Anda di halaman 1dari 12

KOMODITI JENIS UNGGAS DARI TUGAS AKHIR PENULIS SELAMA

STUDI S-1 (SKRIPSI) DI FAPET UB (Ayam Ras ), S-2 (THESIS) DI FPS ILMU
TERNAK INSTITUT PERTANIAN BOGOR ( Puyuh) dan S-3 (DISERTASI) DI
FPS ILMU TERNAK FAPET UB ( Itik ).
PENETASAN TELUR UNGGAS
Penetasan pada unggas dapat dibedakan menjadi dua , yaitu : secara alamiah dan buatan.
Penetasan secara alamiah (natural incubation) tergantung sepenuhnya pada induk penghasil
telur tetas itu sendiri. Sebaliknya pada penetasan secara buatan (artificial incubation) dimana
sepenuhnya tergantung pada tiga pokok besar yaitu : mesin tetas, telur tetas dan oprerator.
Penetasan Secara Alami : biasanya telur yang ke 10 hari lebih, akan memberikan tingkat
daya tetas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kurang hari ke 10, hal ini diduga ada
kaitannya dengan lama simpan telur yang lebih dari 7 hari. Dimungkinkan bila lebih dari 7
hari chalaza sebagai pemisah antara yolk dan albumen putus sehingga akan menjadi kopyor
pada telur tersebut berakibat untuk menampung sebagai tempat perkembangan embrio akan
terganggu sehingga didapatkan daya tetas yang rendah. Ada faktor plus minusnya jika
mengkonsentrasikan ke penetasan secara alami, faktor plusnya diantaranya tak memakan
biaya pengoperasiannya dan proses penetasannya berjalan secara alami sehingga tidak
memerlukan tenaga kerja dan pikiran yang mendalam. Adapun faktor minusnya, diantaranya
ialah: jumlah telur yang ditetaskan terbatas, sulit mengatur waktu penetasannya dan hasil
tetasannya tidak sesuai yang kita harapkan karena tidak adanya seleksi telur tets terlebih
dahulu. Penetasan Secara Buatan : Prinsip proses penetasan secara buatan diilhami oleh
masyarakat Mesir beratus tahun yang lalu, dimana masyarakat Mesir untuk menetaskan telur
dengan cara telur dikubur di pasir panas, dengan kesederhaannya tersebut tingkat daya
tetasnya rendah. Kemudian ditemukanlah penetasan secara buatan yang modern yang masih
berlaku saat ini. Prinsip proses penetasan buatan garis besarnya dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu : telur tetas yang akan ditetaskan, mesin tetas yang akan digunakan dan orang yang
menjalankan proses penetasan tersebut (operator). Jika diprosentasekan dari ke 3 faktor
tersebut adalah sebagai berikut : 33,3% dipengaruhi oleh telur tetas, 33,3 dipengaruhi oleh
mesin tetas dan 33,3 ditentaukan oleh peranan petugasnya. Agar telur tetas memberikan
peranan sebesar itu maka telur yang akan ditetaskan harus diseleksi, adapun hal-hal yang
perlu diseleksi adalah sebagai berikut : bentuk telur (harus oval, lebih tepat dihitung indek
telur= sumbu pendek dibagi sumbu panjang telur dikalikan 100 %, jika 72 74 % berarti
telur tsb oval), telur harus berasal dari pejantan (sex ratio, tiap bangsa unggas berbeda),
berat telur (bangsa unggas berbeda), lama simpan (tidak lebih dari 7 hari), kebersihan
telur (agar pori-pori kulit telur tak tertutup dengan kotoran shg respirasi embrio dapat
berjalan dengan lancar), keutuhan telur (usahakan telur tak retak), warna telur/yang gelap
lebih memungkinkan mendapatkan daya tetas yang relatif lebih besar bila dibandingkan dg
yang cerah (penilaian item ini hanya pada jenis telur yg berasal dari bangsa unggas yang
sama, misal : telur itik harus dibandingkan dg telur itik, tetapi tidak boleh dibandingkan
dengan telur puyuh). Begitu pula agar mesin tetas memberikan peranan sebesar itu, maka
mesin tetas harus memberikan kondisi fisik yg optimal artinya mesin tetas dikatakan baik jika
memberikan suhu dan kelembaban yang optimal yang disesuaikan dengan telur bangsa

unggas yang akan ditetaskan, misalkan : telur puyuh harus diiringi dengan suhu 99 derajat
Fahrenheit, telur ayam dg suhu 101 derajat Fahrenheit, dst. Nah, agar peranan operator bisa
memberikan peranan yang diprosentasekan di depan, maka operator harus mengetahui ilmu
penetasan dan berpengalaman dalam menjalankan proses penetasan, adapaun tugas operator
yang utama dan pertama adalah : harus mengetahui masa kritis I dan II, harus bisa
mengcandling telur, harus bisa cara membalik telur, harus bisa mengatur suhu dan
kelembaban yang benar, harus mengetahui kapan berakhirnya proses penetasan. Pada akhir
dari proses penetasan adalah menghitung % fertilitas telur (yg dapat dihitung dg membagi
jumlah telur yang masuk dengan telur yang fertil dikalikan 100%) dan menghitung % daya
tetas (yg dapat dihitung dengan membagi telur yang fertil dengan telur yang menetas
dikalikan 100%). Jika hasil daya tetasnya 80 % bisa dikatakan berhasil. Kemudian ditentukan
jenis kelaminnya, di packaging kemudia didistribusikan ke konsumen.
TAHUKAH ANDA TENTANG HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN PROSES
PENETASAN ?:
A. Jenis Telur Tetas Lebih Mahal Dari Telur Konsumsi.
Jenis telur pada bangsa unggas dibagi menjadi 2 jenis, jenis pertama yang disebut telur
konsumsi dan yang kedua telur tetas. Telur konsumsi telur yang berasal dari induk bangsa
unggas yang tidak dibuahi oleh pejantan, dengan demikian telur konsumsi tidak bisa
ditetaskan karena infertil (tak subur). Telur tetas adalah telur yang berasal dari induk yang
telah dibuahi oleh pejantan, sehingga dapat ditetaskan karena telur tersebut bertunas (fertil).
Oleh karena telur tetas berasal dari induk jantan dan betina maka jumlah unggas yang
dipelihara lebih banyak bila dibandingkan yang tanpa pejantan ( sebagai misal : untuk
memperoleh telur setiap hari 10 butir, jika imbangan jantan betina 1 : 2, maka jumlah unggas
yang dipelihara 10 ekor induk dan 5 ekor pejantan untuk menghasilkan 10 butir telur tetas,
sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi 10 butir, maka jumlah unggas yang dipelihara
hanya 10 ekor induk saja). Dan menurut pengalaman penulis unggas yang dicampur jantan
dan betina produksi telurnya lebih rendah bila dibandingkan dengan unggas induk sejenis, hal
ini diduga terganggunya saat bertelur. Berdasarkan tersebut maka biaya produksinya lebih
banyak induk pengahasil telur tetas, dengan demikian umumnya harga telur tetas lebih mahal
bila dibandingkan dengan telur konsumsi.
B. Suhu Type Still Air lebih tinggi Vs dengan Type Force.
Ada dua type mesin tetas yang digunakan dalam proses penetasan secara buatan. Type
pertama adalah jenis mesin type Still Air Incubators dan Force Draught Incubator. Type Still
Air Incubators :biasanya berkapasitas telur yang ditetaskan terbatas, yaitu sekitar antara 100
a/d 350 butir telur ras. Sumber pemanasnya bisa berasal dari minyak tanah (teplok), listrik,
briket bioarang (anglo). Oleh karena fokus pemanas terpancar pada satu titik ke permukaan
telur saja berakibat penerimaan panasnya tidak dapat merata sehingga type ini mutlak harus
dibalik agar mendapat panas yang merata. Dengan demikian karena Still panasnya hanya dari
permukaan atas saja maka suhunya harus lebih besar bila dibandingkan dengan Force. Force

panasnya berasal dari kipas angin yang ada di dalammnya, yang mana panas tersebut akan
didistribusikan ke segala arah, sehingga dengan suhu yang rendah bila dibandingkan dg still,
force sudah bisa memanasi telur-telur yang ditetaskan.
C. LEBIH BAIK KELEMBABAN TINGGI SAAT PROSES PENETASAN BILA
DIBANDING RENDAH.
Satuan untuk menghitung dari kelebaban adalah prosentase (%). Semakin tinggi sebarannya
maka semakin memberikan proses pipping yang lebih sempurna, yang pada gilirannya
memberikan tingkat daya tetas yang meningkat. Mengapa semikin tinggi Rh semakin baik
dalam proses penetasan karena dengan tinggi Rhnya maka embrio akan mudah menyerap Ca
dan P yang ada di cangkang yang dapat digunakan sbg pembetukan tulang, sehingga pada
proses pipping yang berperan dens ovifragusnya maka pemecahan telur saat pipping dapat
berjalan dengan sempurna.
D. KETEPATAN MASA INKUBASI PD PROSES PENETASAN DIPENGARUHI
OLEH KESTABILAN SUHU.
Suhu pada mesin tetas merupakan faktor yang sangat penting didalam perkembangan embrio
selama dalam telur. Jadi jika suhu dalam mesin tak dikontrol de ngan seksama maka
berakibat fatal yang pada gilirannya akan gagal dalam menetaskan telur. Kebutuhan suhu
dalam mesin pada telur dari berbagai bangsa unggas berbeda. Prinsipnya semakin besar telur
yang ditetaskan akan memerlukan suhu yang lebih tinggi, misal : telur cecak, telur puyuh,
telur merpati, telur ayam, telur itik dan telur angsa akan berbeda ( disini besar telur dari yg
terkecil mengarah ke telur yang lebih besar). Jika dalam proses penetasan telur suhu normal
selama proses penetasannya, maka akan memberikan waktu tetas yang tepat (sesuai masa
inkubasi dari telur itu sendiri, misal : telur puyuh masa inkubasinya 17 hari, ayam 21 hari, itik
28 hari) dan menghasilkan tingkat daya tetas yang tingi, karena proses perkenbangan embrio
dapat berjalan normal sebagai akibat organ vitalnya dapat terbentuk dan berkembang secara
optimal dan norma. Sebaliknya jika selama proses penetasan suhunya kurang maka masa
inkubasi akan lebih tinggi tetapi embrio akan mati, begitu pula suh yang lebih tinggi selama
proses penetasan berlangsung.
E. PERLU PENGARTURAN SUHU MESIN TETAS YANG BARU DIBELI
DARI POULTRY SHOP .
Mesin tetas type Still Air yang baru dibeli dari Poultry Shop pada umumnya suhu
(thermostat)nya belum diatur, jika sudah diatur akan berubah kedudukan thermoregulatornya
dari posisi normal berubah ke tidak normal karena kegeseran saat pengangkutan dan
transportasi. Bagi awam yang baru akan memulai menetaskan telurnya, masalah pengaturan
suhu tak diperhatikan sehingga begitu kabel mesin tetas disalurkan ke listrik, kemudia telur
dimasukkan, maka kondisi suhu yang tak normal, mungkin terlalu timggi atau terlalu rendah
sehingga daya tetasnya akan rendah atau bahkan tak ada yang menetas alias gagal. Cara
mengatur suhu, pertama tama yang harus diatur thermostatnya, diatur sedemikian rupa

sehingga mencapai suhu yang diinginkan, sebagai misal : untuk ementaskan telur puyuh 99
derajat Fahrenheit, telur ayam 101 derajat Fahrenheit dst.
F. MASA KRITIS DALAM PROSES PENETASAN PENENTU KEBERHASILAN
PROSES PENETASAN.
Masa kritis adalah waktu yang sangat penting dalam proses pembentukan dan
perkembangan embrio dalam telur tetas selama dalam proses penetasan. Masa kritis pertama
dihitung dari hari ke satu sampai dengan hari ke tiga setelah telur dimasukkan dalam mesin
tetas. Untuk masa kritis pertama ini seluruh telur bangsa unggas adalah sama hitungannya.
Dalam masa kritis pertama ini terbentuknya alat-alat vital dalam organ tubuh embrio
(pembuluh darah, janung, ginjal dll), agar pembentukan organ vital tsb dapat berjalan dengan
sempurna harus dibutuhkan suhu mesin tetas untuk ayam 101 derajat Fahrenheit. Oleh karena
itu jika saat masa kritis pertama tsb sumber pemanasnya terganggu (listrik mati, lampu teplok
yang tak memenuhi syarat), maka akan terjadi kegagalan karena embrio mati. Sedangkan
pada masa kritis ke dua ini semua organ tubuh termasuk bulu sudah terbentuk. Nah untuk
melakukan pemecahan pada kulit telur (proses pipping) si embrio tsb harus membutuhkan
energi atau tenaga untuk proses pipping, yang mana dibutuhkan suhu sekitar 101 102
derajat Fahrenheit dan kelembaban 70 80 %. Nah, jika suhu dan kelembaban tak terpenuhi
karena sumber pemanas terganggu ( listrik mati, dlsb), maka akanterjadi kegagalan sehingga
tak menetas. Dengan demikian faktor suhu, kelebaban dan operatorlah yang memegang
peranan penting dalam mengatur agar masa kritis dapat berjalan dengan lancar.
G. HUBUNGAN ANTARA BERAT TELUR DENGAN BOBOT TETAS TELUR
BANGSA UNGGAS.
Bobot telur pada bangsa dapat dirumuskan sebagai berikut : semakin kecil badannya maka
semakin kecil bobot telurnya (sebagai misal : telur puyuh = 10-12 gram, merpati = 22 gram,
ayam kampung 40-45 gram, itik = 60 65 gram), disini terlihat semakin besar bobot
badannnya semakin besar telur yang dihasilkan. Begitu pula, jika telur-telur dari bangsa
unggas tersebut ditetaskan akan menghasilkan bobot tetas yang berbeda pula. Dengan
demikian ada korelasi yang positif bahwa semakin besar telur yang ditetaskan akan
menghasilkan bobot tetas yang semakin besar pula. Nah, dengan dapat dirumusakan bahwa
untuk menghitung bobot tetas dapat dihitung dengan rumus berikut : 70/100 x bobot telur
bangsa unggas = bobot tetas.
H. HUBUNGAN ANTARA JENIS TELUR BANGSA UNGGAS DENGAN
KEBUTUHAN PANAS DALAM MESIN TETAS.
Yang termasuk unggas (poultry) adalah ayam, itik, kalkun, entok, puyuh, merpati, angsa,
walet dan atau bangsa burung lainnya. Dari jenis unggas tersebut yang sudah banyak
dikonsumsi masyarakat dan diteliti oleh peneliti adalah ayam, itik, kalkun, puyuh, entok dan
angsa. Semakin besar tubuh dari unggas ada kecenderungannya untuk menghasilkan besaran
telurnya semakin besar pula. Dalam proses penetasan suhu dan kelembaban dalam mesin

tetas memegang peranan penting disamping faktor-faktor lainnya.Nah, jika telur dari jenis
unggas tersebut akan ditetaskan maka kebutuhan akan suhu dalam mesin tetasnya akan
berbeda pua. Hal ini disebabkan karena semakin besar telur akan menghasilkan embrio yang
lebih besar pula., begitu pula panas yang dibutuhkan untuk pembentukan dan perkembangan
embrio akan semakin besar pula.
I. BENTUK TELUR PENENTU TINGKAT DAYA TETAS.
Tolok ukur keberhasilan dalam menetaskan telur unggas adalah banyaknya dari telur-telur
yang menetas dari telur yang fertil dari jumlah telur yang ditetaskan. Tak diragukan lagi
bahwa prosentase daya tetas ditentukan oleh 3 faktor, yaitu Operator (orang yang
menetaskan), Telur yang akan ditetaskan dan Mesin tetas yang digunakan dalam proses
penetasan. Telur yang akan ditetaskan syarat utamanya adalah telur tersebut harus fertil
(penentu fertil tidaknya telur dengan alat Candler). Untuk menghasilkan telur-telur yang
memenuhi syarat untuk ditetaskan maka telur-telur tersebut harus dan perlu untuk diseleksi
(atau lebih dikenal dengan SELEKSI TELUR TETAS). Salah satu penyeleksian telur tetas
yang penting adalah diantaranya adalah bentuk telur tetas. Sebutir telur dapat dikeluarkan
melalui saluran telur (oviduct) memakan waktu sekitar 25,1 jam ( sehari lebih 1 jam). Jika
dalam proses peneluran tersebut terganggu (karena nutrisi, genetik, lingkungan kandang
sekitar baik secara internal maupun ekternal maka akan menghasilkan telur-telur yang
mempunyai macam-macam bentuk telur. Dikenal ada 3 bentuk telur unggas yaitu : bulat,
lonjong dan oval telur. Dari ketiga bentuk tersebut yang ovallah yang baik untuk ditetaskan
karena menghasilkan daya tetas yang lebih tinggi bila dibandigkan dengan bentuk bentuk
lainnya. Untuk menghitung bentuk telur tersebut bulat, lonjong atau oval dapat dihitung
dengan menggunakan rumuss yang disebut : INDEK TELUR / IT (EGG INDEX) = sumbu
pendek dibagi sumbu panjang telur dikalikan 100 persen, jika telur tersebut termasuk oval
maka IT nya 72 74 %, sedangkan yang bulat lebih dari 72 74 % dan lonjong dibawah 72
74 %.
J. JARAK BAK AIR BERPENGARUH TERHADAP PROSES PIPPING PADA
BANGSA UNGGAS.
Perlu diketahui bahwa normal atau tidak normalnya besaran kelebaban (%) dalam mesin tetas
dapat berpengaruh terhadap proses pipping dan pada giliranya akan menyebabkan tingkat
daya tetasnya. Sumber adanya kelembaban tingig atau rendah berasal dari bak air dalam
mesin tetas dan penyemprotan pada permukaan telur tetas yang ditetaskan dalam mesin tetas.
Bak air dalam mesin tetas pada mesin tetas type Still mutlak adanya. Anjuran penulis Luasan
bak air sebesar luasannya dari jumlah telur yang ditetaskan pada rak telur. Jika syarat tersebut
tak dipenuhi, pasti akan menghasilkan daya tetas yang rendah, begitu pula jarak bak air
dengan jarak rak telur sebaiknya 2 sampai 3 cm. Dengan kedua syarat itu dipatuhi maka akan
menghasilkan ingkat daya tetas yang tingi. Mengapa? karena dengan luasan dan ketinggian
yang balance maka akan menghasilkan besaran persentase kelembaban yang optimal untuk
menetaskan telur unggas ( karena akan memberikan tingkat kelembaban antara 60 80 %,
besaran persentase tersebut sudah memenuhi untuk proses penetasan.

K. SEX RATIO PENENTU UTAMA DARI TELUR FERTIL.


Memperhatikan imbangan jantan dan betina pada bangsa unggas jika akan menetaskan telur
WAJIB hukumnya, hal ini disebabkan karena imbangan tersebut sangat berpengaruh terhadap
tingkat fertilitas telur. Imbangan jantan dan betina ( jantan : betina ) pada bangsa unggas
dapat dipaparkan sebagai berikut : untuk angsa 1 : 3 sampai 4 ekor, itik 1:10 sampai 15 ekor,
ayam ras 1 : 5 sampai 8 ekor, buras 1 : 8 sampai 10 ekor, puyuh (Coturnix coturnix japonica)
1 : 3 sampai 4 ekor, merpati 1 : 1 (monogami). Semakin kecil sex rationya akan
menghasilkan tingkat fertilitas yang tinggi pula, disebabkan karena kesempatan untuk kawin
setiap saat ada, bila dibandingkan dengan jumlah yang melebar. Namun bila ditinjau dari segi
ekonomis imbangan yang sempit merugikan, oleh karena itu sebaiknya pedoman yang
penulis paparkan sebagai patokannya.
L. BISAKAH SATU EKOR INDUK UNGGAS MENGHASILKAN 2 BUTIR TELUR
SEHARI ?
Saluran telur pada unggas disebut OVIDUCT. Saluran tersebut dibagi menjadi beberapa
bagian, diantaranya ialah : infundibulum, magnum, istmus, cloaka. Secara normal sebutir
telur melewati bagian-bagian tersebut memakan waktu sekitar 25,1 jam ( sehari lebih 1 jam ).
Nah, dengan demikian secara ilmu pengetahun yang berkiblat pada dalil yang mengatakan
bahwa sebutir telur dibentuk selama sehari lebih satu jam, maka tak akan mungkin seekor
induk akan bertelur sehari 2 butir.
M. PERLUKAH FUMIGASI PADA TELUR DAN ATAU MESIN TETAS ?
Fumigasi adalah mensucihamakan mesin tetas dari mikroorganisme yang menenmpel dan
atau masuk dalam mesin tetas dengan menggunakan zat kimia. Zat kimia yang sering
digunakan adalah KMnO4 (Kalium permanganat) yang dicampur dengan Formaldehide 40
%. Mengapa sampai saat ini zat kimia tersebut masih digunakan? karena zat kimia tersebut
tidak merusak mesin tetas dan peralatannya, tidak tergantung dari suhu dan kelembaban
linkungan baik lingkungan internal dan eksternal dari mesin tetas, murah harganya, mudah
melakukannya, dan mudah didapat/dibelinya, dan yang paling penting tidak membahayakan
operator yang melakukannya serta telur yang fertil yang ada dalam mesin tetas tersebut. Cara
menggunakan zat kimia tersebut adalah sebagai berikut : mesin tetas dan peralatannya atau
telur yang telah dimasukkan dalam mesin tetas, campuran KMnO4 ( 3 gram ) dicampur
dengan 3 sendok makan yang ditempatkan pada bekas gelas air mineral, kemudian ditutup
selama 15 menit, kemudian dibuka (sudah bisa digunakan). Dalam menjalankan fumigasi
sebaiknya setelah proses penetasan berakhir.
N. BOLEHKAH DALAM SATU MESIN TETAS DITETASKAN 3 JENIS TELUR
YANG BERBEDA BANGSA UNGGASNYA?
Setiap jenis bangsa unggas yang berbeda, akan menghasilkan telur yang berbeda pula baik
warna, bobot dan bentuknya. Sedangkan seleksi telur tetas yang akan ditetaskan meliputi :

bobot telur, umur simpan telur, warna telur, masa inkubasi telur dlsb. Secara faktual dari 3
jenis telur dari telur (misalnya) telur puyuh, ayam ras dan itik; mempunyai karakteristik yang
sangat berbeda : 1. Bila ditinjau dari bobotnya (telur puyuh bobotnya sekitar 10 11 gram,
ayam ras 55 60 gram sedangkan telur itik sekitar 60 - 70 gram), 2. Bila ditinjau dari masa
inkubasinya ( telur bermasa inkubasi 18 hari, ayam 21 hari dan itik 28 hari), 3. Bila ditinjau
dari masa kritis ( telur puyuh mempunyai masa kritis I : hari ke 1 s/d hari 3 dan masa kritis ke
II hari ke 15 s/d hari ke 18; telur ayam mempunyai masa kritis I hari ke 1 s/d hari ke 3 dan
masa kritis II hari ke 18 s/d hari ke 21; sedangkan itik mempunyai masa kritis I hari ke 1 s/d
hari ke3 dan masa kritis II hari ke 25 s/d hari ke 28). Nah, dengan melihat adanya perbedaan
yang sangat prinsip tersebut terutama MASA KRITISNYA, maka jika ke 3 jenis telur unggas
yang berbeda bangsanya tersebut ditetaskan bersamaan dalam satu mesin tetas DIPASTIKAN
TAK AKAN MENETAS, mengapa karena saat masa kritis ke II untuk puyuh mesin tetas tak
boleh dibuka dan tak boleh dibalik, untuk ayam dan itik masih bisa dibuka dan dibalik,
sehingga terjadi KEKACAUAN DALAM PENGETRAPAN MASA KRITIS KE II nya,
padahal masa kritis kedualah yang berperan penting dalam proses pipping dan tingkat daya
tetasnya. Dengan dapat disimpulkan TIDAK DIPERKENANKAN DITETASKAN DARI
KETIGA JENIS TELUR UNGGAS YANG BERBEDA BANGSANYA.
O. CLUTCH BERPENGARUH PADA DAYA TETAS TELUR BANGSA UNGGAS.
Clutch adalah jarak antara peneluran pertama ke peneluran berikutnya ( misalnya tanggal 1
induk bertelur sebutir dan tanggal-tangal berikutnya si induk tersebut bertelur kembali).
Clutch oleh penulis dikenal terdapat 2 jenis, jenis pertama clutch sempit dan ke dua clutch
renggang. Sebagai contoh clutch sempit jika si induk bertelur setiap hari (setiap saat),
sedangkan clutch renggang sebaliknya. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa clutch
sempit berarti si induk tersebut berperoduksi telur tinggi dan sebaliknya untuk clutch
renggang. Jadi clutch berkorelasi positif terhadap tinggi rendahnya produksi telur unggas.
Menurut Sugandi (1990 ) bahwa semakin tinggi produksi telur induk akan menghasilkan
tingkat daya tetas yang tinggi bila dibandingkan dari induk yang berperoduksi rendah. Hal ini
diduga induk unggas berproduksi tinggi berarti : 1. Induk tersebut berasal dari bibit genetik
yang unggul, berasal dari induk yang diberi nutrisi yang rasional, pembentukan sebutir
telurnya normal, si induk tersebut mesti sehat dan diberi tatalaksana yang benar dan tepat bila
dibandingkan dengan induk berproduksi rendah.
O. PERLUKAH PEMBALIKAN/PEMUTARAN TELUR SELAMA PROSES
PENETASAN?
Ada terdapat 2 type mesin tetas yang ada di pasaran saat ini, yaitu type Still Air dan type
Force Draught. Type still karena fokus dan atau sumber pemanas mengarah ke satu titik saja
yaitu titik kepermukaan rak telur dalam mesin tetas. Itu berarti aliran panasnya tidak merata
ke seluruh permukaan telur yang ditetaskan, dengna demikian mesin tetas type StillAir
mutlak harus dibalik atau diputar setiap saat. Pertanyaannya berapa kali ? jawabannya setiap
detik, setiap menit, setiap jam, atau bahkan setiap hari BOLEH DILAKUKAN, tetapi inggat!
jika setiap detik, atau setiap menit atau setiap jam dilakukan pembalikan RESIKONYA suhu

dalam mesin tetas akan BERFLUKTUASI (situasi suhu yang berfluktuasi inilah
menyebabkan emrio akan mati sehingga daya tetasnya NOL). Nah agar diperoleh suhu yang
merata dan suhu yang tak berfluktuasi maka sebaiknya pemutaran atau pembalikan telur
dilakukan sehari 3 kali saja yaitu pagi, siang dan sore hari, ini akan menghasilkan panas yang
merata berakibat embrio berkembang dengan sempurna dan akan memberikan tingkat daya
tetas yang tinggi. Sedangkan type Force, karena adanya kipas angin yang otomatis dalam
mesin tetasnya maka akan memberikan panas yang merata ke semua penjuru permukaan telur
pada rak telurnya. Dengan demikian type mesin tetas ini tak perlu dibalik atau diputar.
P. SEBAIKNYA KAPAN PENG-CANDLINGAN TELUR TETAS DILAKUKAN
DITINJAU SECARA EKONOMI?
Untuk mengetahui telur tersebut hidup atau mati dan atau fertil atau infertil maka telur-telur
tetas yang dimasukkan dalam mesin (yang ditetaskan) harus dilihat/diperiksa dengan alat
yang disebut CANDLER (aktifitas memeriksanya disebut CANDLING). Alat candler bisa
dilakukan dan atau dibuat dengan cara : 1. kertas yang digulung, kemudian telur ditempatkan
ujung dari kertas yang digulung tadi dengan menghadap sumber lampu (neon, dop atau sinar
matahari); 2. telur-telur di ayun-ayunkan, jika berbunyi telur tersebut kopyor sehingga tak
bisa ditetaskan karena Chalaza sebagai pertautan antara Albumen dan Yolk sudah putus, jenis
telur ini tak bisa menetas; 3. dengan kardus atau bekas toples kue di lubang sebesar telur yang
diperiksa dan dibawahnya diberi lampu sehingga akan nampak ( fertil jika nampak pembuluh
darah yang menyebar, kuning jika telur konsumsi dan hitam jika embryo mati/dead embryo).
Nah, kapan yg paling tepat secara ekonomis dilakukan ? Jawabannya : hari ke 4 setalah masa
kritis I, karena jika infertil telur-telur tersebut masih bisa dijual sebagai telur konsumsi tetapi
jika pemeriksaannnya dilakukan hari lebih ke 7, maka sudah kopyor sehingga tak bisa dijual
sebagai telur konsumsi.
Q. KAPAN SEBAIKNYA PENGAMBILAN HASIL TETASANNYA ?
Keberhasilan dalam proses penetasan tolok ukurnya adalah tingkat fertilitas dan daya tetas.
Semakin tinggi tingkat fertilitas telur yang tetaskan (tentunya faktor mesin tetas dan
operatornya normal) maka daya tetasnya akan tinggi pula sebaliknya. Dengan demikian
kapan dan bagaimananya hasil tetasannya diambil dari mesin tetas. Pengambilan hasil
tetasannya diambil dengan rumus adalah sebagai berikut : MASA INKUBASI TELUR + 24
jam. Jadi sebagai misal antuk puyuh karena ber masa inkubasi 18 hari ditambah 24 jam = hari
ke 19.
BURUNG PUYUH ( Coturnix coturnix japonica ) SEBAGAI ANIMAL RESEARCH.
Burung puyuh yang dipelihara untuk menghasilkan telur yang dijual di pasaran saat
ini adalah jenis Coturnix coturnix japonica. Adapun bedanya antara Gemak dengan
puyuh jenis Coturnix coturnix japonica adalah jari kaki gemak 4 sedangkan coturnix
tiga, gemak liar sedangkan coturnix telah dibiakkan dengan seleksi genetik yang ketat
dan baik sehingga mampu menghasilkan jumlah telur 250 butir per tahunnya pada

tahun pertama, sedangkan gemak produksi telur amat sedikit karena kehidupan masih
liar seperti ayam hutan Vs ayam ras. Yang dapat dicirikan diantaranya adalah sebagai
berikut : warna telur blirik hitam putih, bobot telur tetas sekitar antara 8 12 gram,
kebutuhan pakan dewasa per ekor per hari 14 16 gram, umur betina pertama kali
bertelur umur 35 40 hari dan puncak produksi terjadi pada umur sekitar 3 4
bulan, bobot badan dewasa sekitar 140 gram baik jantan maupun betina. Anatomi dan
fisologinya jenis puyuh Coturnix samaa persis dengan unggas yang lainnya, dengan
demikian jika telah meneliti dari komoditi puyuh sinonnim dengan unggas unggas
yang lainnya. Burung puyuh yang dipelihara di berbagai peternak saat ini ada tiga
jenis puyuh berdasarkan warna bulunya, yaitu : 1. warna bulu putih dengan mata
kemerahan, tetapi setelah di amati dengan seksama puyuh jenis tersebut matanya agak
buta dan berproduksi telur sangat rendah alias sebagai puyuh pedaging, 2. Bulu
berwarna putih kekuning-kuningan berproduksi telur tinggi dan bersifat kanibal yang
relatif sedikit bila dibandingakan dengan jenis ke 3 yaitu bulu agak putih kehitamhitaman yang mempunyai sifat kanibal agak tinggi dan agak besar. Umumnya peternak
menyilangkan jenis puyuh warna kuning dengan puyuh warna hitam yang mempnuyai
produksi telur relatif tinggi ( jika puyuh jantan hitam disilangkan dengan puyuh betina
warna kuning, maka anak betinanya akan berwarna hitam dan sebaliknya ).
TAHUKAH ANDA TENTANG HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN PUYUH ?
1. PUYUH JENIS UNGGAS MUDAH STRESS.
Burung puyuh jenis Coturnix coturnix japonica mempunyai ciri yang relatif jelek,
diantaranya adalah mudah mengalami stres ( stres yang terjadi biasanya disebabkan
oleh karena kebisingan, perubahan suhu, perubahan pergantian pakan dan setelah
potong paruh atau di vaksin ). Akibat dari stres tersebut dapat ditunjukkan dengan
peubahan jumlah produksi telur dari yag relatif tinggi menjadi yang relatif rendah.
Jika dibandingkan dengan unggas unggas yang lainnya, maka puyuhlah yang mudah
stres dan untuk kembali normal sangat membutuhkan waktu yang relatif lama bila
dibandingkan dengan unggas unggas yang lainnya. Jika terjadi stress, hal hal yang
perlu dilakukan oleh peternak diantaranya adalah sebagai berikut : Harus mengetahui
penyebab utamanya puyuh stres, jika udah ketemu penyebabnya kembalikan /
kondisikan seperti sedia kala. Biasanya memakan waktu yang cukup lama, sekitar
seminggu barulah akan normal kembali.
2. PAKAN BENTUK CRUMBLE PENEYABAB KANIBAL PADA PUYUH.
Kanibal adalah sifat mematuk sesama uggas pada kelompok dimana unggas tersebut di
pelihara dalam satu koloni. Sifat kanibal pada unggas dapat disebabkan oleh karena
sifat genetik dan phenotype. Sifat genetik akan timbul jika faktor phenotype
mendukungnya ( misalnya : paruh puyuh relatif kecil sehingga yang paling cocok
adalah pakan jenis mash (halus) yang diberikan, tetapi jika diberi jenis bentuk berbutir
(crumble) maka puyuh akan stress yang pada gilirannya akan mempunyai sifat

kanibal ). Sifat kanibal pada puyuh dibagi menjadi 2 type yaitu : 1. type pertama
adalah sifat kanibal berupa mencocok sesama puyuh dalam satu kelompok puyuh
( type kanibal ini mudah sekali penanganannya yaitu dengan memisahkan puyuhpuyuh yang suka mematuk dari kelompoknya), sedangkan sifat kanibal type 2 adalah
puyuh yang suka mematuk telurnya sendiri ( kanibal jenis yang sulit ditangani karena
antara telur yang ditelurkan dengan paruh berdekatan, dengan demikian satu-satunya
jalan disembelih karena sifat kanibal type ini tak akan hilang). Berdasarkan uraian
tersbut diatas sebaiknya mengeliminir penyebab terjadinya sifat kanibal diantaranya :
suhu kandang, keterlamabatan memberi pakan, kepadatan kandang dan perubahan
pemberikan pakan baik ditinjau dari kualitas maupun kuantitasnya.
3. BESAR KECILNYA INDUKAN PUYUH DITENTUKAN SAAT DEWASA
KELAMIN.
Dalam pemeliharaan puyuh jenis Coturnix coyurnix japonica ( yang banyak di pelihara
di masyarakat Indonesia saat ini ), jika anda memelihara 100 ekor betina dan 100 ekor
jantan puyuh umur masuk kandang yang sama, pakan yang sama juga ( semua
perlakuan pemeliharaan sama). Jika anda sempat menimbang 2 ekor jantan dan 2 ekor
betina umur sehari, dapat diyakini bahwa yang jantan lebih berat bobotnya
dibandingkan dengan yang betina. Kemudian dipelihara bersama sama dengan kondisi
lingkungan dan pakan yang sama sampai dengan umur dewasa kelamin (mulai bertelur
betina). Apa yang terjadi ?, ternyata yang betina untuk hari-hari pemeliharaannya
berikutnya akan lebih berat bobotnya dibandingkan dengan yang jantan sampai
dewasa. Mengapa ? selain didalam tubuh betina ada telurnya dan mengkonsumsi lebih
banyak yang akan dikonversikan untuk pembentukan telur, hidup pokok dan aktifitas
hidupnya.
4. PENENTUKAN JENIS KELAMIN PADA PUYUH.
Imbangan jantan dan betina pada burung puyuh yang paling ideal adalah 1 : 4. Pada
umumnya peternak puyuh cara menentukan puyuh betina (adanya blontang hitam dan
putih di dada), sedangkan yang jantan (tidak ada blontang hitam putih di dadanya,
namun yang pada dadanya kuningkuningan). Penentuan sperti yang dianut peternak
sampai sekarang ini kebenarannya tidak mencapai 100 % karena ada puyuh jantan
walau penilaiannya seperti di atas begitu pula ada yang betina. Nah, menurut penelitian
penulis saat menempuh Magister Sains di IPB, paling tepat puyuh dikatakan jantan
JIKA PADA LEHER DIBAWAH PARUH BAWAH TERLIHAT
KEKUNINGKUNINGAN MENYELERET MEMANJANG. TATAPI YANG BETINA
TIDAK DITANDAI SPT BETINA TSB.
5. JANGAN HERAN JIKA PUYUH MEMPUNYAI KONVERSI PAKAN YANG
TINGGI.

Angka konversi pakan dapat dihitung dengan membandingkan jumlah pakan yang
dihabiskan dengan jumlah produksi yang dihasilkan (bisa telur ataupun daging).
Angka tsb tidak mempunyai satuannya karena baik pembilang maupun penyebutnya
mempunyai satuan yang sama. Itulah mengapa konversi pakan tak mempunyai satuan
dan tidak diamati di kandang, tetapi cukup dihitung saja. Secara spesifik angka
konversi pakan puyuh lebih tinggi bila dibandingkan dengan ayam maupun itik. Ayam
petelur 2,2 2,5, pedaging 2, 1 2,3 dan itik sekitar 2,2 2,5, tetapi apa yang terjadi
pada puyuh ? yaiutu sekitar 3 6. Arti angka konversi pakan 2,2 untuk menghasilkan 1
kg telur dibutuhkan pakan sebesar 2,2 kg, begitupula pada itik maupun puyuh.
Mengapa demikian ? karena tidak ada pakan khusus puyuh yang harganya disesuaikan
dengan harga hasil produk yang dihasilkan puyuh (telur atau dagingnya), tetapi pada
kenyataannya harga pakan puyuh selalu disamakan dengan harga pakan ayam yang
telurnya lebih mahal dari telur puyuh begitupula daging ayam lebih mahal dari daging
puyuh.
6. SULITKAH MENGCANDLING PADA PUYUH / MENENTUKAN
FERTILITASNYA ?
Candling adalah aktifitas memeriksa telur agar ditemukan mana telur yang fertil, telur
yang infertil atau mana telur yang berkode Dead Embryo (DE). Telur bangsa unggas di
dunia ini yang MEMPUNYAI WARNA YANG ANEH DAN BIN AJAIB HANYA
PUYUH SAJA, mengapa ? perhatikan telur ayam jika ndak putih ya krem, telur itik
jika biru muda atau putih, merpati keputihputihan. Nah, jika anda menetaskan telur
ayam, itik atau merpati mudah melihat dengan candler karena warnanya transparan
sehingga mudah terdeteksi hasil, tetapi bagaimana dengan telur puyuh yang blontang
blontag hitam dan adanya lerek putih ? Jangan kuatir ini hasil pengamatan penulis
dapat dituliskan beberapa cara menentukan fertilitas pada telur puyuh, Caranya : (1).
jika anda berpengalaman atau sering melakukannya yaitu dibuat candler sebesar telur
puyuh kemudian disinarkan pada lampu, amati yang sela sela putihnya, jika adanya
cabang-cabang darah itu fertil (harus sering melakukannya) (2). Sampai akhir proses
penetasan pada hari ke 18, jika ada yang telur masih utuh tidak menetas (dipecah),
dengan dipecah kita tahu apa telur tsb fertil atau infertil.
7. BOBOT TELUR DAN UMUR INDUK BERAPAKAH YANG BAIK UNTUK
DITETASKAN ?
Menurut hasil penelitian penulis dengan judul : Pengaruh bobot telur dan umur induk
terhadap performans pada burung puyuh (Coturnix coturnix japonica), 1987. Ada
korelasi yang positif antara bobot telr telur dengan umur induk. Umur betina yang
baru pertama kali bertelur akan menghasilkan bobot telur yang kecil, dan akan
cenderung meningkat bobot telurnya yang diiukuti dengan panjang umurnya. Dengan
demikian dari awal bertelur sampai akhir pemeliharaan dari puyuh mempunyai
kisaran bobot telur sebesar 8 s/d 13 gram. Nah, yang baik untuk ditetaskan yaitu pada
umur sekitar 3 4 bulan dengan bobot telur sebesar 10 11 gram. Mengapa ? umur

sekitar itu baik pada yang jantan untuk menghasilkan kualitas semennya sedangkan
yang betina akan menghasilkan telur yang ideal bobot telurnya, dengan demikian jika
ditetaskan akan menghasilkan fertilitas dan daya tetas yang tinggi.
http://edhysudjarwounggas.lecture.ub.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai