Dosen pengampu :
Ir. Kenedy Putra, M.Si
Oleh :
Puspa Syifa Awalia
(NIRM 02.12.19.059)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 2
Manfaat 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Mastitis 3-4
Penyebab Mastitis 4
METODE PELAKSANAAN 6
Prosedur Pelaksanaan 6
DAFTAR PUSTAKA 7
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui menajemen yang baik untuk
pencegahan penyakit mastitis pada sapi perah, mengetahui hal-hal yang dilakukan
saat sapi menderita penyakit mastitis, dan mengetahui pengaruh pemberian antibiotik
pada sapi perah yang menderita penyakit mastitis.
Manfaat
2
Tinjauan Pustaka
Mastitis
Mastitis adalah penyakit radang pada ambing bagian dalam yang di sebabkan
mikroorganisme patogen atau bakteri penyebab mastitis di dalam kelenjar susu serta
adanya reaksi peradangan pada jaringan ambing. Hasil metabolisme mikroba akan
merusak dan mengganggu fungsi selsel alveoli. Mastitis menyerang sapi perah ada 2
macam, yaitu mastitis klinis dan subklinis (tandatanda mastitis tidak jelas). Mastitis
sub klinis merupakan kasus yang paling banyak dan sering terjadi di lapangan pada
peternakan sapi perah, dapat mencapai 95-98% dari jumlah sapi laktasi (produksi),
sedangkan mastitis klinis, 2-5%. Kerugian ekonomi yang diakibatkan mastitis
subklinis berupa penurunan produksi air susu per kuartir per hari antara 9-45,5%,
penurunan kualitas air susu yang mengakibatkan penolakan air susu mencapai 30-
40%, penurunan kualitas hasil olahan air susu, dan peningkatan biaya perawatan dan
pengobatan serta pengafkiran ternak lebih awal.
Penularan bakteri ini adalah masuk melalui puting dan kemudian berkembang
biak di dalam kelenjar susu. Hal ini terjadi karena puting yang habis di perah,
terbuka, kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah mengandung bakteri.
Proses mastitis hampir dimulai masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar melalui
lubang puting (sphincter putting). Sphincter putting berfungsi untuk menahan infeksi
kuman. Pada dasarnya, kelenjar mammae sudah dilengkapi perangkat pertahanan,
sehingga air susu tetap steril. Perangkat pertahanan yang dimiliki oleh kelenjar
mammae, antara lain : perangkat pertahanan mekanis (Gambar 2), seluler dan
perangkat pertahanan yang tidak tersifat (nonspesifik). Tingkat pertahanan ambing
mencapai titik terendah pada saat sesudah dilakukan pemerahan, karena spinchter
putting masih terbuka sekitar 2-3 jam, sel darah putih jumlahnya sangat minim,
sementara antibody dan enzim juga habis ikut terperah.
Berdasarkan gejala klinisnya, penyakit mastitis dapat diklasifikasikan ke
dalam mastitis klinis dan subklinis. Mastitis klinis dapat dideteksi melalui kelainan
3
kualitas fisik susu seperti bercampur dengan darah, mengental dan terlihat pecah.
Mastitis klinis juga menampakkan gejala kebengkakan ambing, terasa panas jika
disentuh, warnanya memerah, peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan
ternak akan merasa kesakitan jika diperah. Mastitis subklinis memiliki ciri-ciri
berbeda dengan mastitis klinis karena pada kasus ini tidak menampilkan kelainan
fisik susu maupun ambing. Mastitis subklinis hanya dapat dideteksi dengan cara tes
tertentu seperti uji Californian Matitis Test (CMT), uji kimia susu dan kultur bakteri.
Penyebab Mastitis
Pengobatan Mastitis
4
juga. Antibiotik akan menekan pertumbuhan bakteri penyebab mastitis,
sedangkan dexamethasone dan antihistamin akan menurunkan peradangan. Waktu
pengobatan bagi ambing yang radangnya tidak berat, dianjurkan untuk ditunda
sampai sehabis laktasi, dengan pertimbangan agar air susunya tidak terhenti
pengedarannya. Mastitis yang akut dapat diberikan pengobatan suntikan prokain
penicilin G+ dihidrostreptomycin 2 cc per 100 kilogram berat badan setiap
hari. Sulfamethazine 120 miligram per kilogram berat badan per ons melalui mulut,
dianjurkan dengan 60 miligram atau kilogram berat badan setiap 12 jam selama 4
hari.Untuk mastitis kronis dapat diberikan pengobatan yaitu diberikan
penicilin mastitis ointment, chlortetracycline ointment, atau oxytetracycline mastitis
ointment.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit mastitis pada sapi
perah yaitu dengan memperhatikan manajemen pemeliharaan, manajemen pakan,
manajemen kandang, manajemen petugas pemerah, serta kesehatan ternak. Dengan
menerapkan manajemen yang baik dalam pemeliharaan sapi perah tentu akan dapat
menurunkan faktor pendukung terjadinya penyakit mastitis. Hal yang harus
diperhatikan oleh peternak yaitu memperhatikan lingkungan ternak yang bersih.
Pertama adalah kondisi kandang dan ternak tidak boleh basah dan kotor, kedua yaitu
kondisi petugas pemerah dalam keadaan sehat dan bersih, serta ketiga yaitu dalam
melaksanakan proses pemerahan yang benar dan menggunakan alat yang bersih.
Proses pemerahan susu terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan penyelesaian. Selama proses persiapan peternak harus memastikan kondisi
ternak, kandang, serta alat yang digunakan. Kondisi ternak harus dalam keadaan sehat
dan tidak stress, kemudian kandang harus bersih, serta alat yang digunakan bersih dan
tidak membuat luka putting. Sebelum pemerahan petugas diwajibkan mencuci tangan
dan ambing. Selanjutnya proses pemerahan susu dilaksanakan dengan tahapan yang
baik, serta penyelesaian pemerahan susu dengan mencuci kembali ambing.
5
METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian
Prosedur Penelitian
6
DAFTAR PUSTAKA
Sudarwanto, M. and E.Sudarnika. 2008. Hubungan antara pH Susu dengan Jumlah Sel
Somatik Sebagai Parameter Mastitis Subklinik.Media Peternakan. Agustus 2008,
Vol. 31( 2): 107-113.