Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN PUSTAKA

NUTRISI PADA PANDEMI COVID 19

Pembimbing:
dr. Farsida, MPH

Oleh:
Naufal Fadli (2016730076)
Vaniannisa Azzahra (2016730138)

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


PUSKESMAS LANGENSARI 2 KOTA BANJAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat, serta karunia dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul “Nutrisi pada
Pandemi COVID-19”.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW, pemimpin yang mampu membawa perubahan dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. dr. Farsida, MPH dan dr. Pitut Aprilia Savitri, MKK yang telah
mebimbing dalam penyusunan tinjaun pustaka ini
2. Orangtua yang telah memberikan support baik moral, spiritual maupun
materi
3. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan tinjauan pustaka
ini
4. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu
persatu

Sekiranya tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama


bagi penyusun. Apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun menerima
apabila ada saran dan kritik yang membangun.

Penulis
Naufal Fadli & Vaniannisa Azzahra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ...............................................................................1

B. TUJUAN PENYUSUNAN ........................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

A. DEFINISI NUTRISI ..................................................................................3

B. NUTRISI UNTUK PENCEGAHAN COVID-19......................................3

C. PENATALKSANAAN NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19 ............7

BAB III PENUTUP ..............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Coronavirus disease-19 atau yang dikenal dengan COVID-19


merupakan kejadian infeksi oleh virus dari famili Coronavirus. Penyakit
infeksi virus ini menular dengan sangat cepat ke berbagai belahan dunia.
Infeksi COVID-19 pertama kali muncul pada 31 Desember 2019 di China.
Sampel dari pasien kemudian diidentifikasi sebagai jenis betacoronavirus tipe
baru dan diberi nama 2019-novel Coronavirus atau 2019-nCov. Pada Februari
2020, WHO memberi nama baru kepada virus tersebut menjadi severe acute
respiratory syndrome Coronavirus-2 atau SARS-CoV-2 dan nama
penyakitnya yaitu Coronavirus disease-19 atau COVID-19 (Burhan et al,
2020).

Pada awal tahun 2020, COVID-19 mulai menjadi pandemi global dan
menjadi masalah kesehatan di negara-negara lain. Pandemi ini terus
berkembang hingga menimbulkan kasus-kasus baru dan laporan kematian di
luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan kejadian
COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern atau
PHEIC (Safrizal et al, 2020).

Per tanggal 9 April 2020, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia


dilaporkan sebanyak 3.293 pasien positif, dengan 252 pasien sembuh dan 280
pasien meninggal dunia dengan case fatality rate (CFR) berada di level 8,5
persen. 33 provinsi dari total 34 provinsi di Indonesia telah melaporkan
adanya kejadian positif kejadian COVID-19 dengan mayoritas di DKI Jakarta
(1.706 pasien positif), yang kemudian diikuti oleh Jawa Barat (376 pasien
positif). Sampai hari ini, total kasus positif COVID-19 di dunia telah
mencapai 1.521.253 pasien. (Idham, 2020).

1
Pemenuhan kebutuhan energi, makronutrien, mikronutrien, cairan,
dan zat-zat gizi mampu meningkatkan sistem immunomodulator, anti
inflamasi, anti oksidan, dan prebiotik (Taslim et al, 2020). Menurut Sudargo
(2020), nilai nutrisi tinggi pada makanan yang dikonsumsi dapat melindungi
tubuh dari serangan infeksi maupun alergi. Kondisi stamina seseorang sangat
dipengaruhi oleh faktor makanan yang dikonsumsi, meskipun makanan
bukanlah satu-satunya cara untuk menangkal infeksi lewat kekebalan tubuh.

Berdasarkan uraian yang dijabarkan di atas, penulis tertarik untuk


melakukan tinjauan pustaka mengenai gizi dan nutrisi pada pandemi COVID-
19. Diharapkan tinjauan pustaka ini dapat menjadi referensi untuk mencegah
terserangnya penyakit dan referensi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

B. TUJUAN PENYUSUNAN

1. Tujuan umum :
Mengetahui dan memahami nutrisi apa yang tepat untuk pandemi COVID-
19.

2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui definisi nutrisi
b. Mengetahui nutrisi untuk pencegahan COVID-19
c. Mengetahui penatalaksanaan nutrisi untuk pasien COVID-19

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI NUTRISI
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto &
Wartonah, 2006).
Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh (Alimul, 2006).

B. NUTRISI UNTUK PENCEGAHAN COVID-19


Peran peningkatan gizi tentu berpengaruh pada peningkatan imunitas
tubuh sehingga proses penyembuhan atau pemulihan menjadi lebih cepat.
Hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan gizi seperti yang dijelaskan oleh
Kemenkes RI tahun 2019, yaitu Sepuluh Pedoman Gizi Seimbang:
1. Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok
2. Batasi konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak
3. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan
ideal
4. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
5. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
6. Biasakan sarapan pagi
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8. Banyak makan buah dan sayur

3
9. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
10. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan

Untuk tindakan pencegahan, rekomendasi yang diberikan oleh


Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) adalah:
1. Makan makanan yang sehat dan seimbang sesuai dengan
kebutuhan
2. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan asupan tinggi protein
3. Tingkatkan asupan sayuran dan buah sumber vitamin dan mineral
4. Cuci tangan dan bahan makanan sebelum diolah
5. Tidur yang cukup dan cegah dehidrasi

Semua zat gizi berperan dalam pertahanan tubuh, berikut beberapa zat
gizi yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya tahan seperti anjuran
Kemenkes, yaitu sebagai berikut:
1. Protein
Memiliki fungsi zat gizi yang membantu mengatur sistem
kekebalan tubuh dan perlindungan terhadap infeksi, dengan
menangkal serangan toksik dan melakukan detoksifikasi sangat
tergantung pada enzim-enzim yang terdapat di dalam hati. Dalam
keadaan kekurangan protein maka pembentukan enzim tersebut
akan terhambat sehingga menjadi rentan terhadap penyakit. telur,
ikan, daging sapi, susu, kacang-kacangan, tahu atau tempe.
2. Vitamin A
Memelihara kesehatan jaringan epitel dan kulit. Jaringan
epitel dan kulit dilindungi oleh mukus yang akan menahan dan
mengeluarkan mikroorganisme yang akan masuk melewatinya.
Vitamin A berperan dalam proses pengeluaran mukus oleh
kelenjar penghasil mukus. Jika tubuh kekurangan vitamin A, maka
sel epitel akan menjadi bersisik dan kering (keratinized). Pada
jaringan kulit dan rambut, produksi mukus yang berkurang akibat
kekurangan vitamin A akan menyebabkan jaringan tersebut
menjadi kering dan kasar. Membantu sistem kekebalan tubuh

4
(sistem imun) perlindungan terhadap infeksi, dengan. Mekanisme
pengaruh vitamin A terhadap sistem imun sebenarnya belum
diketahui pasti. Diduga retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan diferensiasi limfosit B, yaitu leukosit yang berperan dalam
proses kekebalan humoral. Di samping itu, diduga vitamin A
berperan dalam memberikan respon antibodi yang berkaitan
dengan sel-T, yaitu limfosit yang berperan dalam proses kekebalan
seluler. Fungsi kekebalan tubuh akan berkurang dengan
berkurangnya kadar vitamin A sehingga tubuh menjadi lebih
mudah terinfeksi. Berhubungan dengan pembentukan mukus (pada
fungsi sebelumnya), kekurangan vitamin A yang menjadikan
penurunan pembentukan mukus pada organ paru-paru akan
menyebabkan organ ini mudah terserang mikroorganisme, dan
dapat terjadi infeksi saluran pencernaan. Vitamin A bisa kita
dapatkan pada sayur sayuran seperti wortel, brokoli, bayam, dan
ubi jalar. Selain itu, Vitamin A juga terkandung pada minyak ikan
dan kuning telur.
3. Vitamin B
Vitamin B adalah vitamin yang larut dalam air dan
merupakan koenzim. Masing-masing tipe dari vitamin B memiliki
fungsi. Contohnya, vitamin B2 (riboflavin) yang berperan dalam
metabolism energi pada sel-sel tubuh. Terdapat penelitian bahwa
vitamin B2 dan sinar UV dapat mengurangi titer MERS-CoV di
dalam plasma manusia secara efektif. Vitamin B3 (nicotinamide)
dapat membantu membunuh Staphylococcus aureus dan
merupakan efikasi pada terapi profilaksis. Vitamin B6 juga
dibutuhkan dalam metabolisme protein. Vitamin B dapat menjadi
pilihan dalam penanganan nutrisi pasien COVID-19 (Zhang &
Liu, 2020)
4. Vitamin C
Sebagai koenzim dan antioksidan. Vitamin C banyak
berfungsi sebagai koenzim atau kofaktor. Sebagai zat yang

5
memiliki sifat mereduksi kuat, vitamin C banyak digunakan
sebagai bahan antioksidan untuk mencegah proses ketengikan dan
perubahan warna (browning) pada buah-buahan. Vitamin C juga
dibutuhkan tubuh untuk pembentukan antibodi. Zat gizi satu ini
banyak tekandung pada buah-buahan.
5. Vitamin D
Vitamin D termasuk dalam kelompok secosteroid larut
lemak yang berasal dari kolesterol. Selain fungsinya untuk
mineralisasi tulang, vitamin D diketahui juga dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh atau imunitas. Peran vitamin D sebagai
imunomodulator, yaitu bekerja pada sel dendritik juga sel T untuk
menstimulasi Treg mensekresi interleukin. Vitamin D dapat
didapat dari salmon, tuna, telur, jamur, minyak hati ikan kod,
susu, sereal yang difortifikasi, suplemen, dan sinar matahari pagi.
(Lestari et al, 2013)
6. Vitamin E
Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan dengan
memberikan atom hidrogen kepada radikal bebas sehingga
meningkatkan kekebelan tubuh. Radikal bebas adalah molekul
yang sangat reaktif dan bersifat merusak serta memiliki atom tidak
berpasangan. Dengan menerima atom hidrogen dari vitamin E
maka radikal bebas tersebut menjadi tidak reaktif lagi. Dalam
kondisi tidak ada antioksidan, radikal bebas dapat menyerang
molekul fungsional dalam tubuh sehingga menyebabkan gangguan
dalam menjalankan fungsinya. Vitamin E bisa kita dapatkan dari
kacang-kacangan, sayuran hijau, almond, dan minyak sayur.
7. Mineral (Zinc)
Zinc berperan dalam fungsi imunitas, yaitu sebagai
penyusun enzim Superokside dismutase (SOD). Berperan
mengoptimalkan kerja sistem kekebalan tubuh. Zinc bisa kita
dapatkan dari telur, keju, daging sapi, hati ayam, dan berbagai
makanan hasil laut.

6
C. PENATALKSANAAN NUTRISI UNTUK PASIEN COVID-19
Protokol penatalaksanaan nutrisi untuk pasien COVID-19 menurut
PDGKI (2020), yaitu:
1. Kebutuhan energi
Pencegahan malnutrisi pada infeksi COVID-19
memerlukan perhitungan kebutuhan energi yang sesuai.
Kebutuhan energi pasien COVID-19 tidak seimbang akibat
peningkatan konsumsi energi yang disebabkan oleh faktor-faktor
seperti demam, peningkatan kerja otot pernapasan serta ventilasi
mekanik (Taslim et al, 2020)
Kebutuhan energi dihitung berdasarkan status gizi, kondisi
klinis dan hemodinamik, pemeriksaan penunjang, dan adanya
penyakit komorbid (Ridley et al, 2015). Energi diberikan sebesar:
• Orang dalam pemantauan (ODP) dan PDP geriatric = 30-
35 kkal/kgBB/hari
• Pasien dalam pengawasan (PDP) = 30-35 kkal/kgBB/hari
• Tenaga kesehatan (Nakes) = Angka Kecukupan Gizi (AKG
2019) + 10%
2. Pemberian makronutrien
Kebutuhan makronutrien untuk ODP dan PDP geriatri
adalah dengan komposisi karbohidrat 50%, protein 15%, lemak
25-30% dari total energi harian, sedangkan untuk Nakes yang
merawat PDP dan pasien terinfeksi adalah dengan komposisi
karbohidrat 55%, protein 15%, dan lemak 30% dari total
kebutuhan energi.
Pada PDP dianjurkan pemilihan sediaan enteral untuk terapi
gizi dan pemilihan makanan dipertimbangkan agar mudah diserap
usus. Pada pasien dengan saluran fungsi cerna baik. Sediaan
whole protein tinggi kalori dapat diberikan. Adanya stress
metabolik dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia, maka
disarankan komposisi makanan yang sesuai.

7
• Karbohidrat 50-60% kebutuhan energi total.
Perubahan metabolisme glukosa pada pasien COVID-19
yaitu terjadinya penurunan suplai energi glukosa oksidatif,
peningkatan glikolisis, peingkatan gluconeogenesis,
resistensi insulin dan peningkatan glukosa darah.
Pemberian karbohidrat mempertimbangkan kondisi
respirasi pasien dan penyakit komorbid, misal diabetes.
Direkomendasikan untuk menurunkan rasio glukosa :
lemak menjadi 50-70 : 50-30. (Taslim et al, 2020)
• Protein 15-25% kebutuhan energi total: 1,2 – 2
g/kgBB/hari
Perubahan metabolisme protein pada pasien COVID yaitu
terjadi pemecahan protein, peningkatan sintesis protein
fase akut, penurunan sintesis protein otot, dan perubahan
profil asam amino. Pemberian protein > 2 g/kgBB/hari
tidak memberikan manfaat secara klinis dan tidak
mengatasi katabolisme protein. Pemberian protein ini
harus mempertimbangkan fungsi ginjal pasien. (Taslim et
al, 2020).
• Lemak 25-30% kebutuhan energi total
Pada pasien COVID-19, terjadi perubahan metabolisme
lemak yaitu terjadi mobilisasi dan pemecahan lemak. Jenis
lemak yang dapat digunakan antara lain virgin coconut oil
(VCO), omega-3 PUFA, serta omega-9.
3. Pemberian mikronutrien
Pada pasien COVID-19 terjadi peningkatan kebutuhan
vitamin dan trace mineral. Kebutuhan mikronutrien tergantung
kondisi pasien. Pemberian vitamin C pada kasus COVID-19 berat
atau dengan komplikasi direkomendasikan melalui intravena,
karena efeknya 10x lebih kuat dibanding secara oral (Saul, 2020).
Keseimbangan mikroekologi pada pasien COVID-19
dilaporkan terjadi kerusakan, yang bermanifestasi signifikan pada

8
mikrobiota usus, seperti penurunan jumlah Lactobacillus dan
Bifidobacterium. Pemberian probiotik terkait mikroekologi usus
diberikan untuk mengurangi translokasi bakteri dan mencegah
infeksi sekunder. Pada kasus ODP dan PDP geriatri, penggunaan
probiotik dapat dipertimbangkan dengan harapan memperbaiki
gejala gangguan saluran cerna pada pasien, mengurangi cairan
pada feses, memperbaiki tekstur feses dan frekuensi BAB, serta
menghambat atropi mukosa usus. Pemberian probiotik ini
dipertimbangkan khususnya pada pasien yang menggunakan
antibiotik.

Tabel 1. Pemberian Mikronutrien pada Pasien COVID-19


Jenis Jumlah

VITAMIN

Vitamin A Laki-laki 650 RE/hari


Perempuan 600 RE/hari

Vitamin B1 Sakit berat/kritis:


100 mg/24 jam IV diberikan
perlahan

Vitamin B6 25-100 mg/hari

Vitamin C Sakit ringan:


1 g/hari (500 mg/12 jam) PO
Sakit berat/kritis:
1 jam pertama 4 g dalam 100
cc NaCl 0,9% drips IV,
dilanjutkan jam selanjutnya 1
g/8 jam dalam 50 cc Dextrose
5% atau 50 cc NaCl 0,9% IV

Vitamin D < 70 tahun: 600 IU/hari


> 70 tahun: 800 IU/hari

Vitamin E 400 IU/hari

MINERAL

Selenium 200 µg/hari

Zink 20-40 mg/hari

9
Kalsium Sakit berat/kritis:
600 mg/hari

NUTRACEUTICAL

Lactobacillus 10^9 – 10^10 CFU/hari

Madu 10 g/12 jam/hari

Ekstrak curcuma 20 mg/12 jam/hari

4. Pemberian elektrolit
Angiotensin (ACE-2) merupakan mekanisme kontra
regulasi utama pada renin-angiotensin system (RAS) yang
memiliki peranan penting dalam mengontrol gula darah dan
keseimbangan elektrolit.
SARS-CoV-2 mengikat ACE-2 dan mempercepat degradasi
ACE-2 kemudian menurunkan aksi counter-act ACE-2 pada
RAS. Efek paling akhirnya adalah meningkatkan reabsorpsi
sodium dan air sehingga meningkatkan tekanan darah dan
ekspresi kalium. Selain itu, pasien dengan COVID-19 juga sering
mengalami gejala mual dan muntah. Dengan kata ain, dampak
COVID-19 pada RAS dan sistem gastrointestinal dapat
menyebabkan gangguan homeostasis elektrolit dan pH, terutama
hipokalemia (Chen et al, 2020).
Berdasarkan teori tersebut, maka pasien normokalemia
diberikan infus cairan yang mengandung kalium dengan dosis 36-
72 mmol/hari, sedangkan pada pasien hypokalemia disesuaikan
dengan kondisi pasien (Scotto et al, 2014).
5. Pemberian cairan
Pada beberapa pasien COVID-19 terjadi gangguan pada
saluran cerna seperti nyeri perut dan diare. Hal ini secara
langsung disebabkan oleh infeksi virus pada mukosa usus,
pemberian obat anti viral dan antibiotik. Tujuan pemberian cairan
yang adekuat pada kondisi ini merupakan upaya untuk mencegah
dehidrasi maupun kelebihan cairan. Pemberian cairan harus

10
diperhatikan agar tidak berlebihan, karena jika pemberian cairan
terlalu agresif, maka dapat memperberat kondisi distress napas
atau oksigenasi. Pemberian cairan berdasarkan pada
keseimbangan cairan, urin output, ada tidaknya edema, dan
hemodinamik (Taslim dkk, 2020)
Resusitasi cairan dapat menyebabkan overload volume
termasuk kegagalan respirasi. Jika tidak ada respon terhadap
loading cairan dan terdapat tanda overload volume (mis. distensi
vena jugular, ronkhi pada auskultasi paru, edema pulmonal, atau
hepatomegali pada anak), maka kurangi atau hentikan pemberian
cairan (WHO, 2020).

Tabel 2. Pemberian Cairan pada Pasien COVID-19


Jenis cairan Jumlah Keterangan
Cairan isotonik 30-35 cc/kgBB Cairan resusitasi
kristaloid/normal dalam kurun waktu
saline/RL 3 jam pertama

6. Jalur pemberian terapi gizi


Jalur pemberian terapi gizi ditentukan berdasarkan respon asupan,
fungsi menelan, fungsi mengunyah, dan tingkat kesadaran pasien.
7. Alur pemberian nutrisi
Alur pemberian nutrisi pada pasien yang masuk ke rumah
sakit dengan COVID-19 dapat dilihat pada Gambar 1.

11
Gambar 1. Alur Pemberian Nutrisi pada pasien COVID-19

12
8. Rangkuman rekomendasi penatalaksanaan terapi nutrisi COVID-19

13
BAB III
PENUTUP

Coronavirus disease-19 atau yang dikenal dengan COVID-19 merupakan


kejadian infeksi oleh virus dari famili Coronavirus. Penyakit infeksi virus ini
menular dengan sangat cepat ke berbagai belahan dunia. Pada awal tahun 2020,
COVID-19 mulai menjadi pandemi global dan menjadi masalah kesehatan di
negara-negara lain. Pemenuhan kebutuhan energi, makronutrien, mikronutrien,
cairan, dan zat-zat gizi mampu meningkatkan sistem immunomodulator, anti
inflamasi, anti oksidan, dan prebiotik. Peran peningkatan gizi berpengaruh pada
peningkatan imunitas tubuh sehingga proses penyembuhan atau pemulihan
menjadi lebih cepat, sehingga nutrisi yang tepat dan seimbang dapat membantu
mencegah terinfeksi COVID-19 dan membantu perawatan pasien COVID-19.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Burhan, E. et al. (2020) Pneumonia COVID-19: Diagnosis &


Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
2. Chen, D. et al. (2020) ‘Hypokalemia and Clinical Implications in Patients with
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)’, medRxiv. doi:
10.110/2020.02.27.20028530.
3. Idham, A. M. (2020) ‘Update Corona 9 April: Indonesia Tembus 3200 &
Dunia 1,5 Juta Kasus’, tirto.id. Available at: https://tirto.id/update-corona-9-
april-indonesia-tembus-3200-dunia-15-juta-kasus-eL7h.
4. Lestari, R., Djajalaksana, S. and Al Rasyid, H. (2013) ‘Hubungan Antara
Kadar Vitamin D dengan Tingkat Kontrol Asma, Fungsi Paru, Kadar
Interleukin-10 dan Interleukin-17 pada Penderita Asma Bronkial Persisten’,
Jurnal Respirologi, 33.
5. Ridley, E., Gantner, D. and Pellegrino, V. (2015) ‘Review Nutrition Therapy
in critical ill patients- a review of current evidence for clinicians.’, Clin Nutr,
34.
6. Safrizal et al. (2020) Pedoman Umum Menghadapi Pandemi COVID-19 Bagi
Pemerintah Daerah: Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis dan Manajemen.
Jakarta: Kementrian Dalam Negeri.
7. Saul, A. (2020) ‘Shanghai Government Officially Recommends Vitamin for
COVID-19’, Orthomolecular Medicine News Service.
8. Scotto, C. et al. (2014) ‘Preventing hypokalemia in critically ill patients’,
AJCC, 23(2).
9. Sudargo, T. (2020) ‘Ahli Gizi UGM: Mengonsumsi Makanan Sehat Mampu
Cegah COVID-19’, Universitas Gajah Mada.
10. Taslim, N. A. et al. (2020) Panduan Praktis Penatalaksanaan Nutrisi COVID-
19. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia.
11. WHO (2020) ‘Clinical management of severe acute respiratory infection when
COVID-19 is suspected (v1.2)’, pp. 1–21. Available at:

15
https://www.who.int/publications-detail/clinical-management-of-severe-acute-
respiratory-infection-when-novel-coronavirus-(ncov)-infection-is-suspected.
12. Zhang, L. and Liu, Y. (2020) ‘Potential interventions for novel coronavirus in
China: A systematic review’, Journal of Medical Virology, 92(5), pp. 479–
490. doi: 10.1002/jmv.25707.

16

Anda mungkin juga menyukai