Anda di halaman 1dari 3

Nama : ANDINI KARTIKA CHANDRA

NIM : P1337430217026
Kelas : 3D

Bayinya Tewas di Kandungan, Seorang Ibu Laporkan Dokter


Atas Dugaan Pembiaran
- detikNews

Jakarta - Dua orang dokter spesialis kandungan dan seorang bidan, di sebuah rumah sakit ibu
dan anak di kawasan Jakarta Selatan, dilaporkan seorang ibu bernama Pita Sari atas dugaan
tindakan malpraktik. Para terlapor diduga melakukan pembiaran dalam proses persalinan,
sehingga putra pertama Pita tewas, diduga akibat keracunan air ketuban.

"Ada ketidakwajaran dalam proses persalinan saya, sehingga menyebabkan bayi saya meninggal.
Saya ke sini untuk mencari keadilan dan kebenaran. Saya menempuh jalur hukum," kata Pita
kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (16/2/2015).

Wanita berusia 28 tahun ini menjelaskan, dugaan malpraktik terjadi pada tanggal 7 November
2014 silam. Kliennya baru melaporkan hal ini ke Polda Metro Jaya, sebab saat itu masih
melakukan upaya mediasi dengan pihak rumah sakit. Namun mediasi menemui jalan buntu
hingga korban memilih menempuh jalur hukum.

"Karena selama bulan November hingga sekarang, kami sudah mencoba melakukan diskusi
dengan rumah sakit, namun tidak ada itikad baik dari pihak ke rumah sakit," lanjut Pita.

Sementara itu, pengacara korban Heribertus S Hartojo menjelaskan, korban saat itu dibawa ke
rumah sakit karena sudah waktunya melahirkan. Hingga pukul 21.00 WIB, Pita mendapat
pemeriksaan dari bidan. Saat itu kandungannya sudah mengalami bukaan 4.

"Selanjutnya, dia bilang ini baik-baik saja. Padahal sudah ada pembukaan. Setelah pukul 21.00
WIB tidak ada kontrol lagi," kata Heribertus.

Setelah itu, bidan keluar dari ruangan Pita. Hingga kemudian Pita kembali mengalami kontraksi.
Kali ini kontraksinya sangat hebat karena ia pun sudah mengalami pecah ketuban.

"Bukaan keempat itu air ketubannya sudah pecah. Kemudian pasien ini kan semakin sakit,
suaminya mencari perawat dan bidannya itu tidak ada. Biasanya kan kalau keluar ruang
perawatan itu ada perawat atau bidan jaga, ini tidak ada," katanya.

Baru sekitar pukul 00.30 WIB, bidan datang dan mengecek korban. Bidan saat itu tampak kaget
dengan kondisi bayi Pita yang dinyatakan sudah kritis.
"Baru setelah itu klien kami dibawa ke ruang operasi untuk sesar. Selama 5 jam kemana
mereka?," katanya.

Heribertus menduga kuat adanya kelalaian yang dilakukan pihak rumah sakit. Sebab, selama
pemeriksaan, bayi dalam kandungan Pita dinyatakan sehat dan normal.
"Di sini, ada dugaan tindak pidana yang dilakukan tenaga medis. Ada semacam pembiaran
terhadap pasien. Pada saat kritis di mana pasien membutuhkan perawatan dan perhatian ini tidak
ada. Bahkan, jangankan dokter perawatan itu tidak ada. Sehingga masa kritis sekitar 5 jam, di
situ akhirnya sang bayi tidak tertolong," paparnya.

Ia menambahkan, setelah bayi korban diangkat, kliennya mencoba mencari penjelasan dari
rumah sakit. Direktur rumah sakit yang memberi penjelasan, menyatakan adanya kelalaian dari
pihaknya dalam menangani pasien tersebut.

"Waktu tanggal 8 Novembernya, itu bahkan say sorry pun tidak. Kemudian setelah korban
menanyakan, barulah direktur rumah sakitnya menyatakan ada kelalaian," ungkapnya.

Atas hal ini, korban pun menempuh jalur hukum dengan melaporkan kedua dokter kandungan
dan bidan rumah sakit tersebut.

"Kami baru dalam tahap melakukan laporan dugaan adanya tindak pidana yang dilakukan tenaga
medis, kelalaian yang menyebabkan kematian. Kami laporkan Pasal 359 KUHP, dan 84 ayat 2
UU kesehatan nomor 36 tahun 2014," pungkasnya.

Sumber :
https://news.detik.com/berita/d-2834747/bayinya-tewas-di-kandungan-seorang-ibu-laporkan-dokter-atas-
dugaan-pembiaran
Ringkasan :
Seorang ibu bernama Pita Sari melaporkan dua orang dokter spesialis kandungan dan seorang
bidan di sebuah rumah sakit ibu dan anak di kawasan Jakarta Selatan atas dugaan tindakan
malpraktik. Para terlapor diduga melakukan pembiaran dalam proses persalinan, sehingga putra
pertama Pita tewas, akibat keracunan air ketuban. Dugaan malpraktik terjadi pada tanggal 7
November 2014. Pita saat itu dibawa ke rumah sakit karena sudah waktunya melahirkan. Hingga
pukul 21.00 WIB Pita mendapat pemeriksaan dari bidan. Saat itu kandungannya sudah
mengalami bukaan 4. Setelah itu, bidan keluar dari ruangan Pita dan tidak ada kontrol lagi.
Hingga kemudian Pita kembali mengalami kontraksi yang sangat hebat dan mengalami pecah
ketuban. Suami Pita mencari perawat ataupun bidan jaga, tetapi tidak ada satupun yang ia
temukan. Baru sekitar pukul 00.30 WIB, bidan datang dan mengecek Pita. Bidan saat itu tampak
kaget dengan kondisi bayi Pita yang dinyatakan sudah kritis. Kemudian Pita dibawa ke ruang
operasi untuk sesar. Pengacara Pita menduga kuat adanya kelalaian yang dilakukan pihak rumah
sakit. Ada semacam pembiaran terhadap pasien. Pada saat kritis di mana pasien membutuhkan
perawatan dan perhatian ini tidak ada. Sehingga masa kritis sekitar 5 jam, di situ akhirnya sang
bayi tidak tertolong. Ia menambahkan, setelah bayi korban diangkat, kliennya mencoba mencari
penjelasan dari rumah sakit. Direktur rumah sakit yang memberi penjelasan, menyatakan adanya
kelalaian dari pihaknya dalam menangani pasien tersebut.

Tanggapan :
Menurut saya dalam kasus ini wajar bila diselesaikan dengan hukum, karena bidan yang bertugas
dianggap lalai pada saat menangani pasien. Saat pasien mengalami pecah ketuban, perawat
ataupun bidan jaga tidak ada di tempat. Bisa dilihat bahwa perawat maupun bidan jaga tidak
melakukan tugasnya dengan baik, seharusnya dalam kondisi apapun perawat ataupun bidan jaga
tetap berada di tempatnya guna meminimalisir keterlambatan yang terjadi jika ada situasi yang
darurat seperti pada kasus ini. Untuk kedua dokter obgyn yang dilaporkan, saya tidak tahu persis
di mana kelalaian yang terjadi karena di penjabaran kasus tidak menjelaskan secara detail
kelalaian yang dilakukan dokter tersebut. Tapi menurut saya, kelalaian yang dilakukan dokter
obgyn ini karena mereka tidak turun langsung untuk mengawasi pasien dan hanya mengandalkan
laporan dari bidan atau perawat saja. Sehingga saat dokter obgyn menangani pasien, bayinya
sudah dalam keadaan kritis dan tidak tertolong.

Anda mungkin juga menyukai