Setiap anak yang dilahirkan membawa sejumlah potensi. Potensi tersebut akan dapat
berkembang secara optimal apabila dikembangkan sejak dini melalui pemenuhan kebutuhan
kesehatan, gizi yang memadai, layanan pengasuhan yang tepat.
Upaya pembinaan tumbuh kembang anak dirahkan untuk meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan emosional dan sosial anak. Upaya tersebut dilakukan sedini mungkin sejak di
dalam kandungan dengan perhatian khusus pada bayi dan anak balita yang merupakan masa
kritis dan masa emas bagi kelangsungan tumbuh kembang anak.
Kebutuhan-kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang yang optimal meliputi Asuh,
Asih, dan Asah yaitu:
Meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh &
lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain
dan beristirahat.
Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu memberikan nutrisi seimbang
melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang
merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan
pertama (ASI Eksklusif).
a) Imunisasi : anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
c) Bermain, aktivitas fisik, tidur : anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur
karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein merangsang pertumbuhan otot dan tulang
merangsang perkembangan.
e) Tujuan pemantauan yang teratur untuk : mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila
ada penyakit dan gangguan tumbuh-kembang, mencegah penyakit serta memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pola asuh orangtua terhadap perilaku anak memiliki beberapa kriteria yaitu (Syamsul, 2005):
1. Pola asuh Authoritarian — Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua yang rendah,
namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik dan bersikap komando.
2. Pola asuh Permissive — Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua meningkat namun
kontrolnya rendah, memberikan kebebasan terhadap anak untuk mengatakan
dorongan keinginannya.
3. Pola asuh Authoritative — Pola asuh oragtua, dimana sikap yang meninggat dan
kontrolnya meningkat, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak
untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan penjelasan tentang dampak
perbuatan yang baik atau buruk.
4. Pola asuh Dominan — Pola asuh orangtua yang mendominasi dalam segala hal yang
menyangkut remaja dalam tindakan sehari-hari.
5. Pola asuh Submission — Orangtua cenderung senantiasa memberikan sesuatu yang
diminta anak berperilaku semaunya dirumah.
6. Pola asuh Overdisplin — Orangtua senantiasa mudah memberikan hukuman,
menanamkan kedisiplinan secara keras.
Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam kandungan), anak mutlak
memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk menjamin tumbuh
kembang fisik-mental dan psikososial anak dengan cara:
Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan
sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan,
moral dan spiritual anak. Dasar perlunya stimulasi dini:
Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan usia 6 bulan dan belum ada
hubungan antar sel-sel otak (sinaps)orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak
bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps).
Semakin sering di rangsang akan makin kuat hubungan antar sel-sel otak semakin banyak
variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin kompleks/luas merangsang otak kiri dan
kanan secara seimbang untuk mengembangkan multipel inteligen dan kecerdasan yang lebih
luas dan tinggi.- stimulasi mental secara dini akan mengembangkan mental-psikososial anak
seperti: kecerdasan, budi luhur, moral, agama dan etika, kepribadian, ketrampilan berbahasa,
kemandirian, kreativitas, produktifitas, dst
Orang tua perlu menganut pola asuh demokratik, mengembangkan kecerdasan emosional,
kemandirian, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan dan moral-spiritual anak. Selain
distimulasi, anak juga perlu mendapatkan kegiatan SDIDTK lain yaitu deteksi dini (skrining)
adanya kelainan/penyimpangan tumbuh kembang, intervensi dini dan rujukan dini bila
diperlukan.