Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI

KESEHATAN TERNAK

Oleh :
NAUFAL ARIQ ZUHDI
202010350311076

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Naufal Ariq Zuhdi
Nim : 202010350311076
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian dan Peternakan
Mata Praktikum : Kesehatan Ternak

Laporan praktikum ini telah diterima sebagai persyaratan untuk mengikuti ujian
akhir praktikum Kesehatan Ternak pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Asisten I Asisten II Asisten III Asisten IV

Hima Ilda Imroatul Fauziyah Robby Wijayanto Bagus Dwi Arifiadi


201910350311122 201910350311045 201810350311007
Aulia Putri Khoirina

201910350311062

Mengetahui,
Malang, (sesuai pembuatan)

Kepala, Instruktur Praktikum


Laboratorium Peternakan

Dr. Ir. Khusnul Khotimah, MM., MP. Prof. Dr. Drh. Lili Zalizar., MS
NIP.11091020208 NIDN: 0030036201

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
hidayah-Nya dan juga kesehatan akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dengan tepat waktu.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Penyusunan Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak ini penulis telah
memperoleh bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung,
maka melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ketua Jurusan Peternakan Dr. Ir. Asmah Hidayati, MP, atas dukungan
dan motivasinya.
2. Kepala Laboratorium Peternakan dan Nutrisi Dr. Ir. Khusnul
Khotimah, MM., MP. atas dukungan dan motivasinya.
3. Instruktur Ilmu Kesehtan Ternak Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, MS. atas
bimbingan, motivasi, nasehat, dan semangat yang sangat berharga
sejak awal hingga terselesainya laporan praktikum ini.
4. Kakak – kakak asisten yang telah memberikan arahan dan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
5. Semua pihak yang terlibat banyak membantu sehingga laporan
praktikum ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan
praktikum ini masih banyak kekurangan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan praktikum ini
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, (isi bulan dan tanggal


pengejaan) 2021

ii
Penulis

iii
Daftar Isi
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Pengenalan Jenis Obat....................................................................................3
2.1.1 Antibiotika...............................................................................................3
2.1.2 Antiseptika...............................................................................................4
2.1.3 Anthelmetika............................................................................................4
2.1.4 Anastetika................................................................................................5
2.1.5 Analgetika................................................................................................5
2.2 Uji Telur Cacing Sampel Tinja......................................................................5
2.3 Deteksi Mastitis..............................................................................................6
2.4 Pengenalan Jenis Bloat...................................................................................6
2.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom.....................................................................7
2.6 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas..........................................7
2.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas..........................................8
2.8 Teknik Pemeriksaan Pascamati Ayam...........................................................8
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................15
BAB V PENUTUP.................................................................................................16
5.1. Kesimpulan..................................................................................................16
5.2. Saran............................................................................................................16
Daftar Pustaka........................................................................................................17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obat merupakan zat yang digunakan sebagai diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Obat
yang sering dalam peternakan adalah antibiotika, antiseptika, desinfektan,
anthelmetika, anastetika, dan analgestika. Uji telur pada sampel tinja merupakan
cara yang digunakan untuk mendeteksi cacing yang berada sistempemcernaan
ternak. Infeksi cacing ditimbulkan oleh berbagai cacing yang berada di dalam
rongga usus yang kemudian akan menyebabkan infeksi dalam tubuh manusi
maupun hewan.
Mastitis merupakan peradangan jaringan pada jaringan internal pada
kelenjar ambing akibat infiltrasi mikroba dalam puting atau adanya luka yang
dapat menimbulkan infeksi akut, sub-aku maupun kronis. Uji mastitis subklinis
dilakukan menggunakan uji CMT dimana reagen yang bertemu dengan sel
somatic sehingga menyebabkan adanya reaksi penggumpalan atau pengentalan.
Bloat merupakan suatu gangguan pencernaan akibat aumulasi gas berlebih di
dalam rumen, sehingga menyebabkan bagian rumen membesar pada bagian perut
sebelah kiri. Pengobatan pada bloat yang parah umumnya menggunakan trocar.
Gas akan dikeluarkan melalui perut atas sebelah kiri yang telah dilubangi
menggunakan trocar.
Symtthon merupakan tanda-tanda penyakit pada ternak. Pemeriksaan pada
ternak dapat dilakukan melalui suhu tubuhnya, pernafasan maupun melalui nadi.
Vaksinasi adalah pemberian antigen untuk merangsang sistem kebal tubul
mengahasilkan antibody khusus terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri dan protozoa. Vaksinasi pada ternak dapat dilakukan melalui tetes maupu
injekse intramuscular. Pengambilan darah pada ternak berfungsi untuk
mengetahui jenis penyakit yang menyerang pada ternak. Pengambilan darah pada
unggas dapat dilakukan melalui pembuluh darah yang berada di sayap unggas.
Bedah bangkai dilakukan untuk mengidentifikasi ayam dan hasilnya akan

1
digunakan sebagai pertimbangan menemukan penyakit dengan cara melihat ada
tidaknya perubahan pada organ tubuh ayam.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengenalan Jenia Obat dan Uji Telur pada Sampel
Tinja adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Golongan dalam jenis obat
2. Mengetahui Cacing Telur pada sampel tinja
3. Mengetahui gejala klinis atau subklinis mastitis
4. Mengetahui gejala dan cara mengatasi bloat
5. Mengetahu gejala awal penyakit pada ternak
6. Mengetahui cara melakukan penyuntikan dan vaksinasi
7. Mengetahui cara pengambilan darah pada ternak ungas
8. Mengetahui penyakit yang menyerang unggas melalui pembedahan
bangkai

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Jenis Obat


Obat merupakan bahan atau zat kimia yang menyebabkan perubahan
phisikologi atau fisiologi organisme. Obat dimanfaatkan untuk
mendiagnosa,mencegah penyakit,menyembuhkan atau memelihara Kesehatan.
Setiap obat mempunyai manfaat namun juga mempunyai efek samping yang
merugikan. Oleh karena itu obat harus di gunakan dengan takaran yang pas.
Obat mengandung zat dan unsur senyawa kimia atau mungkin campuran bahan
kimia yang dapat digunakan sebagai penghilang rasa sakit, menyembuhkan atau
meregakan rasa sakit pada manusia ataupun hewan, unsur-unsur yang terdapat
pada obat tidak membahayakan bila dikonsumsi atau digunakan oleh manusia atau
diberikan kepada hewan (zalmi et al.). Terdapat 5 jenis obat yaitu, antibiotika,
antiseptika, desinfektan, anthelmetika, anastetika, dan analgestika. Setiap jenis
obat tersebut memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda tergantung jenis
penyakit yang menyerang.
2.1.1 Antibiotika
Antibiotika adalah jenis obat yang untuk mengatasi infeksi banteri. Jenis
antibiotic juga untuk mencegah terjadinya bakteri pada luka yang terinfeksi.
Antibiotik tidak dapat digunakan untuk untuk mengatasi infeksi akibat virus
yang terkana. Antibitik seperti pestisida dengan menekan atau memutus mata
rantai metebolisme.
Resistensi merupakan kondisi dimana bakteri menjadi kebal terhadap
antibiotik yang diberikan. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
penggunaan antibiotik secara rasional dapat memperburuk kejadian resistensi
bakteri terhadap antibiotik (Pambudi et al.). Penggunaan antibiotik tanpa resep
baik digunakan pada manusia maupun hewan dapat juga dapat menyebabkan
resistensi bakteri. Kebanyakan antibiotik berasal dari bakteri yang telah
dilemahkan, bekteri tersebut kemudian dapat membunuh bakteri lain yang ada
dalam tubuh makhluk hidup.
2.1.2 Antiseptika

3
Antiseptik adalah suatu senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk
menghambat maupun membunuh pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan
hidup dan mempunyai efek mencegah ataupun membatasi adanya infeksi agar
tidak menjadi lebih parah (Samanha et al.). Antiseptik berbeda dengan antibiotic
dan disenfektan, yaitu antibiotic digunakan untuk membunuh mikroorganisme di
dalam tubuh, dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati. Efektifitas antiseptik dalam membunuh
mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor, misalnya kosentrasi dan lama
paparan.
Antiseptik yang paling banyak ditemukan dipasaran adalah yang berbahan
alcohol hingga 70% yang dapat menyebabkan kulit kering serta iritasi jika
dipakai secara berulang. Antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan
kemungkinan dapat digunakan sebagai disinfektan contohnya adalah fenol yang
dapat digunakan baik sebagai antiseptic maupun disinfektan. Kosentrasi yang
rendah pada antiseptic akan menghambat fungsi biokimia membrane bakteri,
namun tidak membunuh bakteri tersebut.
2.1.3 Anthelmetika
Anthelmetika adalah jenis obat yang digunakan untuk mengurangi atau
membunuh cacing dalam tubuh manusia. Penyakit infeksi merupakan salah satu
penyakit yang menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang
seperti indonesia. Infeksi paling umum tersebar di dunia adalah infeksi cacing.
Pemberian obat cacing pada ternak berfungsi untuk membunuh atau mengurangi
parasite cacing yang dapat mengganggu produktifitas pada ternak.
Antelmintik diberikan secara oral pada saat makan atau sesudah makan.
Waktu yang ideal untuk menguji antelmintik tanpa melakukan penggantian
media adalah kurang dari 48 jam pada suhu 37oC. lebih dari itu faktor lain
terutama media turut mempengaruhi terjadinya paralisis hingga mortalitas
cacing (Setya dan Suwarni, 2015). Antelmintik baru umunya lebih aman dan
efektif dibandingkan dengan antelmintik lama.
2.1.4 Anastetika
Anastetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri atau
mati rasa sehingga dimungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi. Anastetika

4
juga bisa di sebut obat yang menyebabkan timbulnya pengaruh tanpa sensasi
secara garis besar. Anastetika juga dapat diartikan obat yang menyebabkan
timbulnya pengaruh menjadi dua yaitu umum dan local. Anastetika umum
bekerja pada susunan saraf pustu,sehingga bebrapa fungsi saraf terlambat.
Obat yang digunakan dalam menimbulkan anestesia disebut obat anestetik.
Suatu anestesi yang ideal dapat menimbulkan anestesi dengan tenang dan cepat
serta memungkinkan pemulihan segera setelah penanganan selesai. Anestesi
intravena dapat menghasilkan berbagai manfaat dan efek samping (seperti
depresi atau stimulasi kardiovaskular, nyeri pada sisi injeksi, mual dan muntah,
depresi atau stimulasi pernafasan) (Inayati).
2.1.5 Analgetika
Analgetika adalah zat zat yang memiliki efek mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menhilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal merupakan suatu gejala yang berfungsi adalah rangsangan
mekanis atau kimiawi(Mita dan Husni, 2017). Zat-zat tertentu yang menimbukan
kerusakan pada jaringan yang di sebut mediator nyeri. Serofonim,brokodiknim
dan prostuglandim (Efendi,H.M,dkk 2019). Sifat-sifat analgetika adalah
menhilangkan rasa nyeri tanpa mengakibatkan tidur atau gelisah.
Analgetika non narkotik lebih banyak digunakan daripada analgetika
narkotik karena mudah didapat tanpa resep dari dokter. Umumnya analgetika
non narkotik digunakan pada saat menderita rasa nyeri yang ringan. Analgetika
non narkotik menimbulkan efek analgesic dengan cara menghambat secara
langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis
biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase sehingga mencegah sesintisasi
reseptor rasa sakit.

2.2 Uji Telur Cacing Sampel Tinja


Tinja adalah hasil dari digesti dan absorpsi asupan (intake) air, makanan,
saliva, cairan lambung, cairan yang berasal dari prankeas, dan cairan empedu
yang semuanya berperan pada proses pencernaan makanan. Salah satu kendala
pada peternakan ruminansia adalah adanya gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh infeksi parasit cacing. Pemeriksaan mikroskopis feses terutama ditunjukan
untuk menemukan protozoa, larva, dan telur cacing (Dewi dan Supriyanto, 2020).

5
Infeksi cacing ditimbulkan oleh berbagai cacing yang berada di dalam rongga
usus yang kemudian akan menyebabkan infeksi dalam tubuh manusi maupun
hewan. Cacing yang berada di dalam rongga usus biasanya adalah kelas nematoda
khusus. Infeksi ringan oleh parasit ini sering tidak ditandai dengan gejala klinis
yang menciri tetapi mengakibatkan kerugian ekonomi besar yang ditimbulkan
secara lansung antara lain karena: kematian, penurunan pertambahan berat badan
dan gangguan reproduksi (Silva et al., 2015).

2.3 Deteksi Mastitis


Mastitis adalah peradangan pada ambing yang bersifat akut, subakut atau
kronis yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri atau miklopasma (Puspitasari
et al.). Proses infeksi pada mastitis terjadi melalui beberapa tahap yaitu adanya
kontak dengan mikroorganisme dimana sejumlah mikroorganisme mengalami
multiplikasi di sekitar lubang putting. Mikroorganisme selanjutnya masuk lubang
putting yang terluka ataupun karena adanya luka.
Mastitis klinis maupun subklinis merupakan masalah yang paling sering dan
sangat merugikan dari segi ekonomi bagi peternak sapi perah tidak hanya di
Indonesia tapi seluruh dunia. Peternak belum banyak mengetahui mastitis
subklinis karena sapi yang menderita mastitis subklinis ada ambing tidak terlihat
bengkak, tidak juga panas serta secara fisik susu tidak terlihat adanya perubahan.
Mastitis secara umum dinali dengan peningkatan jumlah sel somatic dalam susu
dan peningkatan jumlah bakteri dalam ambing (Fatmawati et al.).

2.4 Pengenalan Jenis Bloat


Bloat atau kembung adalah gangguan sistematik non-infeksius yang
mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan ruminansia (Munda et al.).
Bloat dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu, bloat berupa gas yang
terperangkap karena adanya penyumbatan dan bloat berupa busa yang
menghambat terjadinya pelepasan gas. Bloat berupa busa merupakan kejadian
yang paling sering terjadi pada sapi.
Gejala klinis yang sering termati adalah adanya pembesaran atau distensi
rumen bagian kiri, stress dan dispnu. Bloat dapat dikalsifikasikan menjadi bloat
primer yang berbentuk busa bersifat persisten yang bercamur dengan isi rumen

6
dan bloat sekunder yang berbentuk gas bebas yang terpisah (Yanuartono et al.).
Bloat ringan biasanya dapat teratasi dengan pemberian obat kembung dan minyak
nabati yang berfungsi menghancurkan buih yang terdapat di rumen sehingga
ternak memperlancar gas keluar.

2.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom


Symthom merupakan tanda-tanda penyakit yang terjadi pada ternak hidup.
Ternak yang sehat biasanya lincah, tubuh mudah digerakkan, semua alat gerak
berfungsi normal, rambut mengkilat dan halus, kulit mempunyai turgor yang baik
dan lubang hidung tidak ada eksudat. Penyakit infeksi salarun pernafasan
merupakan masalah utama dalam industry perunggasan, seringkali disertai dengan
kerugian ekonomi serta penurunan produktivitas (Rahmaniar et al.).
Suhu berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan hewan,
kehilangan panas merupakan ancaman utama bagi kelangsungan hidup mereka.
Kemmpuan mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal merupakan
kegiatan yang sangat mempengaruhi reaksi biokimiawi dan proses fisiologis
dalam kaitannya dengan metabolism tubuh ayam. Ayam petelur dapat melakukan
aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur
suhu tubuhnya (Ltipudin dan Mushawwir, 2011).

2.6 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas


Vaksinasi adalah suatu tindakan dengan sengaja memasukkan agen penyakit
antigen yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang permbentukkan
daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu. Terdpat dua
jenis vaksin yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif yaitu vaksin yang
mengandung virus hidup, atau mengandung virus yang dilemahkan. Pemberian
vaksin aktif dapat dilakukan dengan cara semprot, tetes, air minum dan suntikan
(Sianita et al.).
Pemberian obat melalui injeksi merupakan prosedur medis yang sangat sering
dilakukan dalam mengatasi masalah pasien (Tambunan dan Wulandari, 2015).
Cara vaksinasi injeksi atau suntikan dapat menggunakan vaksin aktif maupun
vaksin inaktif. Vaksinasi ini menggunakan jarum yang telah disterilkan terlebih
dahulu dengan cara direbus menggunakan air mendidih selama kurang lebih 30

7
menit. Teknik penyuntikan secara intramuskuler pada dasarnya ada dua cara yaitu
metode penyuntikan konvensional atau standar dan metode penyuntikan Z track.
Perbedaan kedua metode ini terletak pada insensi jarum dari kulit sampai otot
(Tambunan dan Wulandari, 2015).

2.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas


Darah adalah suatu jaringan yang terdapat di dalam pembuluh darah dan
bewarna merah. Darah merupakan aspek pendukug dalam menentukan status
kesehatan hewan (Ali et al., 2013). Darah berfungsi sebagai transport oksigen
dalam system sirkulasi darah.
Variasi volume darah dalam tubuh tergantung pada umur, nutrisi, kesehatan
ternak, aktivitas tubuh, jenis kelamin dan faktor lingkungan. Komposisi sel-sel
darah merupakan salah satu cara untuk melihat adanya penyakit ataupun stres
pada hewan. Pengambilan darah pada unggas melaui vena yang berada di sayap.
Pengambilan darah pada ayam melalui vena brachialis dengan menggunakan spuit
3 ml (Kencana et al.).

2.8 Teknik Pemeriksaan Pascamati Ayam


Nekropsi atau bedah bangkai merupakan teknik yang sangat penting dalam
penegakan diagnosa penyakit. Diagnosa penyakit secara cepat dan akurat sangat
diperlukan dalam upaya pengendalian maupun pemberantasan penyakit.
Pengamatan terhadap adanya perubahan yang menunjukkan adanya infeksi oleh
penyakit virus dilakukan pada rongga abdomen dan thoraks (Damayanti et al.).
Bedah bangkai dilakukan untuk mengidentifikasi ayam dan hasilnya akan
digunakan sebagai pertimbangan menemukan penyakit dengan cara melihat ada
tidaknya perubahan pada organ tubuh ayam. Hasil pemeriksaan tersebut dapat
dilakukan Tindakan-tindakan pencegahan terhadap hewan atau ternak lainnya.
Perubahan organ unggas pasca mati dapat ditunjukkan dengan adanya
pembengkakan pada bursa fabrisius (Awaludin et al.).

8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
3.1.1 Pengenalan Jenis Obat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat Pukul 07.00 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.2 Uji Telur pada Sampel Tinja
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.3 Deteksi Mastitis
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.4 Pengenalan Jenis Bloat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.16 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1.8 Teknik Pemeriksaan Pascamati Ayam
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu Pukul 08.40 WIB-selesai.
Bertempat di kandang peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Pengenalan Jenis Obat
3.2.1.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis

9
2. Buku tulis
3.2.1.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Obat dan vitamin
3.2.2 Uji Telur Cacing Sampel Tinja
3.2.2.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Gelas beaker
2. Obyek glass dan deck glass
3. Tabung reaksi
4. Mikroskop
5. Centrifuger
6. Mortar
7. Pastle
3.2.2.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Feses ternak
2. NaCl jenuh
3.2.3 Deteksi Mastitis
3.2.3.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Paddle
2. CMT paddle
3. Bekker glass
3.2.3.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Susu segar
2. Cairan CMT
3.2.4 Pengenalan Jenis Bloat
3.2.4.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Trocar sapi

10
2. Trocar kambing
3.2.4.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Obat antizymotik
2. Sapi kembung
3.2.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom
3.2.5.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Thermometer
2. Alat tulis
3.2.5.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ayam Hidup
3.2.6 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas
3.2.6.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Spuit 1cc
2. Jarum suntik
3. Kapas
3.2.6.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ayam Hidup
2. Vitamin B kompleks dan vaksin ND
3. Alkohol
4. Aquades
3.2.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas
3.2.7.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Jarum suntik
2. Srynge 2cc
3.2.7.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

11
1. Ayam hidup
2. Alkohol 70%
3. Aquades
3.2.8 Teknik Pemeriksaan Pascamati Ayam
3.2.8.1 Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Gunting bedah
2. Tempat bedah
3. Pisau
4. Baki
5. Spuit
3.2.8.2 Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ayam sakit
2. Air
3.3 Prosedur Praktikum
3.3.1 Pengenalan Jenis Obat
Adapun prosedur praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengamati jenis obat dan fungsi obat.
2. Membedakan mana obat vitamin, vaksin, dan obat peredam rasa sakit.
3. Mencatat jenis obat dan fungsi obat.
4. Mencatat golongan-golongan obat.
3.3.2 Uji Telur Cacing pada Sampel Tinja
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengamati sampel tinja
2. Mengetahui cara penelitiannya
3. Mengetahui cara kerja alat dan bahan uji
4. Mencatat hasil amatan
5. Mengetahui obat yang tepat untuk ternak yang terjangkit
6. Mengetahui cara pencegahannya

3.3.3 Deteksi mastitis

12
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat uji CMT botol dan paddle
2. Masukan reagen CMT kedalam botol
3. Pasang CMT paddle dengan botol
4. Masukkan sampel susu/stripping putting per quarter dari langsung ternak
sebanyak 1 ml
5. Tekan botol CMT hingga reagennya keluar sebanyak 1 ml
6. Goyangkan paddle selama 30 detik
7. Amati pada tiap paddle
3.3.4 Pengenalan Jenis Bloat
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Tandai perut sapi dengan menggunakan gambar segitiga yang
menghubungkan titik tulang pinggul, titik rusuk akhir.
3. Tusukkan cannula pada perut ternak bagian sebelah kiri langsung pada
rumen.
4. Tarik trocar perlahan-lahan agar isi rumen tidak tersedat keluar dan
menyumbat pipa trocar.
5. Setelah gas dapat dibebaskan segera masukkan obat-obatan antizymotik
antara lain formalin atau clorofom. Obat-obatan ini akan menurunkan
proses fermentasi mikroba, sehingga jumlah gas dapat turun.
3.3.5 Teknik Pemeriksaan Sympthom
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan ayam yang masih hidup
2. Perikasalah suhu ayam menggunakan thermometer pada bagian kloaka
3. Perhatikan bulu ayam
4. Amati pernapasan pada ayam
3.3.6 Teknik Penyuntikan dan Vaksinasi pada Unggas
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Periksa alat dan bahan yang tersedia
2. Sterilkan spuit dan canul dengan alkohol 70 % kemudian bilas dengan
aquadest steril

13
3. Masukkan vitamin B complek ke dalam spuit sebanyak 0,5 cc.
4. Tentukan daerah suntikkan yaitu daerah dada ( pektoralis ) atau daerah
kaki ( tibialis ).
5. Sterilkan kembali spuit dan canul dengan alkohol 70 %.
3.3.7 Teknik Pengambilan Darah pada Ternak Unggas
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Periksa alat dan bahan yang tersedia
2. Tentukan daerah pengambilan darah (di vena sayap)
3. Lakukan pengambilan darah. Sterilkan daerah bekas suntikan sambil
dimasase.
4. Masukkan sampel darah ke dalam tabung vacuitaner
3.3.8 Teknik Pemeriksaan Pasacamati Ayam
Adapun prosedur pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Patahkan leher ayam diantara jari telunjuk dan ibu jari atau dengan
gunting. Tempatkan ayam pada punggungnya dan pegang dengan cara
menempatkan ibu jari diantara “Wishbone“ dan tekan pada tulang
punggungnya.
2. Baringkan ayam dengan kepala menghadap ke atas dan posisi kaki
menghadap ke praktikan
3. Potong kulit dengan gunting menyilang diantara spernum dan anus.
Pemotongan diteruskan ke arah depan dengan memotong tulang dada
sampai persendian bahu.
4. Potong kerongkongan di depan proventrikulus dan keluarkan
proventikulus, dan keluarkan proventikulus, gizzard, hati dan limpa.
5. Buka gizzard dan proventikulus dan periksa keadaannya.
6. Keluarkan jantung dan amati pericardiumnya, buat sayatan pada kedua
ventrikel jantung dan atrium dan periksa keaannya.
7. Keluarkan dan amati paru-paru dan trakea.
1.

14
BAB IV
PEMBAHASAN
Langsung dilampirkan foto laporan mingguan dengan urutan :
1. Cover
2. Hasil
3. Pembahasan

15
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum tersebutadalah sebagai berikut :
1. Terdapat 5 jenis obat yaitu, antibiotika, antiseptika, desinfektan,
anthelmetika, anastetika, dan analgestika.
2. Cacing telur pada sapi dapat diidentifikasi menggunakan metode
mikroskopis.
3. Gejala subklinis pada sapi dapat diketahui melaui pemeriksaan uji
CMT.
4. Bloat yang parah dapat ditangani menggunakan metode trokar. Sapi
yang mengalami bloat perut sebelah kiri akan terlihat membesar.
5. Gejala awal penyakit pada ternak dapat diketahui melalui suhu tubuh,
pernafasa dan nadi.
6. Teknik penyuntikan pada ternak umunya menggunakan intramuscular.
Vaksinasi pada ternak dapat dilakukan dengan tetes atau injeksi.
7. Pengambilan darah pada unggas dilakukan melalui pembuluh darah
vena yang berada di sayap unggas.
8. Jenis penyakit yang dapat diketahui melalui pemerikasaan unggas
pasca mati adalah Avian Influenza (AI), Gumboro, Newcastle Disease
(ND), Pembengkakan pada paru-paru, pembengkakan pada hati, dll.

5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum sebaiknya praktikum lebih
dikembangkan lagi metode dalam pembelajaran agar saat pembelajaran
tidak membosankan dan lebih aktif lagi. Hasil pada praktikum yang telah
dilaksanakan juga tidak bisa menjadi acuan atau tolak ukur sebaiknya
dilakukan penelitian lebih lanjut agar tidak terjadi kesalahan data.

16
Daftar Pustaka
Ali, A. S., I. Ismoyowati, and D. Indrasanti. "Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin
dan hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan probiotik
dalam ransum." J. Ilmiah Peternakan 1 (2013): 1001-1013.
Awaludin, Aan, et al. “Studi Lapang: Penegakan Diagnosis Infectious Bursal
Disease (IBD) Pada Ayam Broiler.” Jurnal Ilmu Peternakan Terapan, vol. 3,
no. 1, 2019, pp. 25–30.
Damayanti, Yunny, et al. “Evaluasi Penyakit Virus Pada Kadaver Broiler
Berdasarkan Pengamatan Patologi Anatomi Di Rumah Pemotongan
Unggas.” Indonesia Medicus Veterinus, vol. 1, no. 3, 2012, pp. 417–27.
Dewi, Dias Apria, and Supriyanto. “Prevalensi Nematodiasis Pada Ternak
Ruminansia Kecil Di Yogyakarta.” Jurnal Pengembangan Penyuluhan
Pertanian, vol. 17, no. 31, 2020, pp. 53–61.
Fatmawati, Mira, et al. “Prevalensi Dan Faktor Predisposisi Mastitis Subklinis
Pada Sapi Perah Rakyat Dusun Bakir, Desa Sukomulyo, Kabupaten Batu
Prevalence and Predisposing Factors of Subclinical Mastitis in Dairy Cows
in Bakir, Sukomulyo Village, Batu Regency.” Veterinary Biomedical &
Clinical Journal, vol. 1, no. 2, 2019, pp. 35–41.
Inayati, Istiqoma Dewi Kurniawati Zullies Ikawati. “Evaluasi Efektivitas Dan
Keamanan Penggunaan Obat Anestesi Umum Di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.” Farmasains : Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kesehatan, vol. 2, no.
1, 2012.
Kencana, Gusti Ayu, et al. “Respons Imun Ayam Petelur Pascavaksinasi
Newcastle Disease Dan Egg Drop Syndrome.” Jurnal Sain Veteriner, vol.
35, no. 1, 2017.
Ltipudin, DIding, and Andi Mushawwir. “Regulasi Panas Tubuh Ayam Ras
Petelur Fase Grower Dan Layer.” Jurnal Sain Peternakan Indonesia, vol. 6,
no. 2, 2011.
Mita, Ratnawulan Soraya, and Patihul Husni. “Pemberian Pemahaman Mengenai
Penggunaan Obat Analgesik Secara Rasional Pada Masyarakat Di Arjasari
Kabupaten Bandung.” Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, vol. 6, no. 3, 2017,
pp. 193–94.
Munda, Sitanath, et al. “Research System [IKRS] for Treatment of Bloat and Its
Significance towards Greenhouse Gas Emission: Jharkhand, India.”
Advances in Animal and Veterinary Sciences, vol. 4, no. 5, 2016, pp. 241–49.
Nugraha, Sobron Adi, et al. “Tanaman Obat Keluarga Dalam Perspektif
Masyarakat Transisi (Studi Etnografis Pada Masyarakat Desa Bawodobara).”
Jurnal Inovasi Penelitian, vol. 1, no. 3, 2020, pp. 266–67.
Pambudi, Risma Sakti, et al. “Knowledge Level the Use of Antibiotics in Health
Students of Surakarta Sahid University.” Jurnal Dunia Farmasi, vol. 4, no.
3, 2020, pp. 149–56.
Puspitasari, Yulianna, et al. “Penyuluhan Mastitis Subklinis Dan Kegiatan Uji
California Mastitis Test Pada Sapi Perah Di Koperasi Unit Desa Kecamatan
Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.” Jurnal Layanan Masyarakat
(Journal of Public Service), vol. 13, no. April, 2021, pp. 15–38.
Rahmaniar, Reina Puspita, et al. “Kasus Ornithobacterium Rhinotrachealedari

17
Sampel Trachea Pada Beberapa Jenis Unggas.” Jurnal Ilmiah Fillia
Cendekia, vol. 6, no. 1, 2021.
Samanha, et al. Formulasi Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.)
Dengan Bahan Penstabil Tea (Trietanolamin). no. November, 2021, pp.
521–29.
Setya, Adhi Kumoro, and Sri Suwarni. “Potensi Biji Mengkudu (Morinda
Citrifolia L.) Sebagai Antelmintik Terhadap Ascaris Suum.” Media Farmasi
Indonesia, vol. 13, no. 1, 2015, pp. 1305–10.
Sianita, Nanik, et al. “Respon Antibodi Dan Protektivitas Pada Ayam Pasca
Vaksinasi Menggunakan Vaksin Nd Aktif Lv12.” CIRED - Open Access
Proceedings Journal, vol. 4, no. 2, 2011, pp. 1–67.
Silva, M.R.L., et al. “Host-Specificity and Morphometrics of Female Haemonchus
Contortus, H. Placei and H. Similis (Nematoda: Trichostrongylidae) in Cattle
and Sheep from Shared Pastures in São Paulo State, Brazil.” Journal of
Helminthology, vol. 89, no. 3, 2015, pp. 302–306.
Tambunan, Evelyn H., and Imanuel S. Wulandari. “Penggunaan Teknik Z-Track
Air Lock Untuk Menurunkan Nyeri Pada Prosedur Injeksi Intra Muskuler.”
Jurnal Ners, vol. 10, no. 1, 2015, pp. 112–17.
Yanuartono, Yanuartono-, et al. “Review: Peran Pakan Pada Kejadian Kembung
Rumen.” Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, vol. 28, no. 2, 2018, p. 141.
zalmi, hendra, et al. Jenis Jenis Obat-Obatan Dan Manfaatnya Bagi Mahkluk
Hidup. 2019.

18

Anda mungkin juga menyukai