Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Martha Natalia Sihite

NIM : P0.73.24.2.19.012

Kasus KB :

Suatu hariada seorang ibu bersama suaminya kebidan “ F “ ibu dating kebidan bertujuan untuk suntik
KB. Ibu awalnya memakai KB suntik 1 bulan tapi ibu meminta ke bidan “ F “ untuk mengganti Kb suntik 3
bulan sekali, setelah itu bidan “ F “ menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi apabila berganti KB
suntik 1 bulan sekali ke suntik KB 3 bulan sekali. Apabila tidak cocok akan mengalami perdarahan ibu
dan suaminya menyetujui. Bidan pun memberikan suntikan KB 3 bulan itu ke Ibu tersebut. Dua bulan
kemudian , ibu dating bersama suaminya, dengan keluhan keluar darah lumayan banyak dari vaginanya.
Ibu terlihat pucat dan lemas, Bidan “ F “ menjelaskan kepada bapak dan ibu tersebut bahwa KB suntik 3
bulan sekali itu tidak cocok untuk Ibu dan Ibu tersebut dibaringkan ditempat tidur. Suami ibu tersebut
meminta ke bidan diberikan obat agar darah yang keluar sedikit berkurang, tapi bidan “ F “ tidak
memberikan dengan alasanagar tidak terjadi penyakit. Setelah beberapa menit darah yang keluar dari
vegian Ibu semakin banyak, sehingga Bidan merujuk ke dokter. Sesampainya ke dokter Ibu tersebut Syok
sehingga dokter memberikan vitamin K peroral dengan kejadian itu bidan ditegur oleh dokter.

Kasus Aborsi :

Bidan DSB dan NN alias Na, ibu muda yang sedang hamil 5 bulan, menjadi tersangka dalam kasus aborsi.
NN melakukan aborsi di klinik bersalin milik DSB. Berdasarkan pengakuan NN, aborsi dilakukan karena
janin yang dikandungnya tidak berkembang dan denyutnya tidak terekam. NN datang ke klinik bidan
bersama ibunya, pada tanggal 17 Januari 2016. Bidan DSB melakukan pemeriksaan dan menyimpulkan
bahwa janin dalam kandungan NN harus dikeluarkan karena sudah mati. NN diberi obat untuk
menggugurkan kandungannya, dan harus membayar biaya tindakan aborsi dan perawatan sebesar 10
juta rupiah. Kasus aborsi di klinik bidan DSB, diketahui pihak kepolisian akibat laporan warga setempat
yang mencurigai perubahan fisik NN. Hasil penyelidikan polisi menunjukkan kecurigaan bahwa klinik
tersebut tidak memiliki ijin dari dinas kesehatan setempat. Bidan DSB memiliki dua klinik di wilayah
tersebut.

Kasus Teknologi Reproduksi Buatan :

Pasangan asal Singapura menemukan bayi hasil program bayi tabung ternyata bukan anak biologisnya
karena embrio yang ditanamkan tertukar. Sang istri yang keturunan Tiongkok dan suaminya keturunan
Kaukasia ini awalnya curiga karena melihat bayi yang dilahirkannya memiliki warna kulit yang berbeda
dari mereka.
Pasangan ini semakin terkejut ketika dokter di Thomson Fertility Centre Singapura, tempat mereka
melakukan program bayi tabung, memberitahukan bahwa golongan darah si bayi adalah B.

Menanggapi masalah ini, Dr Cheng Li Chang, direktur medis Thomson Fertility Centre dan ketua
eksekutif wakil Thomson Medical Centre mengajukan permohonan maaf yang sebesar-besarnya.
Menurutnya, ini merupakan insiden pertama dalam 22 tahun Thomson Fertility Centre beroperasi.
Kelalaian ini juga akan sangat serius ditindaklanjuti.

Anda mungkin juga menyukai