Oleh:
Nur Cholis
1
DAFTAR ISI
BAB V BERTELUR
5.1. Metode Bertelur
5.2. Persiapan Bertelur
5.3. Teknik Bertelur
2
BAB I
INKUBASI TETUA TELUR ULAT SUTRA
3
Inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur:
Kebutuhan lingkungan untuk inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada
musim gugur adalah hampir sama dengan telur-telur tetua pada
musim semi. Namun demikian, suhu natural pada musim gugur
secara komparatif adalah tinggi dan udaranya kering. Inkubasi pada
kondisi demikian akan menyebabkan embrio untuk tumbuh dengan
cepat dan mengkonsumsi banyak zat nutrisi. Jumlah telur mati
selama inkubasi akan meningkat dan konstitusi larva yang baru
menetas akan lemah. Oleh karena itu disarankan bila akan
menginkubasi telur-telur tetua ulat sutra pada musim gugur
sebaiknya dilakukan menurut kriteria seperti pada Tabel berikut.
Tabel Kriteria inkubasi untuk telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur.
________________________________________________________________
Tahap Awal Tahap Akhir
________________________________________________________________
Hari 4 5-6
Embrio Sebelum E3 E3-F5
Suhu (ºC) 25 26-27
Kelembaban 70-80 80-85
Cahaya Natural Eksposur
cahaya meningkat
6 jam sehari
4
Inhibisi (hambatan) dingin dari pertumbuhan embrio untuk
telur-telur selama inkubasi atau preservasi dingin dari larva yang
baru menetas. Jika untuk suatu alasan tertentu, penyisiran larva
yang baru menetas harus ditunda, telur-telur ulat sutra yang
diinkubasi atau ulat sutra yang baru menetas harus disimpan pada
suhu rendah. Sebelum embrio tumbuh ke tahap E 3 (tahap
pemendekan), suhu harus dijaga pada suhu obyektif selama inkubasi.
Namun demikian, jika embrio telah mencapai tahap E 3, suhu harus
dinaikkan menurut kebutuhan inkubasi. Penyimpanan beku dilakukan
jika semua telur berubah menjadi biru dan larva yang menetas dini
sudah ditemukan. Larva yang baru menetas dapat juga disimpan
beku untuk mencegah pertumbuhan selanjutnya.
Telur-telur yang berubah biru dapat disimpan pada suhu 5ºC
selama 3-5 hari. Untuk varietas yang akan menghasilkan telur non-
hibernasi dapat disimpan pada suhu 2-5ºC selama 1-3 hari. Larva
yang baru menetas dapat disimpan pada suhu 10ºC selama 2-3 hari.
Penghambatan pertumbuhan telur lebih lanjut dan
penyimpanan beku larva yang baru menetas mempunyai efek yang
kurang baik pada fisiologis ulat sutra. Oleh karena itu, makin pendek
masa inhibisi maka akan makin aman bagi kesehatan ulat sutra.
Selanjutnya, jika telur atau larva akan dimasukkan atau dikeluarkan
dari ruang penyimpanan maka harus melalui suhu pertengahan
(intermediet) selama dua jam.
5
ke ovari kupu-kupu induk, di mana hormon tersebut menjadi
fungsional dan memungkin embrio menjadi diapause pada tahapan
tertentu dari pertumbuhannya.
Ganglia suboesophagial pada varietas manapun dengan
voltinisme berbeda mempunyai fungsi mensekresikan hormon
diapausing, tetapi sekresi hormon tersebut dikontrol oleh otak. Pada
kondisi normal, otak ulat sutra univoltin mempunyai fungsi
mengakselerasi sekresi hormon diapause oleh ganglia
suboesophagial. Otak ulat sutra multivoltin berfungsi menghambat
sekresi hormon diapause oleh ganglia suboesophagial, sedangkan
otak bivoltin pada kondisi eksposur suhu dan cahaya tinggi selama
inkubasi, dapat mengakselerasi sekresi hormon ganglia
suboesophagial, menyebabkan produksi telur hibernasi. Pada suhu
rendah dan kondisi gelap selama inkubasi, hal ini dapat menghambat
sekresi dan menyebabkan produksi telur non-hibernasi.
Faktor-faktor prinsip yang mempengaruhi voltinisme adalah
suhu, cahaya dan kelembaban.
Suhu: Jika telur-telur tetua dari ras ulat sutra bivoltin
diinkubasi pada suhu tinggi (25ºC), kupu-kupunya akan meletakkan
telur hibernasi, dan jika diinkubasi pada suhu rendah (15ºC), maka
akan meletakkan telur non-hibernasi. Suhu pertengahan
(intermediet) (20ºC) selama inkubasi, akan menghasilkan suatu
campuran antara telur hibernasi dan non-hibernasi. Karena beberapa
ras ulat sutra bivoltin komersial mempunyai hubungan darah dengan
multivoltin, maka voltinismenya sedikit berbeda dari yang murni
bivoltin, sehingga kondisi lingkungan mempunyai pengaruh yang
kecil pada voltinisme.
Perlu ditekankan di sini bahwa suhu selama inkubasi
mempunyai pengaruh terbesar pada voltinisme. Dengan kata lain,
suhu pada masa inkubasi adalah faktor penentu apakah ulat sutra
bivoltin akan meletakkan telur hibernasi atau non-hibernasi,
bagaimanapun kondisi lingkungan selama tahap larval dan pupal
(Table 1-3).
Cahaya: Cahaya selama inkubasi telur juga mempengaruhi
voltinisme. Tetapi efek tersebut tidak terbukti pada suhu di atas 25ºC
atau di bawah 15ºC. Inkubasi pada suhu intermediet dengan cahaya
menghasilkan telur hibernasi dengan kecepatan lebih tinggi; tanpa
cahaya maka kecepatan telur hibernasi adalah lebih rendah. Adalah
nyata bahwa efek cahaya pada voltinisme adalah kedua sesudah
suhu.
Kelembaban: Efek kelembaban pada voltinisme selama
inkubasi adalah berikutnya setelah cahaya. Efek tersebut tidak nyata
pada suhu inkubasi di atas 25ºC dan di bawah 15ºC. Pada suhu
intermediet, kelembaban tinggi adalah disukai untuk meletakkan
telur hibernasi, sedangkan kelembaban rendah disukai untuk telur
non hibernasi.
Voltinisme telur progeny dipengaruhi oleh suhu selama
beberapa tahapan tetua bivoltin. Suhu, cahaya dan kelembaban
6
mempengaruhi voltinisme ulat sutra pada tahapan antara yaitu bila
embrio mulai membentuk kaki thorakis dan bila kepalanya mulai
berwarna. Kebutuhan dasar univoltin untuk meletakkan telur
hibernasi adalah suhu di atas 20ºC untuk inkubasi pada tahapan ini,
dan untuk bivoltin di atas 25ºC. Jika diinkubasikan pada suhu di
bawah 15ºC dan disimpan dalam gelap dan kondisi agak kering,
sebagian besar ras bivoltin akan menghasilkan, terutama atau
seluruhnya telur non-hibernasi. Ras univoltin juga akan
menghasilkan telur non-hibernasi, tetapi pada tahap perkembangan
embrio antara A dan C2, pada dasarnya suhu tidak mempunyai
pengaruh pada voltinisme
7
BAB II
PEMELIHARAAN TETUA ULAT SUTRA
8
Pada kasus tersebut akan sulit mendapatkan panenan yang berhasil
walaupun suplai daun yang baik diberikan pada periode berikutnya.
Dan sulfur dioksida yang diemisikan oleh pembakaran bahan bakar,
dapat mengganggu fungsi fisiologis ulat sutra pada saat telah
mencapai level tertentu.
Kecepatan respirasi larva bayi adalah rendah. Larva bayi
tersebut tahan terhadap karbon dioksida, tetapi tidak tahan terhadap
gas-gas beracun seperti karbon monoksida dan sulfur dioksida.
Namun demikian, hal yang sebaliknya untuk periode tumbuh. Pada
periode menaiki (mounting), jika larva dewasa kontak terlalu banyak
dengan karbondioksida maka jumlah yang larva tidak menjadi kokon
(non-cocooning larvae) akan meningkat.
Larva instar pertama sampai ke tiga tidak mempunyai
persyaratan sirkulasi udara yang khusus. Ventilasi yang periodik
adalah mencukupi. Namun demikian, pada masa tumbuh di mana
kecepatan respirasi adalah tinggi dan daun mulberi yang dikonsumsi
dalam jumlah banyak, menyebabkan kelembaban ruangan meningkat
dan udara menjadi mudah terpolusi. Oleh karena itu harus dijaga
agar terdapat sebanyak mungkin sirkulasi bebas udara segar untuk
mengakselarasi metabolisme ulat dan mendukung kesehatannya.
Namun demikian, pada pengusahaan ventilasi adalah penting untuk
mencegah daun-daun mulberi menjadi layu.
Cahaya: Cahaya tidak terbukti mempunyai efek pada
kesehatan ulat sutra, kualitas kokon dan jumlah telur diletakkan.
Cukup baik untuk memelihara tetua ulat sutra pada kondisi alami,
misalnya terang pada siang hari dan gelap pada malam hari. Namun
demikian, untuk ras yang mudah menghasilkan telur non-hibernasi,
pada masa tumbuh, kegelapan secara efektif dapat menurunkan
produksi telur non-hibernating.
Pengujian larva yang lambat tumbuh: Untuk memastikan
bahwa telur ulat sutra yang dihasilkan adalah bebas dari penyakit
pebrin maka larva yang lambat tumbuh, larva yang sakit, atau larva
yang mati serta larva yang jatuh ke tanah dari tempat naiknya
(mountages), dari kelompok yang berbeda dan pada instar yang
berbeda, harus dilakukan pengujian mikroskopis. Jika terdapat spora
pebrin pada larva yang lambat tumbuh sebelum moulting yang
ketiga, maka seluruh kelompok (batch) harus ditolak. Jika infeksinya
serius, seluruh kelompok harus ditolak. Jika ringan, kelompok
tersebut harus dipisahkan dan digunakan untuk pemeliharaan kokon
cadangan (reeling cocoon). Ruangan dan peralatan yang digunakan
untuk pemeliharaan kelompok yang terinfeksi harus didisinfektan
menyeluruh.
Mengatur pemunculan kupu-kupu untuk kawin: Pada
pemeliharaan tetua ulat sutra, adalah penting untuk selalu
mengamati dan membandingkan pertumbuhan larva tetua untuk
dikawinkan. Jika terjadi suatu penyimpangan pada durasi
pertumbuhan dari yang diharapkan, maka harus dilakukan
pengaturan dengan meningkatkan atau menurunkan suhu
pemeliharaan, atau dengan menaikkan atau menunda waktu
9
pemberian pakan. Secara umum, untuk varietas yang lambat-
tumbuh, suhu pemeliharaan dapat ditingkatkan 1ºC lebih tinggi dari
yang dirancangkan, dan untuk yang cepat-tumbuh dapat diturunkan
1ºC. Pada saat mounting, lebih baik menaruh larva yang cepat-
tumbuh pada ruang mounting yang lebih dingin dan yang lambat-
tumbuh pada ruang yang lebih hangat. Namun demikian, pada saat
pengaturan harus berhati-hati terhadap dampaknya pada kesehatan
dan voltinisme ulat.
10
Pemanenan kokon pada periode awal terjadi di China Timur.
Dikatakan bahwa kokon dipanen bila ulat sutra telah menyelesaikan
pemintalan sutra dan mendekati pupa. Dengan suhu protektif 25ºC
dan periode penaikan 60-70 jam, pemanenan kokon pada masa awal
mencapai hasil yang efektf dalam hal memacu produksi telur bivoltin,
yang mana badan pupa relatif lebih besar.
11
BAB III
INVESTIGASI DAN PRESERVASI KOKON BENIH
Metode inspeksi
Inspeksi jumlah kokon yang dipanen: Kokon reproduktif, kokon
dobel dan kokon rusak harus ditimbang terpisah dan diambil bobot
totalnya. Rataan hasil kokon dari 10 g ants harus dihitung dan
kemudian 1 kg dari setiap macam kokon diambil dan jumlahnya
dihitung.
Metode sampling : 5-6 kg kokon harus diambil secara acak
untuk sampling. Kokon floss harus dipindahkan. Kokon tersebut
harus dicampur merata dan diletakkan mendatar. Kokon dibagi
menjadi empat bagian oleh dua garis diagonal. Setiap dua bagian
pada sudut diagonal harus diambil dan ditimbang 2 kg untuk
12
berbagai pengujian. Dua bagian lainnya diambil untuk sampel
investigasi kecepatan kokon terseleksi.
Cek analitis kokon yang mati : Inspeksi kokon mati pada
kokon reproduktif jika bobot ant dari kelompok pemeliharaan adalah
di atas 80 g, maka 1 000 kokon harus dicek, dan jika di bawah 80 g,
500 kokon harus dicek.
Inspeksi kokon mati di antara kokon dobel dan kokon rusak :
Jika bobot dari kelompok pemeliharaan adalah di atas 80 g, maka 500
dobel kokon harus dicek, 0,6 kg kokon rusak ; jika di bawah 80 g, 250
kokon dobel, 0,5 kg kokon rusak.
Kokon harus dipotong buka untuk menginspeksi kokon mati
oleh karena berbagai penyebab. Kecepatan kematian dari
keseluruhan lot harus ditotal. Jika c diambil sebagai bobot berbagai
jenis kokon, n adalah jumlah/kg jenis kokon yang berbeda, dan d
adalah kecepatan kematian kokon yang berbeda, maka D atau
kecepatan kokon mati dari seluruh lot dapat dikalkulasi dengan
formula berikut :
cnd
D = ----------- x 100
cn
Yang termasuk kokon mati adalah setiap bentuk ulat mati,
pupa mati, ulat dan pupa yang terinfeksi, pupa yang moult-sebagian
(menutup thorax atau lebih dari dua segmen pada bagian anterior),
pupa yang tidak moulting atau pupa dengan tiga segmen abdomen
berubah menjadi hitam, dan ulat kaki-berambut (larva tidak menjadi
pupa) setelah 6 hari penaikan pada kokon.
Pupa berdarah, pupa yang di parasit larva serangga (uget-
uget), pupa yang diinfeksi muscardine tidak perlu diuji. Tetapi pada
batch tetua ulat sutra, pencatatan ketiga macam pupa ini harus
dilakukan sebagai indeks grading penjualan kokon benih.
Inspeksi kualitas kokon : 120 kokon diambil dari sampel
secara acak. Kokon tersebut dibuka secara individual, jenis
kelaminnya diidentifikasi, dan 50 kokon jantan dan 50 kokon betina
diseleksi. Kokon keseluruhan dan kulit kokon ditimbang sehingga
kecepatan pengulitan kokon dapat dikalkulasi.
13
musim semi dan tidak lebih kecil dari 4 persen untuk pemanenan
musim gugur.
Jika hasil pengujian-pengujian ini tidak memenuhi standar,
maka perlu dua pengujian lagi yang diambil dari sampel lainnya. Jika
hasil rataan tiga pengujian tetap tidak memenuhi standar maka
seluruh lot kokon ditolak.
3.2. Seleksi Kokon Benih
Setelah inspeksi kualitas, lot pemeliharaan kokon benih harus
melalui seleksi individual, dan kokon yang tidak memenuhi
karakteristik rasial dari ras tetuanya harus dibuang. Hal ini akan
mempertahankan karakteristik ekonomis yang seragam dari varietas
dan meningkatkan kualitas kokon.
14
tidak fertil akan meningkat dan pupa betinalah yang paling
menderita.
Kelembaban: Kelembaban optimum untuk preservasi kokon
benih adalah 75-80 persen. Secara umum, pada kisaran 65-90
persen, kelembaban tidak berpengaruh nyata pada kesehatan kupu,
pada jumlah telur yang dihasilkan, jumlah telur tidak fertil atau
generasi ulat sutra berikutnya. Pada prakteknya, jika telur dihasilkan
pada musim gugur, udara sering terlalu kering. Jika kelembaban
lebih rendah dari 60 persen, pupa akan tumbuh lambat, persentase
eclosion ( muncul) akan menurun, dan jumlah kupu-kupu yang gagal
kawin akan meningkat. Mereka menjadi terlalu mudah berpisah,
bahkan ketika mereka mempunyai kesempatan untuk berkopulasi.
Jika terlalu kering pada periode akhir preservasi kokon benih, efeknya
akan lebih serius. Oleh karena itu, di sekitar waktu munculnya kupu
awal, kelembaban harus disesuaikan menurut kondisi aktual.
Cahaya : Pada periode preservasi kokon benih, hati-hati
untuk mempertahankan penerangan pada siang dan kegelapan pada
malam. Adalah penting bahwa malam menjadi gelap total dan
bahwa kokon dikenai cahaya sebelum terbit matahari pada hari
eclosion, dengan demikian membuat kupu muncul lebih awal dan
seragam.
Udara : Dengan tumbuhnya pupa, kecepatan respirasinya
secara gradual meningkat. Sejumlah besar karbon dioksida
dilepaskan ketika mata majemuknya berwarna. Pada saat seperti itu,
ventilasi diperlukan. Udara harus tetap segar di ruang pemeliharaan.
15
Pengaturan pemunculan kupu : Secara umum, suhu
preservasi pupa dari penaikan ke munculnya kupu, berada pada
kisaran 21-27ºC. Jika suhu meningkat atau turun 1ºC, pemunculan
kupu akan lebih cepat atau tertunda sehari. Jika suhu meningkat
atau turun 2ºC, maka akan lebih cepat atau tertunda dua hari. Suhu
yang lebih rendah harus lebih sering digunakan untuk pupa yang
berkembang lebih cepat dan demikian pula sebaliknya. Harus hati-
hati dalam melakukan pengamatan perkembangan pupa secara
teratur dan untuk mengatur suhu agar kupu dari dua varietas untuk
kawin akan muncul pada hari yang sama dan dalam kuantitas
seragam.
Penyimpanan dingin kokon benih (pupa) : Terdapat dua
periode untuk inhibisi dingin pupa ulat sutra : (a) dua hingga tiga hari
setelah pupasi bila mata majemuk mulai berpigmen, dan (b) sehari
sebelum munculnya kupu. Penyimpanan dingin harus dilakukan pada
malam hari. Batasan waktu penyimpanan dingin untuk jantan adalah
4-5 hari, dan untuk betinan 2-3 hari. Kisaran suhu dari 2,5 hingga
7,5ºC, dengan 5ºC sebagai median.
Penyimpanan dingin kokon benih mungkin menurunkan
persentase munculnya kupu, jumlah kupu yang tidak bertelur
meningkat, dan jumlah telur yang dihasilkan akan menurun;
persentase telur tidak fertil mungkin juga akan meningkat. Oleh
karena itu, kokon benih tidak boleh disimpan dingin kecuali benar-
benar diperlukan.
16
BAB IV
DISKRIMINASI KELAMIN (SEXING)
17
pada jika kokon digunting buka, karena resiko pupa terluka akan
berkurang.
Sebelum sexing mekanis digunakan, beberapa contoh kokon
diambil secara acak dari batch kokon benih yang sama hari
penaikannya. Bobot kokon kriteria dideterminasi berdasarkan kisaran
bobot antara kokon betina dan jantan. Bobot ini akan digunakan
sebagai bobot diferensiasi untuk separasi kelamin kokon benih:
kokon yang lebih berat dari kriteria masuk ke kelompok betina, yang
lebih ringan adalah jantan. Kokon dengan berat yang sama dengan
kokon kriteria termasuk kelompok campuran dari kedua kelamin.
Evaluasi tepat kokon kriteria mempunyai efek pada kerja
keseluruhan. Bobot kriteria harus mempertahankan kecepatan
sexing 90 persen atau lebih tinggi. Pada waktu yang sama,
kecepatan sexing kelompok campuran harus terkontrol 10 persen
atau kurang. Jika persyaratan di atas tidak dapat dipenuhi, maka
aplikasi separasi sex mekanis menjadi tidak nyata.
Mesin sexing kokon terdiri dari sumbu putar utama, bagian
atas yang melekat pada piringan berpeforasi. Melekat pada bagian
ini lengan baja kecil tipe-lever, menggantung dengan interval
regular/teratur.
Jika mesin dioperasikan, motor listrik kecil mengatur piring
berongga berotasi dan lempengan baja kecil berputar bersama-sama.
Menurut prinsip lever, lempeng baja yang berputar dapat mengukur
bobot kokon secara otomatis.
Efisiensi mesin pemisah jenis kelamin kokon : Mesin pemisah
jenis kelamin kokon ini berputar pada kecepatan14,5 putaran per
menit. Bila ras ulat sutra tertentu mempunyai rataan 740 kokon per
kilogram, maka efisiensi mesin pemisah jenis kelamin dapat dihitung
sebagai berikut :
Jumlah siklus rotasi piringan berputar per jam : 60 X 14,5 =
870 siklus
Jumlah kokon melintas melalui mesin per jam : 870 x16 = 13
920 kokon
Jumlah kokon benih terpisah per hari kerja ; 13 920 x8 = 111
360 kokon
18
Pemisahan jenis kelamin dengan penimbangan kokon
individual : Timbangan kokon tunggal dapat pula digunakan untuk
separasi jenis kelamin. Hal ini juga dirancang dengan prinsip
keseimbangan. Meskipun kecepatan efisiensinya jauh lebih rendah,
tetapi mudah dilakukan dan sangat akurat.
19
BAB V
BERTELUR
20
mengeliminasi telur defektif. Lebih jauh, disinfeksi permukaan yang
seksama adalah memungkinkan dan kualitas ras ulat sutra oleh
karenanya dapat meningkat. Pada waktu yang sama, kuantitas telur
yang diproduksi per unit adalah tepat dan seragam, yang mana hal
ini menguntungkan untuk produksi yang terproyeksi. Metode bentuk
lepas adalah lebih baik untuk preservasi dan transport. Namun
demikian, kendala metode ini adalah bahwa telur-telur menjadi
berguncang terlalu keras selama transport dan dalam proses inkubasi
telur harus diaduk, dan pemanenan larva yang baru menetas sangat
sulit dilakukan.
Metode Pasteur: Metode ini diadopsi untuk produksi strain ulat
sutra original parent/tetua dan grandparent F1 hybrid. Dikarenakan
kemudahan melakukan inspeksi mikroskopik kupu individual dan
eliminasi batches berpenyakit, metode ini digunakan untuk
menghasilkan strain tetua dan grandparent F 1 hybrid ulat sutra yang
benar-benar bebas penyakit. Luasan setiap kartu telur untuk strain
tetua adalah 32 x 18 cm2, dibagi menjadi 28 bagian/partisi, di mana
pada setiap bagian diletakkan atau ditempati kupu induk tunggal.
Setelah oviposisi, kupu-kupu dimasukkan ke dalam kotak berlabel
nomor serialnya untuk menunggu inspeksi mikroskopik. Untuk
bertelurnya ulat sutra grandparent, setiap kartu telur terdiri dari 14
tempat kupu. Sebagai tambahan untuk membuat inspeksi
mikroskopis yang ketat terhadap kupu-kupu, maka perlu menyelidiki
lama hidup kupu betina sebagai referensi dalam prosedur seleksi dan
eliminasi.
Metode kantong seluler: Metode kantong seluler juga
termasuk dalam tipe bertelur terpisah. Kantong seluler kecil yang
terbuat dari kain katun tipis atau kraft berpori-pori di mana kupu
betina ditempatkan untuk bertelur. Tipe bertelur kantong seluler ini
khususnya cocok untuk ras-ras ulat sutra tertentu kupu induk yang
menghasilkan telur non-gluey. Sistem ini diadopsi di Rusia.
Mengenai jumlah kupu pada kantong seluler, umumnya untuk strain
tetua, satu kupu dalam satu kantong, tetapi untuk telur ulat sutra
komersial, dua kupu menempati satu kantong.
5.2. Persiapan Bertelur
Bertelur adalah pekerjaan yang intens dan melelahkan, yang
memerlukan waktu tepat untuk beberapa tahapannya. Segala
sesuatunya harus disiapkan sebelumnya untuk menghindari
kekeliruan, eror atau hal-hal lain yang tidak diinginkan.
Kandang/tempat bertelur secara umum terdiri dari ruang
emergence (ruang preservasi kokon benih), ruang perkawinan, ruang
bertelur, ruang bersuhu rendah dan ruang preservasi telur ulat sutra.
Pada farm produksi telur komersial di mana ulat sutra tetua
dipelihara sendiri, ruang-ruang tersebut dapat juga digunakan
sebagai ruang pemeliharaan/pembesaran atau ruang penyimpanan
mulbery. Tetapi ruang untuk pemeliharaan dan bertelurnya ulat sutra
tetua harus digunakan secara eksklusif untuk tujuan tersebut.
Ruangan pemunculan, perkawinan, bertelur dan preservasi
telur ulat sutra harus dilengkapi dengan peralatan AC untuk
21
mengatur suhu, kelembaban dan ventilasi. Ruangan harus terang
dan gelap secara seragam pada siang dan malam hari; cahaya yang
terlalu kuat dan terang harus dihindari. Untuk ruang perkawinan dan
bertelur dipreferensikan atmosfere yang tenang. Ruang bertelur
harus mempunyai pencahayaan yang mudah dikontrol dan harus
dilengkapi dengan fasilitas ventilasi.
Pada prinsipnya, suhu ruang dingin dipertahankan pada 10ºC.
Insulasi thermal harus dicek dan dites sebelumnya.
Kain katun berperforasi untuk menutupi kokon, nampan
bambu untuk perkawinan, papan dan frame bambu untuk bertelur
harus dibersihkan dan disterilkan sebelum digunakan. Semua
peralatan yang dipergunakan harus disiapkan dalam hubungannya
dengan kecepatan pemunculan harian yang tertinggi, atau sekitar
50-60 persen kecepatan bertelur keseluruhan batch. Peralatan lain
adalah lembar draft, kotak kupu betina, kotak/tempat kupu jantan,
dan stand berkawat untuk menaruh kartu telur ulat sutra.
5.3. Teknik Bertelur
Eclosion atau pemunculan: Selama preservasi kokon benih,
pupa berkembang dan metamorfosis secara gradual hingga akhirnya
muncul sebagai kupu ulat sutra. Pada saat mendekati
pemunculannya, kupu di dalam kokon mengeluarkan cairan yang
melarutkan sericin dan melembabkan serta melembutkan filamen
sutra kulit kokon. Kemudian mendorong kulit kokon dengan
kepalanya, kupu-kupu keluar dari kokon. Rambut sisik pada
permukaan tubuh kupu-kupu yang baru muncul adalah lembab,
badannya fleksibel, sayapnya kecil dan menggulung. Kupu-kupu
tampak tak bergerak. Segera setelah itu, rambut bersisik secara
gradual mengering, cairan tubuh memasuki vena-vena sayap, dan
sayap mulai terpisah. Kupu-kupu terus mengepakkan sayapnya dan
merangkak dalam keadaan sangat aktif sambil mencari kupu betina
untuk dikawini.
Sesaat sebelum kemunculannya, pupa sesekali
menggerakkan badannya dengan suara perlahan. Apabila
metamorfosis sudah selesai, badan kupu dan kulit pupa secara
gradual saling memisahkan diri. Pupa kehilangan kecerahannya dan
menjadi gelap kecoklatan dengan tiada kerutan elastis pada
permukaan tubuhnya. Sebelum kemunculannya, badan pupa adalah
ringkih dan lembut terhadap sentuhan. Keadaaan ini adalah
karakteristik utama tahap perkembangan ini.
Ras univoltin mempunyai periode pupal yang lebih lama dari
pada bivoltin, dan multivoltin mempunyai periode pupal terpendek.
Berkaitan dengan kondisi lingkungan preservasi, di dalam kisaran
suhu optimum, makin tinggi suhu maka akan makin cepat dan
seragam pemunculan. Dengan makin rendahnya suhu maka eclosion
akan makin lambat dan iregular/tidak teratur. Tetapi suhu yang
terlalu tinggi akan menyebabkan perpanjangan periode pupal. Pada
kondisi lingkungan optimum, durasi pupal ras univoltin China adalah
14 hari, univoltin Jepang adalah 17 hari. Ras bivoltin China
memerlukan 12 hari, ras bivoltin Jepang mendekati 14 hari. Namun
22
demikian ras multivoltin China dari propinsi Guangdong hanya
membutuhkan sekitar 10 hari.
Pada kondisi preservasi normal, pengenaan cahaya dimulai
pada saat matahari terbit sekitar jam 04.00, dan pemunculan pada
dasarnya berhenti pada jam 8.00 di hari yang sama untuk ras bivoltin
dan jam 6.30 untuk multivoltin.
Pemunculan berlangsung lebih lama pada ras multivoltin;
urutan durasi berikutnya adalah ras bivoltin, dan ras multivoltin
adalah yang terpendek. Jumlah kupu yang muncul perharinya juga
tidak seragam, tetapi mempunyai pola tertentu. Pengetahuan yang
baik tentang pola pemunculan adalah sangat penting untuk
membuat proyeksi produksi telur. Tehnisi produksi telur harus
memperhatikan pola ini.
Untuk memudahkan pemilihan kupu dan mencegah urin kupu
mengkontaminasi badannya, maka sebaiknya digunakan selembar
kain katun untuk menutupi kokon sebelum pemunculannya. Dalam
rangka membuat perencanaan yang sesuai untuk bertelur harian,
maka disarankan untuk menginduksi pemunculan yang seragam.
Dengan alasan ini, pengenaan cahaya harus dimulai pada jam 4.00,
dan pekerja harus secara khusus ditugaskan untuk mengeluarkan
jantan secepatnya. Oleh karena itu, pekerja harus mengeluarkan
dengan segera kupu jantan yang bercampur dengan kupu betina
secepatnya dikarenakan kesalahan diskriminasi jenis kelamin.
Apabila dideteksi terjadi kopulasi, maka kupu betina yang kopulasi
harus dibuang.
Pengoleksian kupu: Setelah cahaya dinyalakan dan
photosensitivitas telah dimulai untuk dua hingga tiga jam dan rambut
sisik kupu yang muncul menjadi kering dan sayap-sayap terbentang
penuh, maka pengoleksian kupu dimulai. Kupu jantan menjadi
sangat aktif, mengepakkan sayapnya dan merangkak berkeliling, dan
inilah yang dikoleksi pertama kali dan ditempeli dengan label yang
mengindikasikan nama ras, jumlah batch dan tanggal. Kupu-kupu
jantan tersebut disimpan sementara pada tempat yang dingin dan
gelap untuk menghambat aktivitasnya dan mengurangi konsumsi
enerjinya. Kemudian dilakukan pengoleksian kupu betina dan
disebarkan merata pada nampan, dengan menyisakan sedikit ruang
di antaranya untuk distribusi kupu jantan untuk kawin.
Bila kupu jantan mencium bau kelenjar alluring kupu betina,
maka kupu jantan menjadi sangat terangsang dan sangat aktif. Hal
ini tidak hanya menyebabkan kupu jantan membuang banyak enerji,
tetapi juga membuat mereka jatuh dari nampan ke lantai, yang akan
menimbulkan kesulitan dalam pekerjan pemilihan. Oleh karena itu,
sebelum pemunculan kupu, kedua jenis kelamin kokon ulat sutra
harus disimpan dalam ruang terpisah. Selanjutnya, tempat untuk
menyimpan kupu betina dan nampan untuk menaruh kupu betina
harus tetap.
Pada kondisi normal, pekerjaan mengoleksi kupu secara
umum berlangsung dari jam 6.00 hingga jam 7.00.
23
Seleksi kupu: Seleksi kupu adalah penting untuk
memperbaiki kualitas telur ulat sutra. Pada setiap tahapan proses
produksi telur, kupu yang defektif/cacat harus dieliminasi. Sebelum
kupu kawin, diperlukan penyortiran dan mengeliminasi kupu betina
yang cacat. Karakteristik morfologis kupu cacat adalah sebagai
berikut :
1. Segmen badan terlalu panjang, badan kompak, badan bulky
atau kerdil dibandingkan dengan kupu normal.
2. Bentuk badan abnormal, gelap atau berbintik hitam pada
segmen ventral dan sayap.
3. Sayap abnormal atau kurang berkembang.
4. Rambut sisik berjatuhan, inert.
5. Inaktif, tidak mampu kopulasi
24
Suhu selama perkawinan seharusnya di atur pada 24-25ºC
untuk ulat sutra bivoltin, pada 27-28ºC untuk multivoltin.
Kelembaban relatif pada kedua macam ras tadi harus dipertahankan
pada 75-85 persen. Pada suhu tinggi sekitar 30ºC dan kondisi kering,
kupu-kupu nampaknya akan decouple. Selanjutnya, ruang
perkawinan harus tenang, pencahayaan seragam, bebas dari draft,
dan terkena sinar matahari langsung. Bila perkawinan dalam
kemajuan pekerja yang ditugasi harus melakukan inspeksi keliling.
Apabila ditemukan kupu decoupling, maka harus diatur di tempat lain
dan dilakukan perkawinan yang baru.
25
Juga, bertelur akan lebih cepat bila perkawinan berlangsung lebih
lama dan akan lebih lambat bila waktu perkawinan pendek.
Oviposisi dapat dipercepat jika suhu ruang oviposisi tinggi
dan akan diperlambat bila suhu rendah. Suhu juga mempengaruhi
kualitas telur ulat sutra.
Pada 24ºC, lebih sedikit telur infertil yang dihasilkan, dan
pada 26ºC dan 30ºC terjadi hal yang sebaliknya. Hal ini jelas terlihat
pada strain Jepang.
Berkenaan dengan kecepatan oviposisi, di luar yang
ditentukan adalah sedikit lebih cepat pada 26,5ºC dan 30ºC dan akan
melambat empat jam kemudian. Delapan jam kemudian, kecepatan
bertelur melebihi 95 persen. Biasanya kecepatan oviposisi mencapai
sekitar 95 persen delapan jam seteleh decoupling.
Sekitar dua jam setelah oviposisi, inti telur menyatu dengan
bahan yang ada dalam sel sperma untuk membentuk zygot, dan
fertilisasi terjadi. Selanjutnya, zygot mengalami divisi sel. Pada
tahapan inilah telur ulat sutra mempunyai resistensi terendah
terhadap lingkungan yang buruk. Jika suhu meningkat hingga 30ºC
atau lebih, nampaknya akan dihasilkan telur infertil atau telur mati.
Ruang bertelur harus dipertahankan kelembaban optimumnya
75 persen. Lebih jauh, chamber gelap adalah lebih baik untuk
oviposisi cepat, sedangkan chamber terang mempunyai efek
sebaliknya. Pintu dan jendela chambers harus dibayangi dengan
kelambu hitam. Cahaya merah lebih disukai untuk inspeksi keliling.
Inspeksi keliling sebaiknya dilakukan sekali tiap dua jam, khususnya
pada jam 16.00-17.00 saat mana oviposisi paling gencar.
Manajemen penyimpanan dan perkawinan ulang kupu
jantan : Pada pengamatan pola pemunculan, diketahui bahwa
pemunculan jantan dan betina tidak seimbang. Pada ras komersial
umum, pemunculan pada tahap awal menghasilkan lebih banyak
jantan dari pada betina dan sebaliknya pada pemunculan akhir
(terkecuali pada beberapa ras langka). Oleh karena itu jantan ekstra
pada tahap awal harus disimpan dalam jumlah memadai untuk
digunakan bila jantan yang ada tidak cukup untuk dipasangkan.
Juga, biasanya ada penyimpanan jantan setelah perkawinan
pertamanya dengan tujuan mengawinkannya kembali jika diperlukan.
26
investigasi kemampuan kawin, seekor kupu jantan mampu
mengawini delapan betina pada kondisi utilisasi dan preservasi
optimum. Tetapi dengan meningkatnya jumlah perkawinan, maka
jumlah telur tidak terfertilisasi juga meningkat. Hal ini terlihat nyata
bila kupu jantan telah kawin tiga atau empat kali. Oleh karena itu
perlu untuk menghindari lebih dari tiga perkawinan dalam produksi.
Penyimpanan dingin kupu betina : Pembekuan kupu betina
selama produksi harus dihindari sedapat mungkin. Berdasarkan
percobaan, fungsi oviposisi akan terhambat total pada 2,5ºC. Bahkan
bila suhu dinaikkan hingga sekitar 5ºC, masih terdapat bahaya
oviposisi selama pembekuan. Oleh karena itu, penyimpanan dingin
pada 5ºC adalah mendekati optimum. Tetapi hal ini terbatas hingga
tiga hari saja, dan telur tidak terfertilisasi dihasilkan setelah hari ke
empat. Pembekuan kupu betina seharusnya dilakukan segera
setelah pemunculan ketika badannya menjadi kering dan segar dan
sayap-sayapnya berkembang penuh, bila tidak maka oviposisi akan
terjadi selama pembekuan. Kemungkinan untuk menghasilkan telur
selama pembekuan berhubungan dengan perbedaan karakteristik
ras, ras ulat sutra China adalah yang paling besar peluangnya, ras
Jepang yang berikutnya dan ras Eropa yang paling kecil.
Pengoleksian kupu dan preservasi kupu indukan : Sebagian
besar telur ulat sutra dihasilkan pada malam yang sama sebelum
jam 22.00, tetapi proses tersebut akan berlanjut hingga tengah
malam, ketika oviposisi berhenti dan kupu harus dikumpulkan.
Namun demikian, karena telur diharapkan menetas pada waktu yang
berbeda, pengoleksian kupu dapat diproses atau ditunda oleh
karenanya. Jika telur ulat sutra digunakan untuk perlakuan
penetasan buatan, kupu indukan harus dikoleksi pada jam 21.00-
22.00 pada malam yang sama. Namun demikian, jika telur ulat sutra
dimaksudkan untuk telur hibernasi, tidak ada salahnya untuk
menunda pengoleksian kupu hingga pagi berikutnya. Namun
demikian, harus diingat bahwa makin akhir telur dihasilkan maka
makin banyak telur tidak terfertilisasi yang dihasilkan.
Selama pengoleksian kupu untuk produksi telur hibrid F 1, 10
persen kupu indukan dikeluarkan dan disimpan dalam kotak, yang
mengindikasikan ras, tanggal, batch dan nomor serial.
Setelah pengoleksian kupu selesai, kotak diikat menurut ras,
tanggal, nomor batch dan nomor serial dan disimpan di tempat
kering dan ventilasinya baik. Hati-hati untuk tidak menumpuk kotak,
untuk menghindari pelepasan panas dan rusak oleh jamur.
Pengeringan dilakukan setelah kupu mati secara alami untuk
memungkinkan spora pebrin berkembang biak maksimum; hal ini
membutuhkan inspeksi mikroskopis. Suhu untuk pengeringan kupu
indukan harus dipertahankan pada 60-65ºC untuk empat hingga lima
jam. Jika suhu meningkat hingga 90ºC, spora pebrin akan nampak
kehilangan bentuk dan mempengaruhi inspeksi mikroskopis. Kupu
perlu terjaga dengan baik dari serangan serangga, tikus atau jamur.
Pemanenan telur ulat sutra : Pemanenan telur ulat sutra
dilakukan setelah pengoleksian kupu. Kupu harus dikoleksi secara
27
sistematis berdasarkan konformasinya terhadap ras, nomor batch
dan nomor serial. Kartu telur diselipkan ke dalam frame berkawat
atau digantung pada kawat dengan tanpa tumpukan untuk
menghindari gangguan suara fisiologis telur. Untuk telur-telur yang
dimaksudkan untuk penetasan buatan, persiapan baik untuk
perlakuan asam atau untuk penyimpanan harus dipersiapkan
sebelumnya. Telur yang ditransportasikan harus diselipkan ke dalam
frame berkawat dan ditransportasikan pada waktu menjelang fajar
atau setelah matahari terbenam.
28
BAB VI.
PEMERIKSAAN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT PEBRINE
29
memeriksa ulat sutra pada instar yang berbeda. Ulat yang lambat
moulting dan ulat kurang pertumbuhannya harus ditaruh pada
kantong yang berbeda menurut batches telur yang berbeda, nomor
batch yang tercatat dan kemudian disimpan di regulator panas.
Setelah penyimpanan pada 29-30º C dan kelembaban 90-95 persen
selama dua hari, larva harus diperiksa di bawah mikroskop.
30
kotak kupu dapat diperiksa lebih dulu. Jika pebrin tidak ditemukan
maka sisanya dapat dibiarkan tanpa pemeriksaan. Jika spora pebrin
ditemukan maka sisanya harus dicek dengan teliti. Jika kecepatan
infeksi melebihi dari yang diijinkan maka keseluruhan lot telur ulat
sutra harus dibakar.
Proses pemeriksaan
Pengambilan kupu dari kotak : Hal ini dilakukan menurut
nomor serial kotak. Label yang ditandai dengan nomor lot kupu
dilepaskan dan ditaruh di ujung mortar; kotak kemudian dibuka
dengan menggunakan forcep kupu diletakkan dalam mortar.
Penggerusan kupu : Pada saat penggerusan kupu 1 ml larutan
KOH 2 persen dituangkan kepada setiap kupu. Satu lumpang dipakai
untuk satu kupu. Kupu digerus hingga halus dan menjadi pecahan.
Pencelupan cairan kupu ke dalam slide : Pada setiap
penyangga slide diberi label dan slide-slide tersebut disusun dalam
penyangga. Cairan kupu diteteskan pada slide menurut nomor yang
sesuai. Sementara menetaskan lumpang harus menyentuh cairan di
bawah. Ukuran optimum tetesan adalah diameter 0,6-0,7 cm.
Cairan tersebut mempunyai kepadatan sedang dan tidak
mengandung bahan asing lain. Setelah diteteskan maka kemudian
ditutup dengan cover slip dan disampaikan kepada pemeriksa
pertama.
Jika spora pebrin atau dugaan lain ditemukan pada
pemeriksaan pertama, maka kemudian disampaikan kepada
pemeriksa kedua. Jika spora pebrin ditemukan, maka slide harus
digabung dengan cairan bebas pebrin dan kemudian disampaikan
kepada pemeriksa kedua.
Pemeriksaan mikroskopis : Pada pemeriksaan pertama
digunakan mikroskop dengan pembesaran 600-800. Tiga-lima
pengamatan mikroskop dilakukan untuk setiap sampel dan hasil
31
pemeriksaan dicatat pada form pemeriksaan. Jika spora pebrin
terdeteksi, maka slide harus dicelupkan dalam larutan disinfektan.
Dalam pemeriksaan ulang, pemeriksa harus mengecek
semua sampel dan kemudian mencampurnya. Satu atau dua sampel
diteteskan pada slide dan lebih dari lima pengamatan mikroskop
harus dilakukan untuk setiap sampel. Jika spora pebrin terdeteksi,
maka pemeriksa pertama harus diinformasikan. Dia harus
menetaskan cairan setiap kupu ke slide dan diperiksa ulang setiap
slide secara individual. Jika spora tidak ditemukan, maka slide harus
dicuci.
Pencucian : Lumpang, mortar, slide dan cover slide harus
dicuci terpisah dalam air bersih. Peralatan yang terkontaminasi
dengan kupu berpenyakit harus dicelupkan dalam asam hidrokhlorida
kuat, didisinfeksi selama 15 menit dan kemudian dicuci dalam air
bersih.
Memperkuat laboratorium : Pada setiap akhir hari kerja,
kotak kupu yang tersisa dan kotak yang telah diperiksa harus dicek
dan form catatan harian dilengkapi. Semua kotak yang dikeluarkan
harus dibakar dan semua peralatan didisinfeksi dengan seksama dan
disusun berurutan.
Menghitung persentase penyakit pebrin : Setelah
pemeriksaan mikroskopis setiap lot telur ulat sutra, persentase kupu
berpenyakit dihitung sebagaimana berikut ini :
32
BAB VII
PENYIMPANAN TELUR ULAT SUTERA
33
germ. Namun demikian, lapisan sel pada sisi berlawanan dari
mikropyle berekspansi dan menjadi tipis secara bertahap, sehingga
membentuk membran tipis yang disebut serosa.
34
karena hal itu tidak hanya akan menghambat aktivitas fisiologis telur
tetapi juga mengakibatkan telur abnormal.
35
Namun demikian harus hati-hati untuk memberi ventilasi pada
ruangan untuk mencegah telur menjadi berjamur.
Penyimpanan di musim dingin (winter) : Subyek ini akan
berkaitan dengan penyimpanan dingin telur hibernasi.
Penyimpanan telur musim gugur hingga musim semi
berikutnya : Telur ulat sutra yang dihasilkan di musim gugur untuk
pemeliharaan di musim semi berikutnya disebut telur dihasilkan di
musim gugur dan ditetaskan pada musim semi berikutnya . Karena
penyimpanan berlangsung lebih singkat, maka zat nutrisi dalam telur
lebih sedikit terkonsumsi dan mudah untuk mempertahankan kualitas
telur. Untuk produksi telur hibernasi di daerah tropis dan sub-tropis
khususnya, yang terbaik adalah diproduksi di musim gugur (autumn).
Kecuali bila benar-benar diperlukan, disarankan untuk tidak
memproduksi telur pada musim semi untuk pemeliharaan di musim
semi berikutnya.
36
Oleh karena itu, sambil mempertimbangkan waktu
penyimpanan telur musim gugur untuk suhu tinggi, adalah perlu
mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk diapause telur dan
kapan telur akan digunakan pada tahun yang akan datang. Misalnya,
jika telur dipersiapkan di awal Oktober dan digunakan di awal Maret
tahun berikutnya, maka waktu untuk penyimpan suhu tinggi dapat
ditentukan sebagaimana berikut ini :
Waktu dari produksi telur hingga inkubasi adalah lima bulan
(Oktober hingga Maret). Waktu untuk penyimpanan suhu rendah
hingga memutus diapause adalah empat bulan. Oleh karena itu,
masih ada satu bulan dari ditelurkan untuk memindahkan telur ke
dalam penyimpanan dingin. Selama bulan tersebut, telur dapat
diperlakukan sebagaimana berikut :
Penyimpanan pada 25ºC selama 20 hari setelah ditelurkan.
Suhu diturunkan secara bertahap pada sepuluh hari
berikutnya.
Untuk lima hari pertama disimpan pada 20ºC dan 15ºC
untuk lima hari berikutnya.
Setelah penyimpanan dengan cara ini selama sebulan,
kemudian telur disimpan dalam penyimpanan dingin
untuk hibernasi.
37
bahkan menetas terlalu dini sedangkan pohon mulberi masih belum
produksi. Agar dapat mengatur tanggal yang akurat untuk inkubasi
dan koleksi larva yang baru menetas sebagaimana direncanakan,
telur harus ditransfer ke dalam cold storage pada musim dingin akhir
untuk penyimpanan. Telur dapat dikeluarkan dari cold storage untuk
inkubasi sesuai rencana. Di daerah sub-tropis dan khususnya daerah
tropis, adalah perlu untuk mentransfer telur ulat sutra ke dalam cold
storage lebih dini untuk menstimulasi hibernasi untuk tujuan
membangunkan embryo dari diapause.
Oleh karena itu dapat dilihat bahwa cold storage telur ulat
sutra pada tahap awal berfungsi memutus diapause, dan pada tahap
akhir, berperan menghambat perkembangan embryonik telur ulat
sutra. Tujuan cold storage telur ulat sutra adalah untuk menghindari
perkembangan embryo yang tidak seragam dan telur menetas terlalu
dini dan untuk mengontrol tanggal pencucian larva yang baru
menetas.
Embryo telur hibernasi dan suhu optimum cold storage :
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan dediapause embryo
untuk berkembang dari tahap A ke tahap C 2 bervariasi, tergantung
pada ras dan musim deposisi telur. Ras bivoltin Cina dan Jepang
secara komparatif berkembang lebih cepat; univoltin Cina dan
Jepang kedua dan univoltin Eropa adalah paling lambat.
Embryo dari tahap A ke tahap C 2 mempunyai resistensi kuat
terhadap suhu dingin. Ternyata, makin muda embryo maka makin
kuat ketahanannya terhadap suhu dingin. Suhu optimum untuk cold
storage embryo pada tahap yang berbeda setelah hibernasi adalah
sebagai berikut :
Embryo A 2,5ºC; embryo B1-C1 0ºC; embryo C2 0-2,5ºC.
Setelah tahap C2, resistensi terhadap suhu rendah menurun dengan
tajam. Hingga saat ini, suhu yang diadopsi untuk cold storage telur
hibernasi adalah : embryo 0-2,5ºC; embryo C 1-C2 2,5ºC.
Metode pembekuan telur ulat sutra : Terdapat dua metode
pembekuan telur ulat sutra hibernasi: cold-storage satu langkah dan
cold strorage dua langkah.
Cold-storage satu langkah (single step) : Ini adalah metode
yang umum digunakan, dapat bervariasi menurut kondisi klimat di
daerah yang berbeda-beda. Di daerah temperate suhu natural di
musim dingin adalah sesuai dengan kebutuhan fisiologis telur ulat
sutra untuk hibernasi. Oleh karena itu, telur ulat sutra dapat
disimpan dalam suhu ruang. Kemudian, dipertengahan atau akhir
Januari, dari periode C1 sebelum tahap embryo terpanjang (C2), telur
ulat sutra harus dipindahkan ke dan disimpan dalam cold storage
pada suhu 2,5ºC hingga pertengahan April. Tanggal untuk
melepaskan telur dari cold storage untuk inkubasi akan tergantung
pada kondisi pemotongan (leaf shooting) daun pohon mulberi.
Di daerah tropis dan sub-tropis, bukan hanya suhu di musim
dingin terlalu panas untuk memutus diapause, tetapi inkubasi
dimulai awal di musim semi. Oleh karena itu, cold storage harus
38
dimulai pada tanggal lebih awal. Telur harus disimpan pada 2,5ºC
selama 120 hari. Apabila penyimpanan berlangsung kurang dari 120
hari tetapi tidak lebih dari 100 hari, maka telur dapat dikeluarkan dari
cold storage dan diberi perlakuan asam, dan penetasan yang baik
masih dapat dicapai. Jika pembekuan melebihi 120 hari tetapi
kurang dari 150 hari, tidak ada efek nyata pada daya tetas telur ulat
sutra. Tetapi jika periode cold storage diperpanjang lagi maka daya
tetas secara berangsur akan menurun.
Cold storage dua-langkah : Kadang-kadang telur ulat sutra
harus mengalami periode cold storage yang agak lebih lama, yang
mana membutuhkan prosedur cold storage dua-langkah. Hal ini
berarti bahwa telur ulat sutra melalui cold storage dua kali dalam dua
tahap pertumbuhan embryonik yang berbeda, dan cold storage dapat
diperpanjang. Metode cold storage dua-langkah adalah sebagai
berikut :
Langkah pertama adalah pengiriman telur ke cold storage
pada tahap embryo A. Suhu cold storage di daerah temperate adalah
2,5ºC, di daerah tropis dan sub-tropis 5ºC. Batasan waktu untuk cold
storage adalah 90-100 hari.
Langkah kedua adalah pengeluaran telur ulat sutra dari cold
storage jika sudah mencapai batas waktu untuk tahap pertama dan
penyimpanan selanjutnya selama lima hari pada suhu 15ºC dan
kelembaban relatif 85 persen. Pertumbuhan ulat sutra harus
dipantau melalui diseksi (dissecting). Bila telur ulat sutra telah
mencapai tahap pertumbuhan embryonik C 1-C2, maka telur tersebut
harus dikembalikan ke cold storage; suhu yang dibutuhkan adalah
2,5ºC. Meskipun batasan untuk tahap kedua bisa mencapai 100 hari,
adalah lebih aman untuk tidak melebihi 80 hari.
39
mempunyai ketebalan sekitar 10 cm. Di antara bermacam-macam
material insulasi, maka papan cork adalah yang dianjurkan, dan
ketebalannya harus ditingkatkan jika sawdust atau kulit gabah
digunakan lebih dulu. Bagian luar material insulasi harus ditutup
dengan aspal dan kawat dan diplester/ ditutup dengan semen setebal
kurang lebih 2 cm. Strip karet di lubang /celah pintu untuk
mencegah udara dingin keluar.
Peralatan utama cold storage termasuk kompresor, motor,
mesin diesel, menara kondensasi, tabung larutan garam dan pompa,
silinder amonia cair dan peralatan kontrol otomatis.
Konstruksi instalasi cold storage mempunyai bagian-bagian
sebagai berikut : ruang cold storage telur, ruang vestibule, ruang
suhu-rendah, ruang penyusunan kartu dan ruang mesin.
40
BAB VIII
PENETASAN BUATAN TELUR ULAT SUTERA
41
8.2. Asam HCl Digunakan Pada Penetasan Buatan
Asam hidrokhlorida murni akan aman, tetapi cukup mahal.
Asam hidrokhlorida hasil industri digunakan dalam penetasan buatan,
tetapi harus diuji dulu sebelum digunakan. Larutan asam
hidrokhlorida murni jenuh mengandung 42,09 persen hidrogen
khlorida pada suhu 15ºC; gravitas spesifiknya adalah 1,212; tidak
berwarna dan transparan, mudah larut dalam air, menguap dengan
cepat menjadi kabut putih tebal jika kontak dengan udara;
merupakan stimulan yang kuat dan bersifat korosif. Asam
hidrokhlorida hasil industri mengandung hidrogen khlorida 30 persen;
gravitas spesifiknya 1,160 dan berwarna coklat muda atau kuning.
Asam hidrokhlorida mempunyai aktivitas disinfeksi yang kuat. Oleh
karena itu perlakuan asam mempunyai efek tambahan disinfeksi
permukaan telur. Dengan asam yang dipanaskan, spora muskardin
telur ulat sutra dapat mati dalam waktu tiga detik.
Gravitas spesifik asam hidrokhlorida adalah berasio langsung
dengan konsentrasinya. Makin besar gravitas spesifiknya, makin
tinggi konsentrasinya (Tabel 8-1). Gravitas spesifik asam
hidrokhlorida bervariasi dengan suhu larutan asam. Makin tinggi
suhu larutan asam, maka makin ringan gravitas spesifiknya. Di atas
15ºC, bila suhu meningkat atau menurun 1ºC, koefisien gravitas
spesifik asam khlorida bervariasi sebagai berikut :
42
Pengenceran asam hidrokhlorida : Terdapat dua metode
pengenceran larutan asam hidrokhlorida asli menjadi konsentrasi
obyektif untuk perlakuan asam telur ulat sutra.
43
Waktu terbaik adalah antara fusi lipatan amnion dan pembentukan
embryo independen. Umumnya hal ini terjadi 16-30 jam setelah telur
dikeluarkan. Namun demikian jika suhu penyimpanan setelah telur
dihasilkan adalah tinggi, maka perlakuan asam harus dilakukan
sedikit lebih awal, dan sedikit lebih lambat jika suhu penyimpanan
rendah.
Waktu dihitung dari tahap oviposisi paling banyak yaitu jika
induk kupu meletakkan 50-60 persen telurnya.
Jika suhu penyimpanan setelah telur dihasilkan adalah antara
27-30ºC, tidak ada efek yang membahayakan pertumbuhan telur.
Suhu penyimpanan di atas 30ºC adalah berbahaya untuk telur ulat
sutra.
Konsentrasi asam khlorida : Iritasi asam khlorida terhadap
telur ulat sutra disebabkan oleh aksi integrasi tiga faktor :
konsentrasi asam khlorida (HCl), suhu, dan durasi perlakuan, yang
mana konsentrasi HCl adalah yang paling penting. Penetasan buatan
akan kurang berhasil dengan konsentrasi asam rendah, tetapi
konsentrasi yang tinggi akan merusak telur. Konsentrasi HCl yang
sekarang diterapkan pada perlakuan asam adalah 15 persen dengan
spesifik gravitas 1,075.
Suhu larutan HCl : Pengalaman membuktikan bahwa kisaran
efektif suhu larutan HCl adalah 45-47ºC (113-116ºF). Yang optimum
adalah 46ºC (115ºF).
Durasi perlakuan : Dengan kondisi yang digambarkan seperti
di atas, maka diperlukan lima menit untuk perlakuan asam. Hal ini
sedikit bervariasi dengan ras yang berbeda. Untuk telur bivoltin
China, lima menit adalah memadai, sedangkan bivoltin Jepang perlu
lima setengah menit.
Perlakuan asam pada suhu normal atau ruang : Pada metode
ini asam tidak dipanaskan lebih dahulu.
Waktu optimum untuk perlakuan asam : Waktu optimum bagi
telur ulat sutra untuk mendapatkan perlakuan asam adalah 15-20
jam setelah telur diletakkan dan disimpan pada suhu 24ºC.
Konsentrasi asam hidrokhlorida : Untuk perlakuan asam pada
suhu normal, konsentrasi yang optimum adalah 21-22 persen
(gravitas spesifik 1,108-1,110) secara komparatif aman
Durasi perlakuan : Lama waktu yang diperlukan untuk
perlakuan asam sangat bervariasi dengan suhu ruang (larutan).
Variasi kecil juga terjadi pada kasus perlakuan dini atau lambat.
Tabel 8-3 mengindikasikan kisaran durasi perlakuan asam pada suhu
yang berbeda dengan konsentrasi asam 21 persen (gravitas spesifik
1,108).
44
8.4. Penetasan Buatan Dengan Perlakuan Asam Setelah Penyimpanan Dingin
Pada metode ini, telur hibernasi sebelumnya mengalami
penyimpanan dingin, kemudian diberi perlakuan asam. Prosedur
aktualnya adalah sebagai berikut.
Waktu tepat penyimpanan dingin : Telur ulat sutra disimpan
pada suhu optimum setelah diletakkan, 45-50 jam setelah telur mulai
berubah warna dari kuning muda menjadi merah kecoklatan. Ini
adalah waktu yang tepat untuk penyimpanan dingin. Dalam term
pertumbuhan embrionik, ini adalah tahapan ketika embryo menjadi
berbeda dengan pembesaran lobus protocephalik, peluasan lobus
caudal dan pembentukan mesoderm.
Suhu penyimpanan dingin dan batas waktu : Suhu optimum
untuk penyimpanan dingin adalah 5ºC. Durasi optimum untuk telur
bivoltin adalah 50-60 hari. Jika perlakuan asam diberikan lebih cepat
secara paksa, penetasan akan menjadi tidak seragam dan kecepatan
penetasan akan rendah.
Interval yang sesuai untuk perlakuan asam setelah
penyimpanan dingin : Bila akan menyimpan telur untuk perlakuan
asam setelah penyimpanan dingin, maka suhu dalam penyimpanan
dingin harus konstan. Pada saat memasuki atau meninggalkan
penyimpanan dingin, telur harus melampau vestibule ( kira-kira 16ºC)
selama dua jam. Perlakuan asam tidak boleh segera dimulai setelah
penyimpanan dingin, tetapi hanya setelah telur-telur tersebut
disimpan pada suhu ruang selama satu setengah hingga dua jam.
Standar untuk perlakuan asam setelah penyimpanan dingin :
Biasanya, derajat stimulasi asam bagi telur untuk perlakuan asam
setelah penyimpanan dingin adalah lebih kuat dari pada telur yang
mendapatkan perlakuan asam umum.
Standar yang diadopsi dalam produksi adalah :
Konsentrasi HCl : 19 persen (gravitas spesifik 1,092)
Suhu larutan HCl : 47,8ºC (118ºF)
Durasi perlakuan HCl : ras China , 5-5,5 menit
ras Jepang, 6 menit
Suspensi penyimpanan dingin sebelum perlakuan asam :
Kadang-kadang perubahan rencana diperlukan bahwa telur yang
dimaksudkan untuk perlakuan asam dikeluarkan dari penyimpanan
dingin dan menjadi suatu suspensi (berubah menjadi telur hibernasi).
Ras ulat sutra mempunyai karakter hibernasi stabil dan derajat
diapause yang dalam, mempunyai periode aman yang lebih panjang
untuk suspensi penyimpanan dingin. Tidak ada hal penting yang
terjadi jika suspensi berlangsung dalam periode 20 hari setelah telur
disimpan. Tetapi ras-ras dengan karakter hibernasi agak tidak stabil,
dan derajat diapause rendah, batasnya adalah 12 hari dalam
penyimpanan. Kesimpulannya, makin awal suspensi berlangsun
maka akan makin baik. Apabila hal itu terjadi setelah periode aman
maka fenomena penetasan kontinyu akan muncul.
45
8.5. Manipulasi Perlakuan Asam
Pencegahan telur ulat sutra dari jatuh : Adalah mudah bagi
telur ulat sutra yang diproduksi dengan metode kartu datar dan
metode Pasteur berjatuhan selama perlakuan asam. Karena
formaldehida mempunyai sifat koagulasi bahan gummy pada
permukaan telur ulat sutra, maka larutan formalin direkomendasikan
untuk mencegah jatuhnya telur selama perlakuan asam. Terdapat
dua metode :
(1) Penambahan formalin ke larutan asam hidrokhlorida :
Sejumlah formalin yang ekuivalen dengan 2 persen bulk obyektif
yang diencerkan larutan asam hidrokhlorida ditambahkan kedalam
larutan HCl. Larutan asam dipanaskan dan perlakuan asam
dilanjutkan. Karena formalin mudah menguap, maka formalin
sebaiknya ditambahkan selama proses aplikasi.
Penyemprotan formalin pada telur ulat sutra : Larutan
pengenceran formalin 1,5-2 persen disemprotkan pada permukaan
telur secara merata, dan dibiarkan mengering sebelum perlakuan
asam. Metode ini lebih efektif pada pencegahan telur dari jatuh
selama perlakuan asam pada suhu normal.
Perlakuan asam : Adalah penting untuk mengamati secara
ketat semua kriteri yang tertera pada perlakuan asam. Selama
perlakuan asam, telur ulat sutra diharapkan menerima perlakuan
panas yang seragam untuk mencapai produksi yang stabil. Telur
harus diperlakukan asam sesuai dengan urutan setelah dikeluarkan
dari penyimpanan dingin.
Sebelum meletakkan telur ulat sutra ke dalam larutan asam,
suhu larutan asam harus diatur 0,3-0,5ºC lebih tinggi dari pada suhu
kriteria. Setelah mencelupkan penyangga kartu telur ke dalam asam,
maka harus sedikit dinaik-turunkan untuk menghilangkan gelembung
udara. Penyangga kartu telur harus dipindahkan dalam
wadah/kontainer asam sehingga telur dipanaskan secara seragam.
Uji tiga suhu untuk larutan asam harus dibuat selama
perlakuan asam dan hasilnya dicatat. Uji yang pertama dibuat satu
menit setelah pencelupan, dan kemudian setiap dua menit setelah
itu. Jika suhu asam lebih rendah dari pada suhu kriteria, maka
memperpanjang waktu perlakuan adalah lebih baik untuk
meningkatkan suhu asam. Misalnya, untuk setiap 0,5ºC per menit
suhu larutan asam naik atau turun. Berkenaan dengan suhu
obyektif, perlakuan diperpendek atau diperpanjang masing-masing
dengan lima detik.
Lima detik sebelum mencapai suhu kriteria perlakuan asam,
penyangga kartu telur dipindahkan dari kontainer asam dan
kemudian dilakukan deasidisasi. Konsumsi larutan asam
hidrokhlorida diencerkan adalah 25 cc untuk setiap kartu telur dan
untuk formalin adalah 1 kg untuk setiap 1000 kartu telur. Asam
hidrokhlorida dapat digunakan berulang kali dan untuk menjamin
efek stimulasi asam hidrokhlorida, maka konsentrasi harus
disesuaikan.
46
Deasidisasi dan pengeringan : Deasidisasi berarti flushing
secara hati-hati telur-telur setelah perlakuan asam, dalam basin atau
air yang mengalir atau sungai yang mengalir, selama kurang dari
satu jam, hingga asam benar-benar telah tercuci. Kebutuhan untuk
deasidisasi adalah kecepatan dan kebersihan. Juga, adalah penting
bahwa telur harus dicegah agar tidak jatuh. Meskipun tidak ada efek
merusah terhadap fisiologi telur ulat sutra yang dideteksi, waktu
terpendek untuk pencucian adalah direkomendasikan. Kertas litmus
biru digunakan untuk menentukan apakah telur telah deasidisasi
lengkap atau tidak.
Setelah dideasidisasi secara seksama, telur kemudian di
dewater dalam mesin sentrifugal dewatering pada kecepatan 250
rpm selama dua menit. Kemudian, kartu telur harus digantung dalam
ruangan berventilasi baik. Kartu telur harus kering udara dalam 10
jam.
47
Dari formula ini, kita akan sampai pada kalkulasi berikut :
______________________________________________________________
Rataan suhu preservasi setelah oviposisi Suhu air
______________________________________________________________
75ºF 127,5ºF (53,1ºC)
80ºF 130,1ºF (54,5ºC)
85ºF 132,5ºF (55,8ºC)
______________________________________________________________
Durasi pencelupan : Durasi standar untuk pencelupan air
adalah lima detik. Namun demikian, bila suhu air turun, pencelupan
dapat diperpanjang. Aturannya adalah : untuk setiap reduksi 1ºF
suhu air, pencelupan diperpanjang satu detik, pada kondisi reduksi
suhu air tidak melebihi suhu obyektif dengan 2ºF. Karena pencelupan
sangat singkat (lima detik), maka pekerjaan harus dilakukan dengan
sangat teliti.
48