Anda di halaman 1dari 13

KASUS MASTITIS SUB KLINIS PADA SAPI PERAH

LAKTASI DI KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG

Dosen pengampu :
Ir. Kenedy Putra, M.Si

Oleh :
Puspa Syifa Awalia
(NIRM 02.12.19.059)

PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat


menyelesaikan laporan ini.
2. Bapa Ir. Kenedy Putra, M.Si, selaku dosen pengampu.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari, penulisan laporan ini jauh dari sempurna. Untuk itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Bogor, 20 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan 2

Manfaat 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Mastitis 3-4

Penyebab Mastitis 4

Pengobatan Mastitis 4-5

Manajemen dan Pencegahan Mastitis 5

METODE PELAKSANAAN 6

Waktu dan Tempat 6

Prosedur Pelaksanaan 6

DAFTAR PUSTAKA 7

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persentasi sapi yang menderita mastitis (%) 12

Tabel 2. Kasus mastitis dan perlakuan peternak setelah pemerahan 13

Tabel 3. Mastitis pada sapi perah dan kepemilikan digester biogas 13

Tabel 4. Kasus mastitis dan posisi puting yang terdeteksi positif 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ambing sapi yang menderita penyakit mastitis 17

Gambar 2 Kondisi kandang sapi perah

di Dusun Maron Sebaluh Desa Pandesari 19

Gambar 3 Kondisi kandang sapi perah

di Dusun Bakir Desa Sukomolyo 22

Gambar 4 Antibiotik untuk penyakit mastitis 23

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format kuisioner 22-25


Lampiran 2. Data peternakan 26-28
Lampiran 3. Instrumen Kerja 29-32

v
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit radang kelenjar susu yang dikenal sebagai mastitis, merupakan


masalah utama dalam tata laksana usaha peternakan sapi perah yang sangat
merugikan, Mastitis adalah penyakit yang merupakan masalah di seluruh dunia yang
mengakibatkan kerugian yang besar pada peternakan sapi perah akibat kualitas susu
yang buruk, penurunan produksi susu, peningkatan biaya obat dan pelayanan dokter
hewan,tingginya jumlah ternak yang diafkir sebelum waktunya dan kadangkadang
terjadi kematian akibat penyakit tersebut (Kumar et al., 2010). Penyebab utama
mastitis pada sapi adalah bakteri Str.agalactiae, Str.dysgalactiae, S.uberis, Str
zooepidermicus. Mastitis adalah penyakit yang paling menghabiskan biaya dan
mempengaruhi produksi sapi perah (Halasa et al., 2007). Mastitis ada dua jenis yaitu
mastitis dengan gejala klinis yang jelas (mastitis klinis) dan yang gejala klinisnya
tidak 1urvey (subklinis). Mastitis subklinis adalah mastitis yang tidak menampakkan
perubahan fisik pada ambing dan susu yang dihasilkan, tetapi menyebabkan
penurunan produksi susu, ditemukannya mikroorganisme 1urvey1t dan terjadi
perubahan komposisi susu. Kasus mastitis subklinis pada sapi perah di Indonesia
sangat tinggi sampai akhir 2006 mencapai 75-83% menyebabkan kerugian yang besar
(Sudarwanto et al., 2006). Demikian juga menurut Anderson et al. (2010), mastitis
subklinis lebih umum terjadi daripada mastitis klinis.
Dalam menghadapi mastitis, umumnya peternak menggunakan 1urvey1tic.
Namun dari beberapa laporan diketahui bahwa penggunaan 1urvey1tic yang kurang
tepat pada sapi perah menimbulkan residu dalam air susu yang dikonsumsi manusia,
terjadinya reaksi alergi dan adanya kasus resistensi terhadap 1urvey1tic dan
menurunkan kualitas produk olahan susu. Untuk mengetahui pengaruh manajemen
pencegahan mastitis yang dilakukan peternak terhadap kasus mastitis maka dilakukan
penelitian 1urvey di daerah Pujon sebagai salah satu sentra peternak sapi perah di
Jawa Timur.

1
Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam laporan ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Berapa banyak sapi perah yang terkena penyakit mastitis.


2. Bagaimana pengaruh antibiotik terhadap sapi perah yang menderita penyakit
mastitis.
3. Bagaimana perbandingan kasus penyakit mastitis sub klinis dan klinis.
4. Bagaimana pengaruh manajemen pencegahan penyakit mastitis yang dilakukan
peternak.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui menajemen yang baik untuk
pencegahan penyakit mastitis pada sapi perah, mengetahui hal-hal yang dilakukan
saat sapi menderita penyakit mastitis, dan mengetahui pengaruh pemberian antibiotik
pada sapi perah yang menderita penyakit mastitis.
Manfaat

Manfaat dari penelitian ini ialah sebagai media informasi bagaimana


pencegahan penyakit mastitis untuk masyarakat dan meningkatkan kesadaran
penyakit infeksi pada masyarakat di wilayah Indonesia dan menginformasikan kepada
masyarakat bahwa penyakit mastitis harus dicegah untuk menjaga kualitas dari susu
sapi perah tersebut.

2
Tinjauan Pustaka

Mastitis

Mastitis adalah penyakit radang pada ambing bagian dalam yang di sebabkan
mikroorganisme patogen atau bakteri penyebab mastitis di dalam kelenjar susu serta
adanya reaksi peradangan pada jaringan ambing. Hasil metabolisme mikroba akan
merusak dan mengganggu fungsi selsel alveoli. Mastitis menyerang sapi perah ada 2
macam, yaitu mastitis klinis dan subklinis (tandatanda mastitis tidak jelas). Mastitis
sub klinis merupakan kasus yang paling banyak dan sering terjadi di lapangan pada
peternakan sapi perah, dapat mencapai 95-98% dari jumlah sapi laktasi (produksi),
sedangkan mastitis klinis, 2-5%. Kerugian ekonomi yang diakibatkan mastitis
subklinis berupa penurunan produksi air susu per kuartir per hari antara 9-45,5%,
penurunan kualitas air susu yang mengakibatkan penolakan air susu mencapai 30-
40%, penurunan kualitas hasil olahan air susu, dan peningkatan biaya perawatan dan
pengobatan serta pengafkiran ternak lebih awal.
Penularan bakteri ini adalah masuk melalui puting dan kemudian berkembang
biak di dalam kelenjar susu. Hal ini terjadi karena puting yang habis di perah,
terbuka, kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah mengandung bakteri.
Proses mastitis hampir dimulai masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar melalui
lubang puting (sphincter putting). Sphincter putting berfungsi untuk menahan infeksi
kuman. Pada dasarnya, kelenjar mammae sudah dilengkapi perangkat pertahanan,
sehingga air susu tetap steril. Perangkat pertahanan yang dimiliki oleh kelenjar
mammae, antara lain : perangkat pertahanan mekanis (Gambar 2), seluler dan
perangkat pertahanan yang tidak tersifat (nonspesifik). Tingkat pertahanan ambing
mencapai titik terendah pada saat sesudah dilakukan pemerahan, karena spinchter
putting masih terbuka sekitar 2-3 jam, sel darah putih jumlahnya sangat minim,
sementara antibody dan enzim juga habis ikut terperah.
Berdasarkan gejala klinisnya, penyakit mastitis dapat diklasifikasikan ke
dalam mastitis klinis dan subklinis. Mastitis klinis dapat dideteksi melalui kelainan

3
kualitas fisik susu seperti bercampur dengan darah, mengental dan terlihat pecah.
Mastitis klinis juga menampakkan gejala kebengkakan ambing, terasa panas jika
disentuh, warnanya memerah, peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan
ternak akan merasa kesakitan jika diperah. Mastitis subklinis memiliki ciri-ciri
berbeda dengan mastitis klinis karena pada kasus ini tidak menampilkan kelainan
fisik susu maupun ambing. Mastitis subklinis hanya dapat dideteksi dengan cara tes
tertentu seperti uji Californian Matitis Test (CMT), uji kimia susu dan kultur bakteri.

Penyebab Mastitis

Berdasarkan hasil identifikasi di daerah sentra sapi perah di Jawa Barat,


bakteri patogen penyebab mastitis yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus
agalactiae. Bakteri ini menular melalui puting dan kemudian berkembang biak di
dalam kelenjar susu. Hal ini terjadi karena puting setelah pemerahan dibiarkan
terbuka, kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah mengandung bakteri.
Bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae masuk ke dalam puting.
Setelah bakteri tersebut berhasil masuk ke dalam kelenjar akan membentuk koloni,
kemudian dalam waktu singkat akan menyebar ke lobuli dan alveoli. Pada saat
mikroorganisme sampai di mukosa kelenjar, tubuh akan bereaksi dengan
memobilisasikan leukosit. Proses radang ditandai dengan peningkatan suhu, jumlah
darah yang mengalir, adanya perasaan sakit, bengkak, dan gangguan fungsi.

Pengobatan Mastitis

Sebelum menjalankan pengobatan, sebaiknya sapi perah menjalani uji


sensitivitas. Resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap penicillin disebabkan
adanyalaktamase yang akan menguraikan cincin laktam yang ditemukan pada
kelompok penicillin. Pengobatan penyakit mastitis ini sebaiknya
menggunakan, Lincomycin, Erytromycin, dan Chloramphenicol. Disinfeksi puting
dengan alkohol dan infuse antibiotik intra mamaria bisa mengatasi mastitis. Injeksi
kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin, xamethasone, dan antihistamin dianjurkan

4
juga. Antibiotik akan menekan pertumbuhan bakteri penyebab mastitis,
sedangkan dexamethasone dan antihistamin akan menurunkan peradangan. Waktu
pengobatan bagi ambing yang radangnya tidak berat, dianjurkan untuk ditunda
sampai sehabis laktasi, dengan pertimbangan agar air susunya tidak terhenti
pengedarannya. Mastitis yang akut dapat diberikan pengobatan suntikan prokain
penicilin G+ dihidrostreptomycin 2 cc per 100 kilogram berat badan setiap
hari. Sulfamethazine 120 miligram per kilogram berat badan per ons melalui mulut,
dianjurkan dengan 60 miligram atau kilogram berat badan setiap 12 jam selama 4
hari.Untuk mastitis kronis dapat diberikan pengobatan yaitu diberikan
penicilin mastitis ointment, chlortetracycline ointment, atau oxytetracycline mastitis
ointment.

Manajemen dan Pencegahan Mastitis

Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit mastitis pada sapi
perah yaitu dengan memperhatikan manajemen pemeliharaan, manajemen pakan,
manajemen kandang, manajemen petugas pemerah, serta kesehatan ternak. Dengan
menerapkan manajemen yang baik dalam pemeliharaan sapi perah tentu akan dapat
menurunkan faktor pendukung terjadinya penyakit mastitis. Hal yang harus
diperhatikan oleh peternak yaitu memperhatikan lingkungan ternak yang bersih.
Pertama adalah kondisi kandang dan ternak tidak boleh basah dan kotor, kedua yaitu
kondisi petugas pemerah dalam keadaan sehat dan bersih, serta ketiga yaitu dalam
melaksanakan proses pemerahan yang benar dan menggunakan alat yang bersih.
Proses pemerahan susu terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan penyelesaian. Selama proses persiapan peternak harus memastikan kondisi
ternak, kandang, serta alat yang digunakan. Kondisi ternak harus dalam keadaan sehat
dan tidak stress, kemudian kandang harus bersih, serta alat yang digunakan bersih dan
tidak membuat luka putting. Sebelum pemerahan petugas diwajibkan mencuci tangan
dan ambing. Selanjutnya proses pemerahan susu dilaksanakan dengan tahapan yang
baik, serta penyelesaian pemerahan susu dengan mencuci kembali ambing.

5
METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Pujon Kabupaten Malang dengan


pengambilan sampel dari Dusun Maron Sebaluh Desa Pandesari dan Dusun Bakir
Desa Sukomolyo.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei.Pengambilan sampel peternak


berdasarkan kriteria minimal sudah 2 (dua) tahun beternak sapi perah.Sebanyak 110
(seratus sepuluh ekor) sapi perah yang sedang laktasi dari Dusun Maron Sebaluh
Desa Pandesari dan 103 (seratus tiga ekor) sapi perah laktasi dari Dusun Bakir Desa
Sukomolyo diperiksa terhadap mastitis menggunakan uji California Mastitis
Test/CMT (Sudarwanto, 1999). Selain itu dilakukan pengamatan langsung terhadap
perlakuan pasca pemerahan dan kebersihan kandang serta wawancara untuk
mendukung data.Data dianalisis secara deskriptif dan statistik sederhana.

6
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Penyakit Mastitis Sub Klinis Pada Sapi Perah.


http://jabar.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-teknologi/617-sapi-perah
[Diakses 20 Oktober 2020].

Alfarisa. 2018. Mencegah Sapi Perah Terkena Mastitis.


https://ternak-sehat.fkh.ugm.ac.id/2018/10/08/mencegah-sapi-perah-terkena
mastitis/#:~:text=Manajemen%20dan%20pencegahan%20mastitis%20pada%20s
api%20perah&text=Pertama%20adalah%20kondisi%20kandang%20dan,alat%20
yang%20bersih%20dan%20aman [Diakses 20 Oktober 2020].

Sudarwanto, M. and E.Sudarnika. 2008. Hubungan antara pH Susu dengan Jumlah Sel
Somatik Sebagai Parameter Mastitis Subklinik.Media Peternakan. Agustus 2008,
Vol. 31( 2): 107-113.

Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak. (Mammalia). Edisi ke3.Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai