Anda di halaman 1dari 73

Gejala penyakit mastitis adalah sbb:

 Meningkatnya suhu badan dan frekuensi pernafasan ternak


 Nafsu makan ternak akan menurun secara drastis
 Adanya perubahan air susu kambing seperti perubahan warna seperti kekuning-kuningan dan
mengandung nanah, peradangan dan dan perubahan bentuk ambing,
 Otot ternak menjadi lemas

Ternak sapi atau kambing mengalami


dehidrasi, depresi, bisa menyebabkPenyakit
Mastitis Subklinis Pada Sapi Perah
PENDAHULUAN

Penyakit radang ambing atau yang dikenal sebagai mastitis merupakan masalah utama dalam
peternakan sapi perah karena menyebabkan kerugian ekonomi mencapai Rp.10 juta/ekor/tahun
akibat penurunan produksi susu, penurunan kualitas susu, biaya perawatan dan pengobatan yang
mahal serta pengafkiran dini sapi produktif. Selain kerugian ekonomis, penyakit mastitis secara
tidak langsung dapat berdampak pada kesehatan manusia. Peningkatan kejadian penyakit mastitis,
diikuti dengan peningkatan penggunaan antibiotika, yang pada gilirannya berpotensi meningkatkan
residu antibiotik dalam air susu dan potensi peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotika.
Residu antibiotika dapat mengakibatkan masalah kesehatan bagi manusia yang serius.

APA ITU MASTITIS?

Mastitis adalah penyakit radang pada ambing bagian dalam yang di sebabkan mikroorganisme
patogen atau bakteri penyebab mastitis di dalam kelenjar susu serta adanya reaksi peradangan pada
jaringan ambing. Hasil metabolisme mikroba akan merusak dan mengganggu fungsi selsel alveoli.
Mastitis menyerang sapi perah ada 2 macam, yaitu mastitis klinis dan subklinis (tandatanda mastitis
tidak jelas). Mastitis sub klinis merupakan kasus yang paling banyak dan sering terjadi di lapangan
pada peternakan sapi perah, dapat mencapai 95-98% dari jumlah sapi laktasi (produksi), sedangkan
mastitis klinis, 2-5%.

KERUGIAN AKIBAT MASTITIS

Kerugian ekonomi yang diakibatkan mastitis subklinis berupa (1) Penurunan produksi air susu per
kuartir per hari antara 9-45,5%; (2) Penurunan kualitas air susu yang mengakibatkan penolakan air
susu mencapai 30-40%, penurunan kualitas hasil olahan air susu; dan (3) Peningkatan biaya
perawatan dan pengobatan serta (4) Pengafkiran ternak lebih awal.

PENYEBAB MASTITIS

Berdasarkan hasil identifikasi di daerah sentra sapi perah di Jawa Barat, bakteri patogen penyebab
mastitis adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae. Penularan bakteri ini adalah
masuk melalui puting dan kemudian berkembang biak di dalam kelenjar susu. Hal ini terjadi karena
puting yang habis di perah, terbuka, kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah
mengandung bakteri.
Gambar 1. Proses masuknya bakteri

MEKANISME MASUKNYA BAKTERI

Bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae masuk ke dalam puting. Setelah bakteri
tersebut berhasil masuk ke dalam kelenjar, akan membentuk koloni, kemudian dalam waktu singkat
akan menyebar ke lobuli dan alveoli. Pada saat mikroorganisme sampai di mukosa kelenjar, tubuh
akan bereaksi dengan memobilisasikan leukosit. Proses radang ditandai dengan peningkatan suhu,
jumlah darah yang mengalir, adanya perasaan sakit atau nyeri, bengkak, dan gangguan
fungsi. Adanya peradangan tersebut maka produksi air susu akan menurun.

PROSES TERJADI MASTITIS SUBKLINIS

Proses mastitis hampir dimulai masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar melalui lubang puting
(sphincter putting). Sphincter putting berfungsi untuk menahan infeksi

kuman. Pada dasarnya, kelenjar mammae sudah dilengkapi perangkat pertahanan,

sehingga air susu tetap steril. Perangkat pertahanan yang dimiliki oleh kelenjar mammae, antara lain
: perangkat pertahanan mekanis (Gambar 2), seluler dan perangkat pertahanan yang tidak tersifat
(nonspesifik). Tingkat pertahanan ambing mencapai titik terendah pada saat sesudah dilakukan
pemerahan, karena spinchter putting masih terbuka sekitar 2-3 jam, sel darah putih jumlahnya
sangat minim, sementara antibody dan enzim juga habis ikut terperah.

PENGOBATAN PENYAKIT MASTITIS SUBKLINIS

Sebelum menjalankan pengobatan, sebaiknya dilakukan uji sensitifitas. Resistensi Staphylococcus


aureus terhadap penicillin disebabkan oleh adanya β- laktamase yang akan menguraikan cincin β-
laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin. Pengobatan mastitis sebaiknya menggunakan:
Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol. Disinfeksi puting dengan alkohol dan infuse
antibiotik intra mamaria bisa mengatasi mastitis. Injeksi kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin,
xamethasone dan antihistamin dianjurkan juga. Antibiotik akan menekan pertumbuhan bakteri
penyebab mastitis, sedangkan dexamethasone dan antihistamin akan menurunkan peradangan.
Waktu pengobatan bagi ambing yang radangnya tidak berat, dianjurkan untuk ditunda sampai
sehabis laktasi, dengan pertimbangan agar air susunya tidak terhenti pengedarannya. Mastitis yang
akut dapat diberikan pengobatan suntikan prokain penicilin G + dihidrostreptomycin 2 cc/100 kg
berat badan setiap hari. Sulfamethazine 120 mg/kg berat badan per os melalui mulut, dianjurkan
dengan 60 mg/ kg berat badan setiap 12 jam selama 4 hari. Untuk mastitis kronis dapat diberikan
pengobatan yaitu diberikan penicilin mastitis ointment, chlortetracycline ointment, atau
oxytetracycline mastitis ointment Daftar Pustaka Nurhayati, I., S dan E. Martindah.
015. Pengendalian Mastitis Subklinis melalui Pemberian Antibiotik Saat Periode Kering pada Sapi
Perah.

 nan kematian

Penyebab mastitis adalah:

Mastitis hanya menjangkiti ternak ruminansia betina kambing, sapi atau domba yg tengah menyusui
atau lepas sapih. Penyebab mastitis adalah bakteri, bahan kimia, temperature atau suhu, trauma
peralatan mekanik. Tetapi yang menjadi penyebab utama pada mastitis adalah bakteri
Staphylococcus sp. Bakteri ini bisa menginfeksi karena kandang ternak kita yang tidak bersih., saat
ternak kita tidur, ambing langsung bersentuhan langsung dengan lantai kandang. Bisa juga
disebabkan lubangnya ambing yg terbuka lebar disebabkan ternak kita sedang masa laktasi.

Pencegahan dan pengendalian

Untuk mencegah dan mengendalikan mastitis adalah dengan kita menerapkan beberapa strategi atau
cara. Sistem pemeliharaan yang baik bisa kita praktekkan misalnya dengan memakai antiseptik
guna penceluppan putting susu saat sebelum dan setelah pemerahan. Dibeberapa Negara maju telah
banyak menerapkan vaksinasi meskipun meskipun hanya untuk mengurangi gejala dari mastitis.
Disamping vaksinasi, kita juga menjaga kadang agar tetap bersih. Orang yang memerah susu juga
perlu diperhatikan. Air yang kita pakai untuk mencuci ambing sangat bermafaat untuk mencegah
mastits. Hal lain yang bisa kita lakukan adalah dengan pencelupan dan putting sebelum dan setelah
pemerahan. Dan jangan lupa juga untuk membersihkan ambing secara rutin. Kita lakukan ini untuk
mencegah bakteri dan mengurangi bakteri yang masuk ke ambing ternak. Banyak sekali anti bakteri
yang bisa kita pakai untuk penceluppan putting yaitu cairan iodium dan klorin.

Cara pengobatan mastitis

Umumnya mastitis bisa diobati dengan memberikan antibiotic long intra muscular. Tetapi guna
mempercepat prosese kesembuhan ternak, bisa juga dengan menambahkan dengan memberikan
antiobiotik lagsung langsung ke ambing. Antibioti yang umumnya dipakai yaitu antibiotic
berspectrum misalnya peniciline-streptomicine. Tetapi sekarang ini tersedia antibiotic yg khusus
untk mengobati mastitis yakni Suanovil (spiramycine).

Tahap awal yg bisa kita lakukan untuk mengobati penyakit mastitis ini adalah dengan
menyuntikkan penstrep intera mamae dgn takaran 0,8cc. Setelah disuntikkan beberapa hari, tetapi
tedak menampakkan dan menunjukan kondisi yg baik. Kita bisa putuskan untk menggantikan obat
antibiotic yg diberikan dgn suanovil. Suanovil yang dierikan intera muscular tetapi disuntikkan
dekat dengan ambingnya, dengan takaran 1cc. sesudah diberikan dua hari, ambing yg busuk telah
mengelupas mamea.

Untuk permukaan ternak yg mengalami peradangan dan mengalami kondisi luka, kita mesti
semprotkan antiseptic seperti Gusanex. Ini kita lukakan untuk mencegah infeksi yg lebih parah lagi
dari kontaminasi bakteri yg berasal dari lingkungan luar.

Penyakit Pink Eye.


Pink Eye merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun kambing,
biasanya bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan kekeruhan mata.

Penyakit ini tidak sampai menimbulkan kematian, akan tetapi dapat menyebabkan kerugian
yang cukup besar bagi peternak, karena akan menyebabkan kebutaan, penurunan berat badan dan
biaya pengobatan yang mahal.

Etiologi

Pink Eye disebabkan oleh bakteri, virus, rikketsia maupun chlamydia, namun yang paling
sering ditemukan adalah akibat bakteri Maraxella bovis.

Cara Penularan

Mikrorganisme penyebab ditularkan lewat kontak antara ternak peka dengan ternak
penderita atau oleh serangga yang bisa memindahkan mikroorganisme atau bisa juga lewat iritasi
debu atau sumber-sumber lain yang dapat menyebabkan goresan atau luka mata.

Gejala Klinis

Mata berair, kemerahan pada bagian mata yang putih dan kelopaknya, bengkak pada
kelopak mata dan cenderum menjulingkan mata untuk menghindari sinar matahari. Selanjutnya
selaput bening mata/kornea menjadi keruh dan pembuluh darah tampak menyilanginya. Kadang-
kadang terjadi borok atau lubang pada selaput bening mata. Borok dapat pecah dan mengakibatkan
kebutaan. Mata akan sembuh dalam waktu 1 – 4 minggu, tergantung kepada penyebabnya dan
keganasan penyakitnya.

Pengobatan

Suntikan antibiotik, seperti tetracyclin atau tylosin dan penggunaan salep mata dapat
membantu kesembuhan penyakit. Menempatkan ternak pada tempat yang teduh atau menempelkan
kain di mata dapat mengurangi rasa sakit mata akibat silaunya matahari.
Pencegahan

Memisahkan ternak yang sakit dari ternak-ternak sehat merupakan cara terbaik untuk
pencegahan terhadap pinx eye. Tidak tersedia vaksin untuk penyakit ini.

Bloat (Kembung Perut/Timpani Ruminal)

Kembung sering dijumpai pada ruminansia, baik pada sapi, kambing maupun domba. Pada
dasarnya kembung disebabkan karena ketidak-mampuan ternak menghilangkan gas yang dihasilkan
oleh rumen. Keadaan tersebut bisa menyebabkan kematian kalau tidak segera ditangani. Kematian
disebabkan oleh tertekannya diafragma dan paru-paru oleh rumen yang mebesar akibat gas yang
berlebihan.

Etiologi

Kembung bisa disebabkan oleh sejenis tanaman untuk pakan ternak. Tanaman yang sering
menyebabkan kembung adalah leguminosa (kacang-kacangan), seperti kacang tanah, Centrocoma
dan alfafa. Tanaman yang masih berumur muda dan biji-bijian yang diberikan dalam bentuk halus
juga bisa menimbulkan kembung.

Selain faktor pakan, faktor individu ternak juga menentukan kepekaan terhadap kejadian
kembung. Ternak yang dalam keadaan bunting atau dalam kondisi kurang baik, mungkin juga
kekurangan darah dan kelemahan umum cenderung mudah menderita kembung.

Gejala Klinis

Ternak sebentar-sebentar berbaring dan kemudian berdiri, tampak sempoyongan dan


berjalan ke sana kemari tanpa tujuan, kelihatan bingung. Terlihat sulit bernapas, sisi tubuh sebelah
kiri menggembung/menonjol ke atas dan ke luar, serta bersuara drum apabila ditepuk. Gerakan
rumen biasanya tetap berlangsung sampai bagian dalam dari mulut dan daerah sekitar mata berubah
menjadi kebiruan. Perubahan ini menunjukkan adanya kekurangan oksigen dan mendekati
kematian.

Pengobatan

Pengobatan secara cepat sangat diperlukan. Paksa ternak untuk berdiri, posisikan kaki depan
lebih tinggi daripada kaki belakang. Mulut dibuka, sepotong kayu dimasukkan melintang dan pada
kedua ujungnya diikiatkan tali. Kemudian tali tersebut diikatkan ke belakang tanduk agar tidak
lepas. Metode ini sering dikenal dengan sebutan broom stick therapy. Tindakan ini merangsang
pengeluaran air liur dan membantu mengurangi kembung perut. Selanjutnya pemberian obat atau
bahan lain bisa dilakukan. Minyak goreng, minyak kayu putih atau minyak atsiri yang dicampur air
hangat bisa diberikan. Obat-obatan kimia dengan merek dagang”” tympasol”” untuk kembung berat
bisa diberikan secara per oral. Tympasol berisi zat-zat aktif, antara lain : 4 – chloro - m – cresol, 4 –
chloro – m- xylenon, formaldehid Thymal, Timol, Dimethyl polysiloksan. Obat lain dengan merek
dagang “Antibloat” berisi dimethicone bisa juga dipakai secara per oral. Obat dengan merek dagang
”Castor Oil” yang berisi minyak castor digunakan untuk kembung ringan.

Pencegahan

Pada umumnya ternak yang terkena kembung akan kehilangan napsu makan dan minum,
sehingga pengobatan juga akan sulit. Langkah yang paling bijaksana adalah dengan jalan
mewaspadai ternak terkena kembung melalui pengawasan gejala-gejala kembung dan menejemen
pemeliharaan yang lebih baik.

5. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia

Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian
dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing disebut sebagai
penyakit ekonomi. Kerugian-kerugian akibat penyakit cacing, antara lain : penurunan berat badan,
penurunan kualitas daging, kulit, dan jerohan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja
pada ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah dan bahaya penularan
pada manusia.
5.1. Fasciolosis

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Fasciola sp. Pada umumnya yang banyak
ditemukan di Indonesia adalah Fasciola gigantica. Fasciolosis pada kerbau dan sapi biasanya
bersifat kronik, sedangkan pada domba dan kambing dapat bersifat akut. Kerugian akibat fasciolosis
ditaksir 20 Milyard rupiah / tahun yang berupa : penurunan berat badan serta tertahannya
pertumbuhan badan, hati yang terbuang dan kematian. Disamping itu kerugian berupa penurunan
tenaga kerja dan daya tahan tubuh ternak terhadap penyakit lain yang tidak terhitung.

Etiologi

Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan
darah.

Ternak Rentan

Ternak yang rentan terhadap Fasciolosis adalah sapi, kerbau, kambing dan ruminansia lain.
Ternak berumur muda lebih rentan daripada ternak dewasa.

Gejala Klinis

Pada Sapi penderita akan mengalami gangguan pencernaan berupa konstipasi atau sulit
defekasi dengan tinja yang kering. Pada keadaan infeksi yang berat sering kali terjadi mencret,
ternak terhambat pertumbuhannya dan terjadi penurunan produktivitas.

Pada Domba dan kambing, infeksi bersifat akut, menyebabkan kematian mendadak dengan
darah keluar dari hidung dan anus seperti pada penyakit anthrax. Pada infeksi yang bersifat kronis,
gejala yang terlihat antara lain ternak malas, tidak gesit, napsu makan menurun, selaput lendir
pucat, terjadi busung (edema) di antara rahang bawah yang disebut “bottle jaw”, bulu kering dan
rontok, perut membesar dan terasa sakit serta ternak kurus dan lemah.
Kelainan Pasca Mati

Pada kasus akut akan ditemukan pembendungan dan pembengkakan pada hati, terdapat
ptechie pada permukaan maupun sayatan hati, kantong empedu dan usus mengandung darah.

Pada kasus kronis, terlihat saluran empedu menebal dindingnya, mengandung parasit dan
seringkali batu, disamping itu ditemukan pula anemia, kekurusan dan hati mengeras (sirosis hati).

Diagnosis

Diagnosis didasarkan pada gejala klinis, identifikasi telur cacing di bawah mikroskop dan
pemeriksaan pasma mati dari ternak yang mati.

Pencegahan

Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan, antara lain memberantas siput secara biologik,
misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek, ternak jangan digembalakan di dekat selokan (genangan
air) dan rumput jangan diambil dari daerah sekitar selokan.

Pengobatan

Pengobatan secara efektif dapat dilakukan dengan pemberian per oral Valbazen yang
mengandung albendazole, dosis pemberian sebesar 10 - 20 mg/kg berat badan, namun perlu
perhatian bahwa obat ini dilarang digunakan pada 1/3 pertama kebuntingan, karena menyebabkan
abortus. Fenbendazole 10 mg/kg berat badanatau lebih aman pada ternak bunting. Pengobatan
dengan Dovenix yang berisi zat aktif Nitroxinil dirasakan cukup efektif juga untuk trematoda. Dosis
pemberian Dovenix adalah 0,4 ml/kg berat badan dan diberikan secara subkutan.Pengobatan
dilakukan tiga kali setahun.

5.2. Nematodosis
Nematodosis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Nematoda atau cacing gilig. Di
dalam saluran pencernaan (gastro intestinalis), cacing ini menghisap sari makanan yang dibutuhkan
oleh induk semang, menghisap darah/cairan tubuh atau bahkan memakan jaringan tubuh. Sejumlah
besar cacing Nematoda dalam usus bisa menyebabkan sumbatan (obstruksi) usus serta
menimbulkan berbagai macam reaksi tubuh sebagai akibat toksin yang dihasilkan.

Pada ternak ruminansia telah diketahui lebih dari 50 jenis spesies, tetapi hanya beberapa
spesies yang mempunyai arti penting secara ekonmis, antara lain sebagai berikut :

a. Haemonchus contortus

Penyakit yang disebabkan oleh cacing Haemonchus contortus disebut Haemonchosis.


Panjang cacing Haemonchus contortus betina antara 18 – 30 mm dan jantan sekitar 10 – 20 mm.
Pada cacing betina secara makroskopis usus yang berwarna merah berisi darah saling melilit dengan
uterus yang berwarna putih. Cacing dewasa berlokasi di abomasum domba dan kambing.

Kerugian

Haemonchus adalah cacing penghisap darah, setiap ekor per hari menghabiskan 0,049 ml
darah, sehingga menyebabkan anemia.

Gejala Klinis

Anemia merupakan gejala utama dari infeksi Haemonchus bersamaan dengan kehilangan
darah dan kerusakan usus. Terlihat busung di bawah rahang, diare, tapi kadang-kadang kambing
sudah mati sebelum diare muncul. Gejala lain yang menonjol, yaitu : penurunan berat badan,
pertumbuhan yang jelek dan penurunan produksi susu.

Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis, identifikasi telur-telur cacing di bawah
mikroskop, serta bedah bangkai pada ternak yang mati juga akan membantu penetapan diagnosis.

Pencegahan

Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah jangan menggembalakan ternak terlalu
pagi, pemotongan rumput sebaiknya dilakukan siang hari, pengobatan secara teratur dan
mengurangi pencemaran tinja terhadap pakan dan air minum.

Pengobatan

Pengobatan yang bisa diberikan berupa kelompok benzilmidazole, antara lain albendazole
dengan dosis 5 – 10 mg/kg berat badan, mebendazole dengan dosis 13,5 mg/kg berat badan dan
thiabendazole dengan dosis 44 – 46 mg/kg berat badan. Albendazole dilarang dipakai pada 1/3
kebuntingan awal. Mebendazole dan thiabendazole aman untuk ternak bunting, tetapi thiabendazole
sering menyebabkan resistensi.

b.Toxocara vitulorum (Neoascaris vitulorum)

Cacing Toxocara vitulorum termasuk klas Nematoda yang memiliki kemampuan lintas hati,
paru-paru dan plasenta. Ukuran panjang cacing betina adalah sebesar 30 cm dan lebar 25 cm, warna
kekuning-kuningan dengan telur agak bulat dab memiliki dinding yang tebal. Habitat cacing adalah
pada sapi dan kerbau serta berlokasi di usus kecil.

Cara Penularan

Terdapat tiga cara penularan cacing Toxocara vitulorum, antara lain makan telur, tertelan
tanpa sengaja, lewat plasenta pada saat fetus dan lewat kolustrum pada waktu menyusu induknya.

Gejala Klinis
Pada anak sapi atau kerbau terjadi diare dan ternak menjadi kurus. Pernah dilaporkan juga
bisa menyebabkan kematian. Anak sapi yang tetap hidup akan mengalami gangguan pertumbuhan.

Diagnosis

Pemeriksaan telur cacing dalam tinja merupakan cara diagnosis adanya cacing ini.

Pengobatan dan pencegahan

Upaya pengobatan cacing ini adalah dengan pemberian piperazin. Pengobatan secara teratur
pada anak sapi dan kambing, menjaga kebersihan kandang merupakan tindakan pencegahan yang
diharuskan.

c. Oesophagostomum sp.(cacing bungkul)

Cacing bungkul dewasa hidup di dalam usus besar. Disebut cacing bungkul karena bentuk
larva cacing ini dapat menyebabkan bungkul-bungkul di sepanjang usus besar. Ukuran rata-
rata cacing bungkul dewasa betina antara 13,8 – 19,8 mm dan Jantan antara 11,2 – 14 5 mm. Gejala
klinis yang ditemukan antara lain kambing kurus, napsu makan hilang, pucat, anemia dan kembung.
Tinja berwarna hitam, lunak bercampur lendir atau darah segar.

d. Bunostomum sp (cacing kait)

Lokasi hidup cacing kait adalah di dalam usus halus kambing dan domba. Panjang caing
jantan kira-kira 12 – 17 mm dan betina kira-kira 19 – 26 mm. Dikenal dengan cacing kait karena
pada bagian ujung depan (kepala) cacing membengkok ke atas sehingga berbentuk seperti kait.
Gejala klinis yang bisa diamati antara lain ternak mengalami anemia, terlihat kurus, kulit kasar,
bulu kusam, napsu makan turun, tubuh lemah. Tinja lunak dengan warna coklat tua. Perlu diketahui
bahwa cacing Bunostomum sp menempel kuat pada dinding usus. Cacing memakan jaringan tubuh
dan darah, sehingga walaupun jumlah cacing hanya sedikit, namun ternak cepat menunjukkan
gejala klinis yang nyata.
e. Trichostrongylus sp (cacing rambut)

Cacing kelompok ini ukurannya sangat kecil dan hidup di dalam usus halur kambing dan
domba. Dinamakan caing rambut karena tebalnya kurang lebih sama dengan rambut, sedangkan
panjangnya kurang dari 10 mm.

Telur cacing yang keluar bersama tinja akan berkembang menjadi larva apabila susana di
luar, seperti kelembaban, suhu, oksigen cukup menguntungkan bagi kehidupannya, misalnya
adanya tumpukan feses. Pada keadaan tersebut larva akan berkembang menjadi larva infektif.
Di tempat penggembalaan larva dapat hidup sampai 6 bulan.

Kepekaan ternak terhadap serangan cacing ini tergantung beberapa faktor, antara lain umur,
kualitas pakan, genetik dan pengaruh luar, misalnya pemberian obat-obatan. Kambing muda dan
kualitas pakan yang jelek akan lebih peka terhadap serangan cacing.

Gejala klinis yang bisa diamati adalah ternak muda terlihat pertumbuhan terhambat, mencret
dengan warna tinja hijau kehitaman, kurus dan diakhiri kematian.

Ternak bisa tertular cacing ini dengan cara menelan telur berembrio yang terdapat di
rumput-rumputan atau dengan cara menelan larva infektif atau larva menembus kulit.

Pencegahan

Tindakan pencegahan terhadap penyakit nematodosis, antara lain berupa pemberian pakan
kualitas tinggi dengan kuantitas yang cukup, menghindarkan berjubelnya ternak dalam satu petak
penggembalaan, memisahkan ternak berdasarkan umur, menghindarkan ternak dari tempat-tempat
becek, selalu memelihara kebersihan kandang dan lingkungan peternakan dan melakukan
pemeriksaan feses dan pengobatan terhadap cacing secara teratur.

5.3. Cestodosis
Cacing Moniezea merupakan cacing Cestoda yang sering menyerang kambing. Cacing ini
memiliki panjang tubuh bisa mencapai 600 cm dan lebar 1 – 6 cm. Bentuk cacing pipih, bersegmen
dan berwarna putih kekuningan. Cacing ini jarang menimbulkan masalah, kecuali jika menyerang
anak kambing yang sangat muda dan dalam jumlah yang besar. Tungau digunakan sebagai inang
antara bagi cacing.

Siklus Hidup

Cacing pita dewasa hidup dalam usus kambing dan domba akan melepaskan segmen yang
masak bersama tinja, segmen tersebut pecah dan melepaskan telur . Telur-telur cacing dimakan oleh
tungau tanah yang hidup pada akar tumbuhan. Telur-telur dalam tubuh tungau menetas menjadi
larva. Kambing/domba memakan tungau bersama-sama akar tanaman, seingga larva akan tertelan
dan tumbuh menjadi dewasa di usus.

Gejala Klinis

Gejala yang terlihat pada kambing penderita, antara lain badan kurus, bulu kusam, selaput
mata terlihat pucat, anemis, terdapat gejala edema dan mencret. Biasanya potongan segmen yang
matang keluar bersama tinja atau kadang menggantung di anus.

Diagnosis

Terlihatnya segmen yang menggantung di anus atau adanya potongan segmen cacing
bersama tinja dan disertai dengan gejala klinis cukup memberikan petunjuk adanya infeksi cacaing
Moniezea pada kambing. Apabila potongan cacing tidak ditemukan, maka diagnosis didasarkan
dengan pemeriksaan telur cacing di bawah mikroskop.

Pencegahan
Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap cacing Moniezea, selain tindakan
pengobatan pada ternak yang sakit, juga harus dilaksanakan pemberantasan terhadap insekta
(serangga) yang dapat digunakan sebagai inang antara.

Pengobatan

Bisa diberikan preparat obat, antara lain : albendazole, oxfendazole 5 mg/kg berat badan,
cambendazole 20 – 25 mg/kg berat badan, fenbendazole 5 – 10 mg/kg berat badan atau
mebendazole 13,5 mg/kg berat badan.

Dec
9

Penyakit Kembung Pada Ternak Ruminansia


Bloat/kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ
sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada
seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan
asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan
mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi yang menderita kembung perut,
biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi
mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi
mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit
kembung perut tidak membahayakan atau menular kepada binatang lain atau manusia, daging sapi
yang terserang penyakit inipun masih aman untuk dikonsumsi.

A. Etiologi
Penyakit kembung (Timpani) merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ternak
ruminansia terutama sapi dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu waspada, karena
pada kasus yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak. Timpani pada ternak dapat
diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara garis besar, timbulnya kembung disebabkan oleh
akumulasi gas yang berlebihan di dalam rumen hewan ruminansia. Seperti kita ketahui, pencernaan
bahan makanan di dalam perut hewan ruminansia dilakukan oleh mikroorganisme di dalam perut
ternak. Mikroorganisme yang secara alamiah ada di dalam perut yang bertugas melakukan
pencernaan awal terhadap bahan makanan dan terutama protein. Proses pencernaan protein oleh
mikroorganisme ini akan menghasilkan berbagai enzim dan asam amino yang dapat diserap oleh
dinding usus ternak. Tanpa adanya mikroorganisme ini dapat dipastikan proses pencernaan makanan
di dalam perut ternak tidak akan dapat terjadi. Namun di sisi lain, proses pencernaan bahan makanan
oleh mikroba juga mengeluarkan eksreksi lain berupa gas yang sebagian besar adalah karbondioksida
(CO2) dan metana (CH4). Gas-gas inilah yang apabila tidak sempat dikeluarkan melalui anus dengan
cara berkentut atau dengan bersendawa akan terakumulasi didalam rumen. Seringkali kembung
ringan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, apabila kejadian berlanjut dan tidak
ditangani maka akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa (froathy bloat) yang akan
semakin sulit bagi ternak untuk mengeluarkannya.
Perut kembung atau timpani adalah suatu keadaan mengembangnya rumen akibat terisi oleh
gas yang berlebihan. Hal ini terjadi ketika esophagus mengalami sumbatan sehingga menghambat
pengeluaran gas. Produksi gas yang cepat (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi akan
memicu terjadinya kembung. Kondisi ini dikaitkan dengan tingginya konsentrasi protein terlarut yang
terdapatdi dalam rumen. Gas yang terbentuk akan menetap di rumen dalam bentuk gelembung-
gelembung kecil yang tidak merangsang terjadinya reflek bersendawa sehingga rumen mengembung.
Timpani merupakan indigesti akut yang disertai dengan penimbunan gas di dalam rumen dan
retikulum ruminansia yang penuh berisi gas (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi yang
berlebihan yang berasal dari proses pencernaan di dalam lambung. Hal ini terjadi ketika esophagus
mengalami sumbatan sehinfga menghambat pengeluaran gas. Timpani disebabkan oleh penyebab
primer dan penyebab sekunder. Penyebab primer adalah akibat dari fermentasi makanan yang
berlebihan kemudian hewan tidak mampu mengeluarkan gas, sehingga gelembung-gelembung gas
akan terakumulasi yang merupakan penyebab kembung. Sedangkan penyebab sekunder berupa
gangguan yang bersifat fisikal yang terjadi pada daerah esophagus yang disebabkan oleh benda asing,
stenosis atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus. Makanan yang difermentasi misalnya
hijuan segar yang banyak mengandung air dan berprotein tinggi. Hijuan leguminosa mudah
berfermentasi dan mengeluarkan gas. Oleh karena itu, pemberian hijauan leguminosa segar yang
berlebihan dapat menyebabkan timpani. Pemberiaan makanan konsentrat yang terlalu banyak pula
dapat menyebabkan timpani, terutama konsentrat yang mulai busuk. Rumput basah atau berembun
dapat juga menjadi penyebab perut kembung. Timpani biasanya terjadi pada sapi, kerbau dan
kambing.

B. Patogenesis
Pada ruminansia (sapi) timpani biasa disebabkan karena konsumsi leguminosa yang banyak
atau gangguan dalam esophagus dan alat tubuh lain. Faktor yang mendorong terjadinya timpani antara
lain viskositas dan tegangan permukaan cairan rumen, aliran dan susunan air liur dan aktivitas
mikroba. Air liur mengandung protein mucin yang mencegah terjadinya timbulnya busa pada air liur.
Penguraian protein tersebut yang mungkin terjadi karena aktivitas bakteri menimbulkan terbentuknya
busa dalam rumen. Banyaknya air liur juga berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya timpani.
Sapi dengan air liur yang sedikit lebih beresiko. Aktivitas mikroba akibat peningkatan jumlah sukrosa
dalam rumen juga memiliki pengaruh dalam pembentukan gas. Metabolisme sukrosa oleh bakteri
menghasilkan gas yang akan terperangkap dalam biofilm yang terbentuk oleh bakteri tersebut,
sehingga menjadi gelembung yang memenuhi rumen. Dalam kondisi normal, kelebihan gas pada
rumen akan dikeluarkan melalui mekanisme eruktasi. Gangguan pada reflek eruktasi menyebabkan
tidak bisa keluarnya gas dari rumen, sehingga terjadi timpani.
Gangguan reflek eruktasi berkaitan dengan gangguan pada esophagus dan alat tubuh lain. Saat
terjadi penumpukan gas, rumen bereaksi dengan kontraksi yang lebih sering dan lebih kuat dari
keadaan normal. Karena kecepatan pembentukan gas melebihi kemampuan rumen untuk
mengeluarkan ditambah dengan gangguan eruktasi menyebabkan penumpukan gas yang banyak.
Kekuatan kontraksi rumen juga akan menurun dan mungkin hilang tonusnya. Volume rumen akan
terus membesar karena gas yang terbentuk semakin banyak. Rumen akan mendesak ke arah rongga
dada dan menimbulkan gangguan pernafasan. Dari titik tersebut kematian bisa terjadi jika tidak
ditangani.

C. Gejala Klinis
1. Ternak nampak resah
2. Ada rasa sakit
3. Sisi perut sebelah kiri nampak
menonjol (membesar) disbanding normalnya,
4. Bila perut ditepuk-tepuk mirip suara drum
5. Tekanan intra rumen mengakibatkan :
Pembesaran abdomen atau rumen, membesarnya rumen akan meningkatkan tekanan di dalam
rongga perut dan rongga dada sehingga menyebabkan kesulitan bernafas yang ditandai dengan
pernafasan dada yang cepat dan dangkal. Sebaliknya, paru-paru dan sistem peredaran darah jantung
tidak bekerja. Apabila kondisi ini berlanjut maka akan terjadi gangguan peredaran darah dan
kematian dalam beberapa menit.
6. Hewan tampak gelisah
7. Berbaring pada posisi bagian kanan bawah.
8. Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi
9. Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan oksigen
dan mendekati kematian.
10. Angka kematian dapat mencapai 90% jika tidak tertolong
11. Ternak cenderung menendang dengan kaki belakang.

D. Penyebab
Penyebab perut kembung antara lain:
1. Pemberian leguminosa (kacang-kacangan) secara berlebihan. Daun legum yang mengandung kadar
air dan protein yang tinggi menghasilkan asam-asam yang tidak mudah menguap seperti sitrat, malat
dan suksinat. Asam-asam ini akan segera menurunkan pH rumen dalam waktu 30-60 menit pasca
pemberian daun legum.
2. Pemberian rumput terlalu muda secara berlebihan atau karena tidak dilayukan.
3. Adanya sumbatan pada kerongkongan, selain itu bloat dapat juga terjadi pada ternak yang
pergerakannya terbatas.
4. Merumput pada lahan yang baru dipupuk, makan buah terlalu banyak, memakan racun dan ubi atau
tanaman sejenis yang dapat menahan keluarnya gas dari perut.

E. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Penyakit kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur
organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian
dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin
dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan
mengakibatkan perut sapi membesar ke samping. Secara umum apabila di bedah akan
terjadipembesaran pada perut bagian kiri atas dan cukup keras, bila ditepuk akan terasaada udara
dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong. Dalam seksi ditemukan kolon dan sekum yang
mengalami distensi dengan dindingnya yang berwarna pucat kebiruan. Apabila penimbunan gas
disebabkan oleh obstruksi, penyebab obstruksi akan ditemukan.

F. Diagnosa
Untuk mendiagnosa Timpani bisa dilakukan beberapa cara :

1. Berdasarkan gejala klinis


Pada dasarnya tidak sulit untuk melakukan diagnosa timpani karena pada penderita timpani gejala
yang tampak sangat jelas dan mudah dikenali, terutama adanya pembesaran lambung di daerah fossa
paralumbalis.

2. Pemeriksaan abdomen (Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)


 Pada pemeriksaan abdomen yang pertama dilakukan adalah Inspeksi dengan mengamati perubahan-
perubahan pada bagian abdomennya. Hal yang mudah dikenali adalah adanya pembesaran abdomen
sebelah kiri. Meski sesuai susunan anatominya abdomen sebelah kiri memang lebih besar daripada
abdomen sebelah kanan, namun pada penderita timpani abdomen sebelah kirinya akan lebih besar
dari normal dan terasa keras.
 Selanjutnya dilakukan auskultasi, dengan cara menekankan stetoskop pada bagian fossa
paralumbalis. Pada ruminansia penderita Timpani saat dilakukan auskultasi tidak terdengar adanya
kontraksi dari rumen ataupun suara gemericik (gurgling) seperti halnya pada ruminansia normal.
Palpasi dilakukan dengan cara menekankan kepalan tangan ke daerah fossa paralumbalis. Saat
ditekan inilah akan terasa bahwa abdomen penderita timpani terasa sangat keras dan tegang yang
disebabkan penimbunan gas pada bagian rumennya sehingga menekan rongga abdomen untuk lebih
membesar. Kemudian masih dengan cara yang sama yakni dengan menekankan kepalan tangan ke
fossa paralumbalis, hitung frekuensi pergerakan/motilitas rumen dan tonus rumen. Pada ruminansia
yang menderita timpani motilitas rumen dan tonus rumennya akanmengalami penurunan.
3. Catatan pemberian pakan dan penggembalaan.
4. Memasukkan Stomach Tube ke dalam rumen.
Cara yang terakhir ini berfungsi untuk membedakan apakah hewan menderita bloat atau
timpani. Jika saat Stomach Tube sudah dimasukkan ke dalam rumen dan yang keluar adalah isi
rumen dengan konsistensi berbusa maka bisa dipastikan bahwa hewan tersebut menderita Timpani.

G. Diagnosa Banding
a. Peritonitis atau infeksi pada rongga abdominal
b. Water belly atau pecahnya kandung kemih
c. Bunting tua
d. Akumulasi cairan abnormal dalam uterus selama kebuntingan
e. Displacement abomasum kiri atau kanan
f. Vagal indigestion
g. Intestinal volvulus (twisted intestines)
h. Ascites (akumulasi cairan di dalam rongga peritoneal) atau pneumoperitoneum (akumulasi udara di
dalam rongga peritoneal).

H. Prognosa
Ramalan kelanjutan penyakit biasanya tidak menguntungkan penderita atau dapat
mengaibatkan kematian jika lambat dilakukan pertolongan ataupun bersifat fausta-infausta.
I. Terapi
a. Trokarisasi
Pertolongan untuk mengurangi distensi perlu segera diberikan. Trokarisasi dengan trokar
dilakukan pada bagian perut yang mengalami tingkat destensi paling besar sebelah kanan atau kiri.
Untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan desinfeksi secukupnya. Kadang pembebasan gas dengan
trokar mengundang resiko terjadinya peritonitis.
Gas dikeluarkan dengan cara menusukkan cannula pada perut ternak bagian sebelah kiri
langsung pada rumen. Supaya tepat, tandai perut sapi dengan menggunakan gambar segitiga yang
menghubungkan titik tulang pinggul, titik rusuk akhir dan titik transverssus processus, tusukan
cannula tepat dititik tengah segitiga ke dalam rumen melewati peritoneum. Pengeluaran gas dilakukan
sedikit demi sedikit dengan cara menarik trocar perlahan-lahan agar isi rumen tidak tersedot keluar
dan menyumbat pipa trocar.
Setelah gas dapat dibebaskan segera dimasukkan obat- obat antizymotik antara lain formalin
atau chloroform sebanyak 30 ml, minyak terpentin 15-30 ml,sediaan yodium atau obat merah
secukupnya. Obat-obat Antyzomotic ini yang akan menurunkan proses fermentasi mikroba, sehingga
jumlah gas (frothy bloat) secara berangsur-angsur turun. Apabila gas telah di bebaskan, pemeriksaan
rectal selanjutnya dapat membantu menentukan ada tidaknya obstruksi.
Pemberian laksansia rigan misalnya minyak mineral 2-4 L dapat menimbulkan peristaltic lagi
serta melicinkan jalanya pengeluaran tinja. Untuk mengurangi rasa sakit pemberian aspirin atau
dipyrone (Novin) 50%, 10- 20 mldapat dipertimbangkan. Obat-obat suportif lain, misalnya penguat
jantung dancairan elektrolit dapat diberikan bila dipandang perlu.

b. Stomach Tube
Stomach tube merupakan metode yang banyak digunakan untuk mengeluarkan gas dan
tekanan dari rumen karena lebih aman dan trauma yang ditinggalkan pada hewan relatif kecil.
Stomach Tube (ukuran standart = diameter dalam 1.5-2.0 cm) dimasukkan melalui mulut dengan
bantuan spekulum logam untuk mencegah hewan mengunyah tubenya. Kerja dari Stomach Tube ini
relatif cepat yaitu sekitar 1 menit.

c. Secara Medis
1. Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone).
 Dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air,
 Kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml air, kemudian diminumkan.

2. Dimethicone bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan, sehingga gelembung-


gelembung gas dalam rumen terurai menjadi gelembung-gelembung kecil kemudian
bergabung sehingga dapat dikeluarkan dari saluran pencernaan.
3. Wonder Athympanicum
 Dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram,
 Kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya, kemudian diminumkan.
4. Bakazha Oil
Dosis Untuk Sapi : 150 ml – 300 ml
Dosis Untuk Kambing : 15 ml -30ml

J. Pencegahan
1. Pemberian pakan sesuai aturan, misalnya komposisi rumput danleguminosa yang benar
2. Hijauan yang akan diberikan hendaknya dilayukan terlebih dahulu
3. Jika ada ternak yang kembung, upayakan untuk tetap berdiri atau bergerak
4. Jika mungkin mulut tetap terbuka atau tetap usahakan
5. Mengunyah supaya air liur keluar, misalnya dengan ikatkan tali atau kayu dalam mulut supaya ternak
mengunyahnyadan air liur keluar
6. Selama musim hujan sebaiknya ternak diberi pakan kasar sebelum dilepas di padang penggembalaan
yang basah
7. Ternak jangan digembalakan terlalu pagi ketika rumput masih basah dan hindari memberi ternak
dengan rumput atau daun-daun muda dan tanaman leguminosa (kacang-kacangan)
8. Jangan membiarkan ternak terlalu lapar
9. Jangan memberikan makanan yang sudah rusak/busuk/berjamur
10. Hindari pemberian rumput/ hijauan yang terlalu banyak, lebih baik memberikan sedikit demi sedikit
tetapi sering kali.

K. Pengobatan
Meskipun anda sudah melakukan langkah-langkah pencegahan, bloat masih dapat terjadi.
Memanggil dokter atau personil kesehatan hewan merupakan tindakan yang dianjurkan. Namun hal
ini tidak selalu dapat dilakukan karena berbagai keterbatasan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh
peternak baik secara tradisional maupun medis modern untuk mengobati bloat diantaranya adalah:
1. Ganti menu hijauan segar dengan daun kering/hay. Hal ini akan membantu pada bloat ringan.
Membawa ternak berjalan jalan juga dapat membantu.
2. Bila masih berlanjut, berikan anti foam. Secara tradisional berupa minyak nabati atau lemak. Minyak
bertugas sebagai pengurai buih. Kami biasanya menggunakan minyak nabati atau minyak sayur atau
minyak goreng pada dosis 150 – 300 ml segera setelah bloat terdeteksi. Susu murni sebanyak 1 liter
juga dapat dijadikan alternatif untuk membuyarkan buih. Obat modern anti foam untuk mengobati
timpani juga tersedia dalam berbagai merek, dapat diperoleh di toko-toko obat hewan.
3. Dengan menggunakan selang (ukuran ¾” sampai 1” diameter) sepanjang 2 – 3 meter yang dilumuri
dengan minyak, dimasukkan melalui mulut melalui esophageal sampai mencapai rumen untuk
membantu mengeluarkan gas dari dalam rumen. Selang ini sering disebut selang esophagus/stomach
tube. Cara ini terkadang berhasil namun cukup berbahaya karena dapat menganggu bagian dalam
ternak. Sebaiknya mintakan saran pada dokter hewan atau latihlah dahulu sebelum bloat terjadi.
4. Apabila cara diatas tidak terlihat manjur dan kondisi ternak sudah tidak bisa berdiri sementara dokter
hewan belum datang, anda harus melepaskan tekanan gas dengan paksa dengan cara melubangi
dinding perut sapi. Bisa dengan menggunakan trokar (semacam penusuk, mirip paku tapi lebih besar)
yang ditusukkan pada perut kiri atas, di belakang tulang rusuk. Gas yang terjebak dapat keluar melalui
lubang tersebut. Apabila trokar tidak tersedia, sembarang alat yang tajam sepeti jarum suntik, jarum
besar atau paku dan pisau bisa juga digunakan untuk membuat lubang sedalam kira-kira 2.5cm.
Setelah ditusukkan, pisau jangan dicabut, tapi diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun
demikian tindakan ini sebaiknya dipandang sebagai cara terakhir, karena bila salah dapat merobek
rumen. Apabila ini terjadi dokter harus melakukan jahitan dan memberikan antibiotik untuk
menghindari infeksi.
Beberapa pendapat teman-teman peternak tentang cara pengobatan kembung secara
tradisional adalah:
1. Beberapa peternak di tempat kami mengklaim dengan memberikan air soda (sprite) 1 – 2 botol
dapat membantu. Bila ditelusuri, soda dapat memudahkan sendawa. Namun demikian perlu diteliti
lebih lanjut, jangan sampai kandungan gas (karbondioksida) pada soda malah terjebak dan
memperparah bloat.
2. Pemberian daun nangka muda dapat mengobati sakit perut. Peternak juga suka memberikan daun
nangka ini pada ternak yang mengalami bloat. Penulis tidak mengetahui secara pasti kandungan daun
nangka, namun pada kasus bloat ringan dapat membantu. Mungkin karena serat kasarnya saja.
3. Memberikan air kelapa muda. Pendapat kami, air kelapa mengandung mikroorganisme probiotik,
sehingga kemungkinan dapat membantu.
4. Memasukkan pelepah atau daun pepaya pada anus ternak yang mengalami bloat. Analisa kami,
pepaya mengandung pektin yang sering digunakan sebagai obat diare.

5. Beberapa resep tradisional lain untuk mengobati bloat yang dapat kami temukan antara lain:
6. Daun kentut atau sembukan 3 genggam dan bawang merah 20 buah. Parut halus daun kentut dan
haluskan bawang merah. Campur kedua bahan dan tambahkan garam. Campur air dalam botol dan
minumkan. Dosis untuk satu ekor sapi dewasa.
7. Getah pepaya 2 sendok makan. Garam dapur 1 sendok makan. Campurkan secara merata dan
tambah air dalam botol air mineral kemudian diminumkan. Dosis untuk satu ekor sapi pedet.
DAFTAR PUSTAKA

Blowey RW. 2004. Digestive Disorders of Calves. Andrews AH, Editor: Bovine Medicine Diseases and
Husbandry of Cattle Second edition. State Avenue: Blackwell Publishing Company
Iqbal, 2012. Kembung (Bloat/Timpani) Pada Ternak. http://iqbal-
cahndeso.blogspot.com/2012/02/kembungbloattimpani-pada-ternak.html diakses pada 3 Desember
2012
Rumbiak, Shandy. 2011. Bloat/Timpani (Penyakit Kembung (Perut)). http://shandy-
rumbiak.blogspot.com/2011/10/bloat-tympani-penyakit-kembung-perut.html
Yunani I dan Berenergy, 2010. Kembung (Bloat) Pada Ternak Sapi.
http://peternakanwahyuutama.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 3 Desember 2012

Diposting 9th December 2012 oleh Widiastuti


Label: Kesehatan Ternak
0

Tambahkan komentar

Animal Husbanry 2011

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Apr

Vitamin B6 dan Biotin


Materi ini saya ambil dari salah satu buku di perpustakaan Fakultas Peternakan Universitas
Halu Oleo sebagai salah satu tugas di mata kuliah Nutrisi Ternak Non Ruminansia. Silahkan
di kutip dan dimanfaatkan dengan baik. Untuk daftar pustakanya, nanti menyusul.

1. VITAMIN B6 (PIRIDOKSIN)

Gejala defisiensi piridoksin mula-mula diuraikan oleh Goldberger dan Lilie (1926)
pada tikus pada waktu dalam penelitiannya membuat hewan percobaan menderita pellagra
dengan memberi makan kepada tikus dengan ransum yang defisien “vitamin B2”, kemudian
mengra bahwa desmatitis yang parah (acrodynia) yang timbul pada tikus sama dengan
pellagra pada manusia. Gyorgy dkk. Memperlihatkan bahwa faktor untuk mencegah pellagra
pada tikus bukan vitamin B1 atau vitamin B2, melainkan suatu faktor yang diusulkan untuk
diberi istilah “vitamin B6”sebagaimana faktor pencegah acrodynia pada tikus baru teesebut.

Isolasi piridoksin dalam bentuk kristal telah dilakukan dalam lima laboratorium yang
berbeda dalam tahun 1938: (1) Oleh Gyorgy ; (2) oleh Lepkovsky; (3) oleih Ichiba dan
Michi, dengan mempergunakan dedak padi; (4) oleh Kereztesy dan Stevens dengan
mempergunakan ekstra padi; dan (5) oleh Kuhn dan Wendt dengan mempergunakan ragi.
Sesudah diisolasi persenyawaan yang aktif diberi nama “adermin” oleh Kuhn dkk., kerena
diperkirakan bahwa dermastitis tersebut satu-satunya gejala dari defisiensi tersebut.
Kemudian nama “adermin” tidak dipakai lagi dan diganti dengan nama “piridoksin” pada
waktu struktur dari persenyawaan diketahui dan didapatkan pula bahwa persenyyawaan
tersebut banyak terlihat dalam banyak fungsi di samping pencegahan dermatitis. Komposisi
kimiawi diderteminasi oleh stiller, Keresztesy dan stevens dalam tahun, dan sintesis
kimiannya didapatkan oleh Harris dan Folkers dan Kuhn dkk. Pada tahun yang sama.
Dengan demikian hanya berbeda 5 tahun antara penemuan vitamin dan sintetis lain nya.

Istilah “ vitamin B6” menunjukan klasifikasi sempurna dari tiga senyawaan.


Piridoksin (piridoksol) menjukan bentuk alkohol primer yang khas, peridoksal menunjukan
aldehid, dan peridoksimin menunjukan persenyawaan 4-aminometyl.

Sekitar tahun 1945 dalam beberapa laboratorium telah ditetapkan bahwa piridoksin
bukan saja mecegah dermatitis, melainkan juga mencegah gejala-gejala susunan saraf pusat
dan tipe tertentu dari anemia. Vitamin ini sangat penting peranannaya dalam banyak sistem
enzim dalam metabolisme hewan dan mikroorganisme. Keterangan mengenai adanya tiga
bentuk vitamin B6 (peridoksol, piridoksal dan piridoksamin), juga sebagai bentuk enzim
(piridoksal fosfat dan peridoksamin fosfat) dari vitamin yang dihasilkan dari penelitian-
penelitian dengan mikroorganisme.

1. Penemuan piridoksal dan miridoksamin.


Snell dkk. Melaporkan adanya satu persenyawaan dalam jaringan hewan yang
dinamakan “ pseudopy ridoxine” yang lebih penting dari pada perodiksol dala ilmu gizi dari
bakteri asam laktat tertentu. Dalam mekanisme derkaeboksilasi tirosin dari bakteri tersebut
Bellemy dan Gunsalus melaporkan bahwa lebih banyak piridoksin dan asam nikotinat
dibutuhkan untuk memproduksi derkarboksilase daripada yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan maksimum dari bakteri asam laktat. Gunsalus dan Bellamy kemudian
memperlihatkan bahwa “pseudopyrodoxine” yaang ada dalam ekstra ragi asam yang
dipanaskan “autoclave”, atau sihasilkan dengan pemanasan piridoksin denagan sistin atau
dengan hidrogen peroksida dengan sistem ataau dengan hidrogen peroksida yang
diencerkan, sangat aktif memnuhi kebutuhan kofaktor untuk dekarboksilalasi tirosin.
Piridoksol yang tidak diubah didapatkan dari aktif untuk fungsi ini. Snell memperlihatkan
bahwa peridoksal dan pirodaksdamin sama efektif untuk pertumbuhan Streptoccus lactis R
(kira-kira 8000-9000 kali sekuat piridoksol); bahwa peridoksal 1000-1500 laki lebih kuat
untuk pertumbuhan Laktobabacillus casei dari pada piridoksol atau piridoksamin, dan semua
dari tiga turunan piridoksin meningkatkan pertumbuhan yang sama dari ragi Saccharomyces
Carlsbergensis. Hasil-hasil ini mendomonstrasikan bukan saja dua bentuk metabolis penting
dari peridoksin, tapi juga memenuhi cara penelitian yang sangat baik mengukur masing-
masing dari tiga bentuk yang terdapat dalam bahan bahan-bahan makanan alam. Segera
setelah ditemukannya piridoksal, Gunsalus, Bellamy dan Umbreit mensintesis fosfat
peridoksal dan memperlihatkan bahwa ini adalah bentuk koenzim.

2. Sifat-sifat dari kelompok vitamin B6.


Piridoksin terdapat dalam bentuk murni (sintesis) sebagai hidrokhlorida. Stabil
terhadap panas, asam dan alkalis, tapi mudah dioksidasi menjadi piridoksal dalam kondisi
oksidasi ringan. Perantara oksidasi yang kuat merubah piridoksal menjadi persenyawaan
biologis yang tidak aktif, 4-asam piridoksat. Piridoksol sangat larut dalam air, ethanol dan
propilin glikonl, larutan dalam aceton, tidak larut dalam lemak dam pelarut lemak.
Piridoksol mencair pada 160oC.

3. Sumber vitamin B6.


Piridoksin terdapat dalam banyak bahan-bahan makana sebagai kompleks protein
dari piridoksol, piridoksal dan peridoksamin fosfat. Banyak nilai-nilai terdahulu dalam
daftar untuk kandungan piridoksin dalam bahan-bahan makanan terlampau rendah karena
dalam pengujian nilai-nilai tersebut tidak mengukur bentuk biologis yang aktif. Nilai-nilai
yang terdapat dengan metode pengujian dari Saccharomyces Carlsbergensis atau
Neurospora sitophila atau dengan tikus hasilnya memuaskan. Vitamin B6 bayak tersebar
dalam : daging,hati tanam-tanaman berdaun hijau dan seluruh butir-butiran. Yangaterakhir
adalah sumber yang sdangat baik diantara bahan-bahan makanan tersebut di atas. Beberapa
bahan makanan digolongkan kedalam sumber yang miskin. Bahan manan yang paling kaya
adalah madu yang dihasilkan oleh lebah (5000 mikrogram/gram). Kebanyakan vitamin B6
dalam produksi hewan ada dalam bentuk piridoksal dan piridoksamin fosfat. Dalam tanaman
dann biji-bijian umumnya dalam bentuk piridoksol. Beberapa bahan makanan vitamin B6
terjadi pada waktu pengolahan. Kandungan piridoksin dalam beberapa bahan makanan dapat
dilihat pada tabel 8.4.

4. Penyakit defisiensi.
Penyakit-penyakit defisiensi piridoksin pada hewan ditandai dengan kelambatan
pertumbuhan, acrodynia, kekejangan epiletik, anemia dan sebagai alopecial. Defisiensi
piridoksin yang lebih khas pada tikus adalah dermatitis yang simetris yang ditandai dengan
acrodynia. Defisiensi piridoksin menghasilkan mikrositik hipokromik enemia yang terdapat
parah pada babi dan anjing. Anemia yang parah terjadi pula pada itik yang defisien vitamin
B6. Menurut Gyorgy defisensi vitamin B6 pada hewan yang masi mudah ditandai dengan
kekejangan, dan pada hewan tua yang anemia. Defisiensi piridoksin menimbulkan
peningkatan zat besi dan penurunan zat Cu dalam serum darah. Penggunaan (utilisasi) dari
zat besi yang diabsorbsi sangat menurun. Anemia diperkirakan disebabkan karena gangguan
sintesis protoporfirin.

Defisiensi penghambat penggunaan protein sebelum tanda-tanda defisiensi timbul.


Asam xanthurenat dan kinerenat dikeluarkan melalui urine yang disebabkan oleh
tergangunya metabolisme triptofan. Menurut penelitian Jacobs dkk., vitamin B6 terutama
piridoksal fosfat terlibat dalam absopsi asam amino.

Gejala-gejala dari defisiensi piridoksin pada umumnya adahubungan dengan fungsi


metabolik dari piridoksal fosfat dalam :

1. Transaminasi
2. Dekarboksilasi
3. Desulfurasi dan banyak reaksi-reaksi lainnya dalam asam amino.
5. Gejala pada ayam.
Anak ayam yang menderita defisiensi piridoksin memperlihatkan penurunan nafsu
makan, pertumbuhan lambat dan gejala syaraf yang khas. Anak ayam tersebut berjalan
berhenti-henti, gerakan gangguan saraf pada kaki dan sering memperlihatkan konvulasi
eksrim yang berakhir dengan kematian . Selama terlihat konvulasi ini anak ayam berjalan
tanpa tujuan, sayap dikulaikan, jatuh berguling-guling dengan gerakan dalam kandang
terhenti-henti. Gejala ini dapat di bedakan dengan encophalomalacia dengan gerakan-
gerakan yang lebih hebat yang menghabiskan tenaga dan sering berakhir dengan kematian.

Defisiensi piridoksin yang khronis mengakibatkan peroris biasanya satu kaki


pincang hebayt dan satu atau dua dari jari tengah membengkok ke dalam pada persendian
pertama (Gries dan Scott 1972).
Defisiensi piridoksin pada ayam dewasa di tandai dengan penurunan produksi telur
dan daya tetas, lonsumsi makanan berkurang kehilangan berat badan dan mati. Defisiensi
piridoksin yang hebat (tingkat vitamin B6 dibawah 0,5 miligraam/kilogram ransum)
penyebab saluran telur (0viduct), jengger dan pial pada ayam petelur dewasa. Pada jantung
terjadi hambatan perkembangan pada testis, jengger dan pial. Konsumsi makana pada ayam
betina dan jantan dewasa turun dengan cepat. Meksipun jatuh bulu terlihat dari beberapa
ekor ayam, akan tetapi tidak mempelihatkan keadaan yang parah dan produksi petelur dapat
kembali normal dalam waktu dua minggu setelahh ransum dicukupi dengan piridoksin
(Weiss, 1976).

6. Kebutuhan.
Penelitian mengenai kebutuhan piridoksin untuk unggas masi sedikit dilakukan.
Kebutuhan berdasarkan angka-angka yang dipublikasikan dapat dilihat pada tabel 4.1. Lucas
dkk. Dari Universitas Coenell menumukan bahwa kebutuhan piridoksin untuk anak ayam
hasil persilangan (Rhode Island Red x Barred Plymouth Rock) jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan anak ayam White Leghort. Moromoto juga mendapatkan kebutuhan
yang tinggi untuk anak ayam strain Jepang. Dengan demikian kebutuhan piridoksin
terjantung pada bangsanya.

Tingkat triptofan yang tinggi dalam ransum meningkatkan kebutuhan piridoksin.


Menurut Fuller kebutuhan piridoksin juga meningkatkan bila kelebihan metionin, asam-
asam amino lainnya dan tingkat protein yang tinggi. Gries dan scott (1972) menemukan
bahwa kebutuhan vitamin B6 pada anak ayam yang mendapatkan ransum dengan protein
31% lebih tinggi dibandingkan dengan anak ayam yang mendapatkan ransum dengan
protein 22%. Sentesis oleh mikroba dari piridoksin dalam usus merupakan sumber penting
dari vitamin tersebut untuk kebanyakan species.
Meksipun beberapa faktor diketahui mempengaruhu kebutuhan piridoksin, tapi
penggunaan jagung, bungkil kacang kedele dan bahan makanan lain sebagai sumber energi
dan protein dalam ransum, biasanya sudah memnuhi kebutuhan piridoksin.

 Asam Pantotenat
Definisi asam pantotenat pertama-tama diuraikan oleh Harris dan Ringrose dalam
tahun 1930. Dalam penelitiannya mengenai “faktor pertumbuhan” yang kemudian disebut
“vitamin B2” peniliti-peniliti ini mencatat timbulnya sindroma seperti pellegra pada ayam
yang kemmudian dapat diperlihatkan penyebabnya yaitu defisiensi asam patotenat.
Penelitian-penilitian mengenai asam pantotenat selama tahun 1930 dihubungakan erat
dengan peneliti piridoksin. Kedua-duanya adalah fraksi dari “kompleks vitamin B2” yang
terdapat dalam ragi dan hati; kedua-duanya diektraksi dari bahan-bahan ini dengan air.

1. Sifat-sifat asam pantotenat.


Asam pantotenat bebas adalah minyak kental, sangat higroskopis dan tidak stabil,
dapat dirusak oleh asam, basa dan panas. Larutan dalam air, larutan dalam ether, tapi tdak
larut dalam benzen dan chloroform.

Kalsium pantotenat adalah bentuk murni dari vitamin yang beredar dalam
perdagangan.

2. Sumber asam pantotenat.


Asam pantotenat banyak tersebar dalam sel-sel hidup. Sebagai sumber asam
pantotenat yang paling kaya adalah madu (510 mikrogram/gram berat kering). Hati, ragi,
telur dan tanam-tanaman berdaun hijau adalah sumber yang baik, sedangak biji-bijian relatif
miskin.

Asam pantotenat cukup stabil dalam bahan-bahan makanan yang disimpan lama.
Kehilangan yang baik dapat disebabkan karana pemanaasan waktu pengolahan, terutama
pada temperatur tinggi (100-150oC) untuk waktu lama. Pemanasan bahan-bahan makanan
dalam ransum yang lebih panjang adalah satu prosedur untuk meneliti ransum ayam yang
defisien pantortenat Meksipun demikian, waktu pembuatan pellet hanya sedikit yang hilang.

3. Kebutuhan.
Kebutuhan asam pantotenat untuk ayam dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tingkat kebutuhan yang paling tinggi adalah untuk anak ayam dan ayam bibit.
Kebutuhan asam pantotenat untuk produksi telur sangat rendah. Ransum yang biasa
diberikan biasanya tidak kekurangan asam pantotenat untuk semua kelas ayam, tapi
beberapa faktor dapat mempengaruhi kebutuhan vitamin ini, sehingga di rasakan penuh
penambahan kalsium pantotenat kedalam ransum untuk mencegah kekurangan tarutama
untuk anak ayam dan ayam bibit.

4. Hubungan dengan vitamin lain.


Yacowitz, Norris dan Heuser memperlihatkan adanya hubungan bolak-balik antara
vitamin B12 dan asam pantotenat dalam ilmu makanan ayam. Kebutuhan pantotenat untuk
anak ayam berasal dari induk yang dikosongkan vitamin B12-nya lebih tinggi dari pada anak
ayam yang berasal dari induk induk normal. Kandungan pantotenat bebas dalam hati anak
ayam yang ransumnya ditambah dengan vitamin B12, ternya menurun dibadingkan dengan
tanpa penambahan vitamin B12. Kosentrasi vitamin B12dalam hati anak ayam yang diberi
ransum tanpa vitamin B12 menjadi menurun klau kandungan asam pantoyenat dalam ransum
meningkat. Meksipun demikian pantotenat dalam ransum tidak mempunyai efek terhadap
kandungan vitamin B12 dalam hati yang didapat dari anak ayam yang mendapat jumlah
vitamin B12 yang cukup.

Beberapa kenyataan memperlihatkan bahwa asam pantotenat terlihat dalam sistem


asam askobat dalam tanaman dan hewan. Juga telah diketahui adanya hubungan antara asam
pantotenat, asam folat dan biotin.

5. Asam pantotenat dan mortalitas anak ayam.


Dalam pertengahan tahun 1950 didapatkan bahwa penyutikan dengan asam
pantotenat saja, pada anak ayam umur sehari, mencegah kematian pada “awal anak yang
umur sangat muda” (“early chick mortalitas”) yang kadang-kadang timbul pada perusahaan
penetasan komersial. Beer, Scott dan Nesheim mendapat defisiensi asam pantotenat dalam
ransum dari anak bibit. Anak ayam yang baru menetas dan tadinya berasal dari induk yang
mendapat ransum dengan tingkat asam pantotenat pada batasnya, memperlihatkan
kelemahan yang hebat dan tidak dapat hidup terus, kecuali kalau segera disuntik dengan
asam pantotenat. Di bawah kondisi lapangan (bukan di laboratorium) hubungan asam
pantotenat -vitamin B12 – asam folat dapat menunjukan terlibatnya dalam penyakit tersebut
di atas.
6. Penyakit defisiensi.
Luka-luka utama yang ditimbulkan oleh defisiensi asam pantotenat pada hewan
percobaan terdapat pada susunan syaraf, cortex ginjal, dan kulit. Ayam membutuhkan asam
pantotenat untuk produksi normal dan daya tetas. Hemorrhagi subkutan dan oedema yang
parah adalah gejala dari defisiensi asam pantotenat pada anak ayam sulit dibedakan dengan
defisiensi biotin. Kedua-duanya menyebabkan dermatitis, bulu patah, pertumbuhan lambat
dan kematian. Pada defisiensi asam pantotenat anak ayam menjadi kurus, sudut mulut
mengeras dan luka seperti kudis. Batas pelepuk mata sering bersatu oleh eksudat yang
kental. Bagian luar dari kulit antara jari dan pada bawah kaki mengelupa,, dan timbul
bagian yang pecah-pecah kecil dan retak-retak. Dalam beberapa hal kulit kaki dari anak
ayam yang menderita defisiensi asam pantotenat ini menebal dan bertanduk dan bungkul-
bungkul seperti kulit berkembang pada bawah telepak kaki (Ilustrasi 4.21). Hati membesar
dan memperlihatkan bermacam-macam warna dan sedikit kuning kotor. Syrat-syarat dan
serat-serat dari sum-sum tulang belakang memperlihatkan degenerasi myelin. Serat-serat
yang degenerasi ini timbul dalam semua sigmen menurun sampai kedaerah panggul.

Pada beberapa hewan defisiensi asam pantotenat terlihat mengganggu gungsi


adrenal.
Pengobatan defisiensi. Defisiensi yang belum parah dapat disembuhkan dengan penyuntikan
vitamin dilanjutkan dengan pemberian asam pantotenat yang cukup dalam ransum.
Defisiensi asam pantotenat yang hebat belum timbul dalam praktek. Penyakit yang
disebut “stunted chick” ( ketinggalan dalam pertumbuhan) adalah akibat dari defisiensi asam
pantotenat. Meksipun demikian penambahan 5% tepung hati kedalam ransum yang
mengandung 5% dari sisa, atau penyuntikan dengan 100 mikrogram asam pantotenat tidak
menolong penyakit tersebut diatas.

2. BIOTIN

a. Definisi Biotin
Penemuan biotin dan kepentingannya adalah hasil dari dua macam penelitian, yaitu
oleh seorang ahli ilmu mikrobiologi dan ahli ilmu makanan ternak. Dalam tahun 1933
Allison, Hoover dan Burk mendapatkan faktor baru yang diberi nama “koenzim R”, yang
dibutuhkan untuk respirasi dalam bakteri dari bungkul leguminosa, Rhizobia. Sebagai
lanjutan dari penelitian Wildiers mengenai “bios”, Kogl dan Tonnis mengekstraksi suatu zat
dalam bentuk kristal dari kuning telur yang direbus yang direbus dari telur itik yang sangat
penting artinya sebagai sumber “bios II” untuk pertumbuhan ragi. Zat ini disebut “biotin”
Dalam tahun 1940 Gyorgy dkk menemukan bahwa vitamin H, biotin dan koenzim R
adalah zat tunggal. Maka dari itu makin jelas bahwa anak ayam dan mamalia yang diberi
makan bagian putih telur yang mentah menimbulkan defisiensi zat makanan yang esensial
untuk gizi hewan, ragi dan bakteria tertentu. Dua tahun kemudian duVigneaud dkk
mengemukakan struktur dan sifat-sifat biotin. Biotin ini disintesis setahun kemudian oleh
Harris dkk, dari Merck.

b. Sifat-sifat Biotin
Bitoin sama seperti thiamin yaitu mengandung sulfur. Bitoin merupakan kristal yang
panjang dan bentuknya sepreti jarum putih. Mencapai pada 232-2330C. Larut dalam air dan
95% ethanol, tidak larut dalam lemak atau pelarut lemak. Biotin sangat stabil terhadap
kondisi biasa; dapat rusak karena asam nitrit, perantara oksida, formaldehid dan asam keras
dan basa keras; oksidasi ringan (dengan H2O2) biotin dikonversi menjadi sulfoksida;
oksidasi kuat (dengan KMnO4) menjadi sulfon. Perantara yang kuat (strong agent) dapat
mengambil sulfurnya, yang kemudian akan menjadi desthiobiotin.

c. Sumber Biotin
Sumber-sumber yang sangat kaya dengan biotin adalah hati, ragi, melase (tetes),
kacang tanah dan telur. Sumber-sumber yang cukup baik adalah tanam-tanaman yang
berdaun hijau; sumber-sumber miskin adalah jagung, terigu, kacang-kacangan yang lain,
daging dan ikan. Biotin didapatkana dalam bahan-bahan makanan sebagai bentuk ikatan dan
bentuk bebas. Biotin dalam bentuk ikatan tidak dapat dipergunakan oleh hewan. Hampir
setengahnya dari biotin dalam bahan makanan yang dideterminasi secara mikrobiologis,
tidak dapat dipergunakan secara biologis.

Defisiensi biotin pada ternak anak ayam ditimbulkan oleh ransum dengan kadar
biotin yang rendah. Meskipun demikian sintesis biotin dalam usus merupakan jumlah yang
banyak, meskipun tidak seluruhnya dapat memenuhi kebutuhan tikus dan mamalia lainnya.
Maka dari itu, hal yang tidak mungkin membuat tikus supaya difisien biotintanpa
mempergunakan sulfonamid, mencegah soprophagi, memberi makan telur bagian putih yang
mentah atau kombinasi dari teknik-teknik tersebut di atas.

Penelitian tentang kandungan biotin dalam bahan-bahan makanan dengan


mempergunakan pengujian mikrobiologi baik dengan Lactobacillus arabinosus maupun L.
ceci atau Saccharomyces cerevisiae memperlihatkan bahwa kandungan biotin dalam bahan-
bahan makanan sangat bervariasi.
d. Defisiensi Biotin
Defisiensi biotin pada ayam mengakibatkan dermatitis yang gejala-gejalanya sama
dengan defisiensi asam pantotenat. Terlihat pula adanya perosis. Bagian bawah dari kaki
menjadi kasar, retak-retak dan hemorrhagis. Jari kaki menjadi nekrotis dan mengelupas.
Luka-luka terlihat pada sudut mulut dan perlahan-lahan menjalar ke daerah sekitar paruh;
pelupuk mata bengkak dan lengket menjadi satu.

Defisiensi biotin pada ayam petelur dan ayam bibit mengakibatkan daya turun tanpa
mempengaruhi produksi telur.

e. Fungsi metabolis dari biotin


Menurut Lynen, fungsi metabolis dari biotin adalah sebagai berikut :

a. Biotin dalam metabolisme karbohidrat


Enzim biotin melaksanakan reaksi-reaksi karboksilasi dan dekarboksilasi yang
menyangkut fiksasi karbon dioksida. Di antara reaks-reaksi ini adalah :
 Konversi bolak balik dari asam piruvat menjadi asam oksaloasetat
 Konversi asam malat menjadi piruvat, antara konversi dari asam suksinat dan asam
propionat
 Konversi asam oksalosuksinat menjadi asam α – keto – glutarat
 Reaksi-reaksi lain dari dehodrogenasi
b. Biotin dalam metabolisme lipida
Dalam banyak mikroorganisme tapi tidak dalam hewan, telah terlihat ada hubungan
antara biotin dengan C18 asam yang tidak jenuh, terutama asam oleat. Asam oleat akan
membantu kebutuhan biotin dan sebaliknya, dalam pertumbuhan kebanyakan
mikroorganisme. Meskipun demikian, belum pernah didemonstrasikan bahwa asam
oleat mempunyai efek membantu dalam kebutuhan biotin untuk hewan-hewan.
c. Biotin dalam metabolisme protein
Kelebihan glisin yang sangat besar dalam ransum tikus, menyebabkan alopecia, berjalan
tidak terkendalikan dan penurunan dalam pertumbuhan. Gejala-gejala ini dapat dicegah
dengan pemberian biotin. Defisiensi biotin pada mamalia merintangi konversi normal
dari rantai yang didedaminasi dari leusin menjadi oksaloasetat.

f. Kebutuhan Biotin
Kebutuhan biotin untuk ayam periode starter dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Dalam tahun 1942 Patrick dkk memperlihatkan bahwa kebutuhan biotin per hari untuk anak
ayam dan kalkukn muda berturut-turut kira-kira 2-5 mikrogram selama 4 minggu pertama
dari hidupnya. Penulis-penulis ini menyatakan bahwa mungkin ransum kalkun muda
kekurangan biotin, kalau biotin yang terdapat dalam bahan-bahan makanan tidak dapat
dipergunakan.

Peneliti-peneliti sekarang telah menemukan defisiensi biotin pada ayam yang


penyakitnya dikenal dengan “hati berlemak da sindroma ginjal”. Penyakit ini banyak
terdapat broiler yang mendapat ransum mengandung terigu atau terigu-jawawut dengan
protein dan lemak rendah. Meskipun demikian, Pane dkk di Australi menunjukkan bahwa
tepung daging juga dapat membantu perkembangan penyakit “hati berlemak dan sindroma
ginjal”.

g. Defisiensi Biotin
Defisiensi biotin ditandai dengan dermatitis pada kaki dan kulit sekitar paruh dan
mata. Gejala ini memperlihatkan persamaan seperti asam pantotenat. Dengan demikian,
dirasakan perlu membuat diagnosa perbandingan antara defisiensi biotin dan asam
pantotenat dengan jalan memerikasa komposisi yang diberikan kemudian menentukan
vitamin mana yang defisien. Ini bisa diteliti dengan memberi ransum kepada dua kelompok
anak ayam dengan menambahkan ke dalam ransum dengan iotin kepada kelompok nomor
satu dan penambahan asam pantotenat kepada kelompok nomor dua. Perosis juga gejala
defisien biotin yang khas. Dalam tahun 1942 Jukes dan Bird mempergunakan ransum murni
yang mengandung semua zat-zat makanan yang diketahui kecuali biotin. Gejala perosis
yang timbul dapat segera dicegah dengan sempurna dengan penyuntikan biotin kristal pada
tingkat kira-kira 2 mikrogram biotin perhari. Hasil penyuntikan biotin ini juga memperbaiki
pertumbuhan, tapi tidak dapat mencegah dermatitis dengan sempurna.

h. Faktor-faktor yang meningkatkan kebutuhan biotin


1) Avidin adalah glikoprotein yang disekresikan oleh mukosa saluran telur dari ayam
dewasa kedalam bagian albumin dari telur. Avidin-biotin kompleks sulit untuk
diobservasi, karena tidak dapat dipecahkan dengan pencernaan proteolitik. Avidin
didenaturasi oleh panas yang lembab sehingga ikatan avidin dengan biotin dapat
dicegah.
2) Biotin menjadi tidak aktif kalau mengalami ketengikan oksidatif. Biotin murni bisa
menjadi tidak aktif dalam waktu 12 jam bila ditambahkan ethil linoleat yang tengik,
dengan adanya α –tecopherol yang tadinya 96% tidak aktif, sekarang turun mejadi 40%
setelah 48 jam dalam inkubasi in vitro pada temperatur 370C.
3) Faktor-faktor lain yang meningktakan kebutuhan biotin adalah tersedianya dalam
bahana makanan, sintesis atau distruksi mikroorganisme usus, dan pembawaan ke
dalam telur.

i. Anti biotin
Dittmer dan du Vigneaud mendapatkan bahwa biotin sulfon dan desthiobiotin adlah anti
biotin untuk L. casei tapi tidak untuk ragi. Juga asam amidazolidon kaproat adalah
persenyawaan antibiotin. Tiga dari persenyawaan-persenyawaan ini berkaitan dengan
avidin.

Diposting 2nd April 2014 oleh Widiastuti

Label: Nutrisi Ternak Non Ruminansia

Tambahkan komentar

2.

Apr

Laporan Praktikum Kesehatan Ternak

Oleh :
Widiastuti (L1A111010)
Fakultas Peternakan Jurusan Peternakan
Universitas Halu Oleo

Silahkan dimanfaatkan dengan baik :) . Langsung saja klik Link dibawah ini :

Laporan Praktikum Kesehatan Ternak (Lengkap)

Diposting 2nd April 2014 oleh Widiastuti

Label: Kesehatan Ternak


0

Tambahkan komentar

3.

Apr

Siklus Estrus

Estrus yang dikenal dengan istilah birahi yaitu suatu periode secara psikologis
maupun fisiologis pada hewan betina yang bersedia menerima pejantan untuk kopulasi.
Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan
menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus
mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin.

Siklus estrus adalah interval waktu, mulai dari permulaan periode estrus yang
pertama sampai ke periode estrus berikutnya. Siklus estrus dibagi menjadi berberapa fase
yang dapat dibedakan jelas yang disebut proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Siklus
estrus dapat digunakan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan IB.
Siklus estrus pada tikus dapat dibedakan menjadi 4 stadium yang dapat diterminasi dengan
cara analisis preparat apus vagina yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.

1. Proestrus
Proestrus merupakan fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de graaf
tumbuh di bawah pengaruh FSH dari adenohipofisis pituitary dan LH ovari serta
menghasilkan sejumlah Estradiol (estrogen yang paling kuat) yang semakin bertambah
yang meningkatkan suplai darah ke saluran kelamin yang menyebabkan meningkatnya
perkembangan uterus, vagina, oviduk, dan folikel ovary.

Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron
dan memperluas untuk memulai estrus. Fase proestrus dicirikan dengan pertumbuhan folikel
dan produksi estrogen. Peningkatan jumlah estrogen menyebabkan pemasokan darah ke
sistem reproduksi untuk meningkatkan pembengkakan sistem dalam. Estrogen yang diserap
dari folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatan vaskularisasi dan pertumbuhan
sel genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi. Kelenjar cervix dan
vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina yang
tebal. Periode ini ditandai oleh adanya sel-sel ephitelial dengan inti. Sel-sel parabasal dan
sel-sel tengah ada dalam jumlah yang besar bersama-sama dengan leukosit dan eritrosit.
Pada akhir periode jumlah sel-sel parabasal menurun, sel-sel superfisial ,uncul, jumlah dari
eritrosit dan leukosit menurun.

Pada fase ini akan terlihat perubahan pada alat kelamin luar dan terjadi perubahan-
perubahan tingkah laku dimana hewan betina berperilaku seksual seperti jantan, berusaha
menaiki teman-temannya (homoseksualitas), menjadi gelisah, agresif, dan mungkin akan
menanduk, melenguh, mulai mengeluarkan lendir bening dari vulva, serta svulva mulai
membengkak. Pada pemeriksaan perektal, sapi-sapi yang proestrus terlihat menciri dengan
tonus uteri meningkat, tegang, dan teraba melingkar. Servik mengalami relaksasi gradual
dan makin banyak mucus yang tebal. Vulva membengkak, keluar leleran jernih transparan.
Ovarium pada fase ini akan teraba corpus albikan yang berasal dari korpus luteum yang
mengalami atropi, mengecil dan diganti oleh masa yang menyerupai tenunan pengikat.
Corpus albikan ini teraba sangat keras dan kecil. Pada fase ini juga akan teraba folikel de
graaf yang tumbuh cepat oleh pengaruh FSH, mulai matang dan akan mencapai puncaknya
pada fase estrus dan akhirnya folikel tersebut akan mengovulasikan sebuah ovum pada
waktu 10-15 jam.

2. Estrus

Estrus merupakan periode penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk


berkopulasi, klimaks fase folikel yang terutama ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen.
Pada produksi estrogen bertambah dan Selama atau segera setelah periode itu terjadilah
ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan seksual lebih dahulu untuk
terjadinya ovulasi). Pada saat itu, keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH,
terjadi penurunan tingkat FSH dalam darah dan penaikan tingkat LH, hormon ini akan
membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan korpus luteum yang terlihat pada masa
sesudah estrus. Proses ovulasi akan diulang kembali secara teratur setiap jangka waktu yang
tetap yaitu siklus birahi. Estrus berakhir kira-kira pada pecahnya folikel ovari atau
terjadinya ovulasi. Pemecahan folikel terjadi secara spontan pada kebanyakan spesies
hewan. Akan tetapi pada kucing, kelinci, mink, ferret dan beberapa hewan lainnya,
pemecahan itu hanya dapat terjadi apabila berlangsung koitus. Karena disebabkan oleh
tertundanya refleks neuroendokrin yang melibatkan pelepasan hormon dari pituitari, yang
disebabkan oleh stimulasi karena koitus. Maka hal ini disebut juga ovulator refleks Mukosa
dari uterus mengembung dan banyak mengandung darah, pada waktu inilah hewan betina,
siap untuk menerima hewan jantan.

Pada umumnya memperlihatkan tanda-tanda gelisah,nafsu makan turun atau hilang


sama sekali,menghampiri pejantan dan tidak lari jika pejantan menungganginya, diikuti
dengan tingkah laku homoseksual, keluarnya cairan yang kental dan bening dari vulva yang
menggantung keluar, penigkatan sirkulasi sehingga merah, adanya kemerahan, alat kelamin
luar yang hangat serta suara bengah-bengah pada sapi tersebut. Jika dipalpasi perektal maka
uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan permukaan tidak rata, cervik relaksasi dan
pada ovarium terdapat folikel de graaf yang membesar dan sudah matang.

Karakteristik sel pada saat estrus yaitu penampakan histologi dari smear vagina
didominasi oleh sel-sel superfisial, tetapi terdapat kornifikasi pada hasil preparat,
pengamatan yang berulang menampakkan sel-sel superfisialnya ada yang bersifat anucleate.
Sel-sel parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-sel intermediet
adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel superfisial. pada saat nukleus
mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini dapat diklasifikasikan pada sel superficial.
Perubahan selama estrus :

a. Follicle de Graaf : besar, masak.

b. Perubahan Estrogen : menjadi lebih jelas.

c. Tuba falopii membengkak, epitel menebal(proximal) dan silia-silianya bergerak


aktif.

d. Dinding tuba falopii berkontraksi.

e. Uterus ereksi, sangat kenyal dan edeematous.

f. Lendir dari uterus, vagina dan cervix bertambah banyak.

g. Mukosa vagina kemerah-merahan : vascularisasi.


h. Cervix lemas dan sedikit oedematous.

i. Vulva lemas dan oedermatous pada semua jenis hewan.

3. Metestrus

Metestrus ditandai dengan berhentinya puncak estrus dan bekas folikel setelah
ovulasi mengecil dan berhentinya pengeluaran lendir. Selama metestrus, rongga yang
ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur
yang disebut korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari,korpus hemoragikum mulai
berubah menjadi luteal,menghasilkan korpus luteum atau Cl. Fase ini sebagian besar berada
di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Progesteron
menghambat sekresi FSH oleh pituitary anterior sehingga menghambat pertumbuhan folikel
ovarium dan mencegah terjadinya estrus.Pada masa ini terjadi ovulasi,kurang lebih 10-12
jam sesudah estrus,kira-kira 24 sampai 48 jam sesudah birahi.

Periode ini berlangsung selama 3 – 4 hari setelah birahi, sedikit darah mungkin
keluar dari vulva induk atau dara beberapa jam setelah standing heat berakhir. Biasanya
85% dari periode birahi pada sapi dara dan 50% pada sapi induk berakhir dengan keluarnya
darah dari vulva (untuk cek silang saat mengawinkan inseminasi harus sudah dilakukan 12-
24 jam sebelum keluarnya darah). Keadaan ini disebut perdarahan metestrus (metestrual
bleeding), ditandai dengan keluarnya darah segar bercampur lendir dari vulva dalam jumlah
sedikit beberapa hari setelah birahi. Perdarahan ini biasanya akan berhenti sendiri setelah
beberapa saat. Yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua siklus birahi pada sapi berakhir
dengan keluarnya darah. Keluarnya darah tidak selalu berarti ovulasi telah terjadi dan tidak
selalu menunjukkan bahwa bila diinseminasi ternak akan bunting atau tidak. Keluarnya
darah hanya akan menunjukkan bahwa ternak telah melewati siklus birahi.

Jika dipalpasi rectal menjelang pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi
agak lunak karena pengendoran otot uterus. Kontraksi uterus intermitten. Folikel sudah
mengalami ovulasi. Ovarium akan teraba cekung karena folikel mengalami ovulasi dan
terbentuk korpus luteum baru dengan konsitensi menyerupai jantung. Dalam fase metestrus
awal, dimana korpus luteum belum terbentuk dan pada ovarium akan teraba ada cekungan
bekas ovum yang sudah diovulasikan dari folikel yang sudah matang. Pada fase ini sekresi
mukus vagina berkurang dan epithel karunkula uterus hiperemis.
Pada fase metestrus, histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena
kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel
darah merah dan neutrofil juga dapat diamati. Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang
terdapat pada siklus estrus. Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet
kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk poligonal
atau bentuk tidak beraturan.
2. Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus
nuklei mengalami kematian atau rusak secara bersamaan
3. Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula.

4. Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dalam siklus birahi yang paling panjang. Fase
diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal dan pengaruh progesteron
terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi
progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum.
Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan. Fase ini merupakan fase yang
terpanjang di dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang
dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menghasilkan sejumlah
progesterone, alat reproduksi praktis ”tidak aktif” selama periode ini karena di bawah
pengaruh hormon progesteron dari korpus luteum. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus,
maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka
CL akan berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk
siklus estrus yang baru.

Perubahan selama diestrus :

a. periode persiapan uterus untuk suatu kebuntingan.

b. Endometrium menebal dan kelenjar-kelenjar uterusnya hypertropi.

c. Cervix tertutup.

d. Vagina dan vulva sedikir berlendir.


e. Mukosa vagina pucat.

f. Uterus lemas.

g. Akhir periode diestrus endometrium dan kelenjar uterus mengalami atropi kembali.

h. Periode diestrus disebut pula periode istrahat dari alat kelamin.

Pada fase ini ovarium didominasi oleh korpus luteum yang teraba dengan bentuk
permukaan yang tidak rata, menonjol keluar serta konsistensinya agak keras dari korpus
luteum pada fase metestrus. Korpus luteum ini tetap sampai hari ke 17 atau 18 dari siklus
estrus. Uterus pada fase ini dalam keadaan relak dan servik dalam kondisi mengalami
kontriksi. Fase diestrus biasanya diikuti pertumbuhan folikel pertama tapi akhirnya
mengalami atresia sedangkan pertumbuhan folikel kedua nantinya akan mengalami ovulasi.

Berikut ini adalah komparasi pada siklus estrus :


B. Hormon-hormon Pada Proses Estrus
Hormon selama estrus

C. Perubahan-perubahan Fisiologis saat Siklus Estrus


Selama Estrus, sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan, dan
kadang-kadang menguak, dan berkelana mencari hewan jantan. Ia mencoba menaiki sapi-
sapi betina lain dan akan diam berdiri bila dinaiki. Selama estrus ia akan tetap berdiri bila
dinaiki pejantan dan pasrah menerima pajantan untuk untuk berkopulasi. Vulva sapi tersebut
dapat membengkak, memerah dan penuh dengan sekresi mucus transparan (terang tembus,
seperti kaca) yang menggantung dari vulva atau terlihat di sekeliling pangkal ekor.

Domba betina yang birahi akan mendekati dan memperhatikan pejantan,


menggoyang-goyangkan ekornya dan akan diam berdiri bila dinaiki pejantan. Ia jarang
menaiki betina-betina lain. Domba betina tersebut tidak mensekresikan lendir selama estrus
dan vulva tidak oedematous.

Gejala-gejala birahi sering sangat intensif pada babi betina. Ia akan memisahkan diri
dari kelompoknya dan mengembara beberapa kilometer untuk mencari pejantan. Babi betina
yang birahi sangat sedikit menaruh perhatian pada makanan dan sering mengeluarkan suara-
suara rendah dan singkat. Apabila punggungnya ditekan ia mengambil posisi diam atau
posisi kawin (mating stance). Malahan respon ini dapat diperlihatkannya apabila mendengar
suara-suara babi jantan baik secara langsung atau melalui pita perekam. Vulvanya bengkak
selama estrus tetapi tidak terlihat sekresi mucus.

Kuda betina yang birahi akan mengizinkan kuda jantan mencium dan menggigitnya
tanpa memberi perlawanan, sering mengangkat ekornya dan kencing. Ia akan berdiri diam
bila dinaiki pejantan. Labia vulva dapat menguak dan memanjang dengan clitoris yang
erektif.

Perubahan-perubahan yang umum terjadi yaitu :

 Pro Estrus
- Menaiki betina lainnya tetapi tidak mau dinaiki.
 Estrus /berahi
- Menaiki betina lainnya dan mau dinaiki (Standing Heat)
- Mengeluarkan suara gaduh
- Keluar Lendir transparans
- Vulva 3 A (Abuh,Abang,Anget)
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Agung. 2012. Kuliah Pengantar Blok 9. Yogyakarta: FKH UGM

Frandson, RD. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

http://blog.ub.ac.id/cdrhfitria/2012/09/19/siklus-estrus-betina/

http://yudhiestar.blogspot.com/

Junaidi, Aris. 2006. Reproduksi dan Obstetri pada Anjing. Yogyakarta Gadjah Mada
University Press

Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa

Diposting 2nd April 2014 oleh Widiastuti

Label: Dasar Reproduksi Ternak

Tambahkan komentar

4.

Apr

5 Bahan Pakan Sumber Energi


a. Jagung Kuning
Jagung kuning merupakan bahan utama pakan ayam. Penggunaan jagung bagi pakan
ternak terutama unggas rata-rata berkisar 45-55% porsinya. Dua diantara keunggulan
jagung adalah kandungan energinya yang bisa mencapai 3350 Kkal/kg (NRC 1994) dan
xantophil yang cukup tinggi. Jagung kuning digunakan sebagai bahan baku penghasil
energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein yang rendah
(8,9%). Kelemahan kandungan jagung adalah asam amino esensialnya rendah terutama
lisin dan triptofan, oleh karena itu, penggunaan jangung yang tinggi harus diimbangi
dengan penggunaan bahan lain sebagai sumber protein yang kandungan asam aminonya
tinggi, seperti tepung kedelai.

Kandungan nutrisi jagung :


 Bahan kering : 75 – 90 %
 Serat kasar : 2,0 %
 Protein kasar : 8,9 %
 Lemak kasar : 3,5 %
 Energi gross : 3918 Kkal/kg
 Niacin : 26,3 mg/kg
 TDN : 82 %
 Calcium : 0,02 %
 Fosfor : 3000 IU/kg
 Asam Pantotenat : 3,9 mg/kg
 Riboflavin : 1,3 mg/kg
 Tiamin : 3,6 mg/kg

b. Dedak halus
Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia,
sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak mengandung bagian luar beras
yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Maksimum
pemberian dedak ke ternak sapi adalah 40% dari total ransum, babi 30-40% dan untuk
ternak unggas 25%.

Kandungan nutrisi dedak :


Bahan kering : 91,0 %

Protein kasar : 13,5 %

Lemak kasar : 0,6 %

Serat kasar : 13.0 %

Energi metabolis : 1890,0 kal/kg


Calcium : 0,1 %

Total Fosfor : 1,7 %

Asam Pantotenat : 22,0 mg/kg

Riboflavin : 3,0 mg/kg

Tiamin : 22,8 mg/kg

c. Ubi Kayu
Singkong (ubi kayu) sebagai bahan makanan memang tidak pernah dimakan dalam
bentuk mentah sebagaimana ubi manis. Secara fisik, apabila ubi kayu dibuka kulitnya
dan dibiarkan, tidak segera digoreng atau direbus, maka akan berubah warna menjadi
kebiru-biruan. Hal ini menunjukkan adanya sesuatu zat yang perlu diperhatikan secara
serius. Kandungan energi ubi kayu ± 2970 Kkal/kg, mengalahkan energi dalam dedak,
kacang kedelai dan bungkil kelapa. Oleh karena itu ubi kayu banyak diberikan kepada
unggas pedaging yang memang memerlukan energi tinggi, seperti : ayam broiler, bebek,
angsa dan sejenisnya, tetapi tidak diperlukan untuk anggas petelur. Penggunaan dalam
campuran pakan tidak lebih dari 10%.

Komposisi Ubi Kayu (per 100 gram bahan)


Kalori : 146,00 kal
Air : 62,50 gram
Phosphor : 40,00 mg
Karbohidrat : 34,00 gram
Kalsium : 33,00 mg
Vitamin C : 30,00 mg
Protein : 1,20 gram
Besi : 0,70 mg
Lemak : 0,30 gram
Vitamin B1 : 0,06 mg

d. Bekatul
Banyak orang menggambarkan bekatul sebagai limbah dengan bau tengik, apek, dan
asam. Bekatul memiliki karakteristik cita rasa yang lembut dan agak manis. Bau tidak
sedap akan muncul jika bekatul mulai mengalami kerusakan. Bekatul mengandung
karbohidrat cukup tinggi, yaitu 51-55 g/100g.

Kandungan protein pada bekatul juga sangat baik, yaitu 11-13 g/100 g. Dibandingkan
dengan telur, nilai protein bekatul memang kalah, tapi masih lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kedelai, biji kapas, jagung, dan tepung terigu.
Dibandingkan dengan beras, bekatul memiliki kandungan asam amino lisin yang lebih
tinggi. Zat gizi lain yang menonjol pada bekatul beras adalah lemak, kadarnya mencapai
10-20 g/100 g.
Keunggulan dari minyak bekatul untuk menurunkan kolesterol. Bekatul beras juga kaya
akan vitamin B kompleks dan vitamin E. Vitamin B kompleks sangat dibutuhkan
sebagai komponen pembangun tubuh, sedangkan vitamin E merupakan antioksidan
yang sangat kuat.
Selain itu, bekatul merupakan sumber mineral yang sangat baik, setiap 100 gramnya
mengandung kalsium 500700 mg, magnesium 600-700 mg, dan fosfor 1.000-2.200 mg.
Mempunyai kandungan nutrisi yang sedikit berbeda dengan dedak kasar.Kandungan
nutrisi dari bekatul adalah energi metabolisme sebesar 1.630 Kkl/kg.protein kasar
10,8%, lemak kasar 2,9% dan serat kasar 4,9%..

e. Sorgum
Sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang potensial untuk
dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering
di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas,
tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan
terhadap hama dan penyakit dibading tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum
memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai
sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Sorgum merupakan merupakan
salah satu komoditi unggulan untuk meningkatkan produksi bahan pangan dan energi,
karena keduanya dapat diintegrasikan proses budidayanya dalam satu dimensi waktu
dan ruang Kandungan nutrisi sorgum yaitu:

Unsur Nutrisi Kandungan/100 g

Kalori (cal) 332


Protein (g) 11.0
Lemak (g) 3.3
Karbohidrat (g) 73.0
Kalsium (mg) 28.0
Besi (mg) 4.4
Posfor (mg) 287
Vit. B1 (mg) 0.38

Diposting 2nd April 2014 oleh Widiastuti


Label: Bahan Pakan dan Formulasi Ransum

Lihat komentar

5.

Apr

Termoregulasi

A. Pengertian Termogulasi
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk mempertahankan
suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh
manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat
pengaturan suhu di hipotalamus.

Termoregulasi berasal dari kata Termo : Panas Regulasi : Pengaturan Termoregulasi


adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas
dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Termoregulasi bekerja untuk menyeimbangkan perolehan panas dengan pelepasan panas.

Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan


koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan
perubahan suhu dingin atau hangat (Myers, 1984). Pusat pengaturan tubuh manusia ada di
Hipotalamus, oleh karena itu jika hipotalamus terganggu maka mekanisme pengaturan suhu
tubuh juga akan terganggu dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia. Mekanisme
pengaturan suhu tubuh manusia erat kaitannya antara kerja sama system syaraf baik
otonom, somatic dan endokrin. Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh
system persyarafan maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja system endokrin terhadap
mekanisme pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan TRH. Adapun macam-macam suhu
dalam termoregulasi yaitu :

 Suhu inti (core temperature)


Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan
dipertahankan mendekati 37°C.
 Suhu kulit (shell temperature)
Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu
ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
 Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature)
Suhu ini merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti dan suhu kulit.

B. Homeostatis
Homeostasis secara harfiah berarti "negara yang sama" dan mengacu pada proses
menjaga tubuh internal ingkungan dalam keadaan stabil, ketika lingkungan eksternal
berubah. Pentingnya ini tidak bisa terlalu stres, karena memungkinkan enzim dll untuk
menjadi 'fine-tuned' untuk satu set kondisi tertentu,
dan sehingga untuk beroperasi secara lebih efisien. Sistem saraf banyak dari sistem hormon
dan otonom adalah didedikasikan untuk homeostasis, dan tindakan mereka dikoordinasikan
oleh hipotalamus. Dalam Modul 2 kita
melihat bagaimana tingkat pernapasan dan jantung yang dipelihara (NB Sinoptik pertanyaan
kemungkinan!). Di sini kita akan melihat tiga contoh lebih homeostasis secara rinci :

• suhu

• glukosa darah

• air darah.

Semua mekanisme homeostatik menggunakan umpan balik negatif untuk


mempertahankan nilai konstan (disebut set point). Ini adalah titik paling penting dalam topik
ini! Umpan balik negatif berarti bahwa setiap kali perubahan terjadi dalam suatu sistem, ini
secara otomatis menyebabkan mekanisme korektif untuk memulai, yang membalikkan
perubahan asli dan membawa sistem kembali ke set point (yaitu 'normal'). Ini juga berarti
bahwa semakin besar perubahan mekanisme yang lebih besar korektif negatif umpan balik
berlaku untuk sirkuit elektronik dan sistem pemanas sentral serta sistem biologi. Ketika
oven terlalu panas, pemanasan akan dimatikan, hal ini memungkinkan oven menjadi dingin.
Akhirnya akan terlalu dingin, ketika pemanasan akan beralih kembali, sehingga
meningkatkan suhu sekali lagi. Jadi, dalam sistem dikendalikan oleh umpan balik negatif,
tingkat set tidak pernah sempurna dipertahankan, tetapi terus berosilasi tentang set point.
Pentingnya lingkungan dalam yang stabil telah dikemukakan oleh Cluade Bernard,
seorang ahli ilmu faal Perancis pada tahun 1859. Dengan mempertahankan lingkungan
dalam yang relatif stabil, organisme multisel yang kompleks dapat hidup bebas
dilingkungan luar yang sangat bervariasi. Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon
menyebutkan upaya mempertahankan keadaan lingkungan dalam yang stabil ini sebagai
Homeostatis, yang berasal dari kata Yunani homeo (sama) dan statis (mempertahankan
keadaan).

C. Asal Panas padaTubuh Manusia


Panas merupakan energi kinetik pada gerakan molekul. Tubuh manusia merupakan
organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu
lingkungan (mahluk berdarah panas). Suhu tubuh dihasilkan dari :

1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR)

2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat
menggigil).

3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain,
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).

4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis


pada sel.

5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri
terutama bila temperatur menurun.

D. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh Manusia


Pusat pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh adalah suatu
kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yaitu: Preoptic area. Area ini
menerima impuls-impuls syaraf dari termoreseptor dari kulit dan membran mukosa serta
dalam hipotalamus. Neuron-neuron pada area peroptic membangkitkan impuls syaraf pada
frekwensi tinggi ketika suhu darah meningkat dan frekwensi berkurang jika suhu tubuh
menurun. Impuls-impuls syaraf dari area preoptic menyebar menjadi 2 bagian dari
hipotalamus diketahui sebagai pusat hilang panas dan pusat peningkatan panas, dimana
ketika distimulasi oleh area preoptic, mengatur kedalam serangkaian respon operasional
yang meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh secara berturut-turut.

Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh . Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang
terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini
terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang
memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh
dalam keadaan konstan.

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Selain itu, ada
suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub
kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 30°C sampai 40°C.

Tabel Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia

Usia Suhu (oC)

3 bulan 37,5

6 bulan 37,7

1 tahun 37,7
3 tahun 37,2

5 tahun 37,0

7 tahun 36,8

9 tahun 36,7

11 tahun 36,7

13 tahun 36,6

Dewasa 36,4

> 70 tahun 36,0

Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh:

1. The mercury-in-glass thermometer

2. The electrical digital reading thermometer

3. A radiometer attached to an auriscope-like head (untuk pengukuran suhu timfani)

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh

Dalam sistem pengaturan suhu tubuh, ada saja faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan suhu pada tubuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu :

1. Variasi diurnal

Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang tidur pada
malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal
malam.

2. Kerja jasmani/ aktivitas fisik


Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang
dilakukan oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 40°C.

3. Jenis kelamin

Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu
tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat
bangun meningkat 0,3-0,5°C.

4. Lingkungan

Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan yang
lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan hambatan penguapan
keringat, sehingga panas tertahan di dalam tubuh.

Suhu tubuh merupakan pencerminan panas tubuh. Sebagaimana energi tubuh yang
mengikuti hukum termodinamika, panas tubuh sebagai salah satu bentuk energi juga
mengikuti hukum tersebut. Suhu tubuh merupakan hasil imbangan antara pembentukan
panas dengan kehilangan panas. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh diatas,
masih ada faktor-faktor lain yang tidak jauh berbeda atau lebih detilkan yaitu sebagai
berikut :

1. Kecepatan metabolisme basal

2. Rangsangan saraf simpatis

3. Hormon pertumbuhan

4. Hormon tiroid

5. Hormon kelamin

6. Demam ( peradangan )

7. Status gizi

8. Aktivitas

9. Gangguan organ
10. Lingkungan

Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat
metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:

1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.

2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.

3. Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot yang merupakan upaya


tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh selama terpapar dingin.

4. Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis)

Hal ini terjadi pada bayi baru lahir. Sumber energi pembentukan panas ini ialah brown fat.
Pada bayi baru lahir, brown fat ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat
berbeda dengan lemak biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria,
banyak dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah.

F. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah


Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh berubah ada 2, yaitu :

1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat :

a. Vasodilatasi : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus


posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada
kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit
hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran
panas melalui evaporasi.
c. Penurunan pembentukan panas : Beberapa mekanisme pembentukan panas,
seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun :

a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh : karena rangsangan pada pusat simpatis


hipotalamus posterior.
b. Piloereksi : Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat
pada folikel rambut berdiri.
c. Peningkatan pembentukan panas : sistem metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta
peningkatan sekresi tiroksin.

G. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit


Panas dapat hilang dan masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara konveksi,
konduksi, radiasi dan evaporasi :

1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang
gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke
segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar
pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
2. Konduksi
 Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan
pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya
rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih
tinggi.
 Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas.
 Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan
benda-benda yang ada di sekitar tubuh.
3. Konveksi

 Apabila seceret kopi diletakkan di atas kompor listrik yang panas maka enegi
dalam ceret akan meningkat yang disebabkan oleh konveksi
 Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel yang telah dipanaskan
dikatakan perpindahan kalor secara konveksi
 Aliran konveksi dapat terjadi dikarenakan massa jenis udara panas sangat
ringan dibandingkan massa jenis udara dingin
4. Evaporasi

 Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas


tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan
kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori.
 Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung
sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus
dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam.
 Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi
molekul air secara terus menerus melalui kulit dan sistem pernafasan
 Enegi panas mula-mula akan penetrasi kedalam jaringan kulit dalam bentuk
berkas cahaya (dalam bentuk radiasi atau konduksi) kemudian akan menghilang
didalam jaringan yang lebih dalam berupa panas, panas tersebut kemudian
diangkut ke jaringan lain dengan cara konveksi yaitu diangkut ke jaringan
seluruh tubuh melalui cairan tubuh, dan energi panas akan dikeluarkan melalui
evaporasi (keringat)

H. Fisiologi Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan Suhu


Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan
meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus
posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah,
piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid
dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate.
Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang
membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat
meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit dan
hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic dan pusat peningkata panas di
hipotalamus, serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH
(Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf
dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior
untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan
TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor. Berbagai organ efektor akan berupaya
untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai normal, diantaranya adalah :

 Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang menyebabkan
pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi menurunkan aliran
darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya
kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi
metabolic melanjutkan untuk produksi panas.
 Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang pelepasan
epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya , menghasilkan
peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi panas.

 Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan
memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-ulang yang
disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh dapat meningkat 4x
dari basal rate hanya dalam waktu beberapa menit.

 Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid
kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan meningkatkan
metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh.

Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feed back negatif
berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas. Tingginya suhu darah merangsang
termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic, dimana sebaliknya
merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan panas. Impuls syaraf
dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi
hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan
dengan peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih
dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi
menggigil. Tingginya suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf
simpatis hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin.
Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu tubuh
kembali normal.

Kesimpulan!

1. Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai


keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
2. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya panas,
vasodilatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi
meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil,
meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi
epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate.
3. Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan
tidak tergantung pada suhu lingkungan (mahluk berdarah panas).
4. Suhu tubuh normal manusia adalah 36-37oC.
5. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu variasi diurnal, kerja
jasmani/ aktivitas fisik, jenis kelamin dan lingkungan.

Diposting 2nd April 2014 oleh Widiastuti

Label: Fisiologi Ternak

Tambahkan komentar

6.

Mar

Ayam Broiler Ganngu Hormon Manusia

Tiap orang tentu menyukai dan pernah menyantap daging ayam, namun siapa sangka daging
dari ayam potong atau broiler yang diternakkan tersebut membahayakan tubuh manusia.
Ayam ras pedaging yang disuntik vaksin dan mengonsumsi berbagai macam vitamin agar
memiliki bobot maksimal, juga disuntik dengan hormon Estrogen.

Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan ginjal dan hipertensi, Dr Zulkhair Ali
SpPD KGH dari Rumah Sakit Dr Moehammad Husein (RSMH) Palembang, mengatakan
bila hormon Estrogen digunakan petenak ayam, selain untuk mempercepat pertumbuhan
juga menambah nafsu makan hewan tersebut.

Sayang, hormon akan melekat pada daging yang dikonsumi manusia. Akibatnya,
berlebihnya hormon estrogen bisa mengganggu hingga mengubah hormon yang ada di tubuh
manusia.

"Jika pria mengkonsumsi daging ayam broiler yang masih melekat hormon Estrogen, maka
pria itu cenderung tumbuh seperti perempuan. Ciri fisik perempuan akan dialami oleh pria
tersebut, seperti dada yang membesar bahkan mengubah perilaku. Sehingga, cenderung
seperti perempuan," katanya saat ditemui di ruang kerja, Jumat (26/7).

Hormon Estrogen membantu pertumbuhan ayam broiler lebih cepat. Bila ayam biasa
membutuhkan waktu 5-7 bulan agar siap dipotong dan dikonsumsi, namun ayam broiler
yang disuntik hormon hanya membutuhkan waktu kurang dari 45 hari.

Ayam broiler yang disuntik Estrogen dan dicekoki belasan vitamin membuat nafsu makan
bertambah dari biasanyan, salah satunya Amylate yang biasa digunakan peternak ayam
broiler di Palembang.

Zulkhair menyebut metode yang dilakukan peternak memaksa ayam cepat tumbuh dan
besar. Apalagi selama bulan Ramadan permintaan daging ayam meningkat dibandingkan
biasanya, pasokan pun ditambah dua kali lipat jelang Hari Raya Idul Fitri, dimana warga
muslim Palembang yang merayakan kemenangan pasca 30 hari berpuasa menghidangkan
menu makanan yang didominasi oleh daging.

Ayam broiler selalu diberi suplai makanan konsentrat. Aktivitasnya yang hanya makan dan
tidur membuat dagingnya menimbun lemak.

Estrogen yang disuntikkan adalah hormon yang memainkan peran kunci dalam
perkembangan organ dan sistem reproduksi perempuan. Seorang anak perempuan didorong
menstruasi (haid) lebih dini meski di usia yang belum seharusnya.

"Ini adalah lahan bisnis terbaik untuk peternak ayam pedaging, pabrik ayam dan penjual
ayam. Tapi di sisi konsumen, timbul masalah bagi kesehatannya. Warga harus memilih
daging ayam dengan benar dan seksama, jika ingin sehat lakukan hal yang terbaik dengan
menghindari makanan yang sudah diketahui resikonya bila dikonsumsi," imbaunya.

Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (DP2K) Kota Palembang, Harrey Hadi
kepada Sripo mengatakan, permintaan akan daging menjadi alasan banyak peternak
mempercepat proses panen ayam broiler. Harrey yang baru dilantik tiga hari lalu ini
berusaha menyelesaikan permasalahan yang dibidangi pihaknya dalam waktu dekat.

"Saya akan perhatikan permasalahan apa saja yang dihadapi baik di sektor peternakan,
perikanan, pertanian dan kehutanan. Nanti diselesaikan secara komprehensif agar kualitas
dan kuantitas daging khususnya baik untuk dikonsumsi warga Palembang," ujarnya usai
pelantikan di Ruang Prameswara Setda Kota Palembang, Kamis (25/7).

Lebih jauh Harrey mengimbau tak hanya kepada para peternak, namun pedagang agar
memandang batas wajar saat menjual daging kepada masyarakat selama bulan Ramadan
atau jelang Lebaran Idul Fitri.

"Harus bisa menahan diri, mencari keuntungan boleh tapi jangan memberatkan apalagi
membahayakan masyarakat yang mengkonsumsinya," kata Harrey. (mg2/mg5)

Sumber :

www.tribunnews.com

Diposting 8th March 2014 oleh Widiastuti

Label: Fisiologi Ternak

Tambahkan komentar

7.

Dec

25

Jenis Tanaman Rumput & Leguminosa


1. Jenis tanaman Leguminosa

a. Gamal ( Gliricidia maculate )

Gamal berasal dari Amerika Tengah dan Brazilia yang beriklim kering.
Ditemukan mulai dari permukaan laut hingga ketinggian 1200 meter. Akan tetapi,
tumbuhan ini telah lama dibudidayakan dan bernaturalisasi di wilayah tropika
Meksiko, Amerika Tengah, dan bagian utara Amerika Selatan, sampai pada
ketinggian 1.500 m. Jenis ini juga telah diangkut ke wilayah Karibia dan kemudian
ke Afrika Barat. Ia di introduksikan ke Filipina oleh orang Spanyol pada awal tahun
1600-an, dan ke Sri Lanka dalam abad ke-18l dari sana tumbuhan ini mencapai
negara Asia lain, termasuk Indonesia (kira-kira tahun 1900), Malaysia, Thailand dan
India. Gamal diperkirakan masuk ke Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman
pelindung pada areal perkebunan di daerah Medan. .
Gamal berbentuk pohon, semak, daun majemuk bersirip ganjil, bunga berbentuk
malai, lukar dari ketiak daun, bunga berwarna merah jambu, buah polongan, akar
cukup dalam.
Fungsi tanaman: tanaman pelindung, pagar, makanan ternak dan penahan
erosi. Dapat diperbayak dengan menggunakan stek ataupun biji. Gamal ditanam
sebagai penahan angin, bank protein, pakan ternak dan pagar hidup.
Tanaman yang diperbanyak dengan setek sudah dapat dipanen perdana pada
usia di bawah 1 tahun. Biasanya 8-10 bulan. Sedangkan pada tanaman biji, hasil
biomasa baru dapat diperoleh pada usia sekira 2 tahun.Penanaman setek lebih baik
berasal dari batang bawah tanaman yang cukup usia (diatas 2 tahun), diameter batang
cukup besar (diatas 4cm) dengan panjang setek bervariasi mulai dari 40cm sampai
1.5m. Jarak tanam juga bervariasi, antara 40 -50cm sampai dengan 1.5 – 5m
tergantung kebutuhan. Gamal mengandung nilai gizi yang tinggi. Protein kasar
berada diantara 18-30% dan nilai ketercernaan 50-65% (lihat tabel). Walaupun
sangat bermanfaat bagi ternak, tingkat racun dalam Gamal juga sudah dikenal sejak
lama. Sekurang-kurangnya ada beberapa jenis komponen racun dalam
Gamal,diantaranya dicoumerol, suatu senyawa yang mengikat vitamin K dan dapat
mengganggu serta menggumpalkan darah.
abel 1. Kandungan Gamal Segar, Kering Matahari dan Kering Mutlak
Daun Gamal
Segar (%) Kering Matahari (%) Bahan Kering (%)
Air 74,56 7,98 -
Protein Kasar 6,16 23,11 25,11
Lemak 1,18 4,43 4,81
BETN 4,63 17,37 18,88
Ca 1,55 2,05 2,23
P 0.06 0,21 2,23
Serat Kasar 10,27 38,49 41,83
Abu 2,30 8,62 9,97

Sumber : Sulastri (1984)

a. Kaliandra (Calliandra calothrysus)

Tinggi tanaman (pohon) kaliandra dapat mencapai 8 m. tanaman kaliandra


dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 m dpl, toleran terhadap
tanah yang kurang subur, dapat tumbuh cepat dan berbintil akar sehingga mampu
menahan erosi tanah dan air.
Manfaat kaliandra pada makanan ternak adalah sebagai bank protein. Penanaman
kaliandra pada tanah-tanah yang kurang produktif dapat menekan pertumbuhan
gulma. Selain itu tanaman ini dapat digunakan sebagai tanaman penahan erosi dan
penyubur tanah.
Daun kaliandra mudah dikeringkan dan dapat dibuat sebagai tepung makanan ternak
kambing.
Kaliandra mengandung protein kasar 22,4%, lemak 4,1%, energi kasar 46,30
kkal/kg, SDN 24,0%, lignin 1995,0%, Ca 1,6% dan P 0,2%. Upaya yang dilakukan
untuk mengurangi pengaruh negatif tanin tersebut adalah melalui cara pencampuran
daun kaliandra dengan daun dari jenis leguminosa lain pada imbangan yang tepat.
Selain itu pengaruh negatif tanin dapat dikurangi dengan pemberian zat aditif.
File ini berisi banyak sekali jenis tanaman rumput dan leguminosa. Jadi, untuk lebih
lengkapnya silahkan download Disini

Diposting 25th December 2012 oleh Widiastuti

Label: Ilmu Tanaman Makanan Ternak

Tambahkan komentar

8.

Dec

Penyakit Kembung Pada Ternak


Ruminansia

Bloat/kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur
organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan
dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi
terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang
terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi
yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah
penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung,
banyak peternak yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung
sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau
menular kepada binatang lain atau manusia, daging sapi yang terserang penyakit inipun masih
aman untuk dikonsumsi.

A. Etiologi

Penyakit kembung (Timpani) merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang
ternak ruminansia terutama sapi dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu
waspada, karena pada kasus yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak.
Timpani pada ternak dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara garis besar,
timbulnya kembung disebabkan oleh akumulasi gas yang berlebihan di dalam rumen hewan
ruminansia. Seperti kita ketahui, pencernaan bahan makanan di dalam perut hewan
ruminansia dilakukan oleh mikroorganisme di dalam perut ternak. Mikroorganisme yang
secara alamiah ada di dalam perut yang bertugas melakukan pencernaan awal terhadap bahan
makanan dan terutama protein. Proses pencernaan protein oleh mikroorganisme ini akan
menghasilkan berbagai enzim dan asam amino yang dapat diserap oleh dinding usus ternak.
Tanpa adanya mikroorganisme ini dapat dipastikan proses pencernaan makanan di dalam
perut ternak tidak akan dapat terjadi. Namun di sisi lain, proses pencernaan bahan makanan
oleh mikroba juga mengeluarkan eksreksi lain berupa gas yang sebagian besar adalah
karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas inilah yang apabila tidak sempat
dikeluarkan melalui anus dengan cara berkentut atau dengan bersendawa akan terakumulasi
didalam rumen. Seringkali kembung ringan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Namun, apabila kejadian berlanjut dan tidak ditangani maka akumulasi gas terjebak ini akan
membentuk buih/busa (froathy bloat) yang akan semakin sulit bagi ternak untuk
mengeluarkannya.

Perut kembung atau timpani adalah suatu keadaan mengembangnya rumen akibat
terisi oleh gas yang berlebihan. Hal ini terjadi ketika esophagus mengalami sumbatan sehingga
menghambat pengeluaran gas. Produksi gas yang cepat (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir
fermentasi akan memicu terjadinya kembung. Kondisi ini dikaitkan dengan tingginya
konsentrasi protein terlarut yang terdapatdi dalam rumen. Gas yang terbentuk akan menetap
di rumen dalam bentuk gelembung-gelembung kecil yang tidak merangsang terjadinya reflek
bersendawa sehingga rumen mengembung.

Timpani merupakan indigesti akut yang disertai dengan penimbunan gas di dalam
rumen dan retikulum ruminansia yang penuh berisi gas (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir
fermentasi yang berlebihan yang berasal dari proses pencernaan di dalam lambung. Hal ini
terjadi ketika esophagus mengalami sumbatan sehinfga menghambat pengeluaran gas.
Timpani disebabkan oleh penyebab primer dan penyebab sekunder. Penyebab primer adalah
akibat dari fermentasi makanan yang berlebihan kemudian hewan tidak mampu
mengeluarkan gas, sehingga gelembung-gelembung gas akan terakumulasi yang merupakan
penyebab kembung. Sedangkan penyebab sekunder berupa gangguan yang bersifat fisikal
yang terjadi pada daerah esophagus yang disebabkan oleh benda asing, stenosis atau tekanan
dari perluasan jalan keluar esophagus. Makanan yang difermentasi misalnya hijuan segar yang
banyak mengandung air dan berprotein tinggi. Hijuan leguminosa mudah berfermentasi dan
mengeluarkan gas. Oleh karena itu, pemberian hijauan leguminosa segar yang berlebihan
dapat menyebabkan timpani. Pemberiaan makanan konsentrat yang terlalu banyak pula dapat
menyebabkan timpani, terutama konsentrat yang mulai busuk. Rumput basah atau berembun
dapat juga menjadi penyebab perut kembung. Timpani biasanya terjadi pada sapi, kerbau dan
kambing.

B. Patogenesis

Pada ruminansia (sapi) timpani biasa disebabkan karena konsumsi leguminosa yang
banyak atau gangguan dalam esophagus dan alat tubuh lain. Faktor yang mendorong
terjadinya timpani antara lain viskositas dan tegangan permukaan cairan rumen, aliran dan
susunan air liur dan aktivitas mikroba. Air liur mengandung protein mucin yang mencegah
terjadinya timbulnya busa pada air liur. Penguraian protein tersebut yang mungkin terjadi
karena aktivitas bakteri menimbulkan terbentuknya busa dalam rumen. Banyaknya air liur
juga berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya timpani. Sapi dengan air liur yang sedikit
lebih beresiko. Aktivitas mikroba akibat peningkatan jumlah sukrosa dalam rumen juga
memiliki pengaruh dalam pembentukan gas. Metabolisme sukrosa oleh bakteri menghasilkan
gas yang akan terperangkap dalam biofilm yang terbentuk oleh bakteri tersebut, sehingga
menjadi gelembung yang memenuhi rumen. Dalam kondisi normal, kelebihan gas pada
rumen akan dikeluarkan melalui mekanisme eruktasi. Gangguan pada reflek eruktasi
menyebabkan tidak bisa keluarnya gas dari rumen, sehingga terjadi timpani.

Gangguan reflek eruktasi berkaitan dengan gangguan pada esophagus dan alat tubuh
lain. Saat terjadi penumpukan gas, rumen bereaksi dengan kontraksi yang lebih sering dan
lebih kuat dari keadaan normal. Karena kecepatan pembentukan gas melebihi kemampuan
rumen untuk mengeluarkan ditambah dengan gangguan eruktasi menyebabkan penumpukan
gas yang banyak. Kekuatan kontraksi rumen juga akan menurun dan mungkin hilang
tonusnya. Volume rumen akan terus membesar karena gas yang terbentuk semakin banyak.
Rumen akan mendesak ke arah rongga dada dan menimbulkan gangguan pernafasan. Dari
titik tersebut kematian bisa terjadi jika tidak ditangani.

C. Gejala Klinis
1. Ternak nampak resah
2. Ada rasa sakit
3. Sisi perut sebelah kiri nampak
menonjol (membesar) disbanding normalnya,
4. Bila perut ditepuk-tepuk mirip suara drum
5. Tekanan intra rumen mengakibatkan :
Pembesaran abdomen atau rumen, membesarnya rumen akan meningkatkan tekanan di
dalam rongga perut dan rongga dada sehingga menyebabkan kesulitan bernafas yang ditandai
dengan pernafasan dada yang cepat dan dangkal. Sebaliknya, paru-paru dan sistem peredaran
darah jantung tidak bekerja. Apabila kondisi ini berlanjut maka akan terjadi gangguan
peredaran darah dan kematian dalam beberapa menit.
6. Hewan tampak gelisah
7. Berbaring pada posisi bagian kanan bawah.
8. Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi
9. Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan
oksigen dan mendekati kematian.
10. Angka kematian dapat mencapai 90% jika tidak tertolong
11. Ternak cenderung menendang dengan kaki belakang.

D. Penyebab
Penyebab perut kembung antara lain:

1. Pemberian leguminosa (kacang-kacangan) secara berlebihan. Daun legum yang mengandung


kadar air dan protein yang tinggi menghasilkan asam-asam yang tidak mudah menguap seperti
sitrat, malat dan suksinat. Asam-asam ini akan segera menurunkan pH rumen dalam waktu
30-60 menit pasca pemberian daun legum.
2. Pemberian rumput terlalu muda secara berlebihan atau karena tidak dilayukan.
3. Adanya sumbatan pada kerongkongan, selain itu bloat dapat juga terjadi pada ternak yang
pergerakannya terbatas.
4. Merumput pada lahan yang baru dipupuk, makan buah terlalu banyak, memakan racun dan
ubi atau tanaman sejenis yang dapat menahan keluarnya gas dari perut.

E. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Penyakit kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena
struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut,
bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi
terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang
terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar ke samping. Secara umum
apabila di bedah akan terjadipembesaran pada perut bagian kiri atas dan cukup keras, bila
ditepuk akan terasaada udara dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong. Dalam seksi
ditemukan kolon dan sekum yang mengalami distensi dengan dindingnya yang berwarna
pucat kebiruan. Apabila penimbunan gas disebabkan oleh obstruksi, penyebab obstruksi akan
ditemukan.

F. Diagnosa
Untuk mendiagnosa Timpani bisa dilakukan beberapa cara :

1. Berdasarkan gejala klinis

Pada dasarnya tidak sulit untuk melakukan diagnosa timpani karena pada penderita
timpani gejala yang tampak sangat jelas dan mudah dikenali, terutama adanya
pembesaran lambung di daerah fossa paralumbalis.

2. Pemeriksaan abdomen (Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)

 Pada pemeriksaan abdomen yang pertama dilakukan adalah Inspeksi dengan


mengamati perubahan-perubahan pada bagian abdomennya. Hal yang mudah
dikenali adalah adanya pembesaran abdomen sebelah kiri. Meski sesuai susunan
anatominya abdomen sebelah kiri memang lebih besar daripada abdomen
sebelah kanan, namun pada penderita timpani abdomen sebelah kirinya akan
lebih besar dari normal dan terasa keras.

 Selanjutnya dilakukan auskultasi, dengan cara menekankan stetoskop pada


bagian fossa paralumbalis. Pada ruminansia penderita Timpani saat dilakukan
auskultasi tidak terdengar adanya kontraksi dari rumen ataupun suara gemericik
(gurgling) seperti halnya pada ruminansia normal. Palpasi dilakukan dengan cara
menekankan kepalan tangan ke daerah fossa paralumbalis. Saat ditekan inilah
akan terasa bahwa abdomen penderita timpani terasa sangat keras dan tegang yang
disebabkan penimbunan gas pada bagian rumennya sehingga menekan rongga
abdomen untuk lebih membesar. Kemudian masih dengan cara yang sama yakni
dengan menekankan kepalan tangan ke fossa paralumbalis, hitung frekuensi
pergerakan/motilitas rumen dan tonus rumen. Pada ruminansia yang menderita
timpani motilitas rumen dan tonus rumennya akanmengalami penurunan.

3. Catatan pemberian pakan dan penggembalaan.


4. Memasukkan Stomach Tube ke dalam rumen.
Cara yang terakhir ini berfungsi untuk membedakan apakah hewan menderita bloat
atau timpani. Jika saat Stomach Tube sudah dimasukkan ke dalam rumen dan yang keluar
adalah isi rumen dengan konsistensi berbusa maka bisa dipastikan bahwa hewan tersebut
menderita Timpani.

G. Diagnosa Banding
a. Peritonitis atau infeksi pada rongga abdominal
b. Water belly atau pecahnya kandung kemih
c. Bunting tua
d. Akumulasi cairan abnormal dalam uterus selama kebuntingan
e. Displacement abomasum kiri atau kanan
f. Vagal indigestion
g. Intestinal volvulus (twisted intestines)
h. Ascites (akumulasi cairan di dalam rongga peritoneal) atau pneumoperitoneum
(akumulasi udara di dalam rongga peritoneal).

H. Prognosa
Ramalan kelanjutan penyakit biasanya tidak menguntungkan penderita atau dapat
mengaibatkan kematian jika lambat dilakukan pertolongan ataupun bersifat fausta-infausta.

I. Terapi
a. Trokarisasi
Pertolongan untuk mengurangi distensi perlu segera diberikan. Trokarisasi dengan
trokar dilakukan pada bagian perut yang mengalami tingkat destensi paling besar sebelah
kanan atau kiri. Untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan desinfeksi secukupnya. Kadang
pembebasan gas dengan trokar mengundang resiko terjadinya peritonitis.
Gas dikeluarkan dengan cara menusukkan cannula pada perut ternak bagian sebelah
kiri langsung pada rumen. Supaya tepat, tandai perut sapi dengan menggunakan gambar
segitiga yang menghubungkan titik tulang pinggul, titik rusuk akhir dan titik transverssus
processus, tusukan cannula tepat dititik tengah segitiga ke dalam rumen melewati peritoneum.
Pengeluaran gas dilakukan sedikit demi sedikit dengan cara menarik trocar perlahan-lahan
agar isi rumen tidak tersedot keluar dan menyumbat pipa trocar.

Setelah gas dapat dibebaskan segera dimasukkan obat- obat antizymotik antara lain
formalin atau chloroform sebanyak 30 ml, minyak terpentin 15-30 ml,sediaan yodium atau
obat merah secukupnya. Obat-obat Antyzomotic ini yang akan menurunkan proses fermentasi
mikroba, sehingga jumlah gas (frothy bloat) secara berangsur-angsur turun. Apabila gas telah
di bebaskan, pemeriksaan rectal selanjutnya dapat membantu menentukan ada tidaknya
obstruksi.

Pemberian laksansia rigan misalnya minyak mineral 2-4 L dapat menimbulkan


peristaltic lagi serta melicinkan jalanya pengeluaran tinja. Untuk mengurangi rasa sakit
pemberian aspirin atau dipyrone (Novin) 50%, 10- 20 mldapat dipertimbangkan. Obat-obat
suportif lain, misalnya penguat jantung dancairan elektrolit dapat diberikan bila dipandang
perlu.

b. Stomach Tube
Stomach tube merupakan metode yang banyak digunakan untuk mengeluarkan gas
dan tekanan dari rumen karena lebih aman dan trauma yang ditinggalkan pada hewan relatif
kecil. Stomach Tube (ukuran standart = diameter dalam 1.5-2.0 cm) dimasukkan melalui
mulut dengan bantuan spekulum logam untuk mencegah hewan mengunyah tubenya. Kerja
dari Stomach Tube ini relatif cepat yaitu sekitar 1 menit.

c. Secara Medis
1. Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone).
 Dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air,

 Kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml air, kemudian


diminumkan.
2. Dimethicone bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan, sehingga
gelembung-gelembung gas dalam rumen terurai menjadi gelembung-gelembung kecil
kemudian bergabung sehingga dapat dikeluarkan dari saluran pencernaan.
3. Wonder Athympanicum

 Dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram,

 Kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya, kemudian


diminumkan.

4. Bakazha Oil
Dosis Untuk Sapi : 150 ml – 300 ml

Dosis Untuk Kambing : 15 ml -30ml

J. Pencegahan
1. Pemberian pakan sesuai aturan, misalnya komposisi rumput danleguminosa yang benar
2. Hijauan yang akan diberikan hendaknya dilayukan terlebih dahulu
3. Jika ada ternak yang kembung, upayakan untuk tetap berdiri atau bergerak
4. Jika mungkin mulut tetap terbuka atau tetap usahakan
5. Mengunyah supaya air liur keluar, misalnya dengan ikatkan tali atau kayu dalam mulut supaya
ternak mengunyahnyadan air liur keluar
6. Selama musim hujan sebaiknya ternak diberi pakan kasar sebelum dilepas di padang
penggembalaan yang basah
7. Ternak jangan digembalakan terlalu pagi ketika rumput masih basah dan hindari memberi
ternak dengan rumput atau daun-daun muda dan tanaman leguminosa (kacang-kacangan)
8. Jangan membiarkan ternak terlalu lapar
9. Jangan memberikan makanan yang sudah rusak/busuk/berjamur
10. Hindari pemberian rumput/ hijauan yang terlalu banyak, lebih baik memberikan sedikit demi
sedikit tetapi sering kali.

K. Pengobatan
Meskipun anda sudah melakukan langkah-langkah pencegahan, bloat masih dapat
terjadi. Memanggil dokter atau personil kesehatan hewan merupakan tindakan yang
dianjurkan. Namun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena berbagai keterbatasan.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh peternak baik secara tradisional maupun medis modern
untuk mengobati bloat diantaranya adalah:

1. Ganti menu hijauan segar dengan daun kering/hay. Hal ini akan membantu pada bloat
ringan. Membawa ternak berjalan jalan juga dapat membantu.
2. Bila masih berlanjut, berikan anti foam. Secara tradisional berupa minyak nabati atau
lemak. Minyak bertugas sebagai pengurai buih. Kami biasanya menggunakan minyak
nabati atau minyak sayur atau minyak goreng pada dosis 150 – 300 ml segera setelah
bloat terdeteksi. Susu murni sebanyak 1 liter juga dapat dijadikan alternatif untuk
membuyarkan buih. Obat modern anti foam untuk mengobati timpani juga tersedia
dalam berbagai merek, dapat diperoleh di toko-toko obat hewan.
3. Dengan menggunakan selang (ukuran ¾” sampai 1” diameter) sepanjang 2 – 3 meter
yang dilumuri dengan minyak, dimasukkan melalui mulut melalui esophageal sampai
mencapai rumen untuk membantu mengeluarkan gas dari dalam rumen. Selang ini sering
disebut selang esophagus/stomach tube. Cara ini terkadang berhasil namun cukup
berbahaya karena dapat menganggu bagian dalam ternak. Sebaiknya mintakan saran pada
dokter hewan atau latihlah dahulu sebelum bloat terjadi.
4. Apabila cara diatas tidak terlihat manjur dan kondisi ternak sudah tidak bisa berdiri
sementara dokter hewan belum datang, anda harus melepaskan tekanan gas dengan paksa
dengan cara melubangi dinding perut sapi. Bisa dengan menggunakan trokar (semacam
penusuk, mirip paku tapi lebih besar) yang ditusukkan pada perut kiri atas, di belakang
tulang rusuk. Gas yang terjebak dapat keluar melalui lubang tersebut. Apabila trokar tidak
tersedia, sembarang alat yang tajam sepeti jarum suntik, jarum besar atau paku dan pisau
bisa juga digunakan untuk membuat lubang sedalam kira-kira 2.5cm. Setelah ditusukkan,
pisau jangan dicabut, tapi diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun demikian
tindakan ini sebaiknya dipandang sebagai cara terakhir, karena bila salah dapat merobek
rumen. Apabila ini terjadi dokter harus melakukan jahitan dan memberikan antibiotik
untuk menghindari infeksi.
Beberapa pendapat teman-teman peternak tentang cara pengobatan kembung secara
tradisional adalah:

1. Beberapa peternak di tempat kami mengklaim dengan memberikan air soda (sprite) 1 – 2
botol dapat membantu. Bila ditelusuri, soda dapat memudahkan sendawa. Namun demikian
perlu diteliti lebih lanjut, jangan sampai kandungan gas (karbondioksida) pada soda malah
terjebak dan memperparah bloat.
2. Pemberian daun nangka muda dapat mengobati sakit perut. Peternak juga suka memberikan
daun nangka ini pada ternak yang mengalami bloat. Penulis tidak mengetahui secara pasti
kandungan daun nangka, namun pada kasus bloat ringan dapat membantu. Mungkin karena
serat kasarnya saja.

3. Memberikan air kelapa muda. Pendapat kami, air kelapa mengandung mikroorganisme
probiotik, sehingga kemungkinan dapat membantu.

4. Memasukkan pelepah atau daun pepaya pada anus ternak yang mengalami bloat. Analisa
kami, pepaya mengandung pektin yang sering digunakan sebagai obat diare.

5. Beberapa resep tradisional lain untuk mengobati bloat yang dapat kami temukan antara lain:

6. Daun kentut atau sembukan 3 genggam dan bawang merah 20 buah. Parut halus daun kentut
dan haluskan bawang merah. Campur kedua bahan dan tambahkan garam. Campur air dalam
botol dan minumkan. Dosis untuk satu ekor sapi dewasa.

7. Getah pepaya 2 sendok makan. Garam dapur 1 sendok makan. Campurkan secara merata
dan tambah air dalam botol air mineral kemudian diminumkan. Dosis untuk satu ekor sapi
pedet.

DAFTAR PUSTAKA

Blowey RW. 2004. Digestive Disorders of Calves. Andrews AH, Editor: Bovine Medicine
Diseases and Husbandry of Cattle Second edition. State Avenue: Blackwell Publishing
Company

Iqbal, 2012. Kembung (Bloat/Timpani) Pada Ternak. http://iqbal-


cahndeso.blogspot.com/2012/02/kembungbloattimpani-pada-ternak.html diakses pada
3 Desember 2012

Rumbiak, Shandy. 2011. Bloat/Timpani (Penyakit Kembung (Perut)). http://shandy-


rumbiak.blogspot.com/2011/10/bloat-tympani-penyakit-kembung-perut.html

Yunani I dan Berenergy, 2010. Kembung (Bloat) Pada Ternak Sapi.

http://peternakanwahyuutama.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 3 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai