa Durian
Jangak, Kecamatan Pancur Batu,
Kabupaten Deli Serdang

Inganta, Miryam Endang

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2840
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR
DI DESA DURIAN JANGAK, KECAMATAN PANCUR BATU,
KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

MIRYAM ENDANG INGANTA


147039008/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
ANALISIS EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR
DI DESA DURIAN JANGAK, KECAMATAN PANCUR BATU,
KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada
Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

MIRYAM ENDANG INGANTA


147039008/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Judul : Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usahatani Jambu Air di Desa
Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli
Serdang
Nama : Miryam Endang Inganta
Nim : 147039008
Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui:
Komisi Pembimbing,

( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS ) ( Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Dr. Ir. Hasanuddin,MS)


Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Selasa, 26 Juli 2016

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS

2.Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si

3.Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR di DESA


DURIAN JANGAK, KECAMATAN PANCUR BATU, KABUPATEN DELI
SERDANG

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juli 2016


Yang membuat pernyataan,

Miryam Endang Inganta


NIM. 147039008
Dipersembahkan Kepada:
Ayah, Ibu dan Seluruh Keluarga
Analysis of Farm Production Efficiency Factors of Water Guava Fruit In Durian
Jangak, Districts Pancur Batu , Deli Serdang

Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usahatani Jambu Air Di Desa Durian Jangak,
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Miryam Endang
Magister Agribisnis, Universitas Sumatera Utara
Miryam_endang@yahoo.com

Abtract

Plant water guava fruit is one of those plants that are quite popular among the community.
Production of guava in Kabupuaten Deli serdang decreased. The factors that influence the
production of guava, namely seeds, fertilizers, pesticides and labor. That is important to know
what factors are most influential in order to increase production. Efficient farming supported
by optimal use of production factors is important. The results show (seeds, fertilizers,
pesticides and labor) simultaneously influence on the amount of water guava production.
while partially (seeds, fertilizers, pesticides, and labor) are also significantly affect the
amount of water guava production. The use of production factors guava farming is
technically almost reached the level of efficiency. In terms of efficiency and economical
prices successively efficiency level indicates that the use of production factors in the price of
water guava farming is inefficient and guava farm production factors in Durian Jangak also
economically inefficient.

Keywords : water guava fruit , efficiency, production factors

Abstrak

Tanaman jambu air adalah salah satu tanaman buah yang cukup populer dikalangan
masyarakat. Namun pada saat ini produksi jambu air di kab. Deli serdang mengalami
penurunan. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jambu air yaitu bibit,
pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Sehingga dari berbagai faktor produksi yang ada perlu
diketahui faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh guna meningkatkan produksi.
Upaya Petani dalam menjalankan usahataninya secara efisien merupakan hal yang sangat
penting. Karena usahatani yang efisien didukung oleh penggunaan faktor produksi yang
optimal. Hasil Penelitian menunjukkan Faktor produksi bibit, pupuk, pestisida dan tenaga
kerja secara serempak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah produksi jambu air. Ssecara
parsial bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja juga berpengaruh nyata terhadap jumlah
produksi jambu air. Penggunaan faktor produksi usahatani jambu air secara teknis hampir
mencapai tingkat efisien. Dari segi efisiensi harga dan ekonomis secara berturut-turut tingkat
efisiensi menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi usahatani jambu air secara harga
tidak efisien dan faktor produksi usahatani jambu air di Desa Durian Jangak secara ekonomis
juga tidak efisien.

Kata Kunci : jambu air, efisiensi, faktor produksi

i
RIWAYAT HIDUP

MIRYAM ENDANG INGANTA, lahir di Medan pada tanggal 8 Januari 1992. Anak

pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Drs. Paulus Perwira Ginting dan Akp. Partina

Veronica Purba. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1997 masuk Taman Kanak-kanak di TK Karya Maju Medan dan tamat pada tahun

1998.

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Assisi Medan dan tamat pada tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 10 Medan dan tamat pada

tahun 2007.

4. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 15 Medan dan tamat pada

tahun 2010.

5. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, melalui jalur PMP.

6. Tahun 2014 diterima di Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

Adapun judul dari Tesis ini adalah “Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usahatani Jambu

Air Di Desa Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang”.

Penyelesaian Tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, Ms selaku ketua komisi pembimbing dan Ketua Program Studi

Magister Agribisnis FP USU.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku anggota komisi pembimbing.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP.MM.DBA selaku Dosen

Penguji Thesis

4. Ayahanda dan Ibunda tercinta Drs. Paulus Perwira Ginting dan Akp. Partina Veronica

Purba yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis

dalam menyelesaikan pendidikan Master di Universitas Sumatera Utara.

5. Adinda tercinta Puan Theresia S.Ked , Nobel Sains Ginting, Sutri Brata Amd yang telah

memberikan doa dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan Master di

Universitas Sumatera Utara

6. Abangda terkasih Bram Arda Bintario Bangun,SP yang telah menjadi sumber motivasi

bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan Master di Universitas Sumatera Utara.

7. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan

bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan penulisan Tesis ini.

iii
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tesis ini.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga Tesis ini bermanfaat bagi semua

pihak yang bersangkutan.

Medan, Juli 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ......................................................................................................................... i

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... x

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 6
2.2 Landasan Teori .................................................................................................. 8
2.3 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 17
2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 19
2.4 Hipotesis Penelitian........................................................................................... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ............................................................... 24
3.2 Metode Penentuan Sampel ................................................................................ 24
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 25
3.4 Metode Analisis Data ........................................................................................ 26
3.5 Defenisi Dan Batasan Operasional
Defenisi ............................................................................................................ 33
Batasan Operasional ......................................................................................... 34

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Daerah Penelitian .............................................................................. 35
4.2 Karakteristik Sampel ........................................................................................ 36
4.3 Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Jambu Air ................................. 37
4.3 Pengaruh Faktor Produksi terhadap Produksi Jambu AIr ................................. 39

v
4.5 Efisiensi Teknis ................................................................................................. 46
4.6 Efisiensi Harga .................................................................................................. 38
4.7 Efisiensi Ekonomi ............................................................................................. 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 52
5.2 SARAN ............................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 54

LAMPIRAN....................................................................................................................... 56

vi
DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Perkembangan Tanaman Jambu Air di Deli Serdang ............................................ 1

2. Tabel Perkembangan Tanaman Jambu Air berdasarkan Kecamatan ...................... 2

3. Penelitian Terdahulu .............................................................................................. 19

4. Jenis Data yang digunakan Dalam Penelitian ......................................................... 25

5. Distribusi Penduduk Desa Durian Jangak Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 36

6. Komposisi Sampel Berdasarkan Umur ................................................................... 36

7. Komposisi Sampel Berdasarkan Luas Lahan ......................................................... 37

8. Rata-rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani jambu air Per Sekali Musim
Tanam ..................................................................................................................... 37

9. Hasil Uji Linearitas dengan SPSS 16...................................................................... 40

10. Hasil Uji Normalitas ............................................................................................... 41

11. Hasil Uji Multikoliearitas ....................................................................................... 42

12. Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................................... 43

13. Nilai Regresi dan Variabel Faktor Produksi Usahatani Jambu Air di Desa Durian
Jangak ..................................................................................................................... 44

14. Hasil Tingkat Efisiensi Teknik Usahatani Jambu Air di Desa Durian Jangak,
Kecamatan Pancur batu, Kabupaten Deli Serdang ................................................ 47

15. Hasil Tingkat Efisiensi Harga Usahatani Jambu Air di Desa Durian Jangak,
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang................................................. 49

vii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran .................................................................................... 22

2. Bagan Metode Analisis Data .................................................................................. 26

3. The Law of Diminishing Returns ........................................................................... 13

4. Sketsa Peta Durian Jangak ...................................................................................... 35

viii
DAFTAR LAMPIRAN

NO JUDUL Hal

1. Karakteristik Petani Sampel ...................................................................................... 57

2. Penggunaan Bibit Serta Total Biaya Per Petani ........................................................ 58

3. Penggunaan Pupuk Serta Total Biaya Per Petani ..................................................... 59

4. Penggunaan Pestisida Serta Total Biaya Per Petani ................................................. 61

5. Penggunaan Tenaga Kerja Serta Total Biaya Per Petani .......................................... 62

6. Total Biaya Usahatani Jambu Air di Desa Durian Jangak........................................ 64

7. Penggunaan Faktor Produksi dan Produksi Usahatani Jambu Air............................ 65

8. Harga Faktor Produksi Usahatani Jambu Air di Desa Durian Jangak ...................... 66

9. Hasil Uji Linearitas ................................................................................................... 68

10. Hasil Uji Linearitas R Square ................................................................................. 69

11. Hasil Uji F-hitung ................................................................................................... 69

12. Hasil Uji t-hitung .................................................................................................... 70

13. Hasil Uji Normalitas ............................................................................................... 70

14. Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................................... 71

15. Hasil Estimasi Efisiensi Teknis dengan Frontier 4.1 .............................................. 72

16. Hasil Estimasi Efisiensi Harga dengan Frontier 4.1 ............................................... 75

ix
16

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan terhadap buah-buahan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya

jumlah penduduk, tingkat pendapatan masyarakat dan makin tingginya kesadaran

masyarakat tentang pentingnya makanan bergizi. Kebutuhan buah-buahan juga

cenderung meningkat dengan adanya kemajuan tegnologi dan pengetahuan yang

memungkinkan pengolahan buah-buahan yang beragam. Hal ini membuka

peluang baik bagi buah-buahan (Indriani,1993).

Tanaman jambu air adalah salah satu tanaman buah yang cukup populer di

kalangan masyarakat. Jambu air banyak diminati karena memiliki ukuran yang

besar, kandungan air yang tinggi, dan menyegarkan.

Kabupaten Deli Serdang merupakan sentra produksi jambu air terbesar di

Sumatera Utara. Perkembangan produksi jambu air di Kabupaten Deli Serdang

dapat kita lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Tanaman Jambu Air di Kabupaten Deli Serdang

Tahun Tanaman Luas Panen Kw/Ha Produksi


menghasilkan (Ha)
(Pohon)
2010 11.992 119,92 56,77 680,83
2011 9.846 98,46 115,69 1.139,10
2012 14.026 140,3 100,60 1.411,0
2013 13888 138,88 79,21947005 1.100,2
2014 9.417 94,2 80,33 756,5
Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah produksi jambu air di Sumatera

Utara pada tahun 2013 hingga tahun 2014 mengalami penurunan karena
2

kontinuitas produksi tidak terjamin.Diantara Kecamatan yang berada di

Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Pancur Batu merupakan sentra produksi

jambu air terbesar. Perkembangan produksi jambu air di Kecamatan Pancur Batu

dapat kita lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tabel Perkembangan Tanaman Jambu Air berdasarkan Kecamatan

Kecamatan Produksi / Tahun


2011 2012 2013
Pancur Batu 4.361 4.727 3.674
S. Tanjung Muda 1.050 1.102 3.408
Hilir
Percut Sei Tuan 2.040 3.000 1.024
Namo Rambe 1.329 2.214 447
Batang Kuis 705 991 964
Sumber : Dinas Pertanian Deli Serdang

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah produksi jambu air di Kecamatan

Pancur Batu pada tahun 2011 dan 2012 mengalami peningkatan namun pada

tahun 2013 mengalami penurunan produksi. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan dalam mengatasi masalah penurunan produksi jambu air ini adalah

dengan mengupayakan penggunaan faktor-faktor produksi secara tepat. Secara

umum faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jambu air yaitu bibit, pupuk,

pestisida dan tenaga kerja. Sehingga dari berbagai faktor produksi yang ada perlu

diketahui faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh guna meningkatkan

produksi.

Soekartawi (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi

adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut

mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula

dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat
3

menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan,

modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja adalah faktor

produksi yang terpenting.

Widyananto (2010) Untuk meningkatkan produksi perlu dilihat bagaimana

pengaruh faktor produksi yang digunakan dalam suatu usahatani. Bibit memegang

peranan yang penting untuk menunjang keberhasilan produksi tanaman. Pupuk

merupakan sarana produksi yang sangat penting, pemberian pupuk yang tepat dan

berimbang akan menghasilkan tanaman dengan produksi yang tinggi. Faktor

produksi Pestisida juga memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi

jumlah produksi, sampai saat ini penggunaan Pestisida merupakan cara yang

paling banyak digunakan dalam pengendalian serangan serangga pada tanaman

dan juga hama yang disebabkan karena penyakit jamur. Hal ini karena

penggunaan pestisida merupakan cara yang paling mudah, efektif dan

memberikan hasil yang memuaskan sehingga tanaman dapat berproduksi secara

optimal. Disamping itu faktor produksi tenaga kerja bersama-sama dengan faktor

produksi yang lain, bila dimanfaatkan secara optimal akan dapat meningkatkan

produksi secara maksimal.

Upaya petani dalam menjalankan usahataninya secara efisien merupakan hal yang

sangat penting. Karena usahatani yang efisien didukung oleh penggunaan faktor

produksi yang optimal. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik melakukan

penelitian lebih lanjut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi penggunaan

faktor produksi usahatani Jambu air apakah sudah dilaksanakan secara efisien

ataukah belum. Dari penggunaan faktor produksi tersebut, penulis juga ingin

mengetahui seberapa besar output yang dihasilkan sehingga dapat sekaligus


4

dianalisis tingkat efisiensi meliputi efisiensi teknis untuk mengetahui penggunaan

setiap faktor produksi, efisiensi harga untuk mengetahui harga yang dikorbankan

dalam menghasilkan output, dan efisiensi ekonomi dari kombinasi penggunaan

faktor produksi tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Bibit(X1), Pupuk(X2), Pestisida(X3), dan Tenaga

Kerja(X4) terhadap Produksi Jambu Air di Desa Durian Jangak, Kecamatan

Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang ?

2. Bagaimana tingat Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, Dan Efisiensi Ekonomi

pada usahatani jambu air di Desa Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanan penelitian ini sebagai berikut, yaitu :

1. Untuk Menganalisis Pengaruh Faktor Produksi Bibit, Pupuk, Pestisida dan

Tenaga Kerja yang Digunakan Pada Usahatani Jambu Air di Desa Durian

Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk Menganalisis tingkat Efisiensi Teknis, Harga, Dan Ekonomi pada

usahatani jambu air di Desa Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang.


5

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam upaya meningkatkan produksi dan

dapat menjalankan usahatani jambu airnya secara efisien.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan dalam dan

pengembangan usaha tani jambu air.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang ingin

memperluas atau memperdalam penelitian ini.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman jambu air diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara terutama

Malaysia dan Indonesia. Sementara itu tanaman yang masih sesama genus yaitu

Myrciaria dan Eugenia diduga berasal dari Amerika dan Hindia Barat

(Sumeru,2004).

Tanaman jambu air dapat beradaptasi di lingkungan tropis dari dataran rendah

sampai tinggi yang mencapai 1.000 M dpl. Suhu yang diinginkan tanaman jambu

air berkisar 18-28ºC dengan curah hujan yang rendah/kering, sekitar 500-3.000

mm/tahun. Kelembapan udara yang berkisar 50-80% juga menjadi syarat tumbuh

yang baik. Tanaman ini memerlukan cahaya matahari penuh untuk pertumbuhan

yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 40-80%. Pada intensitas ini akan

dihasilkan kualitas buah yang baik (Ika,2014).

Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok sebagai

media tanam jambu air adalah 5,5-7,5. Kedalaman kandungan air yang ideal untuk

tempat budidaya jambu air adalah 0–50 cm; 50-150 cm dan 150-200cm. Tanaman

jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar (Joko,2014).

Pemangkasan kunci meningkatkan produktivitas jambu air. Sebab buah jambu

muncul di ujung cabang pasca pemangkasan. Pemangkasan umumnya dilakukan

untuk memunculkan percabangan, membentuk tajuk pohon dan merangsang

pembungaan (Eny,2015) Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani jambu

air.
7

2.1.1 .Bibit

Bibit di bedengan dipindahkan ke polybag setelah berumur 6 bulan. Pindah tanam

ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 10-12 bulan di persemaian. Bibit

jambu air dikebun dapat ditanam dengan pola tanam/jarak tanam 8 x 8 m.

(Deptan,2015)

2.1.2 Pupuk

Pupuk kandang diberikan sekaligus pada awal musim hujan. Pupuk Urea 2/3, TSP

1/2, KCl 1/3 diberikan pada saat tanaman belum berbunga (bersamaan dengan

pemberian pupuk kandang dan saat hujan pertama mulai turun). Sisa pupuk

diberikan setelah buah membesar (umur buah sekitar 1-2 bulan sejak berbunga

dan ukuran buah ± sebesar telur puyuh). Cara pemberian pupuk tersebut

sebaiknya dibenam dalam Rorak (got) sedalam 20-30 cm mengelilingi tajuk

pohon. (Deptan,2015)

2.1.3.Pestisida

Penyemprotan dilakukan secara teratur 1-2 kali seminggu. Awal penyemprotan

dilakukan saat buah jambu air sebesar telur puyuh (umur ± 1-2 bulan sejak

berbunga). Akhir penyemprotan dilakukan saat buah jambu air akan dipetik

(sebulan sebelum dipetik dan warna buah sudah berubah) atau sampai gejala

serangannya hilang. Ketika hendak melakukan penyemprotan pestisida, atau

pupuk daun/hormon, kita harus memperhatikan cuaca waktu itu. Kalau langit

mendung dan kemungkinannya akan turun hujan, sebaiknya penyemprotan

ditunda dulu. (Deptan,2015)


8

Dosis penggunaan Atonik adalah 1ml dicampur dengan 1 liter air, Dosis

penggunaan Decis 25EC adalah 3ml dicampur dengan 1 liter air, dan penggunaan

propek-tan adalah 4ml dicampur 1 liter air.

2.1.4.Pemeliharaan

Tanaman jambu air yang hidup pada tanah dengan kedalaman air tanah 150-200

cm, pada musim kemarau sangat memerlukan penyiraman, agar tanah tetap

lembab. Ketika masih muda, selama 2 minggu pertama tanaman muda perlu diairi

1-2 kali sehari. Jika sudah cukup besar dan perakarannya dalam, tanaman disirami

10-12 kali sebulan. (Deptan,2015)

Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk pohon, pemeliharaan

dan peremajaan. Membentuk pohon: dilakukan setelah mencapai ketinggian 2

meter, dengan ketinggian 1,35-1,5 m dari permukaan tanah dan bagian yang

dipangkas adalah cabang/tunas. Untuk pemeliharaan: dilakukan setiap saat kecuali

ketika tanaman sedang berbunga, bagian yang ditanam adalah dahan-dahan yang

tua, yang mati kering, luka serta tidak sempurna. Untuk peremajaan:

memangkas seluruh bagian tanaman yang sudah kelewat tua, tidak berproduksi

atau diserang hama. (Deptan,2015)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Faktor Produksi

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk

tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu

(Soekartawi,2002).
9

Menurut Bruce R. Beattie dan C.Robert Taylor (1994), bahwa produksi

merupakan proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-

kekuatan (input, Faktor, Sumber daya, dan jasa-jasa produksi) alam pembuatan

suatu barang atau jasa (output atau produk).

Dalam berbagai literatur, faktor produksi dikenal pula dengan istilah input,

production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat

menentukan besar atau kecilnya produksi yang diperoleh. Berbagai pengalaman

menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk,

dan obat-obatan, tenaga kerja, serta aspek manajemen adalah faktor produksi yang

terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi, 2002).

Faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi.

faktor produksi terdiri dari lima komponen, yaitu : tanah, modal, tenaga kerja,

skill, dan manajemen. Masing-masing faktor produksi mempunyai fungsi yang

berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor produksi tidak

tersedia, maka produksi tidak berjalan (Daniel, 2002).

Selain dari faktor produksi diatas, faktor lain yang mempengaruhi produksi jambu

air adalah penggunaan pupuk. Pemupukan yang berimbang yang didasari oleh

konsep “pengelolaan hara spesifik lokasi” adalah salah satu konsep penetapan

rekomendasi pemupukan. Dalam hal ini, pupuk diberikan untuk mencapai tingkat

kesediaan hara esensial yang berimbang di dalam tanah dan optimum guna : (a)

meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman, (b) meningkatkan efisiensi

pemupukan, (c) meningkatkan kesuburan tanah, (d) menghindari pencemaran

lingkungan (Deptan,2007).
10

Menurut Ratih (2010) Pemberian pupuk dengan komposisi yang tepat dapat

menghasilkan produk berkualitas. Manfaat utama dari pupuk yaitu memperbaiki

struktur tanah dari padat menjadi gembur. Pemberian pupuk organik sangat

penting karena dapat memperbaiki struktu tanah terhadap air, dan mengandung zat

hara yang diperlukan tanaman. Pada dasarnya pemberian pupuk bertujuan untuk

mempertahankan status hara dalam tanah, menyediakan unsur hara secara

seimbang bagi pertumbuhan atau perkembangan tanaman, meningkatkan mutu

tanaman dalam meningkatkan produktivitas tanaman.

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam setiap usaha produksi,

penggunaan tenaga kerja akan bernilai positif apabila dapat memberikan manfaat

yang optimal dalam proses produksi. Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud

dengan tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak

dapat dipisahkan dari manusia dan ditunjukan pada usaha produksi (Daniel,

2002).

Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi

satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan Hari Kerja Orang atau “HKO”.

Namun tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja

mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah

tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi

(Soekartawi,2002).

2.2.2 Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau

lebih variabel, dimana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lain
11

disebut variabel independen (X). Penyelesaian antara X dan Y adalah biasanya

dengan cara regresi, dimana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X.

Dengan demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam

penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1990)

Pada tahun 1920, fungsi produksi Cobb-Douglas Pertama kali diperkenalkan oleh

Cobb, C. W dan Douglas, P.H, melalui artikelnya yang berjudul “ A Theory of

Production”. Fungsi Coob-Douglas adalah salah satu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel (variabel dependent dan variabel independent)

misalnya faktor produksi antara lain, Bibit (𝑥1), Pupuk (𝑥2), pestisisda (𝑥3),

tenaga kerja (𝑥4) (Gujarati, 2003).

Menurut Soekartawi (1990) untuk menaksir parameter yang ada, maka fungsi

Coob-Douglas harus ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam double

logaritma natural (ln), sehingga menjadi bentuk persamaan linier berganda,

seperti pada persamaan berikut ini.

Ln Y = ln bo + Ln b1lnX1 + Ln b2lnX2 + Ln b3lnX3 + Ln b4lnX4 + e …….. (ii)

Dimana :
Y = Produksi Jambu air (Ton)
bo = Koefisien Regresi
x1 = Bibit (Pohon)
x2 = Pupuk (Ton)
x3 = Pestisida (Ml)
x4 = Jumlah Tenaga Kerja (HKO)

Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah

bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, maka ada beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas.

Persyaratan ini antara lain:


12

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma nol adalah suatu

bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite)

2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada

setiap pengamatan (non-neutral difference in respective technologies).

3. Setiap variable X adalah perfect competition.

Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada

faktor kesalahan, u. (Soekartawi, 1990)

2.2.3 Teori The Law Of Diminishing Return

Dalam proses produksi dikenal hukum kenaikan hasil berkurang (The Law of

Diminishing Returns) disingkat LDR. LDR berlaku dan populer dipakai di sektor

pertanian dan di luar pertanian. LDR berbunyi sebagai berikut : “ Bila satu faktor

produksi ditambah terus dalam suatu produksi, ceteris paribus, maka mula-mula

terjadi kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu menurun, lalu kenaikan hasil

nol dan akhirnya kenaikan hasil negatif ”.Ceteris paribus artinya hal-hal lain

bersifat tetap, faktor produksi lain tetap jumlahnya, hanya satu variabel tertentu

yang berubah jumlahnya. Selain jumlah atau kuantitas maka kualitas faktor

produksi itu juga sama.

Dalam teori The Law Of Diminishing Returns terdapat istilah-istilah produksi

sebagai berikut :

1. TP (Total Product) atau produksi total yaitu jumlah produksi pada level

pemberian input tertentu. Input adalah faktor produksi atau bagian faktor

produksi, misalnya input pupuk adalah bagian dari produksi modal, luas lahan

adalah bagian dari faktor produksi alam.


13

2. AP (Average Product) hasil rata-rata atau produksi rata-rata yaitu jumlah hasil

dibagi dengan jumlah input yang dipakai. Kalau AP tenaga kerja (Labour)

disingkat APL (Average Product of Labour), kalau AP modal capital disingkat

dengan APC (Average Product of Capital).

3. MP (Marginal Product) atau produk marginal yaitu kenaikan hasil yang

disebabkan oleh kenaikan atau pertambahan satu unit input. MP Labour

disingkat MPL (Marginal Product of Labour) dan MP capital disingkat MPC

(Marginal Product of Capital), dan sebagainya.

Daerah-daerah produksi pada kurva The Law of Diminishing Returns dibagi

menjadi tiga menurut gerak dari kurva marginal produk, yaitu :

1. Daerah increasing returns, yaitu dari X = 0, ke MP maksimum.

2. Daerah diminishing returns, yaitu dari titik A sampai ke titik C.

3. Daerah negatif returns, yaitu dari titik C sampai seterusnya.


14

Gambar 3. The Law Of Diminishing Returns

Pada titik inflection point besarnya Ep = 1, karena AP = MP, pada titik maximum

point Ep = 0 karena MP adalah nol. Daerah - daerah produksi menurut Ep ini

adalah :

1. Daerah inefisien I, yaitu dari titik X = 0 sampai ke (MP) mencapai maksimum,

atau Ep > 1.

2. Daerah efisien, dari MP maksimum sampai MP = 0 atau 0≤ Ep <1.

3. Daerah inefisien II, yaitu dari titik MP mulai negatif sampai seterusnya atau 0 >

Ep sampai ke kanan seterusnya ( Pindyck, 2007).

2.2.4 Fungsi Produksi dan Biaya Frontier

Battese (1992) dalam Octa (2010) menyatakan konsep produksi batas (frontier

production function) menggambarkan output maksimal yang dapat dihasilkan

dalam suatu proses produksi. Fungsi produksi frontier merupakan fungsi produksi
15

yang paling praktis atau menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh

dari variasi kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi

tertentu (Doll dan Orazen,1984).

Fungsi produksi frontier diturunkan dengan menghubungkan titik-titik output

maksimum untuk setiap tingkat penggunaan input. Jadi fungsi tersebut mewakili

kombinasi input output secara teknis paling efisien. Model fungsi produksi

deterministic frontier dinyatakan sebagai berikut:

Yi = f(xi;β).e-ui, I = 1,2 … N

Dimana f(xi;β) adalah bentuk fungsi yang cocok (Cobb-Douglas atau Translog),

parameter β adalah parameter yang dicari nilai dugaannya dan ui adalah variabel

acak yang tidak bernilai negative yang diasosiasikan dengan faktor spesifik

perusahaan yang memberikan kontribusi terhadap tidak tercapainya efisiensi

maksimal dari proses produksi.

Kelemahan dari model ini adalah tidak dapat menguraikan komponen residual ui

menjadi pengaruh efisiensi dan pengaruh eksternal yang tidak tertangkap (random

shock). Akibatnya nilai inefisiensi teknis cederung tinggi, karena dipengaruhi

sekaligus oleh dua komponen error yang tidak terpisah.

Salah satu pendekatan dalam kajian fungsi produksi adalah model stochastic

production frontier (SPF) (Kirkley et al. 1995). Model SPF diperkenalkan oleh

Aigner et al. (1977) dan Meeussen and van der Broeck (1977), dan pertama kali

dikemukakan oleh Farrell dalam upaya menjembatani antara teori dan hasil

empiris. Persamaan stochastic production frontier diestimasi dengan pendekatan

Maximum likelihood estimates (MLE) berdasarkan hipotesis bahwa petani selalu


16

memaksimalkan keuntungan dalam setiap aktivitas usaha tani. Keunggulan model

SPF yaitu dapat mengakomodir gangguan acak (random noise) yang diakibatkan

oleh faktor eksternal pada fungsi produksi yang telah memiliki gangguan acak

sebelumnya. Hal tersebut memungkinkan fungsi SPF dapat menjelaskan masalah

efisiensi teknik. Oleh karena itu, pendekatan SPF merupakan model yang efektif

untuk menghitung efisiensi teknis (Hiariey, 2009)

Maximum Likelihood Estimation (MLE) pada model stochastic frontier dilakukan

melalui proses dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode OLS untuk

menduga parameter teknologi dan input produksi (βm). Tahap kedua

menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan parameter factor

produksi (βm), intersep (β0) dan varians dari kedua komponen kesalahan vi dan ui

(σv2 dan σu2). Fungsi produksi frontier oleh beberapa penulis diturunkan dari

fungsi produksi Cobb-Douglas, dimana menurut Teken dan Asnawi (1981) dalam

Kurniawan (2012) dikemukakan bahwa apabila peubah-peubah yang terdapat

dalam fungsi Cobb-Douglas dinyatakan dalam bentuk logaritma, maka fungsi

tersebut akan menjadi fungsi linear additive. (Kurniawan, 2012)

2.2.4 Efisiensi

Efisiensi merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses produksi dengan

menghasilkan output yang maksimal dengan menekan pengeluaran produksi

serendah-rendahnya terutama bahan baku atau dapat menghasilkan output

produksi yang maksimal dengan sumberdaya yang terbatas. Dalam kaitannya

dengan konsep efisiensi ini, dikenal adanya konsep efisiensi teknis (technical
17

efficiency), efisiensi harga (price efficiency atau allocative efficiency), dan

efisiensi ekonomi (ecomomic efficiency) (Doll, 1984).

Menurut Bakhshoodeh dan Thomson (2001) dalam Kurniawan (2012), petani

yang efisien secara teknis adalah petani yang menggunakan lebih sedikit input

dari petani lainnya untuk memproduksi sejumlah ouput pada tingkat tertentu atau

petani yang dapat menghasilkan output yang lebih besar dari petani lainnya

dengan menggunakan sejumlah input tertentu.

Efisiensi teknik menunjuk pada kemampuan untuk meminimalisasi penggunaan

input dalam produksi sebuah vektor output tertentu atau kemampuan untuk

mencapai output maksimum dari suatu vektor input tertentu. Seorang petani

secara teknik dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan petani lainnya jika

dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama menghasilkan output secara

fisik yang lebih tinggi (Kumbhakar, 2002). Kriteria uji Efisiensi teknis

berdasarkan alat uji Frontier adalah, semakin mendekati 1 maka data dianggap

semakin efisien secara teknis.

McEachern (2001) dalam Anandra (2010) menyatakan efisiensi harga atau

alokatif menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika

perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai

produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila petani

mendapatkan keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh

harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan input usahataninya

secara efisien. Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan memproduksi output

yang paling disukai oleh konsumen.


18

Menurut Kurniawan, dkk, 2008, pengukuran efisiensi alokatif dan ekonomis

dapat dilakukan dengan menurunkan fungsi biaya dual dari fungsi produksi

Cobb-Douglas yang homogenous.

C = f (Y, P1, P2, P3, P4,)

C adalah biaya produksi jambu air, Y adalah hasil produksi jambu air , dan P1-P4

berturut-turut adalah harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, biaya (upah)

tenaga kerja yang dilogaritmanaturalkan terlebih dahulu. Kemudian akan didapat

nilai harapan (mean) efisiensi harga dengan menggunakan frontier 4.1. EH berada

dalam kisaran 1 dan ∞, apabila lebih kecil dari 1 menunjukkan bahwa pertanian

adalah sepenuhnya tidak efisien.

Menurut Widyananto (2010) konsep yang digunakan dalam efisiensi ekonomi

adalah meminimalkan biaya artinya suatu proses produksi akan efisien secara

ekonomis pada suatu tingkatan output apabila tidak ada proses lain yang dapat

menghasilkan output serupa dengan biaya yang lebih murah.

Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga

(Susantun, 2000). Jadi efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi

tersebut tercapai, sehingga dapat dituliskan menjadi:

EE = ET . EH

Dimana:

EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga

Jika nilai efisiensi ekonomi sama dengan satu, maka usahatani yang dilakukan

sudah mencapai tingkat efisiensi.


19

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

No Nama Topik Variabel yang Hasil Penelitian


Peneliti/Tahu Penelitian digunakan
n
1 Annisa Analisis Variabel Variabel pupuk kandang, pupuk
Indiana produksi Independent: buatan, insektisida, jarak antar
2011 usahatani Pupuk kandang, pohon memiliki pengaruh
jambu air di pupuk buatan, positif yang signifikan terhadap
Kabupaten insektisida, jarak produksi jambu air di
Demak. antar pohon dan Kabupaten Demak sedangkan
(studi kasus Tenaga Kerja. variabel tenaga kerja tidak
Desa berpanguruh positif yang
Wonosari Variabel signifikan terhadap produksi
Kecamatan Dependent: jambu air di Kabupaten Demak.
Bonang Produksi jambu air di
Kabupaten daerah penelitian.
Demak)
2 Ratih Analisis Variabel Luas lahan, pupuk, insektisida
2015 faktor-faktor Independent: dan tenaga kerja secara
yang Luas lahan, pupuk, bersama-sama berpengaruh
mempengaruhi insektisida dan tenaga positif dan signifikan terhadap
produksi kerja produksi jambu air di Desa
jambu air di Wonosari Kabupaten Demak.
Desa Variabel Dependent:
Wonosari Produksi Usahatani
Kabupaten jambu air di daerah
Demak penelitian.

3 Hernawan Analisis Variabel Berdasarkan hasil analisis


Faizal faktor- faktor Independent: regresi,variabel jumlah pohon,
2013 yang Jumlah pohon, pupuk pupuk kandang, dan insektisida
mempengaruhi kandang, insektisida, mempunyai pengaruh yang
usaha jambu dan Tenaga Kerja signifikan terhadap produksi.
air merah Jambu air merah delima.
delima. (studi Variabel Dependent: Sedangkan variabel tenaga
kasus Desa Produksi Usahatani kerja tidak mempunyai
Betokan, jambu di daerah pengaruh yang cukup
Kabupaten penelitian signifikan.
Demak)
4 F. Ariwibowo Analisis Variabel Faktor produksi luas lahan,
2013 Efisiensi Independent: bibit, pupuk , tenaga kerja, dan
Ekonomi Luas lahan, bibit, obat-obatan yang digunakan
Penggunaan pupuk , tenaga kerja, secara bersama-sama
Input Produksi dan obat-obatan. berpengaruh nyata terhadap
Usahatani hasil produksi jagung. Dan
Jagung di Variabel Dependent: usaha tani jagung belum efisien
Desa Sei Produksi Usahatani secara teknis, harga dan
Mancirim Jagung di daerah ekonomi belum efisien.
Kec. Sunggal penelitian.
Kab.Deli
Serdang

No Nama Topik Variabel yang Hasil Penelitian


20

Peneliti/Tahun Penelitian digunakan


5 Octa Analisis Variabel Faktor produksi
2014 Efesiensi Independent: bibit,pupuk,pestisida, dan
Faktor Produksi Bibit,pupuk,pestisida, tenaga kerja serempak
Usahatani dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
Kentang jumlah produksi kentang.
(Solanum Variabel Dependent: Penggunaan faktor produksi
Tuberosum) Di Produksi Usahatani usahatani kentang secara
Desa Ajibuhara Kentang di daerah teknis tidak efesien sedangkan
Kecamatan penelitian. secara harga dan ekonomis
Tigapanah tidak efisien.
Kabupaten
Karo.
6 Daniel Siahaan Analisis Variabel Faktor produksi (luas lahan,
2015 Efisiensi Independent: bibit, tenaga kerja, pupuk,
Penggunaan Luas lahan, bibit, pestisida) secara bersama –
Faktor Produksi tenaga kerja, pupuk, sama berpengaruh nyata
Usahatani pestisida terhadap jumlah produksi
Cabai Merah cabai merah, sedangkan
(Capsicum Variabel Dependent: secara parsial, hanya variabel
Annum l.) Produksi usahatani luas lahan saja yang
(Studi Kasus : cabai merah di daerah berpengaruh nyata terhadap
Desa Sukanalu, penelitian. jumlah produksi cabai merah.
Kecamatan Nilai efisiensi teknik (ET),
Barusjahe, efisiensi harga (EH), dan
Kabupaten efisiensi ekonomi (EE) lebih
Karo) kecil (<) dari 1 . Artinya,
penggunaan faktor produksi
lahan, bibit, tenaga kerja,
pupuk, dan pestisida usahatani
cabai merah di Desa Sukanalu
tidak efisien

7 Ahmad Suleili Analisis Variabel Nilai rata-rata efisiensi teknik


2016 Usahatani Dan Independent: usahatani kedelai mencapai
Efisiensi Luas lahan, bibit, 0,837, maka usahatani kedelai
Penggunaan pupuk, pestisida dan di lokasi penelitian hampir
Input Produksi tenaga kerja. mencapai tingkat efisien
Usahatani secara teknik. Nilai rata-rata
Kedelai (Studi Variabel Dependent: efisiensi harga usahatani
Kasus : Desa Produksi usahatani kedelai sebesar 0,1509, maka
Tanjung Jati, kedelai di daerah usahatani kedelai di lokasi
Kecamatan penelitian. penelitian tidak mencapai
Binjai, tingkat efisien secara harga.
Kabupaten Dari hasil perhitungan antara
Langkat) efisiensi teknis dan efisiensi
harga, maka didapati nilai
efisensi ekonomi sebesar
0,126. Maka, usahatani
kedelai tidak efisien secara
ekonomi.

2.4 Kerangka Pemikiran


21

Usahatani adalah kegiatan untuk mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai

faktor produksi sehingga memberikan hasil maksimal dan berkelanjutan. Kombinasi

penggunaan faktor-faktor produksi berupa bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja

dalam usahatani jambu air diusahakan sedemikian rupa agar dalam jumlah tertentu

menghasilkan produksi maksimum. Untuk melihat apakah penggunaan faktor

produksi sudah efisien atau tidak, diukur dengan analisa fungsi produksi dengan

pendekatan produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis dan efisiensi harga.

Hasil perkalian efisiensi teknis dan efisiensi harga menunjukkan efisiensi ekonomi.

Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian, maka disusun skema kerangka

pemikiran sebagai berikut:

Usaha tani jambu air

Input Biaya Input


Produksi : Produksi
-Bibit
-Pupuk
-Pestisida
-Tenagakerja
Efisiensi
Efisiensi
Teknik
Harga
Proses produksi

Output produksi

Efisiensi Keterangan :
Ekonomi : Menyatakan Pengaruh
: Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran


22

Berdasarkan dari kerangka penelitian dapat diketahui bahwa usahatani jambu air

dipengaruhi oleh faktor produksi dan biaya produksi yang dikorbankan agar

proses produksi dapat berlangsung dan menghasilkan output produksi. Selama

proses produksi berlangsung dapat diketahui apakah penggunaan faktor produksi

efisien atau tidak dari nilai efisiensi teknik. Sementara untuk mengetahui apakah

pengalokasian harga tiap faktor produksi efisien atau tidak ditinjau dari efisiensi

harga dan untuk efisiensi ekonomis dapat diketahui dari pengalian hasil efisiensi

teknik dan harga.

2.5 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang sudah dibangun, maka diajukan hipotesis yang

akan diuji kebenarannya sebagai berikut :

1. Bibit berpengaruh positif terhadap produksi jambu air di Desa Durian Jangak,

Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

2. Pupuk berpengaruh positif terhadap produksi jambu air di Desa Durian Jangak,

Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

3. Pestisida berpengaruh positif terhadap produksi jambu air di Desa Durian

Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

4. Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi jambu air di Desa Durian

Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

5. Pengaruh faktor produksi pada usahatani jambu air di Desa Durian Jangak,

Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang belum efisien secara teknis,

harga dan ekonomi.


23

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling atau

dengan secara sengaja, yaitu teknik penentuan sampel data dilakukan dengan

pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan

tujuan (Sugiyono,2010). Adapun yang menjadi pertimbangannya adalah :

Pertama, Desa Durian Jangak merupakan salah satu sentra tanaman jambu air;

Kedua, usahatani jambu air dimiliki langsung oleh petani setempat.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Pemilihan sampel dari populasi digunakan secara simple random sampling yakni

proses pengambilan sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu per satu

secara random (semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih) dimana

jika sudah dipilih, tidak dapat dipilih lagi (Sugiyono, 2010).

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode Slovin yang

diperoleh dari rumus dibawah ini:

Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan 10%
24

Maka dengan menggunakan rumus Slovin didapat besar sampel untuk penelitian

ini sebagai berikut:

= 50 KK

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan petani

yang menjadi sampel dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari

lembaga atau instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik

(BPS), buku-buku yang mendukung penelitian ini dan lain-lain.

Tabel 4. Jenis Data yang Digunakan Dalam Penelitian

Variabel Jenis Data Sumber


Produksi Data Primer Kuesiuoner
Luas Lahan Data Primer Kuesiuoner
Bibit Data Primer Kuesiuoner
Pupuk Data Primer Kuesiuoner
Tenaga Kerja Data Primer Kuesiuoner
Perkembangan Tanaman Data Sekunder Dinas Pertanian
Jambu Air di Kabupaten Deli
Serdang
Perkembangan Tanaman Data Sekunder Dinas Pertanian
Jambu Air di Kecamatan
Pancur Batu
25

3.4 Metode Analisis Data

Data primer yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan metode kuantitatif.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap jumlah produksi dan efisiensi produksi jambu air di Desa

Durian Jangak. Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan SPSS 16 dan

Frontier 4.1. Berikut bagan dalam menganalisis data dalam penelitian ini :

Ln Y = lnbo + b1lnx1 + b2lnx2 + Ln C = ln Y + d1lnP1+ d2lnP2 +


b3lnx3 + b4lnx4 d3lnP3 +d4lnP4

b1,b2,b3,b4 diestimasi d1,d2,d3,d4 diestimasi


dengan OLS dengan OLS

Diestimasi dengan Diestimasi dengan


MLE MLE
Frontier Production Frontier Cost
Function Function

Efisiensi Teknik
Efisiensi Harga

Efisiensi Ekonomis

Gambar 2. Bagan Metode Analisis Data


26

Keterangan :
Y = Produksi
C = Total biaya produksi
X1-X4 = Faktor produksi secara berturut-turut: bibit, pupuk, pestisida, dan
tenaga kerja
P1-P4 = Harga tiap faktor produksi secara berturut-turut: bibit, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

3.4.1.1 Linearitas

Menurut Sudjana (2003) Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah setiap

variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan dengan

variabel yang lain. Uji ini biasanya digunakan sebagai pra syarat dalam analisis

korelasi atau regresi linear. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang

linear bila signifikansi (linearity) > 0,05

3.4.1.2 Normalitas

Menurut Gujarati (1998), model regresi linear berganda harus mengasumsikan

variabel pengganggu (residual) μi terdistribusi dengan secara normal, yang

artinya nilai μ (untuk setiap nilai Xi) menyebar simetris. Karena itu, model regresi

yang baik adalah yang mengikuti garis nomal. Jika asumsi dilanggar maka model

regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sample yang ada.

Salah satu cara untuk mengetahui apakah variabel μi berdistribusi normal atau

tidak adalah dengan uji One-sample kolmogorov-smirnov dengan kriteria

pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi
27

normal, dan jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

(Priyatno,2009).

3.4.1.2 Multikolinearitas

Multikoliearitas mempunyai arti bahwa terdapatnya hubungan linear yang

sempurna diantara beberapa atau semua variabel penjelas atau variabel bebas dari

suatu model regresi. Multikoliearitas berkaitan dengan adanya lebih dari satu

hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel penjelas (Aroef,1991).

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas maka diuji melalui hipotesis

berikut.

Ho : tidak ada terdapat multikolinearitas pada model regresi yang digunakan

H1 : terdapat multikolinearitas pada model regresi yang digunakan

Kriteria uji dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF (Variance Inflaction Factor).

Bila : Nilai tolerance < 0,1, maka H1 diterima

Nilai tolerance > 0,1, maka H0 diterima

Bila : Nilai VIF < 10, maka H0 diterima

Nilai VIF > 10, maka H1 diterima

3.4.1.4 Heterokedastisitas

Priyatno (2009) menyatakan bahwa heterokedastisitas adalah keadaan dimana

terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi

yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heterostedastisitas.

Heterokedastisitas menyebabkan penafsir atau estimator menjadi tidak efisien dan

nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi. Heteroskedastisitas diuji

dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel


28

independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada

indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas

tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya

heteroskedastisitas.

3.4.2 Uji Hipotesis Pertama

Data yang diperoleh kemudian ditabulasi untuk selanjutnya dilakukan analisis.

Analisis yang dilakukan adalah analisis Regresi Linear Berganda untuk

mengetahui pengaruh faktor-faktor (bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja)

terhadap produksi jambu air. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

alat bantu software spss.

Untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhu produksi jambu air

menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas, dengan rumus :

Y = f (X1, X2, X3,X4) ........(i)

Untuk menaksir parameter-parameter, persamaan (i) harus ditranformasikan

dalam bentuk logaritma natural (ln) sehingga menjadi bentuk linier berganda

(multiple linear).

Ln Y = Ln b0 + b1Lnx1 + b2Lnx2 + b3Lnx3 + b4Lnx4 + e

Dimana :
Y = Produksi Jambu air (Ton)
bo = Koefisien Regresi
x1 = Bibit (Pohon)
x2 = Pupuk (Ton)
x3 = Pestisida (Ml)
x4 = Jumlah Tenaga Kerja (HKO)
29

Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari

faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan.Untuk mendapatkan hasil

analisi produksi Cobb Douglas yang telah diubah menjadi fungsi linear maka

diperluka uji hipotesis sebagai berikut:

3.4.2.1 Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang

semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen

(Sugiyono,2006).

3.4.2.2 Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial

berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Derajat kepercayaan

yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004).

Kriteria uji yang diajukan :

Jika t hitung > t tabel pada α= 5%maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t hitung < t tabel pada α= 5%maka H0 diterima dan H1 ditolak.

3.4.2.3 Uji F-hitung

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap

variabel terikat. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap

variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok

atau fit. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004).
30

Kriteria uji yang diajukan :

Jika F hitung < F tabel pada α= 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika F hitung > F tabel pada α= 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima

3.4.3 Uji Hipotesis kedua

Uji efisiensi digunakan untuk melihat apakah faktor produksi yang digunakan

pada usaha tani jambu air di Desa Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang sudah efisien atau belum. Uji efisiensi meliputi :

3.4.3.1 Efisiensi Teknis

Efisisensi teknis atau technical efisiensi mengharuskan atau mensyaratkan adanya

proses produksi yang dapat memanfaatkan input yang lebih sedikit demi

menghasilkan output dalam jumlah yang sama.

Penelitian ini menggunakan stochastic frontier dengan metode pendugaan

Maximum Likelihood (MLE). Variabel independen penduga fungsi produksi ini

yaitu: bibit (X1), pupuk (X2), pestisida (X3), Tenaga Kerja (X4). Karakter uji

Efisiensi teknis berdasarkan alat uji Frontier adalah, semakin mendekati 1 maka

data dianggap semakin efisien secara teknis.

3.4.3.2 Efisiensi Harga

Menurut Kurniawan, dkk, 2008, pengukuran efisiensi alokatif dan ekonomis

dapat dilakukan dengan menurunkan fungsi biaya dual dari fungsi produksi

Cobb-Douglas yang homogenous.

C = f (Y, P1, P2, P3, P4)


31

C adalah biaya produksi jambu air, Y adalah hasil produksi jambu air, dan P1-P4

berturut-turut adalah harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, biaya (upah)

tenaga kerja yang dilogaritmanaturalkan terlebih dahulu. Kemudian akan didapat

nilai harapan (mean) efisiensi harga dengan menggunakan frontier 4.1. EH berada

dalam kisaran 1 dan ∞, apabila lebih kecil dari 1 menunjukkan bahwa pertanian

adalah sepenuhnya efisien.

3.4.3.3 Efisiensi Ekonomis

Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga

(Susantun, 2000). Jadi efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi

tersebut tercapai, sehingga dapat dituliskan menjadi:

EE = ET . EH

Dimana:

EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga

Jika nilai efisiensi ekonomi sama dengan satu, maka usahatani yang dilakukan

sudah mencapai tingkat efisiensi.


32

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas pengertian dan

penafsiran penelitian ini maka digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai

berikut:

Defenisi :

1. Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masukan yang

digunakan pada usahatani Jambu air yang terdiri dari bibit (batang), pupuk

(Ton), pestisida (Ml) dan tenaga kerja (HKO)

2. Produksi jambu air adalah banyaknya hasil panen jambu air di Desa Durian

Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang (diukur dengan

satuan Ton)

3. Bibit (X1) adalah jumlah pohon jambu air yang digunakan petani di Desa

Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang (diukur

dengan satuan Pohon).

4. Pupuk (X2) yang digunakan petani jambu air adalah pupuk kimia dan pupuk

kandang (diukur dengan satuan Ton).

5. Pestisida (X3) adalah bahan kimia yang digunakan petani untuk mengendalikan

hama penyakit dalam bentuk cair (diukur dengan satuan Ml)

6. Tenaga kerja (X4) adalah tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga yang

terlibat dalam usahatani jambu air di daerah penelitian (diukur dengan satuan

HKO).
33

7. Efisiensi adalah salah satu usaha intensifikasi untuk meningkatkan

produktivitas.

8. Efisiensi teknis adalah penggunaan input tertentu untuk menghasilkan output

maximum.

9. Efisiensi biaya adalah penggunaan input minimum untuk menghasilkan output

tertentu.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu.

2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2015.

3. Sampel penelitian adalah petani jambu air di Desa Durian Jangak, Kecamatan

Pancur Batu.
34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Penelitian ini dilakukan di Desa Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang. Desa Durian Jangak memiliki luas wilayah sebesar 4,91

Km². Batas-batas wilayah desa ini adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Desa Sembahe baru

2. Sebelah selatan : Desa Namorih

3. Sebelah timur : Desa Baru

4. Sebelah barat : Desa Tuntungan

Letak Desa Durian Jangak berada pada 2 Km dari Kecamatan Pancur Batu.

Gambar 4. Sketsa Peta Durian Jangak


35

4.1.2 Keadaan Penduduk

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Durian Jangak sebanyak 2.045 orang dengan rincian laki-

laki sebanyak 1.031 orang dan perempuan sebanyak 1.014 orang. Desa Durian

Jangak memiliki 544 KK dan rata-rata memiliki 4 anggota rumah tangga.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Desa Durian Jangak Berdasarkan Jenis


Kelamin

No Distribusi Penduduk Jumlah (Jiwa)

1 Laki-laki 1.031
2 Perempuan 1.014
Jumlah 2.045
Sumber: Pancur Batu Dalam Angka 2015

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa di Durian Jangak jumlah penduduk

perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki

4.2 Karakteristik Sampel

Petani yang menjadi sampel penelitian adalah petani yang menjalankan usahatani

jambu air madu, adapun karakteristiknya dari 50 sampel petani yang menjadi

sampel penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Komposisi Sampel Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)

1 30-40 20
2 41-50 15
3 51-60 10
4 ≥61 5
Sumber : lampiran 1
36

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa besar sampel yang paling tinggi adalah sampel

kelompok umur 30-40 tahun sebanyak 25 orang dan yang paling rendah adalah

kelompok umur ≥61 tahun sebanyak 5 orang.

Tabel 7. Komposisi Sampel Berdasarkan Luas Lahan

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa)


1 0,2-0,87 38
2 1-2 12
Sumber: lampiran 1

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa besar sampel yang paling tinggi adalah petani

yang memiliki luas lahan 0,2-0,87 Ha sebanyak 38 orang dan petani yang

memiliki luas lahan 1-2 Ha sebanyak 12 orang.

4.3 Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Jambu Air.

Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Jambu Air


Per Sekali Musim Tanam

Var.independent Rata – Rata Penggunaan


Bibit 83 batang
Pupuk 6,5 ton
Pestisida 45100 ML
Tenaga Kerja 79 HKO
Sumber : Lampiran 7 diolah

4.3.1 Penggunaan Bibit


Bibit yang digunakan oleh petani dalam daerah penelitian merupakan bibit hasil

cangkokan. Bibit yang digunakan petani diperoleh dengan cara dibeli tempat

penjualan bibit jambu air. Berdasarkan hasil Tabel 8, jika dibandingkan dengan

ketentuan penggunaan bibit yang berlaku dengan jarak tanam 8x8x8 , maka di

Desa Durian Jangak dalam penggunaan bibit sudah sesuai dengan penggunaan.
37

4.3.2 Penggunaan Pupuk

Pada daerah penelitian, pemupukan dilakukan 2 kali dalam 1 musim tanam pada

awal musim penghujan. Pemupukan dilakukan 2 bulan sekali. Pemupukan

pertama dilakukan setelah putik keluar dengan memberikan pupuk kimia

(Urea,NPK,KCL). Lalu dua bulan kemudian dilakukan pemupukan kembali

dengan pupuk alami. Berdasarkan hasil Tabel 8, jika dibandingkan dengan

ketentuan penggunaan pupuk yang berlaku , maka di Desa Durian Jangak dalam

penggunaan pupuk belum sesuai dengan aturan penggunaan.

4.3.3 Penggunaan Pestisida

Pada daerah penelitian, Penyemprotan dilakukan secara teratur 1 kali seminggu.

Awal penyemprotan dilakukan saat putik pertama keluar. Akhir penyemprotan

dilakukan saat buah jambu air akan dipetik. Penyemprotan pestisida di daerah

penelitian dengan menggunakan pestisida Atonik 6.5 L, Decis 25EC dan Propek-

tan. Berdasarkan hasil Tabel 8, jika dibandingkan dengan ketentuan penggunaan

pestisida yang berlaku, maka di Desa Durian Jangak dalam penggunaan pestisida

belum sesuai dengan anjuran penggunaan.

4.3.4.Pemeliharaan

Pada daerah penelitian, penyiraman dilakukan setiap sore hari agar tanah tetap

lembab, tanah tidak mengeras, dan agar mencegah kering/terbakarnya daun jambu

air. Sedangkan pemangkasan dilakukan seminggu sekali agar mencegah tanaman

jambu air tumbuh meninggi keatas, untuk membentuk pohon, agar cabang/tunas

pengganggu tidak menghalangi sinar matahari dari putik, agar saat tidak

menghalangi penyemprotan pestisida pada putik dan dapat memperbanyak


38

munculnya putik-putik baru di daerah cabang/tunas yang dipangkas. Berdasarkan

hasil Tabel 8, jika dibandingkan dengan ketentuan penggunaan pemeliharaan yang

berlaku , maka di Desa Durian Jangak dalam pemeliharaan sudah sesuai dengan

anjuran.

4.4 Pengaruh Faktor Produksi terhadap Produksi Jambu Air

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor produksi terhadap produksi

tanaman jambua air diuji dengan analisis regressi non-linear model Cobb-

Douglass, yang dalam operasionalnya diubah dalam bentuk linier berganda.

Sebelum dianalisis dengan model linear berganda, sebelumnya dilakukan uji

terlebih dahulu apakah data faktor produksi dan hasil produksi usahatani jambu

air yang digunakan memiliki hubungan yang linear atau tidak, sehingga

diketahui tidak ada penyimpangan pada model regresi. Setelah uji linieritas,

dilanjutkan dengan uji asumsi klasik mencakup uji normalitas, multikoliniertas,

dan heteroskedisitas.

4.4.1 Uji Linearitas

Menurut Sudjana (2003) Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah setiap

variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan dengan

variabel yang lain. Uji ini biasanya digunakan sebagai pra syarat dalam analisis

korelasi atau regresi linear. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang

linear bila signifikansi (linearity) > 0,05


39

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas dengan SPSS 16

ANOVA Table

Independent .sig Kesimpulan


Bibit (X1) .000 TIDAK LINIER
Pupuk (X2) .000 TIDAK LINIER
Pestisida (X3) .000 TIDAK LINIER
Tenaga Kerja (X4) .029 TIDAK LINIER

Sumber : Lampiran 9

Dari Tabel 9 dapat dilihat nilai signifikansi variabel independent bibit, pupuk,

dan pestisida sebesar 0.000 dan tenaga kerja sebesar 0,29. Maka dapat

disimpulkan bahwa nilai signifikansi setiap variabel independent tidak ada yang

lebih besar (>) dari 0,05. Ini menandakan bahwa antara faktor produksi dengan

hasil produksi usahatani jambu air tidak berhubungan secara linear, sehingga

digunakanlah fungsi produksi dan fungsi biaya Cobb-Douglas.

4.4.2 Normalitas

Menurut Gujarati (1998), model regresi linear berganda harus mengasumsikan

variabel pengganggu (residual) μi terdistribusi dengan secara normal, yang

artinya nilai μ (untuk setiap nilai Xi) menyebar simetris. Karena itu, model regresi

yang baik adalah yang mengikuti garis nomal. Jika asumsi dilanggar maka model

regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sample yang ada.

Salah satu cara untuk mengetahui apakah variabel μi berdistribusi normal atau

tidak adalah dengan uji One-sample kolmogorov-smirnov dengan kriteria

pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi

normal, dan jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

(Priyatno,2009).
40

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test
Asymp. Sig. (2-tailed) .644 DATA
BERDISTRIBUSI
NORMAL
Sumber : Lampiran 13

Dari Tabel 10 dapat dilihat nilai signifikansi sebesar 0.644 > dari 0,05. Ini

menandakan bahwa data berdistribusi normal.

4.4.3 Multikolinearitas

Multikoliearitas mempunyai arti bahwa terdapatnya hubungan linear yang

sempurna diantara beberapa atau semua variabel penjelas atau variabel bebas dari

suatu model regresi. Multikoliearitas berkaitan dengan adanya lebih dari satu

hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel penjelas (Aroef,1991).

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas maka diuji melalui hipotesis

berikut.

Ho : tidak ada terdapat multikolinearitas pada model regresi yang digunakan

H1 : terdapat multikolinearitas pada model regresi yang digunakan

Kriteria uji dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF (Variance Inflaction Factor).

Bila : Nilai tolerance < 0,1, maka H1 diterima

Nilai tolerance > 0,1, maka H0 diterima

Bila : Nilai VIF < 10, maka H0 diterima

Nilai VIF > 10, maka H1 diterima


41

Tabel 11. Hasil Uji Multikoliearitas

Coefficientsa
Var. Tolerance VIF Keterangan
Independent
Bibit (X1) .153 6.539 TIDAK TERJADI
MULTIKOLINEARITAS
Pupuk (X2) .168 5.942 TIDAK TERJADI
MULTIKOLINEARITAS
Pestisida (X3) .288 3.475 TIDAK TERJADI
MULTIKOLINEARITAS
Tenaga Kerja (X4) .212 4.710 TIDAK TERJADI
MULTIKOLINEARITAS
Sumber : Lampiran 12

Dari Tabel 11 dapat dilihat nilai tolerance dan VIF setiap variabel independent.

Untuk variabel bibit diketahui bahwa nilai tolerance sebesar 0,153 dan nilai VIF

sebesar 6.539. Maka dapat disimpulkan bahwa pada variabel independent bibit

(X1) tidak terjadi multikolinearitas. Untuk variabel Pupuk diketahui bahwa nilai

tolerance sebesar 0,168 dan nilai VIF sebesar 5.942. maka dapat disimpulkan

bahwa pada variabel independent pupuk (X2) tidak terjadi multikolinearitas.

Untuk variabel Pestisida diketahui bahwa nilai tolerance sebesar 0,288 dan nilai

VIF sebesar 3.475. maka dapat disimpulkan bahwa pada variabel independent

pestisida (X3) tidak terjadi multikolinearitas. Dan Untuk variabel Tenaga Kerja

diketahui bahwa nilai tolerance sebesar 0.212 dan nilai VIF sebesar 4.710. maka

dapat disimpulkan bahwa pada variabel independent Tenaga Kerja (X4) tidak

terjadi multikolinearitas.

4.4.4 Heterokedastisitas

Priyatno (2009) menyatakan bahwa heterokedastisitas adalah keadaan dimana

terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi

yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heterostedastisitas.


42

Heterokedastisitas menyebabkan penafsir atau estimator menjadi tidak efisien dan

nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi.

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan

keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika

probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan

model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

Tabel 12. Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Var. Independent Sig. Kesimpulan
1 (Constant) .142

Bibit (X1) .059 tidak terjadi


heterokedastisitas
Pupuk (X2) .338 tidak terjadi
heterokedastisitas
Pestisida (X3) .078 tidak terjadi
heterokedastisitas
Tenaga Kerja (X4) .528 tidak terjadi
heterokedastisitas
Sumber : Lampiran 14

Dari Tabel 12 dapat dilihat nilai signifikansi setiap variabel independent. Untuk

varibel bibit diketahui nilai signifikansi sebesar 0,59. Maka dapat disimpulkan

bahwa pada variabel independent bibit (X1) tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk

varibel Pupuk diketahui nilai signifikansi sebesar 0,338. Maka dapat disimpulkan

bahwa pada variabel independent Pupuk (X2) tidak terjadi heterokedastisitas.

Untuk varibel pestisida diketahui nilai signifikansi sebesar 0,78. Maka dapat

disimpulkan bahwa pada variabel independent Pestisida (X3) tidak terjadi

heterokedastisitas. Dan untuk Untuk varibel Tenaga Kerja diketahui nilai


43

signifikansi sebesar 0,528. Maka dapat disimpulkan bahwa pada variabel

independent Tenaga Kerja (X4) tidak terjadi heterokedastisitas.

Setelah uji asumsi klasik dilakukan maka dapat diketahui bahwa antara faktor

produksi dengan hasil produksi usahatani jambu air tidak berhubungan secara

linear, data berdistribusi normal, tidak terdapat multikolinearitas, dan

heteroskedastisitas pada model regresi pada penelitian ini, maka analisis regresi

linear berganda dapat dilanjutkan. Berikut hasil yang diperoleh dari analisis

regresi linier berganda :

Tabel 13. Nilai Regresi dan Variabel Faktor Produksi Usahatani Jambu Air
di Desa Durian Jangak

Faktor produksi Unstandardized t-hitung


Coefficients (B)
(Xi) Significant
Constant -6.166 -4.227 .000
Bibit .037 2.197 .033
Pupuk .590 3.967 .000
Pestisida .0003 4.486 .000
Tenaga Kerja .072 2.736 .009
R- Squared = F Hitung = 190.869
0,944
Adj – R – Squared Sig = 0,000
= 0,939

Sumber : Lampiran 10-12

Tabel 13 menunjukkan Nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,944 yang

menandakan bahwa variabel dependent pada model dijelaskan oleh variabel

independent secara bersama-sama sebesar 94,4% dan sisanya sebesar 5,6 %

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk kedalam model.

Selain itu diperoleh hasil analisis faktor produksi yang mempengaruhi produksi

dimasukkan ke dalam persamaan fungsi Cobb Douglas sebagai berikut :


44

Ln Y = - 6.166 +0,37 LnBibit+0,590LnPupuk+0,0003LnPestisida+0,72LnTenaga Kerja

Y= -6.166 Bibit0,37Pupuk0,590Pestisida0,0003Tenaga Kerja0,72

Dari persamaan di atas dapat juga diinterpretasikan pengaruh faktor produksi

secara serentak dan parsial. Nilai 6.166 merupakan titik potong garis regresi

dengan sumbu tegak Y. Nilai tersebut bertanda negatif bisa diabaikan jika model

regresi yang diuji sudah memenuhi asumsi klasik. Konstanta negatif umumnya

terjadi jika ada rentang yang cukup jauh antara Xi (variabel independen) dan Y

(Variabel dependen). Interpretasi secara parsial adalah sebagai berikut :

1. Koefisien regresi sebesar 0,37 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan

bibit (X1) sebesar 1 batang, akan menambah produksi sebesar 37%.

Sebaliknya, setiap adanya pengurangan bibit sebesar 1 batang akan mengurangi

produksi sebesar 37%.

2. Koefisien regresi sebesar 0,590 menunjukkan bahwa setiap adanya

penambahan pupuk (X2) sebesar 1 kg, akan menambah produksi sebesar 59%.

Sebaliknya, setiap adanya pengurangan pupuk sebesar 1 kg akan mengurangi

produksi sebesar 59%.

3. Koefisien regresi sebesar 0,0003 menunjukkan bahwa setiap adanya

penambahan pestisida (X3) sebesar 1 kg akan menambah produksi sebesar

0,3%. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan pupuk sebesar 1 kg akan

mengurangi produksi sebesar 0,3%.


45

4. Koefisien regresi sebesar 0,72 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan

tenaga kerja (X4) sebesar 1 hko, akan menambah produksi sebesar 7,2%.

Sebaliknya, setiap adanya pengurangan tenaga kerja sebesar 1 hko akan

mengurangi produksi sebesar 7,2%.

Dari persamaan tersebut dapat diketahui masing-masing koefisien tiap faktor

produksi, apabila tiap koefisien dijumlahkan akan menunjukkan nilai Return to

Scale (Skala Pengembalian), apabila nilai RTS > 1 maka terjadi Increasing Return

to Scale, jika RTS = 1 maka terjadi Constant Return to Scale dan RTS < 1 maka

terjadi Decreasing Return to Scale.

Sehingga dapat diketahui,

RTS = 0,37+0,590+0,000+0,72

= 1,68

Dari hasil perhitungan di atas maka didapat 1,68 < 1 menunjukkan terdapat

Increasing Return to Scale, yang artinya ketika semua faktor produksi (bibit,

pupuk, pestisida dan tenaga kerja) dinaikkan/digandakan sebesar 2 kali maka

penambahan produksi yang hanya sebesar 21,68. Artinya bahwa penambahan input

produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

Dari persamaan di atas dapat juga diinterpretasikan pengaruh faktor produksi

secara serentak dan parsial. Pengaruh faktor produksi terhadap produksi secara

serempak melalui nilai F hitung > F tabel pada taraf kepercayaan 94% (190,896

> 2,61) dan berdasarkan hasil SPSS diketahui signifikansi F hitung yang diperoleh

sebesar 0,000 yang artinya bahwa bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara

bersama-sama (keseluruhan) berpengaruh nyata terhadap produksi jambu air. Jika


46

dilihat dari hasil uji-t, diperoleh t hitung > t tabel pada taraf kepercayaan 95%

bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara bersama-sama (keseluruhan)

berpengaruh nyata terhadap produksi jambu air.

4.5 Efisiensi Teknis

Menurut Bakhshoodeh dan Thomson (2001) dalam Kurniawan (2012), petani

yang efisien secara teknis adalah petani yang menggunakan lebih sedikit input

dari petani lainnya untuk memproduksi sejumlah ouput pada tingkat tertentu atau

petani yang dapat menghasilkan output yang lebih besar dari petani lainnya

dengan menggunakan sejumlah input tertentu.

Efisiensi teknik menunjuk pada kemampuan untuk meminimalisasi penggunaan

input dalam produksi sebuah vektor output tertentu atau kemampuan untuk

mencapai output maksimum dari suatu vektor input tertentu. Seorang petani

secara teknik dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan petani lainnya jika

dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama menghasilkan output secara

fisik yang lebih tinggi (Kumbhakar, 2002). Karakter uji Efisiensi teknis

berdasarkan alat uji Frontier adalah, semakin mendekati 1 maka data dianggap

semakin efisien secara teknis.

Dari hasil perhitungan efisiensi teknik melalui pengolahan data dalam Frintier 4.1

diperoleh hasil sebagai berikut :


47

Tabel 14. Hasil Tingkat Efisiensi Teknik Usahatani Jambu Air di Desa
Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Tingkat Efisiensi Jumlah Sampel (orang)


Rendah (0-0,79) 2
Sedang (0,8-0,89) 10
Tinggi (0,90-1) 38
Total 50
Mean Technical efficiency 0.914
Sumber : Lampiran 15

Berdasarkan hasil estimasi Frontier disajikan pada Frontier 4.1 maka diperoleh

secara teknis bahwa penggunaan bibit, pupuk, pestisida ,dan tenaga kerja pada

jambu air oleh petani yaitu 0,914 yang artinya 91% dari potensial 100%. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja oleh

petani jambu hampir mencapai tingkat efisien secara teknis karena sudah

mendekati 1 dan namun masih terdapat peluang sebesar 9% untuk meningkatkan

tingkat efisiensi secara teknis.

Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan faktor produksi yang belum sesuai dengan

anjuran yang ditentukan misalnya dari penggunaan pestisida dan pupuk yang

belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Hal ini sama dengan hasil penelitian Ahmad Suheili (2016) dengan judul

penelitian “Analisis Usahatani Dan Efisiensi Penggunaan Input Produksi

Usahatani Kedelai (Studi Kasus : Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai,

Kabupaten Langkat)” dimana diketahui nilai Return To Scale sebesar 1,394 yang

menunjukkan terjadi Increasing Return to Scale dan Nilai rata-rata efisiensi teknik

usahatani kedelai di lokasi penelitian mencapai 0,837 yang artinya usahatani

kedelai di lokasi penelitian hampir mencapai tingkat efisien secara teknik.


48

4.6 Efisiensi Harga

McEachern (2001) dalam Anandra (2010) menyatakan efisiensi harga atau

alokatif menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika

perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai

produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila petani

mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya, misalnya karena

pengaruh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan input

usaha taninya secara efisien. Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan

memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen.

Menurut Kurniawan, dkk, 2008, pengukuran efisiensi alokatif dan ekonomis

dapat dilakukan dengan menurunkan fungsi biaya dual dari fungsi produksi

Cobb-Douglas yang homogenous.

C = f (Y, P1, P2, P3, P4,)

C adalah biaya produksi jambu air, Y adalah hasil produksi jambu air , dan P1-P4

berturut-turut adalah harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, biaya (upah)

tenaga kerja yang dilogaritmanaturalkan terlebih dahulu. Kemudian akan didapat

nilai harapan (mean) efisiensi harga dengan menggunakan frontier 4.1. EH berada

dalam kisaran 1 dan ∞, apabila lebih kecil dari 1 menunjukkan bahwa pertanian

adalah sepenuhnya efisien.

Input produksi yang diteliti dalam usahatani jambu air di daerah penelitian adalah

harga dari setiap faktor produksi yang digunakan yaitu bibit, pupuk, pestisida, dan

tenaga kerja. Dari hasil perhitungan efisiensi harga melalui pengolahan data dalam

Frintier 4.1 diperoleh hasil sebagai berikut :


49

Tabel 15. Hasil Tingkat Efisiensi Harga Usahatani Jambu Air di Desa
Durian Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Tingkat Efisiensi Jumlah Sampel (orang)


Rendah (0 - 0,105) 15
Sedang (0,106 - 0,109) 18
Tinggi (0,111 - 0,140) 17
Total 50
Mean allocative efficiency 0.110
Sumber : Lampiran 16

Dari hasil Tabel di 15 dapat diketahui bahwa penggunaan faktor produksi tidak

efisien secara harga. Efisiensi harga penggunaan harga bibit, harga pupuk, harga

pestisida, dan biaya tenaga kerja oleh petani jambu air lebih kecil dari 1 yaitu

0,110 yang artinya 11% dari potensial 100%. Hal ini menunjukkan bahwa

penggunaan harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, dan biaya tenaga kerja oleh

petani jambu air tidak efisien secara harga.

Hal yang terjadi di daerah penelitian adalah petani sering membeli pupuk dan

pestisida sesuai dengan perasaan mereka mereka, padahal luas lahan tiap petani

juga berbeda. Belum lagi penggunaan pestisida yang masih sangat kurang dari

aturan yang dianjurkan.

Hal ini sama dengan hasil penelitian Octa (2014) dengan judul penelitian

“Analisis Efesiensi Faktor Produksi Usahatani Kentang (Solanum Tuberosum) Di

Desa Ajibuhara Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo” dimana diketahui bahwa

Faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja serempak berpengaruh

nyata terhadap jumlah produksi kentang. Namun penggunaan faktor produksi

usahatani kentang secara secara harga tidak efisien.

Menurut survey lapangan, petani menjual jambu air kepada lebih dari 1 pembeli

yang sudah menjadi langganan saja. Setiap masa panen tiba, pembeli datang
50

langsung ke desa tersebut. Petani dan pembeli menentukan harga secara bersama-

sama. Sedangkan untuk penyortiran jambu air dilakukan oleh petani sendiri.

Dimana petani memisahkan jambu air yang berkualitas baik (mulus/tidak cacat)

yang diinginkan konsumen. Selebihnya jambu air yang cacat yang sering disebut

sebagai BS (barang sisa) biasanya dijual petani kepada pedagang pengumpul BS

dan dijual dengan harga Rp.5000/Kg.

4.7 Efisiensi Ekonomis

Menurut Widyananto (2010) konsep yang digunakan dalam efisiensi ekonomi

adalah meminimalkan biaya artinya suatu proses produksi akan efisien secara

ekonomis pada suatu tingkatan output apabila tidak ada proses lain yang dapat

menghasilkan output serupa dengan biaya yang lebih murah.

Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga

(Susantun, 2000). Sama halnya dengan efisiensi teknis, pembahasan mengenai

efisiensi ekonomi apabila nilai esisiensi yang dihitung sama dengan 1 maka

kondisi usaha tani sudah mencapai tingkat efisien.

Efisiensi ekonomis sendiri didapat dari hasil perkalian efisiensi teknik dengan

efisiensi harga atau dirumuskan sebagai berikut:

EE = ET x EH

EE = 0,914 x 0,110

= 0,100

maka diperoleh EE sebesar 0,100 < 1, Efisiensi ekonomi dari penggunaan bibit,

pupuk, pestisida, dan tenaga kerja pada jambu air adalah sebesar 0,100 yang
51

artinya 10% dari potensial 100%, sehingga dapat dikatakan penggunaan bibit,

pupuk, pestisida, dan tenaga kerja oleh petani jambu air di daerah penelitian tidak

efisien secara ekonomi.

Hal ini sama dengan hasil penelitian F.Ariwibowo (2013) dengan judul penelitian

“Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Input Produksi Usahatani Jagung di

Desa Sei Mancirim Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang” dimana diketahui

bahwa Faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk , tenaga kerja, dan obat-obatan

yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi

jagung namun usahatani jagung di daerah penelitian secara ekonomi tidak efisien.
52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka disimpulkan sebagai berikut :

1. Faktor produksi (bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) secara serempak

(bersamaan) berpengaruh secara nyata terhadap jumlah produksi jambu air.

sementara secara parsial (bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) juga

berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi jambu air.

2. Penggunaan faktor produksi usahatani jambu air secara teknis hampir

mencapai tingkat efisien. Dari segi efisiensi harga dan ekonomis secara

berturut-turut tingkat efisiensi menunjukkan bahwa penggunaan faktor

produksi usahatani jambu air secara harga tidak efisien dan faktor produksi

usahatani jambu air di Desa Durian Jangak secara ekonomis juga tidak

efisien.

5.2 Saran

1. Kepada Petani

Untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal maka petani perlu

mengaplikasikan penggunaan pupuk dan pestisida sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

2. Kepada Pemerintah

Pemerintah sebaiknya membantu petani dalam mengontrol harga bibit,

pupuk, pestisida dan harga jual. selain itu diharapkan adanya penyuluhan

mengenai penggunaan pupuk, dan pestisida yang sesuai aturan agar usahatani

dapat berjalan secara efisien dan dapat meningkatkan produksi. serta


53

diharapkan pemerintah membantu petani dalam mendapatkan bibit unggulan

karna tidak jarang petani membeli bibit pejantan dan baru diketahui setelah 2

tahun penanaman. Dan untuk meningkatkan produksi jambu air serta untuk

mencukupi kebutuhan masyarakat, pemerintah sebaiknya mencanangkan

program pemanfaatan pekarangan rumah sebagai lahan penanaman dan

budidaya jambu air.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian lanjutan

mengenai jambu air dengan variabel yang berbeda dan agar peneliti

selanjtnya menambahkan variabel lain yang belum dimasukkan dalam model

ini.
54

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Suheili. 2016. Analisis Usahatani Dan Efisiensi Penggunaan Input


Produksi Usahatani Kedelai (Studi Kasus : Desa Tanjung Jati, Kecamatan
Binjai, Kabupaten Langkat). Skripsi. USU
Anandra, 2010. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada
Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Magelang (Skripsi).
Universitas Diponegoro Semarang.
Annisa Indriana, 2011. Analisis produksi usahatani jambu air di Kabupaten
Demak (studi kasus Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten
Demak). Skripsi: UNDIP
Ariwibowo, F.H. 2014. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Input Produksi
Usahatani Jagung Di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten
Deli Serdang (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Aroef, M. 1991. Ekonometrika Terapan 2. Tarsito. Bandung.
Daniel, 2015. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai
Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan
Barusjahe, Kabupaten Karo). Skripsi. USU
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT.Bumi Aksara. Jakarta
Departemen Pertanian. 2007. Pengelolaan Unsur Hara Spesifik Lokasi (PHLS).
Doll, John P dan Orazem, 1984. Production Economics Theory With Application.
John Wiley & Sons inc, New York.
Eny, Pujiastuti. 2015. Jambu Air Ekslusif. PT.Trubus Swadaya. Jakarta.
Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. PT.Bumi Aksara.
Jakarta.
Gujarati,D. 1998. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Gujarati D. 2003. Basic Econometrics. Mc Graw- Hill. New York.
Hernawan, Faizal. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usaha
Jambu Air Merah DelIma (Kasus Desa Betokan Kabupaten Demak).
Skripsi:UNDIP
Hiariey, dkk. 2009. Efisiensi Perikanan Tangkap: Pendekatan Stochastic
Production Frontier (Jurnal). Ichthyos, Vol. 8 No. 2, Juli 2009: 55-62
http://dph.madiunkab.go.id/berita-189-budidaya-jambu-air.html
Ika, Rakhmawati. 2014. Panan Rejeki dari Hobi Tabulampot. Trans Idea.
Jogjakarta.
55

Indriani,Y. H., 1993. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai Kondisi Lingkungan
dan Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Joko, Susilo. 2014. Sukses Bertanam Jambu Biji dan Jambu Air di Pekarangan
Rumah dan Kebun. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Kumbhakar CS. 2002. Specification and Estimation of Production Risk, Risk
Preferences and Technical Efficiency. American Journal Agricultural
Economic, 84(1):8-22.
Kurniawan, Ahmad Y. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis
pada Usahatani Padi Lahan Pasang Surut di Kecamatan Anjir Muara
Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan (Jurnal). Jurnal Agribisnis
Perdesaan Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan.
Okta, 2010. Analisis Efesiensi Faktor Produksi Kentang di Desa Ajibuhara
Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Skripsi. USU
Pancur batu Dalam Angka 2015
Pindyck, R. 2007. Mikroekonomi. PT Indeks. Jakarta
Priyatno,D. 2009. SPSS. Untuk Analisis Regresi, Korelasi, dan Multivariate.
Gava Media. Jogjakarta.
Ratih Setiarini, 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Jambu Air di Desa Wonosari Kabupaten Demak. Skripsi: UNNES
Semeru, Ashari. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial.
Bayu Media Publishing. Yogyakarta.
Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsito. Bandung
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Soekartawi, 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali Press, Jakarta
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta. Bandung

Susantun, Indah. 2000. Teori Ekonomi Mikro. PT.Raja. Jakarta


Widyananto, 2010. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada
Usahatani Bawang Putih (Studi Kasus di Kecamatan Sapuran
Kabupaten Wonosobo) (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang.
56

LAMPIRAN
57

Lampiran 1. Karakteristik Sampel

NO.SAMPEL UMUR SAMPEL(Tahun) LUAS LAHAN (Ha)


1 30 1.00
2 51 0.70
3 45 2.00
4 34 0.64
5 39 1.50
6 55 0.73
7 32 0.45
8 48 1.00
9 35 0.20
10 50 0.87
11 54 0.28
12 38 0.52
13 60 1.00
14 48 1.10
15 30 0.45
16 57 1.50
17 52 0.68
18 39 0.20
19 50 0.51
20 43 0.80
21 34 0.76
22 35 0.60
23 61 1.00
24 34 0.61
25 58 2.00
26 50 0.60
27 30 0.25
28 50 0.48
29 68 1.20
30 38 0.58
31 30 0.57
32 65 0.23
33 46 0.70
34 36 0.40
35 59 0.65
36 48 2.00
37 55 0.81
38 34 0.50
39 48 1.50
40 55 0.74
41 30 0.50
42 44 0.21
43 36 0.67
44 65 0.75
45 32 0.56
46 47 0.85
47 67 1.50
48 37 0.63
49 45 0.54
50 64 0.80
58

Lampiran 2. Penggunaan Bibit Serta Total Biaya Per Petani

No.Sampel Nilai Perpetani


Jumlah (Pokok) Total Biaya (Rp)
1 115 16100000
2 70 8400000
3 200 28000000
4 65 9100000
5 187 26180000
6 74 8880000
7 49 7350000
8 105 12600000
9 23 3450000
10 98 13720000
11 40 4800000
12 72 7920000
13 140 19600000
14 110 15400000
15 45 6750000
16 112 15680000
17 74 11100000
18 20 2400000
19 55 6600000
20 85 10200000
21 77 10780000
22 60 8400000
23 100 15000000
24 62 9300000
25 156 21840000
26 60 9000000
27 35 5250000
28 54 7560000
29 87 10440000
30 78 11700000
31 63 7560000
32 38 5700000
33 71 9940000
34 42 6300000
35 70 8400000
36 170 23800000
37 80 12000000
38 52 5720000
39 150 18000000
40 77 11550000
41 50 6000000
42 30 4500000
43 91 10920000
44 75 9000000
45 61 8540000
46 88 13200000
47 185 22200000
48 65 9750000
49 60 7200000
50 118 17700000
59

Lampiran 3. Penggunaan Pupuk Serta Total Biaya Per Petani

No.Sampel Urea NPK KCL


Jumlah (Kg) Total Biaya (Rp) Jumlah (Kg) Total Biaya (Rp) Jumlah (Kg) Total Biaya (Rp)
1 138.00 345000 115.00 1035000 115 690000
2 70.00 210000 70.00 630000 70 420000
3 200.00 600000 200.00 2000000 200 1200000
4 78.00 234000 78.00 819000 65 390000
5 165.00 495000 165.00 1650000 165 990000
6 74.00 222000 74.00 777000 74 370000
7 49.00 107800 49.00 514500 49 294000
8 126.00 378000 126.00 1260000 105 630000
9 27.60 82800 25.30 253000 25.3 151800
10 98.00 294000 98.00 1029000 98 490000
11 40.00 88000 40.00 380000 40 240000
12 93.60 280800 86.40 864000 72 432000
13 84.00 252000 84.00 798000 70 420000
14 110.00 275000 110.00 1155000 110 660000
15 54.00 135000 54.00 540000 45 247500
16 186.00 558000 155.00 1550000 155 930000
17 88.80 222000 81.40 732600 74 444000
18 26.00 65000 26.00 234000 24 120000
19 55.00 121000 55.00 550000 55 330000
20 102.00 224400 102.00 918000 85 467500
21 77.00 231000 77.00 770000 77 462000
22 90.00 270000 78.00 702000 60 330000
23 100.00 300000 100.00 1000000 100 600000
24 62.00 186000 62.00 651000 62 372000
25 200.00 500000 200.00 2000000 200 1200000
26 84.00 252000 84.00 882000 60 330000
27 42.00 126000 35.00 315000 35 210000
28 54.00 162000 54.00 540000 54 324000
29 172.20 516600 123.00 1168500 123 615000
30 78.00 195000 78.00 741000 78 468000
31 75.60 226800 75.60 756000 63 378000
32 49.40 123500 45.60 433200 38 228000
33 71.00 177500 71.00 745500 71 355000
34 42.00 105000 42.00 441000 42 252000
35 70.00 175000 70.00 665000 70 420000
36 210.00 525000 210.00 1890000 210 1155000
37 80.00 240000 80.00 840000 80 440000
38 52.00 130000 52.00 546000 52 312000
39 180.00 450000 150.00 1350000 150 825000
40 77.00 192500 77.00 770000 77 462000
41 50.00 125000 50.00 500000 50 300000
42 48.00 144000 30.00 300000 30 180000
43 78.00 195000 65.00 682500 65 325000
44 75.00 225000 75.00 7125000 75 450000
45 79.30 174460 61.00 640500 61 366000
46 114.40 343200 88.00 880000 88 528000
47 192.00 480000 192.00 1920000 160 880000
48 78.00 234000 65.00 650000 65 390000
49 84.00 184800 78.00 780000 72 432000
50 80.00 176000 80.00 840000 80 480000
60

Lanjutan...

P.Kandang Total per Biaya per


Jumlah (Ton) Total Biaya (Rp) petani (Ton) petani (Rp)
9.7 9700000 10.1 11770000
4.8 4800000 5.1 6060000
20 20000000 20.6 23800000
4.7 4700000 5 6143000
14 14000000 14.5 17135000
5.5 5500000 5.8 6869000
3.5 3500000 3.7 4416300
13.5 13500000 13.9 15768000
0.9 900000 1 1387600
7.9 7900000 8.2 9713000
1.9 1900000 2.1 2608000
5.3 5300000 5.6 6876800
4.8 4800000 5.1 6270000
6.5 6500000 6.9 8590000
2.2 2200000 2.4 3122500
9.7 9700000 10.2 12738000
4.4 4400000 4.7 5798600
0.9 900000 1 1319000
6 6000000 6.2 7001000
6.7 6700000 7 8309900
8.6 8600000 8.9 10063000
4.7 4700000 5 6002000
8 8000000 8.3 9900000
3.9 3900000 4.1 5109000
12.4 12400000 13 16100000
3.7 3700000 4 5164000
1.3 1300000 1.5 1951000
3.1 3100000 3.3 4126000
9.2 9200000 9.7 11500100
5.4 5400000 5.7 6804000
4.3 4300000 4.6 5660800
1.4 1400000 1.6 2184700
4.9 4900000 5.2 6178000
2.4 2400000 2.6 3198000
4.9 4900000 5.2 6160000
22.5 22500000 23.2 26070000
6.3 6300000 6.6 7820000
3.5 3500000 3.7 4488000
7.9 7900000 8.4 10525000
5.3 5300000 5.6 6724500
3.2 3200000 3.4 4125000
1.9 1900000 1.3 2524000
3.9 3900000 4.2 5102500
8.4 8400000 8.7 16200000
3.6 3600000 3.9 4780960
6.9 6900000 7.2 8651200
10.9 10900000 11.5 14180000
4.7 4700000 5 5974000
3.5 3500000 3.8 4896800
9 9000000 9.3 10496000
61

Lampiran 4. Penggunaan Pestisida Serta Total Biaya Per Petani

No.Sampel Atonik 6,5L (ML) Decis 25EC (ML) Propek-tan (ML) Total per Biaya per
Jumlah (Ml) Total Biaya (Rp) Jumlah (Ml) Total Biaya (Rp) Jumlah (Ml) Total Biaya (Rp) petani (Ton) petani (Rp)
1 18,000.00 2160000 18000 3960000 18000 2232000 54000 8352000
2 14,000.00 1680000 14000 3080000 14000 1680000 42000 6440000
3 29,000.00 3480000 30000 6900000 29000 3480000 88000 13860000
4 15,000.00 1800000 15000 3300000 15000 1830000 45000 6930000
5 20,000.00 2400000 19000 4180000 20000 2480000 59000 9060000
6 14,000.00 1680000 14000 3220000 14000 1680000 42000 6580000
7 7,000.00 840000 7000 1610000 7000 854000 21000 3304000
8 15,000.00 1740000 15000 3300000 15000 1845000 45000 6885000
9 6,000.00 720000 6000 1380000 6000 720000 18000 2820000
10 15,000.00 1755000 15000 3300000 15000 1800000 45000 6855000
11 6,000.00 720000 6000 1320000 6000 720000 18000 2760000
12 17,000.00 2040000 17000 3740000 17000 2040000 51000 7820000
13 14,000.00 1624000 14000 3010000 14000 1680000 42000 6314000
14 17,000.00 2040000 17000 3910000 17000 2074000 51000 8024000
15 7,000.00 840000 7000 1540000 7000 840000 21000 3220000
16 30,000.00 3600000 30000 6900000 30000 3600000 90000 14100000
17 15,000.00 1860000 15000 3300000 15000 1800000 45000 6960000
18 6,000.00 720000 6000 1320000 6000 720000 18000 2760000
19 15,000.00 1800000 15000 3075000 15000 1860000 45000 6735000
20 14,000.00 1708000 14000 3220000 14000 1722000 42000 6650000
21 15,000.00 1800000 15000 3300000 15000 1800000 45000 6900000
22 18,500.00 2294000 18000 3960000 18500 2220000 55000 8474000
23 15,000.00 1800000 15000 3450000 15000 1800000 45000 7050000
24 14,000.00 1624000 14000 3080000 14000 1680000 42000 6384000
25 26,500.00 3127000 26500 6095000 27000 3348000 80000 12570000
26 14,000.00 1680000 14000 3080000 14000 1680000 42000 6440000
27 6,000.00 720000 6000 1320000 6000 732000 18000 2772000
28 15,000.00 1740000 15000 3300000 15000 1800000 45000 6840000
29 22,500.00 2700000 22500 5175000 22500 2700000 67500 10575000
30 17,000.00 2040000 17000 3655000 17000 2040000 51000 7735000
31 15,000.00 1860000 15000 3225000 15000 1845000 45000 6930000
32 6,000.00 732000 6000 1380000 6000 744000 18000 2856000
33 14,000.00 1680000 14000 3080000 14000 1680000 42000 6440000
34 7,000.00 840000 7000 1540000 7000 840000 21000 3220000
35 15,000.00 1800000 15000 3375000 15000 1800000 45000 6975000
36 27,000.00 3240000 27000 5940000 27000 3240000 81000 12420000
37 17,000.00 2040000 17000 3825000 17000 2040000 51000 7905000
38 15,000.00 1755000 15000 3225000 15000 1845000 45000 6825000
39 21,000.00 2520000 21000 4725000 21000 2520000 63000 9765000
40 15,000.00 1800000 15000 3150000 15000 1800000 45000 6750000
41 7,000.00 819000 7000 1575000 7000 840000 21000 3234000
42 6,000.00 720000 6000 1350000 6000 744000 18000 2814000
43 15,000.00 1860000 15000 3300000 15000 1800000 45000 6960000
44 15,000.00 1800000 15000 3450000 15000 1800000 45000 7050000
45 14,000.00 1680000 14000 3010000 14000 1680000 42000 6370000
46 15,000.00 1830000 15000 3300000 15000 1830000 45000 6960000
47 24,000.00 2880000 24000 5280000 24000 2952000 72000 11112000
48 15,000.00 1800000 15000 3300000 15000 1800000 45000 6900000
49 14,000.00 1680000 14000 3080000 14000 1680000 42000 6440000
50 17,000.00 2074000 17000 3740000 17000 2108000 51000 7922000
62

Lampiran 5. Penggunaan Tenaga Kerja Serta Total Upah Per Petani

No.Sampel Pemupukan Pengguntingan Penyemprotan


Total HKO Total Upah (Rp) Total HKO Total Upah (Rp) Total HKO Total Upah (Rp)
1 10 1000000 12 1200000 12 1200000
2 5 500000 12 1200000 12 1200000
3 22 2200000 12 1200000 12 1200000
4 6 600000 12 1200000 12 1200000
5 15 1500000 12 1200000 12 1200000
6 7 700000 12 1200000 12 1200000
7 5 500000 14 1400000 14 1400000
8 10 1000000 14 1400000 14 1400000
9 2 200000 14 1400000 14 1400000
10 10 1000000 15 1500000 15 1500000
11 3 300000 15 1500000 15 1500000
12 8 800000 14 1400000 14 1400000
13 7 700000 15 1500000 15 1500000
14 11 1100000 17 1700000 17 1700000
15 3 300000 14 1400000 14 1400000
16 14 1400000 14 1400000 14 1400000
17 6 600000 15 1500000 15 1500000
18 2 200000 17 1700000 17 1700000
19 6 600000 15 1500000 15 1500000
20 9 900000 14 1400000 14 1400000
21 8 800000 14 1400000 14 1400000
22 7 700000 15 1500000 15 1500000
23 10 1000000 15 1500000 15 1500000
24 6 600000 15 1500000 15 1500000
25 23 2300000 15 1500000 15 1500000
26 7 700000 15 1500000 15 1500000
27 2 200000 14 1400000 14 1400000
28 6 600000 14 1400000 14 1400000
29 12 1200000 14 1400000 14 1400000
30 6 600000 14 1400000 14 1400000
31 6 600000 15 1500000 15 1500000
32 4 400000 15 1500000 15 1500000
33 7 700000 15 1500000 15 1500000
34 3 300000 14 1400000 14 1400000
35 7 700000 17 1700000 17 1700000
36 24 2400000 17 1700000 17 1700000
37 8 800000 15 1500000 15 1500000
38 6 600000 15 1500000 15 1500000
39 15 1500000 12 1200000 12 1200000
40 8 800000 15 1500000 15 1500000
41 5 500000 15 1500000 15 1500000
42 3 300000 17 1700000 17 1700000
43 6 600000 15 1500000 15 1500000
44 8 800000 12 1200000 12 1200000
45 5 500000 15 1500000 15 1500000
46 9 900000 14 1400000 14 1400000
47 16 1600000 12 1200000 12 1200000
48 6 600000 15 1500000 15 1500000
49 6 600000 15 1500000 15 1500000
50 8 800000 15 1500000 15 1500000
63

Lanjutan...

Penyiraman Pemanenan Total per Biaya per


Total HKO Total Upah (Rp) Total HKO Total Upah (Rp) petani (HKO) petani (Rp)
41 2050000 20 2000000 95 7450000
21 1050000 10 1000000 60 4950000
34 1700000 40 4000000 120 10300000
21 1050000 10 1000000 61 5050000
63 3150000 30 3000000 132 10050000
26 1300000 13 1300000 70 5700000
19 950000 8 800000 60 5050000
41 2050000 18 1800000 97 7650000
22 1100000 3 300000 55 4400000
27 1350000 17 1700000 84 7050000
12 600000 5 500000 50 4400000
14 700000 10 1000000 60 5300000
21 1050000 10 1000000 68 5750000
43 2150000 19 1900000 107 8550000
26 1300000 5 500000 62 4900000
31 1550000 27 2700000 100 8450000
30 1500000 11 1100000 77 6200000
27 1350000 2 200000 65 5150000
24 1200000 8 800000 68 5600000
26 1300000 14 1400000 77 6400000
25 1250000 12 1200000 73 6050000
15 750000 10 1000000 62 5450000
34 1700000 18 1800000 92 7500000
37 1850000 9 900000 82 6350000
32 1600000 35 3500000 120 10400000
29 1450000 9 900000 75 6050000
16 800000 4 400000 50 4200000
30 1500000 6 600000 70 5500000
33 1650000 22 2200000 95 7850000
35 1750000 11 1100000 80 6250000
25 1250000 9 900000 70 5750000
22 1100000 4 400000 60 4900000
20 1000000 10 1000000 67 5700000
60 3000000 6 600000 97 6700000
24 1200000 10 1000000 75 6300000
65 3250000 42 4200000 165 13250000
28 1400000 12 1200000 78 6400000
30 1500000 7 700000 73 5800000
46 2300000 25 2500000 110 8700000
22 1100000 11 1100000 71 6000000
15 750000 7 700000 57 4950000
30 1500000 3 300000 70 5500000
25 1250000 9 900000 70 5750000
30 1500000 10 1000000 72 5700000
31 1550000 9 900000 75 5950000
30 1500000 15 1500000 82 6700000
51 2550000 24 2400000 115 8950000
15 750000 9 900000 60 5250000
21 1050000 8 800000 65 5450000
27 1350000 12 1200000 77 6350000
64

Lampiran 6. Total Biaya Usahatani Jambu Air di Desa Durian Jangak

No.Sampel Biaya Bibit (Rp) Biaya Pupuk (Rp) Biaya Pestisida (Rp) Biaya TK (Rp) Total Biaya (Rp)
1 16100000 11770000 8352000 7450000 43672000
2 8400000 6060000 6440000 4950000 25850000
3 28000000 23800000 13860000 10300000 75960000
4 9100000 6143000 6930000 5050000 27223000
5 26180000 17135000 9060000 10050000 62425000
6 8880000 6869000 6580000 5700000 28029000
7 7350000 4416300 3304000 5050000 20120300
8 12600000 15768000 6885000 7650000 42903000
9 3450000 1387600 2820000 4400000 12057600
10 13720000 9713000 6855000 7050000 37338000
11 4800000 2608000 2760000 4400000 14568000
12 7920000 6876800 7820000 5300000 27916800
13 19600000 6270000 6314000 5750000 37934000
14 15400000 8590000 8024000 8550000 40564000
15 6750000 3122500 3220000 4900000 17992500
16 15680000 12738000 14100000 8450000 50968000
17 11100000 5798600 6960000 6200000 30058600
18 2400000 1319000 2760000 5150000 11629000
19 6600000 7001000 6735000 5600000 25936000
20 10200000 8309900 6650000 6400000 31559900
21 10780000 10063000 6900000 6050000 33793000
22 8400000 6002000 8474000 5450000 28326000
23 15000000 9900000 7050000 7500000 39450000
24 9300000 5109000 6384000 6350000 27143000
25 21840000 16100000 12570000 10400000 60910000
26 9000000 5164000 6440000 6050000 26654000
27 5250000 1951000 2772000 4200000 14173000
28 7560000 4126000 6840000 5500000 24026000
29 10440000 11500100 10575000 7850000 40365100
30 11700000 6804000 7735000 6250000 32489000
31 7560000 5660800 6930000 5750000 25900800
32 5700000 2184700 2856000 4900000 15640700
33 9940000 6178000 6440000 5700000 28258000
34 6300000 3198000 3220000 6700000 19418000
35 8400000 6160000 6975000 6300000 27835000
36 23800000 26070000 12420000 13250000 75540000
37 12000000 7820000 7905000 6400000 34125000
38 5720000 4488000 6825000 5800000 22833000
39 18000000 10525000 9765000 8700000 46990000
40 11550000 6724500 6750000 6000000 31024500
41 6000000 4125000 3234000 4950000 18309000
42 4500000 2524000 2814000 5500000 15338000
43 10920000 5102500 6960000 5750000 28732500
44 9000000 16200000 7050000 5700000 37950000
45 8540000 4780960 6370000 5950000 25640960
46 13200000 8651200 6960000 6700000 35511200
47 22200000 14180000 11112000 8950000 56442000
48 9750000 5974000 6900000 5250000 27874000
49 7200000 4896800 6440000 5450000 23986800
50 17700000 10496000 7922000 6350000 42468000
65

Lampiran 7. Penggunaan Faktor Produksi dan Produksi Usahatani Jambu


Air di Desa Durian Jangak
No.Sampel Produksi (Ton) Bibit (Pohon) Pupuk (Ton) Pestisida (Ml) T.kerja (HKO)
1 17.2 115 10.1 54000 95
2 10.5 70 5.1 42000 60
3 36 200 20.6 88000 120
4 9.7 65 5 45000 61
5 22.3 187 14.5 59000 132
6 11.1 74 5.8 42000 70
7 7.3 49 3.7 21000 60
8 15.7 105 13.9 45000 97
9 2.5 23 1 18000 55
10 14.7 98 8.2 45000 84
11 4.8 40 2.1 18000 50
12 10.8 72 5.6 51000 60
13 10.5 140 5.1 42000 68
14 16.5 110 6.9 51000 107
15 5.4 45 2.4 21000 62
16 23.2 112 10.2 90000 100
17 10.3 74 4.7 45000 77
18 2.4 20 1 18000 65
19 8.2 55 6.2 45000 68
20 12.7 85 7 42000 77
21 11.5 77 8.9 45000 73
22 9 60 5 55000 62
23 15 100 8.3 45000 92
24 8.6 62 4.1 42000 82
25 34 156 13 80000 120
26 8.4 60 4 42000 75
27 3.8 35 1.5 18000 50
28 7.5 54 3.3 45000 70
29 18.4 87 9.7 67500 95
30 11.7 78 5.7 51000 80
31 9.5 63 4.6 45000 70
32 4.5 38 1.6 18000 60
33 10.6 71 5.2 42000 67
34 5.8 42 2.6 21000 97
35 10.5 70 5.2 45000 75
36 37.8 170 23.2 81000 165
37 12 80 6.6 51000 78
38 7.8 52 3.7 45000 73
39 22.5 150 8.4 63000 110
40 11.5 77 5.6 45000 71
41 7 50 3.4 21000 57
42 3.3 30 1.3 18000 70
43 9.1 91 4.2 45000 70
44 11.2 75 8.7 45000 72
45 8.5 61 3.9 42000 75
46 13.2 88 7.2 45000 82
47 24 185 11.5 72000 115
48 9.7 65 5 45000 60
49 8.4 60 3.8 42000 65
50 12 118 9.3 51000 77
66

Lampiran 8. Harga Faktor Produksi Usahatani Jambu Air di Desa Durian


Jangak
Harga Faktor Produksi
No.Sampel Bibit(Pohon/Rp) Urea(Kg/Rp) NPK (Kg/Rp) KCL (Kg/Rp) P.Kandang (Ton/Rp) Atonik 6,5L (Ml/Rp)
1 140000 2500 9000 6000 1000000 120
2 120000 3000 9000 6000 1000000 120
3 140000 3000 10000 6000 1000000 120
4 140000 3000 10500 6000 1000000 120
5 140000 3000 10000 6000 1000000 120
6 120000 3000 10500 5000 1000000 120
7 150000 2200 10500 6000 1000000 120
8 120000 3000 10000 6000 1000000 116
9 150000 3000 10000 6000 1000000 120
10 140000 3000 10500 5000 1000000 117
11 120000 2200 9500 6000 1000000 120
12 110000 3000 10000 6000 1000000 120
13 140000 3000 9500 6000 1000000 116
14 140000 2500 10500 6000 1000000 120
15 150000 2500 10000 5500 1000000 120
16 140000 3000 10000 6000 1000000 120
17 150000 2500 9000 6000 1000000 124
18 120000 2500 9000 5000 1000000 120
19 120000 2200 10000 6000 1000000 120
20 120000 2200 9000 5500 1000000 122
21 140000 3000 10000 6000 1000000 120
22 140000 3000 9000 5500 1000000 124
23 150000 3000 10000 6000 1000000 120
24 150000 3000 10500 6000 1000000 116
25 140000 2500 10000 6000 1000000 118
26 150000 3000 10500 5500 1000000 120
27 150000 3000 9000 6000 1000000 120
28 140000 3000 10000 6000 1000000 116
29 120000 3000 9500 5000 1000000 120
30 150000 2500 9500 6000 1000000 120
31 120000 3000 10000 6000 1000000 124
32 150000 2500 9500 6000 1000000 122
33 140000 2500 10500 5000 1000000 120
34 150000 2500 10500 6000 1000000 120
35 120000 2500 9500 6000 1000000 120
36 140000 2500 9000 5500 1000000 120
37 150000 3000 10500 5500 1000000 120
38 110000 2500 10500 6000 1000000 117
39 120000 2500 9000 5500 1000000 120
40 150000 2500 10000 6000 1000000 120
41 120000 2500 10000 6000 1000000 117
42 150000 3000 10000 6000 1000000 120
43 120000 2500 10500 5000 1000000 124
44 120000 3000 95000 6000 1000000 120
45 140000 2200 10500 6000 1000000 120
46 150000 3000 10000 6000 1000000 122
47 120000 2500 10000 5500 1000000 120
48 150000 3000 10000 6000 1000000 120
49 120000 2200 10000 6000 1000000 120
50 150000 2200 10500 6000 1000000 122
67

Lanjutan...

Harga Faktor Produksi


Decis 25EC(Ml/Rp) Propek-tan(Ml/Rp) Pemupukan Pengguntingan Penyemprotan Penyiraman Pemanenan
220 124.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 122.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 124.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 122.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 123.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
215 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 122.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
205 124.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 123.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 124.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 122.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
215 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
215 123.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 124.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
225 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
225 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
215 123.00 100000 100000 100000 50000 100000
225 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
210 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
225 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
225 124.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
230 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
215 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 122.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 123.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 120.00 100000 100000 100000 50000 100000
220 124.00 100000 100000 100000 50000 100000
68

Lampiran 9. Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y* Between (Combined) 3038.001 42 72.333 904.167 .000
X1 Groups
Linearity 2572.264 1 2572.264 3.215E4 .000
Deviation from
465.736 41 11.359 141.993 .000
Linearity
Within Groups .560 7 .080
Total 3038.561 49

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y* Between (Combined) 3037.854 42 72.330 716.475 .000
X2 Groups
Linearity 2638.233 1 2638.233 2.613E4 .000
Deviation from
399.621 41 9.747 96.549 .000
Linearity
Within Groups .707 7 .101
Total 3038.561 49

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y* Between (Combined) 2894.983 14 206.785 50.408 .000
X3 Groups
Linearity 2384.482 1 2384.482 581.267 .000
Deviation from
510.501 13 39.269 9.573 .000
Linearity
Within Groups 143.577 35 4.102
Total 3038.561 49
69

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y* Between (Combined) 2872.420 28 102.586 12.967 .000
X4 Groups
Linearity 2388.496 1 2388.496 301.904 .000
Deviation from
483.925 27 17.923 2.265 .029
Linearity
Within Groups 166.140 21 7.911
Total 3038.561 49

Lampiran 10. Hasil Uji R square

Model Summaryb
Change Statistics
Std. Error
Mod R Adjusted of the R Square F Sig. F Durbin-
el R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
1 .972a .944 .939 1.93865 .944 190.869 4 45 .000 2.233
a. Predictors: (Constant), X4, X3,
X2, X1
b. Dependent
Variable: Y

Lampiran 11. Hasil Uji F-hitung

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2869.434 4 717.358 190.869 .000a

Residual 169.127 45 3.758

Total 3038.561 49

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1

b. Dependent Variable: Y
70

Lampiran 12. Hasil Uji t-hitung

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -6.166 1.459 -4.227 .000

X1 .037 .017 .198 2.197 .033 .153 6.539


X2 .590 .149 .340 3.967 .000 .168 5.942
X3 .0003 .000 .294 4.486 .000 .288 3.475
X4 .072 .026 .209 2.736 .009 .212 4.710
a. Dependent Variable: Y

Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 50
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.85783981
Most Extreme Differences Absolute .105
Positive .105
Negative -.103
Kolmogorov-Smirnov Z .740
Asymp. Sig. (2-tailed) .644
a. Test distribution is Normal.
71

Lampiran 14. Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1.370 .917 1.495 .142

X1 .020 .010 .651 1.940 .059 .153 6.539


X2 .091 .094 .310 .968 .338 .168 5.942
X3 -3.320E-5 .000 -.442 -1.806 .078 .288 3.475
X4 -.011 .017 -.181 -.636 .528 .212 4.710
a. Dependent Variable: abs_residual
72

Lampiran15. Hasil Estimasi Efisiensi Teknis dengan Frontier 4.1

Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)


instruction file = terminal
data file = b.txt
Error Components Frontier (see B&C 1992)
The model is a production function
The dependent variable is logged
the ols estimates are :
coefficient standard-error t-ratio
beta 0 -0.36995002E+01 0.78003888E+00 -0.47427126E+01
beta 1 0.47368710E+00 0.97323067E-01 0.48671617E+01
beta 2 0.31898646E+00 0.69233270E-01 0.46074158E+01
beta 3 0.24208623E+00 0.75828510E-01 0.31925489E+01
beta 4 0.20923349E+00 0.98849868E-01 0.21166796E+01
sigma-squared 0.11284851E-01
log likelihood function = 0.43794439E+02
the estimates after the grid search were :
beta 0 -0.36159338E+01
beta 1 0.47368710E+00
beta 2 0.31898646E+00
beta 3 0.24208623E+00
beta 4 0.20923349E+00
sigma-squared 0.17139714E-01
gamma 0.64000000E+00
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.44254062E+02
-0.36159338E+01 0.47368710E+00 0.31898646E+00 0.24208623E+00
0.20923349E+00
0.17139714E-01 0.64000000E+00
gradient step
iteration = 5 func evals = 43 llf = 0.44407941E+02
-0.36045783E+01 0.50757948E+00 0.31406302E+00 0.23063400E+00
0.20353488E+00
0.17380049E-01 0.67081856E+00
iteration = 10 func evals = 110 llf = 0.44465467E+02
-0.34037511E+01 0.50200960E+00 0.33114243E+00 0.21163146E+00
0.20424064E+00
0.18715489E-01 0.72386614E+00
iteration = 12 func evals = 134 llf = 0.44465467E+02
-0.34037280E+01 0.50201549E+00 0.33114127E+00 0.21162282E+00
0.20425159E+00
0.18716141E-01 0.72388451E+00

the final mle estimates are :


coefficient standard-error t-ratio

beta 0 -0.34037280E+01 0.70885972E+00 -0.48016947E+01


beta 1 0.50201549E+00 0.99278260E-01 0.50566507E+01
73

beta 2 0.33114127E+00 0.70339472E-01 0.47077587E+01


beta 3 0.21162282E+00 0.71248761E-01 0.29701965E+01
beta 4 0.20425159E+00 0.90120579E-01 0.22664257E+01
sigma-squared 0.18716141E-01 0.66932019E-02 0.27962911E+01
gamma 0.72388451E+00 0.21002673E+00 0.34466304E+01
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero

log likelihood function = 0.44465467E+02


LR test of the one-sided error = 0.13420570E+01
with number of restrictions = 1
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]
number of iterations = 12
(maximum number of iterations set at : 100)
number of cross-sections = 50
number of time periods = 1
total number of observations = 50
thus there are: 0 obsns not in the panel

covariance matrix :
0.50248211E+00 -0.35102438E-02 0.35224971E-01 -0.43098833E-01 -0.19269751E-
01
0.85651610E-03 0.33767040E-01
-0.35102438E-02 0.98561729E-02 -0.45549752E-02 -0.16228366E-02 -0.30903688E-
02
0.11300984E-03 0.41578820E-02
0.35224971E-01 -0.45549752E-02 0.49476414E-02 -0.21362673E-02 -0.22518842E-
03
0.47172226E-04 0.20922307E-02
-0.43098833E-01 -0.16228366E-02 -0.21362673E-02 0.50763859E-02 -0.21579542E-
03
-0.12257573E-03 -0.48735333E-02
-0.19269751E-01 -0.30903688E-02 -0.22518842E-03 -0.21579542E-03 0.81217187E-
02
0.10988979E-04 0.46991654E-03
0.85651610E-03 0.11300984E-03 0.47172226E-04 -0.12257573E-03 0.10988979E-04
0.44798952E-04 0.11606284E-02
0.33767040E-01 0.41578820E-02 0.20922307E-02 -0.48735333E-02 0.46991654E-03
0.11606284E-02 0.44111227E-01

technical efficiency estimates :


firm eff.-est.
1 0.90156759E+00
2 0.95142398E+00
3 0.93430179E+00
4 0.93496295E+00
5 0.79162223E+00
6 0.93746872E+00
7 0.96544532E+00
8 0.83436857E+00
9 0.89592074E+00
10 0.92746357E+00
74

11 0.95355725E+00
12 0.93328675E+00
13 0.94425721E+00
14 0.88744125E+00
15 0.93492274E+00
16 0.96432741E+00
17 0.92219020E+00
18 0.89335389E+00
19 0.84329444E+00
20 0.93138828E+00
21 0.86413445E+00
22 0.89897855E+00
23 0.92222293E+00
24 0.90093539E+00
25 0.97838166E+00
26 0.91062615E+00
27 0.93739543E+00
28 0.91195174E+00
29 0.96130474E+00
30 0.92340957E+00
31 0.93288404E+00
32 0.95679633E+00
33 0.94393735E+00
34 0.93048321E+00
35 0.93001490E+00
36 0.94827667E+00
37 0.90932771E+00
38 0.91741195E+00
39 0.95260949E+00
40 0.94069825E+00
41 0.96316131E+00
42 0.90019428E+00
43 0.82806827E+00
44 0.86243848E+00
45 0.91624793E+00
46 0.92515964E+00
47 0.87492840E+00
48 0.93617410E+00
49 0.93076739E+00
50 0.73606613E+00
mean efficiency = 0.91455103E+00
75

Lampiran 16. Hasil Estimasi Efisiensi Harga dengan Frontier 4.1

Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)


instruction file = terminal
data file = p.txt
Error Components Frontier (see B&C 1992)
The model is a cost function
The dependent variable is logged

the ols estimates are :


coefficient standard-error t-ratio
beta 0 0.15880250E+02 0.48628494E+01 0.32656265E+01
beta 1 -0.25302962E+00 0.24453041E-01 -0.10347573E+02
beta 2 0.31398138E+00 0.12463208E+00 0.25192661E+01
beta 3 0.42814759E+00 0.15241010E+00 0.28091812E+01
beta 4 -0.20119515E+01 0.10091470E+01 -0.19937150E+01
sigma-squared 0.78879665E-02

log likelihood function = 0.52747510E+02


the estimates after the grid search were :
beta 0 0.15781374E+02
beta 1 -0.25302962E+00
beta 2 0.31398138E+00
beta 3 0.42814759E+00
beta 4 -0.20119515E+01
sigma-squared 0.16875624E-01
gamma 0.91000000E+00
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero

iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.55911768E+02


0.15781374E+02-0.25302962E+00 0.31398138E+00 0.42814759E+00-
0.20119515E+01
0.16875624E-01 0.91000000E+00
gradient step
iteration = 5 func evals = 49 llf = 0.56007214E+02
0.15754446E+02-0.25259055E+00 0.34946326E+00 0.44183990E+00-
0.21277794E+01
0.16180763E-01 0.90908670E+00
iteration = 10 func evals = 136 llf = 0.56103079E+02
0.14771005E+02-0.25030862E+00 0.34250007E+00 0.49342743E+00-
0.20605976E+01
0.16206509E-01 0.90972561E+00
iteration = 12 func evals = 158 llf = 0.56103079E+02
0.14770932E+02-0.25030810E+00 0.34249129E+00 0.49345753E+00-
0.20606468E+01
0.16207246E-01 0.90973357E+00

the final mle estimates are :


coefficient standard-error t-ratio
76

beta 0 0.14770932E+02 0.39904544E+01 0.37015664E+01


beta 1 -0.25030810E+00 0.19832932E-01 -0.12620832E+02
beta 2 0.34249129E+00 0.10361128E+00 0.33055405E+01
beta 3 0.49345753E+00 0.15033256E+00 0.32824394E+01
beta 4 -0.20606468E+01 0.82295588E+00 -0.25039578E+01
sigma-squared 0.16207246E-01 0.45091042E-02 0.35943383E+01
gamma 0.90973357E+00 0.70777388E-01 0.12853449E+02
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
log likelihood function = 0.56103079E+02
LR test of the one-sided error = 0.67111382E+01
with number of restrictions = 1
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]
number of iterations = 12
(maximum number of iterations set at : 100)
number of cross-sections = 50
number of time periods = 1
total number of observations = 50

thus there are: 0 obsns not in the panel


covariance matrix :
0.15923726E+02 0.58693223E-02 -0.10016127E+00 -0.77804609E-01 -
0.27117599E+01
-0.89772090E-04 -0.36971874E-02
0.58693223E-02 0.39334520E-03 0.21394514E-04 0.12286987E-02 -0.48158838E-02
-0.22496018E-05 -0.74136413E-04
-0.10016127E+00 0.21394514E-04 0.10735298E-01 -0.76125651E-03 -0.32338488E-
02
0.54226087E-04 0.15026323E-02
-0.77804609E-01 0.12286987E-02 -0.76125651E-03 0.22599879E-01 -0.46314114E-
01
0.57112314E-04 0.15342136E-02
-0.27117599E+01 -0.48158838E-02 -0.32338488E-02 -0.46314114E-01
0.67725638E+00
-0.27726522E-03 -0.71890014E-02
-0.89772090E-04 -0.22496018E-05 0.54226087E-04 0.57112314E-04 -0.27726522E-
03
0.20332020E-04 0.21547783E-03
-0.36971874E-02 -0.74136413E-04 0.15026323E-02 0.15342136E-02 -0.71890014E-
02
0.21547783E-03 0.50094387E-02

cost efficiency estimates :


firm eff.-est.
1 0.11218774E+01
2 0.10286232E+01
3 0.11648551E+01
4 0.10531237E+01
5 0.12751599E+01
6 0.10798528E+01
7 0.10274659E+01
8 0.12223547E+01
9 0.12015922E+01
77

10 0.10530554E+01
11 0.10260358E+01
12 0.10665740E+01
13 0.12789766E+01
14 0.10832124E+01
15 0.10341192E+01
16 0.10535903E+01
17 0.10824345E+01
18 0.12592713E+01
19 0.11579637E+01
20 0.11163439E+01
21 0.11658881E+01
22 0.11528964E+01
23 0.11141341E+01
24 0.10758163E+01
25 0.10177352E+01
26 0.10758069E+01
27 0.10518674E+01
28 0.10780497E+01
29 0.10674958E+01
30 0.10501914E+01
31 0.10660139E+01
32 0.10581977E+01
33 0.10405966E+01
34 0.10634825E+01
35 0.10912627E+01
36 0.10812554E+01
37 0.11176745E+01
38 0.10894824E+01
39 0.10373020E+01
40 0.10248739E+01
41 0.10184671E+01
42 0.10647055E+01
43 0.12184210E+01
44 0.11519480E+01
45 0.10591820E+01
46 0.10769516E+01
47 0.11499155E+01
48 0.10563930E+01
49 0.10542099E+01
50 0.13992644E+01
mean efficiency = 0.11031193E+01

Anda mungkin juga menyukai

  • Cv. Sumber Sri: Surat Pernyataan Diterima Kerja Praktek
    Cv. Sumber Sri: Surat Pernyataan Diterima Kerja Praktek
    Dokumen1 halaman
    Cv. Sumber Sri: Surat Pernyataan Diterima Kerja Praktek
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat
  • BAB III DafBel
    BAB III DafBel
    Dokumen16 halaman
    BAB III DafBel
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat
  • Skripsppppppppp PDF
    Skripsppppppppp PDF
    Dokumen106 halaman
    Skripsppppppppp PDF
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat
  • Tubes or
    Tubes or
    Dokumen67 halaman
    Tubes or
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat
  • Senja Destiara S
    Senja Destiara S
    Dokumen87 halaman
    Senja Destiara S
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat
  • Skirpsi Beras
    Skirpsi Beras
    Dokumen96 halaman
    Skirpsi Beras
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    100% (1)
  • TUGAS MAKALAH SISPEM Farit
    TUGAS MAKALAH SISPEM Farit
    Dokumen11 halaman
    TUGAS MAKALAH SISPEM Farit
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat
  • Https
    Https
    Dokumen4 halaman
    Https
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat
  • Kartu Kendali Kerja Praktek
    Kartu Kendali Kerja Praktek
    Dokumen5 halaman
    Kartu Kendali Kerja Praktek
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen3 halaman
    PPT
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok Forum Lingkar Study Word Ikhwan
    Kelompok Forum Lingkar Study Word Ikhwan
    Dokumen4 halaman
    Kelompok Forum Lingkar Study Word Ikhwan
    Rizal you Tube nya lucu ya Ariyanto
    Belum ada peringkat