Oleh:
NABILA CHUSANANNADA
NIM 061911133245
KELAS E
FAKULTAS KEDOKTERAN
HEWAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Landasan Teori...........................................................................................2
1.4 Tujuan........................................................................................................3
1.5 Manfaat......................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
2.1 Ascaridia galli............................................................................................5
2.1.1 Klasifikasi Ascaridia galli................................................................5
2.1.2 Habitat dan Predileksi Ascaridia galli..............................................5
ii
3.3.2 Bahan Penelitian.............................................................................11
ii
3.4 Metode Penelitian....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
penurunan kadar kalsium serum darah sebesar 36,6% (Zalizar et al.,
2007).
Menurut He (1990), ayam muda lebih mudah terinfeksi oleh
Ascaridia galli dibandingkan ayam dewasa atau ayam yang telah
terinfeksi sebelumnya. Kepekaan ayam terhadap infeksi Ascaridia
galli sangat dipengaruhi oleh umur, tipe kandang, nutrisi (Soulsby,
1982), jenis ayam (Gauly et al., 2001), dosis infeksi (Ikeme, 1971),
sistem pemeliharaan (Permin dan Ranvig, 2001), dan cuaca (Kumari
dan Thakur, 1999).
Penelitian dilakukan untuk mengetahui keberadaan cacing
Ascaridia galli dan untuk mengetahui persentase dan tingkat
prevalensi cacing Ascaridia galli yang terdapat pada feses ayam
petelur di peternakan ayam petelur Raja Tengah Egg Kabupaten
Magelang.
2
Metode pemeriksaan feses yang paling sering digunakan adalah
metode apung. Metode ini bergantung pada berat jenis (BJ) dari telur,
fecal debris, dan larutan pengapung (Dryden et Al, 2005). Agar telur
cacing dapat mengapung, berat jenis larutan pengapung harus lebih
besar daripada berat jenis telur. Sedangkan fecal debris akan larut
dalam larutan pengapung akibat proses spinning saat disentrifugasi.
Metode apung sentrifugasi dinilai sebagai metode yang cepat dan
efisien dalam memisahkan telur dengan fecal debris (Samples, 2013).
Metode pengapungan menggunakan larutan garam jenuh atau gula
jenuh sebagai alat untuk mengapungkan telur. Metode ini terutama
dipakai untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara
kerja dari metode ini berdasarkan Berat Jenis (BJ) telur-telur yang
lebih ringan daripada BJ larutan yang digunakan sehingga telur-telur
terapung dipermukaan, dan juga untuk memisahkan partikel-partikel
yang besar yang terdapat didalam feses (Natadisastra, 2009). Metode
pengapungan ada dua macam, yakni metode pengapungan pasif dan
metode pengapungan Fulleborn.
1.4 Tujuan
Tujuan umum untuk penelitian ini adalah untuk mendeteksi
adanya ascariasis di peternakan ayam petelur Raja Tengah Egg
Kabupaten Magelang melalui pemeriksaan feses dengan metode
pengapungan Fulleborn.
Adapun tujuan khusus peneliti adalah untuk mengetahui
3
persentase dan tingkat prevalensi cacing Ascaridia galli yang terdapat
pada feses ayam petelur di peternakan ayam petelur Raja Tengah Egg
Kabupaten Magelang.
1.5 Manfaat
Hasil penelitian dapat memberikan data infeksi Ascaridia galli
pada ayam di peternakan ayam petelur Raja Tengah Egg Kabupaten
Magelang, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai dasar
pengendalian parasitik dan pencegahan penularan ascariasis.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Cacing ini merupakan cacing nematoda yang ukurannya
paling besar diantara jenis cacing pada unggas, berwarna
putih, berbentuk bulat, tidak berpigmen dan dilengkapi
dengan kutikula yang halus. Cacing jantan berukuran 50-76
mm, sedang yang betina 72-112 mm dengan diameter 0,5-1,2
mm, mempunyai 3 bibir yang besar. Telurnya berbentuk oval,
berukuran 73-92μm sampai 45-57μm.
6
sebagai vektor mekanis dengan cara menelan telur tersebut
dan kemudian cacing tanah tersebut dimakan oleh unggas.
Telur yang mengandung larva dua kemudian menetas di
proventrikulus atau duodenum unggas. Setelah menetas, larva
3 hidup bebas di dalam lumen duodenum bagian posterior
selama 8 hari. Kemudian larva 3 mengalami ekdisis menjadi
larva 4, masuk ke dalam mukosa dan menyebabkan
hemoragi. Larva 4 akan mengalami ekdisis menjadi larva 5.
Larva 5 atau disebut cacing muda tersebut memasuki lumen
duodenum pada hari ke 17, menetap sampai menjadi dewasa
pada waktu kurang lebih 28-30 hari setelah unggas menelan
telur berembrio. Larva 4 dapat menetap di dalam jaringan
mukosa usus rata-rata selama 8 hari, akan tetapi dapat sampai
17 hari.
7
2.2.2 Patogenesis Ascariasis
Pengamatan histopatologi pada epitel usus tampak
kerusakan pada villi dan atropi. Pada permukaan mukosa
usus terjadi nekrosa sehingga menyebabkan kehilangan
kemampuan untuk menyerap makanan. Pada infeksi berat
terjadi enteritis dan hemoragi.
8
metode apung atau pemeriksaan endapan (Soulsby, 1982).
2.2.4 Pengobatan dan Pencegahan Ascariasis
Pengobatan terhadap Ascaridia galli yang paling sering
dilakukan dengan pemberian piperazine. Anthelmentik ini
sangat efektif, dapat diberikan melalui makanan atau
minuman. Dosis pemberiannya 300-440 mg per kg pakan
atau 440 mg piperazine sitrat per liter. Selain itu dapat
digunakan juga hygromisin B dosis 8 gr per ton selama 8
minggu. Albendazol dosis 3,75mg/ kg bb, Fenbendazol dosis
15-20 mg/kg bb selama 3 hari berturut-turut dapat digunakan
memberantas infestasi cacing pada ayam atau 30-60 ppm
dalam pakan selama 6 hari berturut-turut, Levamisol 37,5
mg/kg dalam air minum atau makanan. Satu kaplet untuk 10
ekor ayam yang beratnya 1 kg dilarutkan dalam air 2 liter
melalui minum atau dihancurkan dalam makanan 1 kg.
9
BAB 3
10
3.3.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel feses dari ayam di peternakan ayam petelur Raja
Tengah Egg Kabupaten Magelang. Bahan untuk metode
pengapungan Fulleborn adalah aquades, dan larutan gula
jenuh atau larutan garam jenuh.
11
apabila ditemukan telur cacing Ascaridia galli berbentuk oval
atau hampir polihedral dengan ukuran kurang lebih 80x50 µm
(Lalchhandama, 2010).
12
3.6 Alur Penelitian
L;
Peternakan ayam petelur Raja Tengah Egg Kabupaten Magelang
Hasill
uu
Analisa Data
13
DAFTAR PUSTAKA
Ackert, J.E. and C.A. Herrick. 1928. Effects of the nematode Ascaridia
lineata (Scheider) on growing chickens. J. Parasitol. 15:1-15.
Badan Pusat Statistik. (BPS) 2015. Jumlah Populasi Ayam Ras Petelur di
Indonesia.
Bankov, I. and Barrett. 1993. Sphingomyelin synthesis in Ascaridia galli.
Int. J. for Parasitol. 23(8):1083–1085.
Calneck, B.W. 1997. Disease of Poultry. Tenth Edition. The Iowa State
University Press. Ames, Iowa, USA.
Coles, E.H. 1986. Veterinary Clinical Pathology. 4 th ed. W.B. Saunders
Company, Philadelphia.
He, S., V.E.H.S. Susilowati, E. Purwati, and R. Tiuria. 1990. An Estimate of
Meat Production Loss in Native Chickens in Bogor and its
Surounding Districts due to Gastrointestinal Helminthiasis.
Proceedings 5th National Congress of Parasitology. Pandaan,
Pasuruan. East Java. June 23-25:57.
Ikeme, M.M. 1971a. Effects of different levels of nutrition and continuing
dosing of poultry with Ascaridia galli eggs on the subsequent
development of parasite populations. J. Parasitol. 63:233-250.
Mumpuni, S., S. Subekti, S. Koesdarto, H. Puspitawati dan Kusnoto.
2007. Penuntun Praktikum Ilmu Penyakit Helminth Veteriner.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.
14