2 Kelahiran
3.2.1 Pengertian
Kelahiran adalah proses fisiologik dimana uterus yang bunting mengeluarkan
anak dan plasenta, melalui saluran kelahiran. Proses kelahiran ditunjang oleh
perejanan kuat dari urat daging uterus, perut dan diafragma. Sebelum kelahiran itu
terjadi telah dikenal beberapa tanda-tanda akan datangnya kelahiran (Partodihardjo,
1982).
1. Induk menjadi sangat gelisah dan bingung mencari tempat yang dianggapnya
nyaman dan aman untuk melahirkan
2. Kelenjar susu akan membesar dan vulva membengkak
(Riyanto, 2006).
Periode Kebuntingan
Agar proses kelahiran sapi berjalan lancar serta anak dan induknya yang dilahirkan
selamat dan sehat, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan menjelang kelahiran.
Penjabarannya adalah sebagai berikut (Hariyanto, 2011):
1. Induk yang akan melahirkan sebaiknya berada dalam kandang yang higienis
dan bersih serta kondisi lingkungan nyaman dan tenang sehingga kelahiran
dapat berjalan lancar. Kadang yang bersih dan higienis dapat menghindarkan
induk dan anakan yang dilahirkan terkena infeksi.
2. Hindari suara atau aktivitas yang dapat mengejutkan indukan.
3. Ukuran kandang sebaiknya mencukupi agar induk dapat bergerak dengan
bebas saat melahirkan
4. Pertolongan Kelahiran
apabila terjadi kesulitan melahirkan untuk menyelamatkan induk biasanya dilakukan
fetotomi. Fetotomi (sering diistilahkan “embriotomi”) adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan metode pemotongan fetus, yang tidak bisa dikeluarkan.
Fetotomi dilakukan pada fetus yang diketahui sudah mati. Selain fetotomi, dapat juga
dilakukan beberapa cara untuk menyelamatkan fetus yang masih hidup.(Riyanto,
2006) diantaranya adalah:
Festus
Adalah dimulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas,
sampai lahir. Peniode ini dimulai kira-kira hari ke 34 kebuntingan pada domba dan
anjing, 45 pada sapi dan 55 pada kuda. Selama periode ini terjadi perubahan dan defferensiasi organ,
jaringan dan sistem tubuh. Sedangkan panjang badan fetus sesuai dengan tahapan
kebuntingan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Pada fetus jantan, testis akan
mengalami descensus testiculorum melewati canalis inguinalis ke dalam scrotum.
Descensus testiculorum ini akan selesai menjelang pertengahan kebuntingan pada sapi, sedang
pada kuda menjelang akhir kebuntingan.
Fase ekspulsi fetus adalah fase pengeluaran fetus. pada fase ini terjadi
perejanan, yang merupakan kolaborasi antara kontraksi myometrium uterus, otot
diafragma, dan otot perut. Amnion yang terbentang bersama kepala dan bagian kaki
depan didorong masuk ke pintu dalam pelvis. Jika saat perjalanan fetus keluar
melalui serviks ke vagina terjadi pecahnya kantung amnion, cairan amnion akan
keluar dan terjadi kontraksi refleks dari otot yang mendorong fetus keluar saluran
kelahiran. Pada ruminansia, fetus dikeluarkan dengan masih bertaut pada memberan
foetalis. Carunculae foetal terakhir tidak dibebaskan dari carunculae maternal sampai
anak dapat bernafas sendiri dan terus menyuplai oksigen (Tolihere, 1977).
Plasenta
Setelah partus atau kelahiran, uterus masih berkontraksi. Kontraksi peristaltik apex
uteri menyebabkan inversi chorioallantois dan memperlancar pengeluaran plasenta.
Jika plasenta tertinggal akan berbahaya yaitu pendarahan pada induk dan infeksi
uterus. Plasenta yang ertinggal di rahim (Retensio Placenta) adalah suatu kondisi
kegagalan pelepasan plasenta fetalis (vili kotiledon) dan plasenta induk (kripta
karunkula). Keadaan ini harus diatasi dengan cara pelepasan carunculae dan kotiledon
secara manual atau menggunakan hormon berupa prostaglandin (Mulyono, 2011).
DAPUS
Riyanto, J. 2006. Diktat Reproduksi Ternak. Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Jackson, P, G. 2007. Handbook Obstetrik Veteriner. Diterjemahkan oleh Aris Junaidi. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Partodiharjo, Soebadi. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Madjid O.A, Soekir S, Wiknjosastro G.H. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik. Jakarta.
Ikapi. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Ternak Beternak Sapi Ternak. Kanisus.
Yogyakarta.
Hariyanto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Tolihere, Mozes R. 1977. Fisiologi Reproduksi Hewan Ternak. penerbit Angkasa. Bandung.
Mulyono, S. 2011. Teknik Pembibitan Domba dan Kambing. Penebar Swadaya. Depok