Anda di halaman 1dari 15

PERBANDINGAN UMUR PARENT STOCK STRAIN ISA BROWN TERHADAP

JUMLAH FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR DI PT. SAPTA KARYA


MEGAH

LAPORAN MAGANG INDUSTRI

KELAS PROFESIONAL UNGGAS

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

Alif Rifqih Fadillah

202010350311060

FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2023
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Ayam Parent Stock adalah jenis ayam yang dipelihara untuk menghasilkan final
stock. Ayam Parent Stock yang diternakkan oleh perusahaan peternakan harus berasal
dari induk ayam pembibit yang telah diakui kemurniannya atau keunggulannya. Salah
satu jenis ayam parent stock yang dipelihara di perusahaan pembibitan adalah parent
stock layer. Ayam parent stock layer adalah ayam yang dipelihara khusus untuk
menghasilkan final stock ayam layer atau petelur. Jenis strain ayam layer terdiri dari
berbagai jenis yaitu Strain ISA Brown,Hyline,Lohman,Hysex dan Novogen. Jenis
Strain yang dipelihara di perusahaan PT.Sapta Karya Megah adalah Strain ISA
Brown.
Parent stock layer Strain ISA Brown merupakan salah satu strain ayam petelur
yang banyak dipelihara di Indonesia. Banyaknya peternak yang memilih strain Isa
brown dikarenakan kemampuannya dalam menghasilkan telur dengan jumlah yang
tinggi dan kualitas yang baik. Parent stock layer strain isa brown menghasilkan telur
telur yang akan di tetaskan menjadi final stock layer atau ayam petelur komersil.
Telur yang dihasilkan oleh indukan layer dihasilkan dari proses pembuahan oleh
jantan dan menghasilkan telur tetas dan biasa disebut dengan Hatching Eggs (HE)
Hatching eggs yang baik adalah hatching egg yang didapatkan dari indukan yang
berkualitas serta lingkungan kandang yang memenuhi standar. Salah satu
keberhasilan usaha penetasan dipengaruhi oleh kualitas telur tetas. Telur tetas yang
berkualitas diperoleh dari program pemeliharaan ayam pembibit yang baik (Astomo
et al., 2016). Pemeliharaan Parents Stock Layer harus memerhatikan semua aspek
mulai dari manajemen pemeliharaan,manajemen pakan,serta manajemen kesehatan.
Hatching eggs yang baik dapat dilihat dari berat telur,warna telur serta kondisi telur.
Hatching egg adalah telur fertile yang siap untuk di tetaskan. Salah satu aktor yang
menyebakan keberhasilan dalam penetasan adalah fertilitas yang tinggi.
Fertilitas dapat diartikan sebagai persentase telur telur yang embrionya
berkembang atau bertunas dari jumlah telur yang akan ditetaskan. Proses pengamatan
telur fertile di PT. Sapta Karya Megah dilaksanakan pada saat telur usia 19 hari.
Candling telur dilakukan dengan mesin ERT (Egg Remove Transfer) yang
menggunakan tekologi infrared yang dapat mendeteksi telur fertile dan infertile
dengan sangat cepat. Setelah pelaksanaan candling selesai maka telur dikirim ke
ruang hatcher untuk ditetaskan selama 2 hari. Pull Chick adalah proses akhir dari
serangkaian proses penetasan telur telur ayam. Pada proses Pull Chik akan diketahui
berapa jumlah telur yang menetas dari telur telur yang fertile. Persentase jumlah telur
yang menetas dari jumlah telur yang fertile disebut Daya tetas telur. Daya tetas telur
erat kaitannya dengan fertilitas. Proses penetasan telur dipengaruhi oleh kualitas telur
tetas. Telur dengan kualitas baik akan menghasilkan produk penetasan yang baik
pula. Kualitas telur dibedakan menjadi dua, yaitu eksternal dan internal. Kualitas
eksternal diketahui berdasarkan bobot, bentuk telur, dan kondisi kerabang telur.
Kualitas secara internal diketahui berdasarkan warna kuning telur, haugh unit, indeks
kuning telur, dan indeks putih telur. Fertilitas dan daya tetas telur merupakan suatu
indikator dari keberhasilan dalam penetasan telur..Salah satu faktor yang
mempengaruhi fertilitas dan hatchability telur adalah umur indukan (Kunaifi et al.,
2019)
Industri peternakan khususnya industri breeding dan hatchery pada umumnya
menghasilkan telur dari indukan yang berbeda umur. Menurut Hermayanda et al..
(2016), DOC yang berkualitas juga tidak lepas dari kualitas telur tetas. Kualitas telur
dinilai dari penampilan eksterior dan interior telur. Kualitas eksterior telur meliputi
berat telur, specific gravity, berat kerabang, ukuran panjang, dan lebar telur,
sedangkan kualitas interior telur fokus pada warna yolk, indeks yolk, indeks albumen,
dan nilai haugh unit telur. Umur induk yang meghasilkan hatching egg (HE) pada
hatchery PT. Sapta Karya megah beragam mulai dari umur yang muda 43 minggu
hingga tua 90 minggu.. Umur indukan akan mempengaruhi kualitas internal. Kualitas
internal telur akan menurun seiring bertambahnya umur indukan. Umur indukan yang
tua akan menghasilkan kerabang telur yang tipis sehingga mempercepat penurunuan
kualitas telur (Baharuddin et al., 2019). Perbedaan induk ayam diduga akan
menghasilkan telur dengan kualitas yang berbeda sehingga akan menghasilkan
perbedaan pada persentase fertilitas dan hatchability. Oleh sebab itu perlu ada
penelitian tentang “Perbandingan Umur Parent Stock Strain Isa Brown Terhadap
Jumlah Fertilitas Dan Daya Tetas Telur Di PT. Sapta Karya Megah “.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


1. Apakah ada perbedaan antara parent stock layer usia muda dengan usia tua
terhadap jumlah fertilitas telur ?
2. Apakah ada perbedaan antara parent stock layer usia muda dengan usia tua
terhadap Daya Tetas Telur ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui perbedaan antara parent stock layer usia muda dengan usia tua
terhadap jumlah fertilitas Telur
2. Mengetahui perbedaan antara parent stock layer usia muda dengan usia tua
terhadap Daya Tetas Telur

1.4 Manfaat Penelitian


1. Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk kalangan peneliti,mahasiswa dan
akademisi sebagai referensi dalam bidang breeding dan hatchery
2. Secara praktis penelitian ini berguna bagi perusahaan penetasan untuk
memperhatikan umur indukan khususnya parent stock layer.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Parent Stock Layer


Ayam pembibit adalah ayam yang dipelihara untuk menghasilkan keturunan
yang memiliki kualitas genetik sama bahkan lebih baik dari induknya.
Manajemen pemeliharaan ayam pembibit (breeding) memiliki 3 periode
pemeliharaan mulai dari periode starter, grower, dan layer. Setiap periode
pemeliharaan memiliki penanganan yang berbeda. Manajemen pemeliharaan
ayam pembibit periode layer merupakan salah satu kunci yang menentukan agar
menghasilkan telur tetas dengan kualitas yang baik, fertilitas yang tinggi, dan juga
daya tetas yang tinggi. Manajemen pemeliharaan ayam pembibit periode layer
meliputi perkandangan, pencampuran jantan dan betina (sex ratio), manajemen
pemberian pakan dan minum, penimbangan bobot ayam, program pencahayaan,
manajemen kesehatan, dan penanganan telur tetas di dalam kandang
(Atmaji,2021)
Ayam pembibit (parent stock) merupakan salah satu mata rantaipola
pemuliabiakan unggas yang menghasilkan ternak komersil (final stock). Hasil
utama dari ayam pembibit adalah telur tetas (hatching egg) (Hamid dkk., 2021).
Kualitas telur tetas akan menentukan kualitas bibit yang dihasilkan pada generasi
selanjutnya baik dari sisi pertumbuhan maupun produksi telurnya (Paputungan et
al., 2017). Salah satu jenis strain ayam pembibit layer di indonesia yaitu strain isa
brown.
Meningkatnya kemajuan peternakan unggas di Indonesia merupakan peluang
yang cukup baik bagi perusahaan pembibitan, karena tanpa adanya produksi DOC
(Day Old Chick/ayam umur satu hari) dari suatu perusahaan pembibitan, peternak
akan sulit menjalankan usahanya. Tingkat produksi sebuah perusahaan peternakan
sangat berhubungan dengan kualitas dan kuantitas dari bibit ayam yang
digunakan. Bibit yang baik dapat diperoleh dari perusahaan pembibitan (breeder
farm) yang memiliki prinsip manajemen pembibitan yang benar. Peternakan
pembibitan selalu berusaha untuk menghasilkan telur dengan fertilitas dan daya
tetas yang tinggi sehingga menghasilkan bibit ayam yang sehat, cepat tumbuh dan
memiliki produktivitas yang unggul (Sari & Herdiyana, 2017). Telur yang
ditetaskan pada industri penetasan umumnya berasal dari induk ayam dengan
umur yang beraneka ragam sehingga terdapat perbedaan kualitas telur dari segi
karakteristik warna, bentuk kerabang, maupun bobot telur (Khusnawati et
al.,2022).

2.2. Fertilitas
Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan dan kesuburan.
Pengetesan fertilitas telur adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Hal ini terutama
diperlukan untuk menentukan jumlah telur yang fertil untuk terus ditetaskan
sedangkan yang tidak fertil disingkirkan karena tidak berguna dalam proses
penetasan bahkan hanya membuang-buang tenaga dan tempat saja. Padahal
tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur-telur fertil yang lain atau
yang baru akan ditetaskan. Tes fertilitas semacam ini tidak akan mempengaruhi
perkembangan embrio telur, malah sebaliknya kita akan tahu seberapa normal
perkembangan embrio didalam telur tersebut telah berkembang atau
bertunas. Tetapi tetap sebagai hal yang terpenting dalam proses ini adalah
mengetahui seberapa banyak telur yang fertil dan dapat menentukan langkah-
langkah yang diperlukan untuk telur yang tidak fertile. Alat untuk melihat
fertilitas telur ini disebut candling (Mariani et al., 2021).
faktor yang mempengaruhi fertilitas antara lain adalah nutrien, motilitas
sperma, dan persentase sel sperma yang abnormal atau mati (King’ori., 2011).
.Fertilitas telur diperoleh setelah terjadi proses pembuahan yaitu penggabungan
antara sel sperma jantan dan sel telur betina. Fertilitas pada telur baru dapat
diketahui pada hari ke-4 atau hari ke-5 setelah dimulai pengeraman dan
merupakan waktu yang ideal untuk melakukan peneropongan (candling) pada
telur. Pada dasarnya ciri dari telur untuk semua unggas yang memiliki embrio
atau tidak itu sama yaitu adanya titik hitam gelap didalam isi telur dan rongga
udara telu terlihat dengan jelas. Jika embrio telah tumbuh maka akan mulai
terlihat serabutserabut merah yang merupakan pembuluh darah disekitar titik
tersebut dan akan semakin banyak seiring berjalannya waktu (Mariani et al.,
2021).

2.3. Daya tetas


Daya tetas merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui
keberhasilan suatu usaha penetasan. Daya tetas adalah persentase jumlah telur
yang menetas dari sejumlah telur yang fertil yang ditetaskan (Mariani et al.,
2021). Tingkat keberhasilan usaha penetasan dilihat dari fertilitas dan daya tetas,
karena semakin tinggi fertilitas memungkinkan daya tetas yang dihasilkan tinggi
(Anggraini et al., 2014). Menurut Hasnelly et al., (2013), daya tetas selalu
berhubungan dengan fertilitas. Semakin tinggi fertilitas maka daya tetas akan
relatif menjadi tinggi begitu pula sebaliknya.
Daya tetas telur dipengaruhi oleh penyimpanan telur, faktor genetik, suhu dan
kelembaban, umur induk, kebersihan telur, ukuran telur, nutrisi dan fertilitas telur
(Sutiyono., 2006). King’ori (2011) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang
mempengaruhi gagalnya telur fertil untuk menetas, faktor tersebut diantaranya
adalah nutrien di dalam telur dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk
perkembangan embrio. Banyak faktor yang mempengaruhi daya tetas telur,cara
atau metode penyimpanan, pengaturan suhu dan kelembaban inkubator,
kebersihan telur, pengumpulan dan penyimpanan telur (Nazirah et al., 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas yaitu teknis pada waktu memilih
telur tetas atau seleksi telur tetas (bentuk telur, bobot telur, keadaan kerabang,
ruang udara didalam telur, dan lama penyimpanan) dan teknis operasional dari
petugas yang menjalankan mesin tetas (suhu, kelembapan, sirkulasi udaran dan
pemutaran telur) (Syamsudin et al., 2016). Kelembapan yang terlalu tinggi dan
terlalu rendah akan memengaruhi daya tetas sementara kelembaban yang terlalu
rendah menyebabkan cenderung terlambatnya saat penetasan karena penguapan
telur berlangsung lebih cepat sehingga mengurangi suhu telur. Kelembapan mesin
tetas yang terlalu tinggi mengakibatkan terhambatnya penguapan air di dalam
telur (Paimin, 2003).
2.4. Hipotesis
1. Ada perbedaan antara parent stock layer usia muda dengan usia tua terhadap
jumlah fertilitas
2. Ada perbedaan antara parent stock layer usia muda dengan medium terhadap
hatchability
III. METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2023 bertempat di
PT.Sapta Karya Megah yang beroprasi berlokasi di Desa Pucangro, Kecamatan
Ngoro, Kabupaten Jombang.

2.2. Materi dan Alat


Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Telur HE (Hatching Eggs)
dengan umur indukan Tua dan Muda. Sedangkan alat yang digunakan adalah
mesin setter,mesin hatcher dan excel 2019.
2.3. Batasan Variabel dan Cara Pengamatan
2.3.1. Batasan variable
Variable yang diamati pada penelitian ini adalah meliputi :
1. Fertilitas
Fertilitas merupakan persentase dari telur-telur yang
memperlihatkan adanya perkembangan atau pertumbuhan embrio
dari sejumlah telur yang akan ditetaskan tanpa memperhatikan telur
tersebut menetas atau tidak (Sinabutar et al., 2009).
2. Daya Tetas
Daya tetas diartikan sebagai persentase telur yang menetas dari telur
yang fertil (Suprijatna et al., 2008)
2.3.2. Cara pengamatan
Cara pengamatan yang dilakukan pada penilitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Fertilitas
Cara melihat fertilitas yaitu pada saat candling telur di usia 19 hari
Cara menghitung fertilitas ;
jumlah telur yang fertil
× 100 %
jumlah telur yang menetas
2. Hatchability
Cara melihat hatchability yaitu pada saat pullchick
Cara menghitung daya tetas:
jumlahtelur menetas
× 100 %
jumlahtelur fertile

2.4. Metode
Uji-T atau T-Test adalah salah metode pengujian dari uji statistik parametrik..
Menurut Ghozali dan Imam (2012), uji statistik t adalah suatu uji yang
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variable independent secara individual
dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian statistik t atau t-test ini
dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α=5%).
Penerimaan atau penolakan uji hipotesis ini dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Jika nilai siginifikan > 0,05, maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis
alternatif (H1) ditolak. Hal ini berarti, secara parsial variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable
dependen.
2. Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis
alternatif (H1) diterima. Hal ini berarti secara parsial variavel independen
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen.
Rumus uji-t adalah sebagai berikut :
x 1−x 2
t=


2 2
( n1 −1 ) s 1+ ( n2−1 ) s2 1 1
n1 +n2−2 (n n )
+
1 2

Keterangan:
𝑥̅̅1̅ = 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1
𝑥̅̅2̅ = 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2
𝑛1 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1
𝑛2 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2
𝑠1 = 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1
𝑠2 = 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2

2.5. Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan analisis uji t. Uji-t
adalah jenis pengujian statistika untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari
nilai yang diperkirakan dengan nilai hasil perhitungan statistika. Nilai perkiraan
ini bermacam-macam asalnya, ada yang kita tentukan sendiri, berdasarkan isu,
nilai persyaratan, dll. atau kepalsuan hipotesis nol
2.6. Pelaksanaan
2.6.1. Sebelum penelitian
1. Menyiapkan judul
2. Menentukan tempat yang diamati
2.6.2. Penelitian
1. Menyiapkan alat dan materi yang digunakan
2. Melaksanakan penelitian
3. Mencatat hasil yang diteliti
2.6.3. Pasca penelitian
1. Mengumpulkan data
2. Membuuat laporan akhir
3. Konsultasi dan revisi
4. Presentasi laporan akhir
DAFTAR PUSTAKA

Anggrain, N., Kurtini, T., & Septinova, D. (2014). The Camparison of Production
Phase of Turkey Eggs on Fertility, Weight Loss, Hatchability, and hatching
weight Egg production phase consists of two phases which first production
phases and second production phase. The first of production phase. Jurnal FP
Unila, 5–10.
Baharudin, M., Kurnianto, E., & Kismiati, S. (2019). Pengaruh Umur Induk dan
Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Internal Telur Ayam Kedu Jengger
Hitam. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science),
21(3), 192. https://doi.org/10.25077/jpi.21.3.192-197.2019
Dan, T., Ternak, M., & Vokasi, S. (2021). Pedaging Periode Layer di CV. Tanjung. --
> penerbitnya mana dan berapa halaman?
Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta: Universitas Diponegoro. -----> ini Yogyakarta atau Semarang ?
UNDIP itu di Semarang ?
Hamid, A. A., Hilmia, N., & Garnida, D. (2022). Evaluasi Kualitas Eksterior Telur
Tetas pada Parent Stock Ayam Broiler Strain Cobb dan Ross di PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit Purwakarta. Jurnal Produksi Ternak Terapan (JPTT),
2(1), 8. https://doi.org/10.24198/jptt.v2i1.35016
Harmayanda, P. O. A., Rosyidi, D., & Sjofjan, O. (2016). Evaluasi kualitas telur dari
hasil pemberian beberapa jenis pakan komersial ayam petelur. Indonesian
Journal of …, 7(1), 25–32. --------> namanya jurnal koq gak lengkap? Dicari di
website nya
https://jpal.ub.ac.id/index.php/jpal/article/view/213%0Ahttps://jpal.ub.ac.id/
index.php/jpal/article/download/213/209
Hasnelly, Z., Rinaldi, & Suwardhi. 2013. Penangkaran dan Pembibitan Ayam
Merawang di Bangka Belitung. ----------> Penerbitnya mana dan berapa
halaman?
Khusnawati, F., Pramono, P. B., Sihite, M., & Kusumaningrum, R. (2022). Pengaruh
Umur Induk Ayam Arab Persilangan Ayam Lingnan Terhadap Persentase Susut
Bobot Telur, Fertilitas, Daya Tetas, dan Bobot Tetas DOC. Jurnal Ilmu Ternak
Universitas Padjadjaran, 22(2), 102. https://doi.org/10.24198/jit.v22i2.41705
King’ori, A.M. 2011. Review of the factors that influence egg fertility and
hatchability in Poultry. Int. J. Poult. Sci. 10: 483-492.
Kunaifi, M. A., Wirapartha, & Wijayana, I. K. A. (2019). Pengaruh Penyimpanan
Selama 14 Hari Pada Suhu Kamar Terhadap Kualitas Eksternal Dan Internal
Telur Itik Di Daerah Jimbaran. Journal of Tropical Animal Science, 7(1), 77–88.
Mariani, Y., & Hamzani, M. A. (2021). Pengaruh Suhu Penetasan Terhadap
Fertilitas, Mortalitas Dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung (Gallus domesticus)
PADA INKUBATOR. AGRIPTEK (Jurnal Agribisnis Dan Peternakan), 1(1),
23–28. https://doi.org/10.51673/agriptek.v1i1.611
Nazirah. 2014. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Puyuh (Coturnix coturnix
japonica) terhadap Daya Tetas dan Berat Telur. Skripsi. Fakultas Kegiatan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Syiah Kuala Darussalam.Banda Aceh. ----> Ini
apa? Skripsi, thesis atau disertasi ? atau buku ?
Paimin, F. B. 2003. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Cetakan Keenambelas. PT
Penebar Swadaya. Jakarta.---> jumlah halaman bukunya berapa?
Paputungan, S., Lambey, L. J., Tangkau, L. S., & Laihad, J. (2016). Pengaruh Bobot
Telur Tetas Itik Terhadap Perkembangan Embrio, Fertilitas Dan Bobot Tetas.
Zootec, 37(1), 96. https://doi.org/10.35792/zot.37.1.2017.14337
Sari, M. L., & Herdiyana, M. (2017). Manajemen Perkandangan Ayam Petelur Afkir
di Breeding Farm PT. Vista Agung Kencana Farm 2 Desa Talang Taling
Kecamatan Gelumbang Muara Enim (Housing Management of Aged Lying
Hens at Breeding Farm PT. Vista Agung Kencana Farm 2 Talang Taling
Village, Gelumb. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 6(2), 100–106.
Sinabutar, M. 2009. Pengaruh frekuensi inseminasi buatan terhadap daya tetas telur
itik lokal yang di inseminasi buatan dengan semen entok. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.-----> ini apa? skripsi, thesis atau
disertasi atau buku ?
Suprijatna, E.,U. Atmomarsono, & R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Cetakan ke-2. Penebar Swadaya, Jakarta. ----> jumlah halamannya
berapa?
Sutiyono, S. Riyadi, S. Kismiati. 2006. Fertilitas dan Daya Tetas Telur dari Ayam
Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam yang Diencerkan
dengan Bahan Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
Semarang
Syamsudin, G. H., Tanwiriah, W., & Sujana, E. (2016). Fertilitas, Daya Tetas, Dan
Bobot Tetas Ayam Sentul Warso Unggul Gemilang Farm Bogor. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran. -------> ini apa? skripsi, thesis atau
disertasi? atau buku ?

Anda mungkin juga menyukai