Anda di halaman 1dari 45

PERKANDANGAN

pada lahan seluas 1 hektar atau 10.000 m² idealnya memuat


populasi 20.000-25.000 ekor. Kandang pembesaran yang ideal
berukuran panjang 40 m dan lebar 5 m. Kandang yang tidak
terlalu lebar sangat berguna untuk kebutuhan ayam dalam hal
ini kenyamanannya. Hal ini disebabkan semakin lebar kandang
maka ayam akan sulit mendapatkan udara segar karena
sirkulasi atau pergerakan udara yang lambat. Kandang type
postal seluas 200 m² (40 x 5 m) cukup optimal untuk
memelihara pullet sejumlah 1600 ekor hingga berumur 112
hari. Sementara itu, kandang batre yang berukuran sama bisa
memuat sekitar 2500 ekor pullet (bisa lebih hemat tempat
sekitar 150%).
(slat). Pemelihan lantai kandang sebaiknya memperhatikan
periode umur ayam. Berikut ini anjuran saya tentang
pemakaian type kandang.
.
Masa starter (0-5 minggu) Menggunakan kandang Litter
Masa grower (5-10 minggu) dapat menggunakan kandang
litter akan tetapi lebih baik menggunakan kandang batre (bisa
dari bahan kawat atau bamboo) supaya pertumbuhan ayam
lebih seragam.
Masa developer (10-16 minggu) lebih baik menggunakan
kandang batre
Masa layer atau produksi (diatas 16 minggu) menggunakan
kandang batre
Sedangkan kepadatan kandang yang disarankan untuk masa
starter-developer untuk type lantai yang menggunakan litter
sebagai berikut.
Umur 0-7 hari = 40 ekor/m2
Umur 8-14 hr =30 ekor/m2
dalam kandang batre petelur. 1 kandang batre bisa diisi 1
sampai 2 ekor. Dari pengalaman lapangan sebaiknya 1
kandang batre diisi 1 ekor. Pembuatan kandang dengan
jumlah yang banyak tentu membutuhkan jumlah yang besar.
Namun biaya tersebut bisa tertutup karena dengan perlakuan
seperti ii maka produktifitasnya akan lebih baik, yakni 2-6%
dibandingkan 1 kandang yang berisi 2 ekor. Disamping itu,
tingkat kanibalisme ayam yang menyebabkan kemaian dan
afkir ayam yang tidak diperlukan dapat ditekan. Kandang
batre yang idela adalah berukuran panjang 120 cm, lebar 55
cm dan tinggi 27-32 cm. kandang berukuran seperti ini dapat
memuat 6 ekor ayam petelur. Kadnang batre bisa berukuran
sebagai berikut:
Batre untuk masa grower berukuran 120 x 35 x 32 cm dapat
memuat 12 ekor ayam
Batre untuk masa layer berukuran lebar 120 x panjang 55 x
tinggi depan 32 cm x tinggi belakang 27 cm dapat memuat 6
ekor ayam
Sedangkan kepadatan kandang yang disarankan untuk masa starter-
developer untuk type lantai yang menggunakan litter sebagai berikut.
Umur 0-7 hari = 40 ekor/m2
Umur 8-14 hr =30 ekor/m2
Umur 15-28 hr =20 ekor/m2
Umur 29-112 hr atau lebih = sebaiknya 6-8 ekor/m2
Pullet yang berumur 91-112 hr sudah dapat dipindahkan ke dalam kandang
batre petelur. 1 kandang batre bisa diisi 1 sampai 2 ekor. Dari pengalaman
lapangan sebaiknya 1 kandang batre diisi 1 ekor. Pembuatan kandang dengan
jumlah yang banyak tentu membutuhkan jumlah yang besar. Namun biaya
tersebut bisa tertutup karena dengan perlakuan seperti ii maka
produktifitasnya akan lebih baik, yakni 2-6% dibandingkan 1 kandang yang
berisi 2 ekor. Disamping itu, tingkat kanibalisme ayam yang menyebabkan
kemaian dan afkir ayam yang tidak diperlukan dapat ditekan. Kandang batre
yang idela adalah berukuran panjang 120 cm, lebar 55 cm dan tinggi 27-32
cm. kandang berukuran seperti ini dapat memuat 6 ekor ayam petelur.
Kadnang batre bisa berukuran sebagai berikut:
Batre untuk masa grower berukuran 120 x 35 x 32 cm dapat memuat 12 ekor
ayam
Batre untuk masa layer berukuran lebar 120 x panjang 55 x tinggi depan 32
cm x tinggi belakang 27 cm dapat memuat 6 ekor ayam
Kandang ayam petelur dibagi 2 yaitu : kandang terbuka dan kandang tertutup.
ANALISIS USAHA AYAM
PETELUR
Pengembangan usaha ternak layer (ayam
petelur) di Indonesia masih memiliki
prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi
protein hewani masih kecil. Sesuai standar
nasional, konsumsi protein per hari per
kapita ditetapkan 55 g yang terdiri dari 80%
protein nabati dan 20% protein hewani
(www.litbang.deptan.co.id)..
Hal itu berarti target konsumsi protein
hewani sekitar 11 g/hari/perkapita.
Namun yang terjadi, konsumsi protein
hewani penduduk Indonesia baru
memenuhi 4,7 g/hari/perkapita, jauh
lebih rendah dibanding Malaysia,
Thailand dan Filipina
Kenaikan harga bahan baku pakan dan bakar
minyak tentu sangat berpengaruh terhadap
kenaikan harga bahan baku pakan ayam.
Terutama bahan baku yang berasal dari luar
negeri atau impor. Lebih-lebih dengan naiknya
permintaan pasar internasional dan pemakaian
sebagian bahan baku pakan untuk memproduksi
energi maka harganya pun menjadi semakin
mahal. Pengaruh kenaikan harga bahan bakar
minyak terhadap biaya transport juga sangat
terasa sekali, semakin mahal. Selanjutnya, akan
sangat berpengaruh terhadap harga pokok
produksi telur.
Peningkatan konsumsi protein hewani
akan berdampak positif pada
peningkatan kualitas SDM sebuah
bangsa. Pemenuhan gizi ini, khususnya
protein hewani salah satunya dapat
diperoleh dari telur. Berdasarkan data
dari FAO (2010), jumlah konsumsi telur
penduduk Indonesia 60
butir/orang/tahun..
Konsumsi telur masyarakat Indonesia
ini masih jauh di bawah konsumsi telur
Malaysia dan Thailand yang rata-rata
konsumsi telurnya masing-masing 305
dan 150 butir/orang/ tahun
Parameter Keberhasilan Layer
Bukan perkara yang mudah untuk
mengetahui keberhasilan sebuah
usaha layer. Sejumlah data dan
perhitungan diperlukan untuk
menentukan tingkat keberhasilan.
Keberhasilan disini dibagi menjadi 2
aspek yaitu pencapaian produktivitas
dan keuntungan finansial.
1. Pencapaian Produktivitas
Nilai standar produktivitas ayam telah
ditentukan oleh perusahaan pembibit (breeder).
Standar tersebut meliputi hen day, berat telur,
lama produksi, konversi ransum, kekebalan dan
daya hidup serta pertumbuhan. Pencapaian
performan tersebut tergantung dari manajemen
pemeliharaan yang diterapkan oleh masing-
masing peternak.
2. Hen Day (HD)
Hen day ialah persentase produksi telur
yang dihasilkan oleh ayam produktif per
hari. Rata-rata produksi (HD) layer
selama hidupnya ialah 80% dengan HD
mencapai puncak produksi pada angka
95% dan persistensi produksi (lama
bertahan dipuncak HD>90%) selama 23-
24 minggu (rata-rata strain ayam
petelur).
3. Feed Conversion Ratio (FCR)
Konversi ransum dalam farm layer merupakan
jumlah ransum yang dikonsumsi ayam untuk
menghasilkan sebutir telur. Ayam yang baik akan
mengkonsumsi sejumlah ransum lebih sedikit
dibandingkan telur yang dihasilkan. Idealnya satu
kilogram ransum dapat menghasilkan satu
kilogram telur atau lebih. Namun sampai saat ini,
hal itu belum pernah ada. Nilai FCR
untuk layer berkisar 2,1 – 2,3.
4. Tingkat Kematian (mortalitas)
Mortalitas ditentukan oleh banyak faktor
seperti kesalahan manajemen pemeliharaan
dan infeksi bibit penyakit. Untuk mencegah
tingginya angka mortalitas, maka jalan
keluarnya ialah meminimalkan faktor
penyebab mortalitas. Mortalitas akan
mempengaruhi nilai penyusutan ayam. Standar
mortalitas layer selama masa grower 2-3%,
sedangkan pada masa produksi 4-7% (Lohman
Management Guide, 2007)
5. Aspek Keuntungan Finansial
Untuk mengetahui keuntungan atau kerugian
suatu usaha dari segi finansial, maka dilakukan
analisis laporan keuangan untuk
mengetahui Break Even Point (BEP).
BEP adalah titik impas antara jumlah
biaya produksi (pengeluaran) dan
tingkat harga pendapatan
(pemasukan). Pada saat mencapai BEP,
peternak hanya memperoleh
keuntungan = 0. Untuk mendapatkan
keuntungan maka harga jual telur
harus di atas nilai titik impas tersebut.
Rumus yang digunakan untuk
menghitung BEP adalah :
Keterangan :
R = harga ransum/kg
FCR = feed conversion ratio
EM = Egg Mass (kg telur yang diproduksi selama
60 minggu)
HP = harga pullet atau biaya pemeliharaan dari
DOC-pullet
HAF = harga ayam afkir
BOVK = biaya obat, vaksin dan kimia
BO = biaya operasional
6. BIAYA PENYUSUTAN
Hal yang tidak kalah penting dalam usaha
farm layer ialah perhitungan biaya
penyusutan dalam biaya produksi.
Kadangkala peternak lupa memasukkan
biaya penyusutan ke dalam perhitungan
sehingga hasil perhitungan dengan laba
yang diperoleh tidak sesuai. Biaya
penyusutan yang dimaksud meliputi
penyusutan ayam, kandang dan peralatan
kandang.
7. PENYUSUTAN AYAM
Pada usaha farm layer, kita dapat
memelihara ayam dari DOC sampai
afkir atau memelihara
dari pullet sampai afkir. Bila
memelihara dari pullet sampai afkir,
maka yang diperhitungkan adalah
harga ayam ditambah biaya masa
produksi. DOC atau ayam pullet ini
disebut bibit.
Untuk menghitung biaya produksi
yang dikeluarkan dari sektor bibit,
tidak hanya jumlah seluruh modal
untuk pembelian bibit, tetapi juga
harus diperhitungkan dengan nilai
yang hilang (penyusutan bibit/
ayam). Penyusutan ayam di sini
bisa disebabkan oleh 2 hal yaitu
peningkatan umur dan mortalitas.
A. Peningkatan umur berpengaruh
terhadap produksi
Ayam petelur mulai berproduksi umur 18 minggu.
Produksi telur dimulai dengan produksi rendah
kemudian meningkat dan puncaknya pada umur
24-26 minggu. Setelah mengalami puncak produksi,
maka produksi akan turun perlahan-lahan. Ayam
bisa berproduksi sampai tingkat menguntungkan
sampai umur 20 bulan. Jadi mulai awal produksi
pada umur 5 bulan dan berakhir pada umur 20
bulan berarti ayam hanya berproduksi efektif
selama 15 bulan. Penyusutan harga ayam setiap
bulan dihitung dengan rumus berikut
Keterangan :
P2 : jumlah ayam pullet
HP : harga ayam pullet atau biaya
pemeliharaan dari DOC-pullet
AA : jumlah ayam afkir
HAA : harga ayam afkir
B. Mortalitas
Mortalitas sangat berpengaruh terhadap
produksi telur (HD). Jika mortalitas tinggi maka
jumlah ayam produktif menurun dan HD pun
akan ikut menurun. Akibatnya pendapatan dari
hasil penjualan telur juga menurun. Semakin
tinggi mortalitas, nilai penyusutan ayam juga
semakin tinggi. Lakukan manajemen kesehatan,
pemeliharaan dan biosecurity yang ketat dan
disiplin untuk meminimalkan mortalitas. Biaya
penyusutan ayam akibat mortalitas :
8. Penyusutan kandang
Beban biaya penyusutan kandang, tidak termasuk nilai
lahan. Karena lahan nilainya tidak menyusut, malah akan
naik terus dari waktu ke waktu. Kandang dapat dibuat di
tanah milik pribadi atau menyewa. Kandang layer bisa
terbuat dari bambu, kayu atau kawat. Kandang bambu
atau kayu lebih cocok untuk usaha peternakan skala kecil,
sementara kandang dari kawat lebih cocok untuk
peternakan skala besar.
Kandang bambu/kayu, biaya investasinya rendah
namun penyusutannya lebih cepat. Sementara
kandang kawat, investasinya tinggi namun
penyusutannya juga lama. Sehingga sebenarnya
kandang kawat jatuhnya lebih murah
dibandingkan dengan kandang bambu. Lama
ketahanan kandang selama 10 tahun.
Penyusutan kandang dihitung dengan rumus
berikut :
Keterangan :
BK/SK : Biaya investasi bangunan
kandang / biaya sewa kandang
LKK/LSDK : Lama ketahanan atau lama
sewa kandang
9. Ransum
Ransum pada pemeliharaan layer
dikelompokkan berdasarkan periode
pemeliharaannya yaitu
masa starter, grower dan layer (produksi).
Ransum untuk layer dapat langsung
menggunakan pakan buatan pabrik atau
melakukan pencampuran sendiri. Porsi terbesar
komponen pembentuk harga pokok produksi telur
adalah ransum yaitu kurang lebih 75%. Ransum
adalah .........
10. Penjualan telur
Informasi pasar selayaknya selalu diketahui
oleh peternak. Fluktuasi harga telur yang
selalu terjadi membuat peternak harus selalu
melakukan pemantauan pasar. Produksi telur
dari bulan ke bulan tidak sama, karena itu
untuk menghitung produksi telur (HD) setiap
bulannya dilakukan dengan mengkalkulasikan
data produksi harian.
Disinilah pentingnya pencatatan
atau recording harian. Perlu juga
kita memprediksikan pendapatan
dari penjualan telur berdasarkan
data produksi rata-rata bulanan
dan harga rata-rata per bulan.
Keterangan :
RHD : Rata-rata Hen Day (%)
A : Jumlah ayam
T : jumlah 1 kg telur (16 butir)
11. Kotoran ayam
Kotoran ayam umumnya sampai 30
karung per bulan per 1000 ekor dan
biasanya dijual untuk dijadikan pupuk
kandang. Penjualan kotoran kandang
dapat memberikan sumbangan
pendapatan bagi peternak
Perhitungan biaya pemeliharaan pullet yang dipelihara sendiri (16 minggu/
4 bulan) tercantum pada tabel 1 dengan diketahui :
Simulasi Analisis
Harga DOC layer : Rp 4.000/ekor
Perhitungan Investasi Layer
Jumlah konsumsi layer fase starter selama 4 bulan : 5,48 kg/ekor
Biaya investasi kandang postal untuk pemeliharaan fase starter dengan
kapasitas 1000 ekor : Rp 12.000.000
Biaya investasi peralatan kandang untuk kapasitas 1000 ekor : Rp 2.500.000
Biaya kesehatan DOC-pullet : Rp 5.770,36/ekor
Biaya tenaga kerja : Rp 400.000/bulan
Biaya lain-lain : Rp 200.000/bulan
Mortalitas pemeliharaan dari DOC-pullet : 2%
Berdasarkan data pada tabel 1, jika mortalitas selama masa
pemeliharaan startersebesar 2%, maka harga pullet yang dipelihara sendiri
adalah :
= Total biaya pemeliharaan DOC-pullet Jumlah ayam
= Rp 35.246.693,33 = Rp 35.966,01 (1000-20)ekor
Ada selisih Rp 4.033,99 dari harga pullet jadi/pullet pabrikan (Rp. 40.000,00/
ekor).
ISTILAH DALAM PETERNAKAN AYAM
PETELUR
1. puncak produksi adalah perhitungan produksi telur ayam yang tertinggi,
biasanya dihitung perminggu atau rata-rata 1minggu. Bukan dihitung hari-
hari tertentu saja.
2. Hen Day Production (HDP) adalah cara menghitung produksi telur
harian; perhitungannya adalah jumlah telur dibagi jumlah ayam saat itu x
100% biasa dihitung selama 1 minggu (rata-rata selama 1 minggu).
3. Hen Housed Production (HHP) adalah menghitung produksi telur jumlah
ayam yang dikandangkan; perhitungannya adalah jumlah produksi telur
hari tertentu dibagi jumlah ayam yang dikandangkan awal produksi (jadi
jika ada ayam yang mati tidak diperhitungkan, tetap pembaginya adalah
jumlah awal ayam yang dimasukan) x 100%, biasa dihitung selama 1
minggu (rata-rata selama 1 minggu).
4. Egg mash adalah cara menghitung produksi telur harian (HDP)
hubungannya dengan berat telur; perhitungannya adalah Hen Day
Production x berat telur, biasa dihitung selama 1 minggu (rata-rata selama
1 minggu).
KEBUTUHAN NUTRISI
1. Fase starter adalah pakan ayam masih anak disebut juga DOC. Masa
pakan ayam petelur disesuaikan dengan umurnya karena pada masa ini
anak ayam masih rentan terhadap gangguan luar. Periode stater adalah
ayam umur 0 – 4 minggu (anak ayam)
2. Fase grower adalah dimana ayam sedang masa pertumbuhan. Pakan yang
diberikan juga menyesuaikan dengan umur, baik dari segi gizi atau tata
cara pemberian. Pada masa ini penting mengingat kalau salah dalam
perawatan termasuk pemberian pakan dapat menyebabkan saluran
reproduksi terlambat berkembang, sehingga ayam juga terlambat
bertelur. Periode grower adalah ayam umur 4 – 16 minggu (masa
pertumbuhan)
3. Fase layer yaitu masa produksi. Masa produksi telur juga harus
disesuaikan dengan kebutuhan gizi ayam. Gunanya biar produksi ayam
bisa maksimal dengan biaya yang rendah tapi tetap dengan kualitas telur
yang baik. Periode layer adalah ayam umur 16 minggu – sampai
akhir (masa produksi telur)
Waktu pemberian pakan ayam petelur
Pemberian pakan ayam petelur dapat diberikan 2
kali sehari pada pagi hari dan sore.
Kebutuhan pakan dalam 1 hari untuk 1 ekor ayam
adalah 100 gram
Pembagian dan waktu pemberian pakan ayam
petelur
1. Jam 7.00 ( pagi) diberikan 30 % sampai 40 %
2. Jam 15.00 (sore) diberikan 60 % sampai 70 %
Pemberian pakan lebih banyak sore hari karena
keinginan makan ayam lebih besar pada jam
tersebut. Usahakan juga pemberian pakan tepat
waktu agar menghindari ayam stres.
Lebih jelasnya seperti ini :
Catatan : Vitamin premix & mineral premix dosis bisa disesuaikan dengan
rekomendasi dalam kemasan.

Jagung 50 %

Dedak Padi 10 %

Bungkil Kedelai 28 %

Kapur/LSG 9%

DCP 2.5 %

Garam 0.3 %

vitamin premix 0.1 %

mineral premix 0.1 %

Total 100 %

Anda mungkin juga menyukai