180710830601004
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
2021
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL
PROPOSAL
PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
NIM : 180710830601004
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Peternakan
Mengetahui
Ketua Jurusan Peternakan Dosen Pembimbing
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan pembuatan
Proposal Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “Manajemen Pemeliharaan Ayam
Petelur di Tandjaja Farm Kediri”.
Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan yang akan diselenggarakan oleh Program Studi
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Kahuripan Kediri.
Penyusunan Proposal ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
a. Rico Anggriawan drh., M.Vet selaku Dekan Fakultas Peternakan.
b. Dian Afikasari drh.,M.Vet selaku Ketua Jurusan Peternakan
c. Diah Ayu Candra drh.,M.Vet selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran, serta memberikan masukan dan ilmu baru yang
sangat bermanfaat bagi penulis.
d. Kedua orang tua atas segala doa dan dukungan.
e. Seluruh mahasiswa Program Studi Peternakan Universitas Kahuripan Kediri,
ataskerjasamanya.
f. Teman-teman kampus Universitas Kahuripan Kediri.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Ayam Petelur 2
2.2 Manajemen Kandang 2
2.3 Fase Fisiologi Ayam Petelur 3
2.4 Manajemen Kesehatan 4
2.5 Manajemem Pakan dan Minum 4
2.6 Tatalaksana Pemeliharaan 5
BAB 3 METODELOGI 7
3.1 Waktu dan Tempat 7
3.2 Metode Pelaksanaan 7
3.3 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data 7
3.2.1 Sarana Produksi 7
3.2.2 Pemeliharaan Ayam Petelur 7
3.2.3 Pemasaran 7
3.2.4 Penanganan Limbah dan Sanitasi 8
3.2.5 Hasil Pemeliharaan Ayam Petelur Periode Layer 8
BAB 4 RENCANA KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 10
TATA TERTIB 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 13
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ayam petelur merupakan salah satu ternak unggas yang cukup potensial di
Indonesia. Ayam petelur dibudidayakan khusus untuk menghasilkan telur secara
komersial. Saat ini terdapat 2 kelompok ayam petelur yaitu tipe ayam medium dan
tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan kerabang coklat sedangkan
tipe ringan bertelur dengan kerabang putih (Nort dan Bell, 1990).
Usaha sekror peternakan ayam petelur merupakan bidang usaha yang
memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani
dan berbagai keperluan industri. Protein yang terdapat dalam telur memiliki
fungsi yang penting dalam kehidupan sehari-hari manusia karena mengandung
berbagai asam amino yang diperlukan untuk kebutuhan pertumbuhan dan
kecerdasan manusia.
Ayam petelur yang sering dikenal adalah strain ayam yang mampu bertelur
sebanyak 300 butir lebih per tahunnya. Ayam-ayam itu pada dasarnya ayam ras
yang merupakan ayam hasil perkawinan silang (silang dalam maupun silang luar)
antara berbagai bangsa ayam hutan. Ayam hutan merah (Galus-galus bankiva),
ayam hutan ceton (Galus lafayetti), ayam hutan abu-abu (Galus soneratti), dan
ayam hutan hijau (Galus varius, Galus javanicus), (Zainal Abidin, 2003).
Untuk memenuhi kebutuhan telur tersebut maka diperlukan peningkatan
jumlah produksi telur dari peternakan ayam pertahunya. Manajemen pemeliharaan
yang baik merupakan salah satu upaya untuK meningkatkan produksi ayam
petelur. Tandjaja Farm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
budidaya ayam petelur di Kabupaten Kediri. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
bertujuan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ayam petelur yang berada
di Tandjaja Farm.
1.2 Tujuan
Tujuan praktik kerja lapangan ini adalah sebagai tempat mahasiswa belajar
dan berlatih untuk menambah wawasan dan menerapkan ilmu yang sudah
dipelajari di kampus dengan ilmu di lapangan serta bertambahnya keterampilan
dan pengalaman kerja dibidang peternakan khususnya manajemen pemeriharaan
ayam petelur di Tandjaja Farm.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa
brown, Hysex Brown dan Hyline Lohman (Rahayu dkk., 2011). Ayam petelur ras
dengan strain Lohmann Brown cepat dalam mencapai dewasa kelamin yaitu pana
umur 18 minggu, sehingga 50% produksi dapat dicapai pada umur 140-150 hari
(Dirgahayu dkk., 2016). Ayam petelur memiliki ciri-ciri antara lain bersifat
mudah terkejut, tidak memiliki sifat mengeram, bentuk tubuh ramping, cupig
berwarna putih, Produksi telur tinggi antaa 300 butir/ekor/tahun dan efesien dalam
mengubah pakan menjadi telur (Suprijatna dkk., 2005).
2
2.3 Fase Fisiologi Ayam Petelur
Fase starter merupakan fase pemeliharaan ayam dari umur 1 hari (DOC)
sampai umur 6-8 minggu (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Pemeliharaan
fase starter perlu memperhatikan persiapan pemeliharaan, pemilihan anak
ayam, perkandangan meliputi kandang, brooder, suhu, kelembaban, kepadatan
kandang dan liter. Pencegahan penyakit perlu diperhatikan agar mendapatkan
pertumbuhan ayam yang baik dengan tingkat kematian yang rendah. Pilihlah
anak ayam yang tidak cacat, mata jernih, paruh tidak bengkok, dan berbulu
bersih (Jahya, 2004). Fase starter merupakan fase penting untuk keberlanjutan
pada fase-fase berikutnya, sebab penanganan yang salah pada fase ini akan
berdampak pada fase grower dan layer.
Fase grower dimulai saat ayam berumur 6-14 minggudan 14-20 minggu
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan ayam fase grower meliputi perkandangan,
pakan, pemotongan paruh, dan pencegahan penyakit. Sifat pertumbuhan ayam
fase grower cenderung meningkat lalu menurun. Ayam fase grower harus
dijaga pemberian pakannya, sebab pakan yang tidak dibatasi akan
menyebabkan ayam terlalu gemuk yang berdampak pada penurunan produksi
telur. Kontrol berat badan dapat dilakukan pada fase grower, bertujuan agar
mengetahui apakah bobot badan sesuai dengan standar atau tidak. Pengamatan
pada ayam juga perlu dilakukan agar mengetahui ayam dalam kondisi sehat
atau sakit (Jahya, 2004).
Fase layer, yaitu fase ayam yang sudah mulai berproduksi. Ayam
dikatakan sudah masuk fase produksi apabila dalam kandang yang berisi ayam
dengan umur yang sama tersebut produksinya telah mencapai 5%
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Tanda ayam petelur sedang produksi
dapat dilihat dari jengger yang relatif membesar dan berwarna merah, mata
yang bersinar, kloaka membersar, dan jarak ujung tulang pubis selebar 2-3 jari
tangan atau lebih. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam
pemeliharaan fase layer adalah program pencahayaan, sebab dapat
mempengaruhi produksi telur. Kandang untuk ayam dalam fase layer biasanya
berupa kandang baterai yaitu memudahkan dalam hal pengawasan dan
pencegahan penyakit, memudahkan proses seleksi, culling ayam yang tidak
produktif, serta kotoran yang dihasilkan langsung terkumpul dibawah kandang
(Suprijatna dkk, 2008).
3
2.4 Manajemen Kesehatan
Penyakit yang sering menyerang ayam secara umum dapat dikelompokkan
menjadi beberapa macam yaitu di sebabkan karena stress (cekaman),
defisiensi zat makanan, parasit penyakit karena protozoa, penyakit karena
bakteri, penyakit karena virus dan penyakit karena cendawan (Suprijatno dan
Atmomarsono 2005).
Penyebab penyakit biasanya berkaitan dengan stres (cekaman). Stres
disebabkan karena beberapa faktor dari lingkungan dan dari manajemen
pemeliharaan yang kurang baik. Diantara faktor penyebab stres yaitu
kedinginan, ventilasi yang buruk, populasi yang tinggi, tidak cukup pakan dan
minum dan pengobatan yang berlebihan. Apabila faktor tersebut bisa di
minimalisir maka kemungkinan stres sangat kecil (Akoso 1993). Penyakit
infeksius ada yang kontagius maupun non kontagius.
Penyakit kontagius adalah penyakit yang langsung di transmisi dari
individu atau flock kepada individu atau flock lain. Penyakit infeksius adalah
penyakit yang disebabkan oleh organisme hidup. Sebagian besar penyakit
infeksi unggas adalah kontagius, seperti penyakit karena virus, bakteri, riketsia
dan fungi. Sementara beberapa penyakit infeksi tidak kontagius seperti
aspergilosis ( Hadi S dan Setiawan 2002).
4
gram/ekor/hari dengan pemberian minum secara ad libitum. Kondisi
lingkungan dengan suhu yang tinggi dapat mempengaruhi konsumsi pakan,
semakin bertambah suhu lingkungan akan menurunkan performa ayam,
sehingga dapat mempengaruhi konsumsi pakan, konsumsi air, bobot badan,
produksi telur, konversi pakan dan bobot telur. Pengaruh tersebut bisa
disebabkan oleh manajemen pakan terutama oleh imbangan energi dan protein
dalam ransum (Daghir, 2005)
Pemberian pakan sebaiknya dilakukan dua kali sehari agar lebih efisien
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Penyimpanan pakan perlu dilakukan
untuk menghindari kerusakan yang dapat disebabkan karena kerusakan fisik,
kimiawi,dan biologis. Pakan perlu dikemas untuk memudahkan distribusi
pakan. Palet merupakan alas yang terbuat dari kayu agar pakan tidak langsung
menempel pada lantai (Suci dan Hermana, 2012).
5
umur 20-21 minggu, dan selanjutnya akan mengalami peningkatan terus sampai
puncak produksi dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan. Kemudian, sedikit
demi sedikit produksi mulai menurun. Selama masa produksi, tuntutan hidup
ayam berupa nutrisi, khususnya protein meningkat lebih tinggi dari pada masa
remaja. Tuntutan hidup ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan perawatan
tubuh dan berproduksi. Jika tuntutan hidup ini tidak terpenuhi, maka ayam jenis
unggul tidak akan dapat menampilkan keunggulanya. Selama masa produksi yang
berlangsung minimal 52 minggu ini, peternak harus dapat memanfaatkan peluang
tersebut, menyesuaikan dengan tuntutan hidup mereka, antara lain dengan
memberikan ransum layer dengan kandungan nutrisi yang baik (Gallu 2007).
6
BAB 3
METODELOGI
7
produk sampingan menjadi sumber energi terbaru yang dapat dimanfaatkan.
Sehingga limbah yang dihasilkan tidak menyebarkan polusi yang mencemari
lingkungan.
FCR
Pakan terkonsumsi
FCR=
Bobot badan( BB)
Pakan terkonsumsi
FCR=
Pertambahan bobot badan (PBB )
Han Day
Jumlah Telur
% HD = ×100 %
Jumlah Ayam Pada Saat Itu
Han House
Jumlah Telur
% HH = ×100 %
Jumlah Ayam Pertama Datang
Konsumsi Pakan (gram) = Pakan yang diberikan – Sisa Pakan
Mortalitas
Jumlah ayam mati = Jumlah ayam masuk – Jumlah ayam tersisa
Jumlah ayam mati
% Mortalitas= ×100 %
Jumlah ayammasuk
Analisa ekonomi sederhana :
Income over feed cost (IOFC)
IOFC=Pendapatan−Pengeluaran
Ket :
Pendapatan = Jumlah ayam panen x BB x Harga Jual
Pengeluaran = biaya pakan
Titik Impas (BEP)
Biaya tetap produksi
BEPproduksi=
Harga Produk−biaya variabel
8
Total biaya produksi
BEPharga=
Jumlah produk yang diproduksi
9
BAB 4
RENCANA KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
10
TATA TERTIB
11
DAFTAR PUSTAKA
Mufida, L.N.2012.nurlailatulmufida/2012/04/14/layer-ayam-petelur-tugas-ilmu-
peternakan-umum/.(Diakses. 4 Maret 2013).
Suci, D.M. dan Hermana, W. 2012. Pakan Ayam. Cetakan ke-1. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Zulfikar. 2009. Penggunaan dan Pelaksanaan Vaksin yang Benar. Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten Pidie Jaya. Aceh.
Sudarmono, A. S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Petelur. Yogyakarta
(ID) : Kanisius.
Suprijatno dan Atmomarsono, 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Akoso, 1993.Manual Kesehatan Unggas.Yogyakarta. (ID) : Kanisius.
12
LAMPIRAN
1. Konsumsi Pakan
Hari, tanggal Pemberian (g) Sisa (g) Konsumsi (g)
3. Pemberian Vaksin
4. Mortalitas
13