Anda di halaman 1dari 8

“ASUHAN KB PADA IBU DENGAN HIV/AIDS DAN PIMS”

Nama NIM
Martha Natalia Sihite P0.73.24.2.19.012

Dosen Pembimbing :

Zuraidah, S.SiT, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN PRODI KEBIDANAN P.SIANTAR

T/A 2020/20221
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan hidayah-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah KKPK yang berjudul “ASUHAN KB
PADA IBU DENGAN HIV/AIDS DAN PIMS ".

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang kita
harapkan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.

Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga
jerih payah kita mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin.

Siak Sri Indrapura, Februari 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Efek samping pemasangan Akseptor IUD……………...................................................
2.2 Cara pemasangan IUD.....................................................................................................
2.3 Contoh kasus KB pada Ibu dengan HIV/AIDS...............................................................
2.4 Asuhan KB Akseptor IUD pada Ibu dengan HIV/AIDS................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………….......................................
3.2 Saran……………………………………………………................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi IUD/AKDR, 30% terdapat di
Cina, 13% di Eropa, 5% di Amerika Serikat, 6,7% di negara –negara berkemabang lainnya.
Di negara Association Of Southeast Asian Nations (ASEAN) sendiri, Indonesia memiliki
jumlah penduduk terpadat pertama dengan jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa atau sekitar
3,5% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia, di susul oleh negara Filipina memiliki sekitar
102,5 juta jumlah penduduk. KB IUD merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah
kehamilan dengan tujuan menjarakkan kehamilan. KB IUD mampu menjarakkan kehamilan
hingga 10 tahun, tidak mengganggu produksi ASI dan sangat cocok untuk ibu dengan resiko
tinggi.
IUD, singkatan dari "intrauterine device". Berbentuk seperti "T" dan sedikit berukuran sekitar
3 cm. IUD akan dipasang dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan menghentikan
sperma untuk mencapai dan membuahi sel telur. Alat kontrasepsi ini dapat mencegah
kehamilan hingga jangka waktu sepuluh tahun.
Pada dasarnya, kontrasepsi IUD terdiri dari ada dua jenis, yaitu IUD hormonal dan non-
hormonal. IUD hormonal bekerja dengan cara melepas hormon progestin sedikit demi sedikit
setiap hari. Hormon ini kemudian akan mengentalkan cairan di bagian leher rahim sehingga
sperma jadi lebih sulit untuk bisa masuk ke dalam rahim.
Kalaupun berhasil terjadi pembuahan, hormon ini akan menipiskan lapisan rahim sehingga
membuat sel telur yang dibuahi susah untuk menempel. Penggunaan IUD jenis ini diduga
bisa membuat menstruasi seorang wanita jadi lebih ringan.
Sementara itu, IUD non-hormonal memiliki lilitan tembaga di sekelilingnya. Tembaga ini
yang akan mengeluarkan zat yang menimbulkan peradangan di dalam rahim yang kemudian
merusak sel sperma dan sel telur sebelum keduanya sempat bertemu. Namun, penggunaan
IUD jenis ini diduga bisa sebabkan menstruasi yang terjadi lebih berat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja efek samping pemasangan Akseptor IUD?
2. Bagaimana cara pemasangan IUD?
3. Contoh kasus KB pada Ibu dengan HIV/AIDS?
4. Apa saja asuhan KB Akseptor IUD pada Ibu dengan HIV/AIDS?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui efek samping pemasangan Akseptor IUD
2. Untuk mengetahui cara pemasangan IUD
3. Contoh kasus KB pada Ibu dengan HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui asuhan KB Akseptor IUD pada Ibu dengan HIV/AIDS

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Efek samping pemasangan Akseptor IUD


a) Menstruasi tidak teratur di awal pemasangan. Hal ini disebabkan karena tubuh masih
menyesuaikan diri dengan benda asing yang sekarang diletakkan di dalam tubuh.
b) Darah menstruasi lebih banyak dibanding biasanya.
c) Timbul kram perut baik saat menstruasi atau tidak.
d) Bisa menimbulkan flek di awal pemasangan.
e) Mual dan perut tidak nyaman.
f) Dapat menimbulkan risiko infeksi pada daerah kewanitaan.
g) Resiko posisi IUD bergeser ke luar rahim.
h) Timbul gejala PMS bila Mama menggunakan IUD hormonal.

2.2 Cara pemasangan IUD


Sebelumnya Bidan memastikan Ibu sedang tidak dalam kondisi hamil saat memasangnya.
Lalu, Bidan akan menginformasikan tahap-tahap pemasangan IUD sebelum proses
pemasangan. Selain itu, Bidan akan menjelaskan apa saja keuntungan dan efek samping dari
pemasangan Akseptor IUD.
Bidan juga tidak lupa untuk melakukan Anamnesa kepada Ibu tersebut. Setelah itu, pastikan
Ibu sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci kemaluannya menggunakan
sabun.
Setelahnya, Ibu dipersilahkan naik ke meja pemeriksaan. Palpasi daerah perut dan periksa
apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya didaerah supra pubik. Lakukan inspeksi
pada Genitalia Eksterna. Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini, amati adanya nyeri atau
”discharge”. Kemudian, masukkan Spekulum vagina dan lakukan pemeriksaan spekulum.
Setelah selesai, keluarkan kembali spekulum setelah pemeriksaan selesai dilakukan.
MASUKKAN LENGAN AKDR CU T380A DI DALAM KEMASAN STERILNYA :
1) Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
2) Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril
3) Letakkan kemasan pada tempat yang datar
4) Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
5) Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan
sehingga lengan akan melipat
6) Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari bawah
lipatan lengan
7) Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan AKDR yang
sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
8) Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR, cocokkan dengan ukuran kavum uteri
9) Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR
10) AKDR siap diinsersikan ke kavum uteri

TINDAKAN PEMASANGAN AKDR


1) Pakailah sarung tangan yang baru
2) Pasanglah spekulum vagina untuk melihat serviks
3) Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
4) Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (takik pertama)
5) Masukkan sonde uterus dengan teknik “Tidak menyentuh” (no touch tehnique) yaitu
secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum uteri dengan sekali masuk tanpa
menyentuh dinding vagina ataupun bibir spekulum.
6) Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
7) Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam
kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pda tabung inserter, kemudian buka
seluruh plastik penutup kemasan
8) Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyetuh permukaan yang tidak steril,
hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
9) Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar lengan
AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung
inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa
adanya tahanan.
10) Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
11) Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawl yaitu menarik keluar
tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong
12) Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai
leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan
13) Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 3-4
cm
14) Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi
15) Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
16) Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan
dengan kasa selama 30-60 detik
17) Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
18) Pemasangan Akseptor IUD sudah selesai dilakukan
2.3 Contoh kasus KB pada Ibu dengan HIV/AIDS
Asuhan Keluarga Berencana dengan Akseptor KB IUD terhadap Ny.C di Klinik Saranghae.
Ny.C berusia 28 Tahun, dengan G2P2A0 merupakan ibu rumah tangga, beragama Islam
dengan suku Jawa.
Ny.C adalah seorang penderita HIV/AIDS selama 5 Tahun.

2.4 Asuhan KB Akseptor IUD pada Ibu dengan HIV/AIDS


1) Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan
2) Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
3) Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
4) Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun
5) Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut.
6) Karena Ibu adalah ODHA, Bidan menganjurkan Ibu untuk menggunakan Kondom
saat melakukan hubungan intim. Hal ini berguna untuk mencegah penularan
HIV/AIDS kepada suami dan orang sekitar.
7) Memberitahu Ibu pentingnya menjaga kebersihan daerah kewanitaan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
KB IUD merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah kehamilan dengan tujuan
menjarakkan kehamilan. KB IUD mampu menjarakkan kehamilan hingga 10 tahun, tidak
mengganggu produksi ASI dan sangat cocok untuk ibu dengan resiko tinggi. Tentunya
dengan beberapa efek samping setelah pemasangan dilakukan. Pada Ibu penderita
HIV/AIDS, setelah pemasangan IUD harus tetap menggunakan Kondom ketika melakukan
hubungan intim demi menghindari penularan HIV/AIDS.

3.2 Saran
Demikian makalah ini saya susun, semoga makalah ini dapat dijadikan pedoman kita dalam
pembelajaran. Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2015/03/BUKU-PANDUAN-
KETERAMPILAN-PEMASANGAN-PENCABUTAN-AKDR.pdf

2. https://www.popmama.com/pregnancy/birth/atika-dian/kelebihan-kekurangan-kb-
spiral-iud/2

3. https://www.halodoc.com/artikel/13-fakta-tentang-kontrasepsi-iud-yang-perlu-
diketahui

4. file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/6_BAB_II.pdf

Anda mungkin juga menyukai