Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PRODUKSI TERNAK UNGGAS

Dewi Melinda

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU PRODUKSI TERNAK UNGGAS
“ IDENTIFIKASI ORGAN PENCERNAAN DAN REPRODUKSI
AYAM DAN ITIK (JANTAN DAN BETINA ) PENGENALAN JENIS
KANDANG DAN BAHAN PAKAN PENYUSUN RANSUM “

Dewi Melinda
O 121 18 258

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL : Laporan Praktikum Ilmu Produksi

Tenak unggas

NAMA : Dewi Melinda

STAMBUK : O 121 18 258

KELAS : PTK 7

KELOMPOK : 01 (satu)

PROGRAM STUDI : S1 peternakan

FAKULTAS : Peternakan & Perikanan

UNIVERSITAS : Tadulako

Palu , 8 November 2019

Mengetahui Penyusun

Andi Pertiwi Damayanti Dewi Melinda


O 121 18 258
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur atas kita panjatkan kepada allah swt karena rahmatnya dan

hidayanya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ilmu produksi tenak

unggas peternakan ini guna melengkapitugas mata kuliah ilmu produksi tenak

unggas dijurusan peternakan fakultas peternakan & perikanan universitas

tadulako. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1. Dosen mata kuliah ilmu produksi ternak ungga fakultas peternakan &

perikanan universitas tadulako

2. Teman – teman dan semua pihak yang telah memberi bantuan dalam

penulisan laporan ini .

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurngan oleh karena

itu penyusun mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi perbaikan

dimasa akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya mahasiswa peternakan & perikanan universitas tadulako

Palu, 8 November 2019


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................... I

HALAMAN PENGESAHAN .......................................... II

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................ III

DAFTAR ISI .................................................................... IV

BAB I PENDAHULUAN ................................................. 1

1.1 LATAR BELAKAN ................................................. 2


1.2 TUJUAN ................................................................... 3

BAB II DASAR TEORI ..................................................... 4

2.1 MENGIDENTIFIKASI ORGAN REPRODUKSI AYAM DAN


ITIK ( JANTAN DAN BETINA ) ............................. 5
2.2 MENGIDENTIFIKASI ORGAN PENCERNAAN AYAM
DAN ITIK .................................................................... 6
2.3 PENGENALAN BAHAN PENYUSUN RANSUM ... 7
2.4 PENGENALAN BENTUK KANDANG ..................... 8

BAB III METODE PELAKSANAAN ................................... 9

3.1 WAKTU DAN TEMPAT .............................................. 10

3.2 ALAT DAN BAHAN .................................................... 11

3.3 PROSEDUR KERJA ..................................................... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................... 13

4.1 HASIL ............................................................................ 14

4.2 PEMBAHASAN ............................................................ 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 16

5.1 KESIMPULAN ............................................................... 17

5.2 SARAN ............................................................................ 18


BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Ternak unggas adalah ternak yang memiliki garis keturunan dari bangsa

spesies burung (aves). Jenis unggas yang umum dipelihara adalah ayam, itik,

puyuh, dan burung merpati. Unggas air memilki perbedaan yang spesifik dengan

unggas darat dari luarnya yang menunjukan perbedaan habitat, makanan, cara

pertahanan diri dan kebiasaannya. Ransum merupakan pakan yang siap diberikan

kepada ternak terdiri dari campuran bahan – bahan untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi ternak selama 24 jam. Formulasi ransum berguna untuk meminimalisir

biaya yang dikeluarkan untuk pakan tetapi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

ternak tersebut. Ransum yang baik membutuhkan beberapa data seperti bahan

pakan yang meliputi kandungan gizi serta adanya zat anti nutrisi atau zat

berbahaya yang terkandung di dalamnya. Sistem kandang merupakan

pembentukan suatu kandang sesuai dengan tujuannya hingga membuat ternak

merasa nyaman untuk menghasilkan produksi yang tinggi.

1.2 TUJUAN
Tujuan dari praktikum Produksi Ternak Unggas adalah mengenal

perbedaannya sistem pencernaan ternak unggas jantan dan betina, cara

menyusun ransum, mengetahui sistem perkandangan yang baik, teknik maupun

cara dalam penyusunan ransum, factor - faktor yang dapat mempengaruhi

kenyamanan dan produksi ternak dalam suatu perkandangan.


BAB II
2.1 MENGIDENTIFIKASI ORGAN REPRODUKSI AYAM DAN
ITIK ( JANTAN DAN BETINA )
Sistem Reproduksi Jantan Alat reproduksi ayam jantan terdiri atas alat

kelamin pokok dan alat kelamin pelengkap. Alat kelamin pokok adalah organ

yang langsung membentuk spermatozoa yaitu testis. Alat kelamin pelengkap

terdiri atas saluran yang menuju kloaka yaitu epididymis, vas defferens, dan

papillae.

Terdapat 3 bagian utama:

 sepasang testes
 sepasang saluran deferens (ductus deferens)
 kloaka

Sistem reproduksi ayam betina dibantu oleh alat-alat reproduksi. Alat

reproduksi tersebut berupa ovarium (kantong telur) yang berfungsi sebagai

pembentuk telur dan dilengkapi dengan oviduct (saluran telur). Selain alat-alat

reproduksi, sistem reproduksi ayam betina juga dibantu oleh hormon-hormon

reproduksi seperti hormon FSH (Follicle Stimulating Hormon) yang berfungsi

merangsang ovarium untuk membentuk folikel telur dan hormon-hormon lain.

Proses reproduksi ayam betina adalah sebagai berikut (Etches, R.J 1996).

 Mula-mula hormon FSH merangsang ovarium untuk membentuk folikel

yang jumlahnya cukup banyak (20.000 sel waktu embrio, setelah ayam

dewasa kelamin ada sekitar 400 calon telur yang siap matang selama hidup

ayam). Folikel yang telah terbentuk makin lama makin besar. Ketika

folikel telah berbentuk bola dengan diameter 40 mm (telah matang),


hormon estrogen akan merangsang corong oviduct/ infundibulum sehingga

membesarkan rongga salurannya.(Creswell and Gunawan, 1982).

 Oviduct terdiri dari lima bagian yaitu infundibulum, magnum, isthmus,

uterus, dan vagina akan terjadi proses-proses lebih lanjutSelanjutnya

hormon androgen merangsang magnum untuk membentuk putih telur

kental dan melapisi kuning telur. Panjang magnum kurang lebih 33 cm.

 Isthmus dengan kelenjar-kelenjar pembentuk selaput telurnya

mengeluarkan dua buah selaputputih (dalam dan luar) yang akan

membungkus semua isi telur yang disalurkan oleh magnum.

 Di uterus isi telur ditambah dengan air dan larutan mineral yang terdiri

dari natrium, kalsium, dan kalium. Dengan bantuan hormon estrogen

terjadi proses pembentukan kulit telur yang sebagian besar terdiri dari

kalsium karbonat.

 Vagina merupakan tempat penyimpanan telur sementara hingga tiba

waktunya dikeluarkan dari tubuh ayam. Sesaat sebelum keluar, kulit telur

dilapisi oleh lapisan mukosa yang akan mengering begitu telur dikeluarkan

dari tubuh ayam. Lapisan mukosa ini berguna melindungi permukaan kulit

telur dari bibit penyakit/zat-zat halus lain yang dapat masuk ke dalam

telur. Panjang vagina kurang lebih 5 cm.

 Dengan bantuan hormon oksitosin, telur didorong dari vagina ke kloaka

kemudian dikeluarkan dari tubuh ayam. Proses pembentukan telur di

dalam oviduct kurang lebih 25 jam dengan waktu terlama di uterus.


2.2 MENGIDENTIFIKASI ORGAN PENCERNAAN AYAM DAN
ITIK
Sistem pencernaan merupakan rangkaian proses yang terjadi di dalam

saluran pencernaan ayam untuk memanfaatkan nutrien dari pakan atau bahan

pakan yang diperlukan tubuh untuk hidup, beraktivitas, berproduksi dan

bereproduksi. Sistem pencernaan ayam terdiri atas rongga mulut, esofagus dan

temboloknya, lambung kelenjar, lambung otot, usus halus, usus besar, kloaka dan

anus, beserta kelenjar asesori yaitu hati dan pankreas.Kelenjar ludar

mensekresikan saliva ke dalam rongga mulut untuk membasahi makanan agar

mudah ditelan. Saliva mengandung enzim pencernaan yang akan memecah

makanan secara kimiawi. Lidah membantu proses penelanan dan mendorong

makanan menuju esofagus(Anggorodi, 2005).

Proses pencernaan unggas terdiri daripencernaan secara mekanik (fisik),

kimiawi (enzimatis), dan mikrobiologis (North, 1978). Prinsip pencernaan pada

unggas ada tiga macam, yaitu pencernaan secara mekanik (fisik) dilakukan oleh

kontraksi otot polos, terutama terjadi di empedal (gizzard) yang dibantu oleh

bebatuan (grit), pencernaan secara kimia (enzimatik) dilakukan oleh enzim

pencernaan yang dihasilkan kelenjar salivadi mulut, enzim yang dihasilkan oleh

proventikulus,enzim dari pankreas,enzim empedudari hati, dan enzim dari usus

halus, dan pencernaan secara mikrobiologik (jumlahnya sedikit sekali) dan terjadi

di sekum dan kolon. Secara umum pencernaan unggas meliputi aspek tiga aspek,

yaitu digesti yang terjadi pada paruh, tembolok,proventikulus, ventrikulus

(empedal/ guisar), usus halus, usus besar dan ceca, absorbsi yang terjadi pada usus

halus (small intestinum) melalui vili-vili (jonjot usus), metabolisme yang terjadi
pada sel tubuh yang kemudian disintesis menjadi protein, glukosa dan hasil lain

untuk pertumbuhan badan, produksi telur atau daging, pertumbuhan bulu,

penimbunan lemak, dan menjaga atau memelihara tubuh dari proses

kehidupannya (Yuwanta, 2004)

2.3 PENGENALAN BAHAN PENYUSUN RANSUM


Ransum adalah campuran bahan pakan yang sudah dipilih yang

mengandung semua gizi dibutuhkan oleh unggas untuk berproduksi sesuai umur

dan ukuran tubuhnya (Rasyaf, 2011). Prinsip penyusunan ransum adalah

menyamakan kandungan nutrisi bahan pakan terpilih dengan kebutuhan ayam

yang dipelihara (Rasyaf, 2008). Ayam broiler fase finisher membutuhkan protein

kasar 18 – 20% dan energi metabolis 3000 – 3200 kkal/kg (Yuwanta, 2004).

Keseimbangan protein dan energi dalam penyusunan ransum perlu diperhatikan.

Protein dijadikan sebagai patokan karena kualitas suatu bahan dan harga pakan

ditentukan oleh kadar protein tersebut (Rukmana, 2007). Teknik pencampuran

ransum yaitu pertama tama, bahan pakan disusun berlapis secara vertikal yang

jumlahnya paling besar diletakkan pada lapisan paling bawah dan bagian kecil

diletakkan semakin keatas kemudian semua bahan pakan tersebut dicampurkan

sampai merata (Sudarmono, 2003).

Penyusunan ransum merupakan suatu metode atau cara mencampurkan

beberapa bahan pakan yang diberikan pada ternak sesuai dengan kebutuhan ternak

untuk memenuhi kebutuhannya selama 24 jam dan sebagai pertumbuhan dan

produksinya dengan berbagai pertimbangan yakni dengan beberapa metode antara


lain metode trial and error method (coba - coba), person square method (metode

bujur sangkar) dan sistem komputer (Suprijatna dkk., 2005). Metode formulasi

ransum yang mudah untuk mendapatkan ransum yang murah dan berkualitas

diperlukan yang betujuan untuk digunakan, lebih cepat dan akurat dalam

penentuan komposisi bahan (perhitungan) dan yang paling utama adalah

mendapatkan biaya serendah mungkin dalam perhitungannya yakni ada beberapa

cara pencampurannya atau formulasinya antara lain linear programming, trial and

error, equation dan pearson’s square (Hidayat dan Mukhlash, 2015).

Pemilihan bahan pakan sebaiknya memiliki kandungan gizi yang

disesuaikan sesuai dengan kebutuhan ternak, mudah dicerna agar efisiensi pakan,

bahan pakan tidak mengandung racun yang dapat menyebabkan penyakit bahkan

kematian, mudah diperoleh dan harganya murah (Devani dan Basriati, 2015).

Standar kebutuhan akan energi metabolis pada ayam periode starter adalah 2800 -

3200 kkal/kg dan pada unggas fase finisher energi metabolisme sebesar 2800 -

3300 kkal/kg, standar protein kasar untuk periode starter adalah 18 - 23 % dan

periode finisher adalah 18 - 22% (Rasyaf, 1995). Serat kasar dalam ransum ayam

hanya 5% (Siregar, 1970). Total kebutuhan unggas broiler finisher PK sebesar

20%, LK sebsar 3 - 4%, SK sbesar 3 - 5%, Ca 0,9%, Phospor 0,4%, EM 3200

KKal/kg, Lisin 1,0% dan Metionin 0,38% (NRC, 1984).

Beberapa bentuk pakan yang diberikan pada ternak khususnya unggas

ada bermacam macam antara lain crumble yang merupakan tipe ransum yang

dihasilkan dari campuran bahan pakan, pellet yang merupakan bahan pakan yang

dipadatkan menggunakan mesin pellet dan mash (Jahan dkk., 2006). Pemberian
pakan dapat dilakukan dengan cara adlibitum atau secara terus - menerus

(Manurung, 2011). Pemberian pakan sesuai interval yaitu dengan mengatur jarak

waktu antara pemberian ransum setiap harinya (Syahwani, 2004). Metode

pemberian pakan secara force feeding yaitu dengan mempuasakan ayam terlebih

dahulu dan kemudian ayam dipaksa untuk memakan pakan (Hidayati, 2006).

2.4 PENGENALAN BENTUK KANDANG


Kandang merupakan kebutuhan primer awal yang harus dipersiapkan

terlebih dahulu sebagai tempat untuk ternak hidup setiap harinya dan berproduksi

(Haryoto, 1999). Evaluasi perkandangan dilihat dari aspek layout perkandangan

dan konstruksi bentuk kandang serta daya tampung seberapa banyak jumlah ayam

dalam suatu kandang (Nadzir dkk., 2015). Kondisi kandang yang baik

merupakan kandang yang berada jauh dari pusat keramaian (Muslim, 2006).

Syarat kandang dikatakan baik juga harus dapat memberikan rasa aman dan

nyaman bagi unggas sehingga produksi yang dihasilkan maksimal (Martawijaya

dkk., 2004).

2.4.1. Layout kandang

Kandang ideal yang baik dan sehat memiliki ciri - ciri antara lain

kandang menghadap timur dengan ventilasi yang baik (Ustomo, 2016). Jarak

kandang dari pemukiman yang baik minimal 500 m dari pemukiman supaya tidak

terjadi pencemaran udara, air dan kotoran disekitar kandang (Yuwanta, 2004).

Kandang baterai yang baik di letakkan dengan ketinggian minimal 40 cm dari

permukaan lantai untuk memberikan ruang gerak udara (Sudarmono, 2003).

Standar jarak antar kandang ayam yang baik adalah 10 m (Artianingsih, 2011).
2.4.2. Konstruksi kandang

Bagian konstruksi kandang yang perlu di perhatikan meliputi dinding

kandang, atap kandang, lantai kandang, dan sistem kandang (Marconah, 2012).

Tipe atap kandang ayam petelur dibagi menjadi beberapa jenis meliputi tipe atap

miring, tipe A, tipe monitor, dan semi monitor (Udjianto, 2016). Berdasarkan tipe

dinding kandang ayam di bagi menjadi dua yaitu kandang terbuka dan kandang

tertutup (Rahayu dkk., 2011). Tipe alas yang baik terbuat dari semen yang ditutup

dengan sekam, pasir kering dan kapur, dan ukuran mencukupi kebutuhan gerak

ayam (Ustomo, 2016).

2.4.3. Kapasitas dan daya dukung kandang

Kapasitas kandang merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

tingkat pertumbuhan unggas, populasi yang terlalu padat dapat mengakibatkan

stress pada ayam (Tamalludin, 2014). Temperatur lingkungan, tipe kandang,

ukuran ayam, dan umur ayam merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat kepadatan kandang (Suprijanta dkk., 2005). Daya dukung kandang juga

berpengaruh berpengaruh terhadap pertumbuhan unggas, karena daya dukung

kandang dapat menjaga kondisi lingkungan unggas aga tidak muda stress, daya

dukung kandang meliputi tempat makan, tempat minum, alat pemanas, alat

penerang dan alat sanitasi. (Rasyaf, 2011).


BAB III
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ilmu produksi ternak unggas yang dilaksanakan pada sabtu tangal

2 november 2019 pukul 08:00-12:00 WITA dengan materi karakteristik morfologi

ayam jantan dan betina, itik jantan dan betina. Mengukur organ reproduksi ayam

jantan dan betina. Mengukur organ pencernaan ayam dan itik ( jantan dan betina ).

Pengenalan bahan pakan penyusun ransum. Pengenalan jenis – jenis kadang yang

dilakukan disibalaya

3.2 ALAT DAN BAHAN


3.2.1 Bahan dan Alat Identifikasi Organ Reproduksi & Pencernaan ayam
dan itik ( jantan dan betina )

 Ayam dan itik jantan


 Ayam daan itik betina
 Meja lab
 Pisau stenlis
 Pisau curter
 Gunting
 Alat ukur
 Timbangan
 Alkohol, desinfektan, dan sabun
 Tissu
 Baki

3.2.2 Bahan dan Alat Bahan Penyusun Ransum

 Pelastik alas pencampur pakan


 Timbangan
 Jagung
 Dedak padi
 Konsentrat
 Top mix/ mineral mix
 Ampas kelapa fermentasi
3.3 PROSEDUR KERJA
BAB IV
4.1 HASIL

4.2 PEMBAHASAN
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Unggas jantan umumnya memiliki tampilan yang cenderung menarik

untuk sebagai penarik perhatian betina. Saluran respirasi unggas terbang

cenderung memiliki pundi - pundi udara yang besar utuk meringankan saat

terbang. Bentuk paruh dan organ pencernaan lain pada unggas di sesuaikan

dengan bentuk pakan yang di kosumsi. Berdasarkan praktikum yang telah

dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan suatu formulasi ransum

dibutuhkan ketelitian dalam perhitungan agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

suatu ternak. Selain memenuhi kebutuhan nutrisi suatu ternak juga dapat mencari

bahan – bahan campuran dengan harga termurah untuk meminimalisir

pengeluaran biaya produksi. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum

sistem kandang yaitu dapat mengetahui keadaan kandang yang diatur untuk

membuat ternak menjadi nyaman dengan konstruksi kakandang yang dapat diatur

dengan bahan maupun bentuk yang sesuai.

5.2 SARAN
Saran untuk praktikum sebaiknya dilakukan dengan lebih teliti, hati-hati,

tertib dan tepat waktu agar memperoleh hasil yang maksimal.


DAFTAR PUSTAKA
Afiati, F., Herdis dan S. Said. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi
Buatan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hidayat, S. dan I. Mukhlash. 2015. Rancang Bangun dan Implementasi Sistem


Pendukung Keputusan Berbasis Web untuk Menentukan Formulasi Ransum
Pakan Ternak. J. Sains dan seni its. 4 (2) : 2337 - 3520.

Horhoruw, W. M. 2012. Ukuran saluran reproduksi ayam petelur fase pullet yang
diberi pakan dengan campuran rumput laut (Gracilarria edulis). J. Ilmu Ternak
dan Tanaman. 2 (2) : 75 – 80.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.

Nadzir, A. Tusi, A. Haryanto. 2015. Evaluasi desain kandang ayam broiler di desa
rejo binangun, kecamatan raman utara, kabupaten lampung timur. J. Teknik
Pertanian Lampung. 4 (4) : 255-266.

Prasetyo, L. H. 2006. Strategi dan Peluang Pengembangan Pembibitan Ternak


Itik. J.Wartazoa 16 (3) : 109 - 115

Rahayu, I., T. Sudaryani dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 2011. Beternak Itik Komersial. Kanisius, Yogyakarta.

Siregar, A. P. dan M. Sabrani. 1970. Teknik Modern Beternak Ayam. Yasaguna,


Jakarta.

Siwi, N., T. H. Wahyuni dan Hamdan. 2014. Identifikasi morfologi dan


morfometri organ pencernaan serta sifat kualitatif warna bulu Belibis Kembang
(Dendrocygna arcuata) dan Belibis Batu (Dendrocygna javanica). J. Peternakan
Integratif. 2 (2) : 193 – 208.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprapti,S.W.H., J. Wahju, D. Sugandi dan D.J. Samosir. 2008. Implementasi


dedak padi terfermentasi oleh Aspergillus ficuum dan pengaruhnya terhadap
kualitas ransum serta performans produksi ayam petelur.
J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33 (4) : 255 – 261.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.


RIWAYAT PENULIS

Nama lengkap dewi melinda dipanggil dewi atau mei. Lahir di


samarinda pada tanggal 07 mei 1999. Anak pertama dari 3 bersaudara.
Beragama islam

Pernah menempuh pendidikan sekolah dasar di sd inpres tavanjuka


dan dilanjutkan dengan sekolah menengah pertama di smp negeri 5
palu dan lanjut sekolah menengah kejuruan di smk negeri 2 palu dan
sekaran sedang menjalankan studi perkuliaan di universitas tadulako
prodi peternakan

Penulis memiliki sifat ceria dan baik. Penulis sangat menyukai


drama korea, boyband dan girlband asal korea ( KPOPERS ). Penulis
juga hobi main basket ball dan dunia fotografer.

Anda mungkin juga menyukai