Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGARUH FAKTOR PAKAN TERHADAP PERFORMA PRODUKSI DAN


KUALITAS TELUR TETAS

Diusulkan Oleh :

DAFA WIRA ADITYA 200110200010


ANANDA FAZRIAN 200110200038
FAIZ FAISAL 200110200056
FITRI ANTI 200110200096
DHITA NOFITRI 200110200098
MUHAMMAD FARHAN 200110200099
NUR ALYA 200110200224
DZAKI GALIH 200110200235

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2022
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2
2.1 Produksi Telur 2
2.2 Kualitas Telur 2
BAB III PEMBAHASAN 4
3.1 Jenis – Jenis Pakan Ayam 4
3.2 Kebutuhan Kandungan Nutrien Pakan Ayam 5
3.3 Pengaruh Terhadap Performa Produksi dan Kualitas Telur 7
BAB IV PENUTUP 10
4.1 Kesimpulan 10
4.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini ternak ayam merupakan komoditi unggulan yang sangat berpotensi

untuk dikembangkan. Produksi telur dan penyediaan bibit ayam lokal untuk masa

kini di masyarakat masih tergolong rendah. Produksi telur ayam lokal yang

dipelihara ekstensif hanya berkisar 13% (Iskandar et al.1992), rendahnya

produktivitas ini disebabkan tidak lain karena mutu genetik yang kurang mumpuni,

sistem pemeliharaan yang seadanya, sehingga perlu penanganan lebih lanjut.

Produktivitas ini tentunya masih bisa ditingkatkan apabila dilakukan dengan


manajemen yang baik dan benar.

Breeding atau pembibitan dalam industri peternakan unggas merupakan salah

satu sektor penting yang mengupayakan pemeliharaan ayam pembibit untuk

menghasilkan DOC (Day Old Chick). Industri peternakan unggas komersil

memerlukan bibit unggas dari industri peternakan yang bergerak dalam bidang

pembibitan, karena adanya peternakan yang membudidayakan ternak unggas

pembibit, peternakan komersil dapat menerima bibit unggas yang berkualitas dan

dihasilkan dari induk berkualitas baik yang diseleksi.

Salah satu faktor yang mampu meningkatkan performa produksi dan kualitas

telur tetas adalah pakan. Dengan formulasi dan juga pemberian porsi pakan yang

tepat tentu saja dapat meningkatkan performa maupun kualitas telur tetas itu

sendiri.

1.2 Maksud Tujuan

- Untuk mengetahui jenis-jenis pakan pada ayam

- Untuk mengetahui kandungan nutrien pada pakan ayam

- Untuk mengetahui pengaruh pakan terhadap performa produksi dan kualitas

telur

1
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Produksi Telur

Produksi telur adalah output yang dihasilkan oleh peternak telur, produksi telur

sangat dipengaruhi oleh faktor pemberian pakan (feeding), pembibitan (breeding),

dan system tata laksana pemeliharaan ayam petelur (manajemen). Produksi telur

akan tercapai secara maksimal apabila kualitas pakan yang diberikan mencukupi

sesuai umur serta tatalaksana pemeliharaan tercapai secara efisien. Pemberian

pakan yang salah dapat memicu stres dan defisiensi salah satu nutrisi sehingga

ayam banyak menemui masalah, ayam membutuhkan sejumlah unsur gizi untuk
hidupnya, misalnya bernafas, peredaran darah dan bergerak yang disebut kebutuhan

hidup pokok selain itu unsur gizi dibutuhkan untuk produksi telur (Rasyaf, 1997).

Untuk memproduksi telur yang berkualitas, dalam ransum harus tersedia: protein,

energi (karbohidrat dan lemak), vitamin, mineral dan air.

2.2 Kualitas Telur

Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa standar yang

menentukan baik kualitas internal dan eksternal. Kualitas eksternal difokuskan pada

kebersihan kulit, tekstur, bentuk, warna kulit, tekstur permukaan, kulit, dan

keutuhan telur. Kualitas internal mengacu pada putih telur (albumen) kebersihan

dan viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur dan kekuatan kuning telur.

Keenceran pada putih telur dapat menunjukkan bagaimana kualitas interior telur

tersebut dan berkorelasi dengan nilai Haugh Unit. Pengukuran Haugh unit

merupakan cara yang tepat dalam penentuan kualitas interior telur ( Buckle et al.,

1987).

Penurunan kualitas telur dapat terjadi akibat adanya kerusakan, baik kerusakan

fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Mikroba

dapat masuk ke dalam telur melalui pori - pori yang terdapat pada kulit telur, baik

2
melalui air, udara, maupun kotoran ayam. Oleh karena itu, perlu diperhatikan cara

pengawetan dan penyimpanan agar kualitas telur tetap terjaga (Haryoto, 1993).

Mutu atau kualitas telur dipengaruhi juga oleh adanya kantung telur yang terdapat

pada bagian tumpul pada ujung telur. Semakin lama penyimpanan semakin besar

ukuran kantung telur, karena penguapan air akan menyebabkan penempelan

membran luar pada kerabang, dan membran dalam menempel pada albumen (Gary

et al, 2009). Standar kualitas telur menurut USDA ditentukan berdasarkan kondisi

telur secara eksterior maupun interior, dengan nilai standar kualitas AA, A, dan B

(Jacqueline et al, 2000). Menurut U.S. Department of Agriculture berikut ini

merupakan tiga tingkat kualitas telur.


Tan, et al (2012) menyatakan bahwa kualitas telur dapat berubah karena adanya

perlakuan yang diberikan seperti pemanasan dan penyimpanan. Pemanasan pada

telur dapat dilakukan dengan cara pasteurisasi yakni suatu cara pemanasan dengan

suhu 60oC selama 3,5 menit untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang

terdapat pada telur. Siregar, dkk (2012) menambahkan bahwa kualitas telur dapat

menurun terutama selama penyimpanan. Penguapan air akan terjadi karena adanya

penyimpanan telur yang mengakibatkan penurunan berat pada telur terutama dari

putih telur (Romanoff and Romanoff, 1993).

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Jenis - Jenis Pakan Ayam

Unggas merupakan ternak monogastrik (berlambung tunggal), makanannya

sebagian besar berupa konsentrat. Bahan pakan untuk unggas umumnya bersumber

dari bahan pakan asal nabati atau yang bersumber dari produk pertanian dan bahan

pakan asal hewani atau bahan pakan asal produk perikanan, serta bahan pakan

pelengkap yang umumnya buatan pabrik, yang biasanya digunakan untuk menutupi

atau menyempurnakan keseimbangan nutrisi. Bahan pakan nabati mempunyai porsi

90-94% dari total formulasi ransum (Rasyaf, 2005). Hal tersebut disebabkan karena
bahan pakan nabati umumnya sebagai sumber energi yang harus selalu terpenuhi di

dalam penyusunan ransum.

Sebaliknya, penggunaan bahan pakan asal hewan (hewani) berkisar antarar 3-

6% dan pakan pelengkap antara 0-3%. Terdapat dua jenis pakan yang diberikan

pada ayam, yaitu pakan konvensionall dan pakan non konvensional.

a. Pakan konvensional

Menurut (Anon, 2011) berdasarkan kelazimannya bahan pakan dibedakan

menjadi 2 jenis yaitu, bahan pakan konvensional dan bahan pakan non

konvensional. Bahan pakan konvensional adalah bahan baku yang sering

digunakan dalam pakan yang biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang

cukup (misalnya protein) dan disukai ternak.Bahan pakan non konvensional

adalah bahan pakan yang tidak atau belum lazim dipakai untuk menyusun

ransum. Bahan pakan ini berpotensi digunakan sebagai campuran pakan unggas

karena tingkat ketersediaannya banyak diberbagai daerah. contoh bahan pakan

konvensional diantaranya, yaitu Jagung Kuning, Kacang Kedelai, Dedak Padi

Pollard, Sorghum (Sorghum bicilor), Bungkil Kelapa, Bungkil Kacang Tanah,

4
Tepung Ikan dan Udan, Tepung Darah, Minyak atau Lemak, dan Bahan Pakan

Sumber Mineral.

b. Pakan non konvensional

Bahan pakan non konvensional merpakan bahan pakan yang belum sering

digunakan dalam penggunaannya. Beberapa bahan makanan yang bersifat non

konvensional di Indonesia mempunyai potensi untuk dikembangkan ditinjau

dari segi ketersediaannya, tetapi kadang-kadang ditemukan faktor pembatas

dalam penggunaannya. contoh bahan pakan non lonvensional diantaranya, yaitu

Kulit Biji Kacang Kedelai, Kulit Cokelat (Theobroma cacao), Ampas Tahu,

Ampas Kecap, Ampas Roti, Ubi Kayu, Onggok, Ubi Jalar (Ipomea batatas L.),
Serbuk Gergaji Kayu, Kotoran Ayam, Bulu Ayam, dan Isi Rumen.

3.2 Kebutuhan Kandungan Nutrien Pakan Ayam

Ayam ras petelur membutuhkan sejumlah nutrisi yang lengkap berupa protein,

energi metabolis, lemak, serat kasar, kalsium, dan fosfor. Keseluruhan nutrisi ini

harus disusun dalam jumlah yang tepat dan seimbang dalam makanan yang berupa

ransum. Pemberian nutrisi kepada ayam ras petelur tidak sama antara satu dengan

yang lainnya. Kadar nutrisi yang diberikan dipengaruhi oleh umur atau periode

ayam. Dalam penelitian ini digunakan ayam yang sedang berada pada periode

bertelur atau fase layer yang berumur 18 minggu sampai afkir.

Menurut SNI (2014) bahwa standar ransum pakan ayam petelur periode layer

yaitu kadar air maksinal 14%, protein kasar minimal 16%, lemak kasar 2,5 - 7%,

kalsium 3,25 - 4%, fosfor 0,6 – 1,0%, lysine 0,8%, metionin 0,35% dan energi

metabolis 2.650 kkal/kg. Jika energi pakan saat fase layer terlalu rendah (kurang

dari 2.600 kkal), konsumsi pakan lebih banyak sehingga Feed Convertion Ratio

(FCR) meningkat dan efisiensi pakan menurun. Sebaliknya jika energi pakan terlalu

tinggi akan terjadi penurunan konsumsi (Marzuki dan Rozi, 2018).

1. Protein

5
Protein merupakan komponen organik kompleks yang terdiri dari karbon,

hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur. Protein juga dibentuk dari berbagai

jenis asam amino yang dirangkai oleh ikatan peptida (Rasyaf, 2003).

Kebutuhan unsur protein dapat terpenuhi dari bahan makanan yang

mengandung protein nabati maupun hewani. Ayam yang membutuhkan

protein dalam jumlah yang cukup tinggi adalah anak ayam periode awal

(starter) dan ayam dalam proses produksi (layer). Bagi ayam dewasa yang

sedang dalam tahap produksi (layer) membutuhkan kadar protein yang

tinggi untuk menggantikan jaringan yang rusak dan untuk berproduksi.

Kadar protein kasar yang dibutuhkan oleh ayam tipe layer adalah 18%.
2. Lemak

Lemak berperan penting dalam melarutkan vitamin A, D, E, K, sebagai

sumber dan cadangan energy, sebagai lapisan lemak tubuh di bawah kulit,

dan sumber asam lemak esensial. Dalam tubuh ayam petelur tipe layer,

kandungan lemak yang dibutuhkan adalah sekitar 5%.

3. Kalsium

Kalsium merupakan salah satu komponen yang kandungannya melimpah

dalam tubuh unggas. Kalsium dibutuhkan unggas sebagai komponen

esensial dalam pembentukan tulang, tulang rawan, dan eksoskeleton

krustasea (Abun, 2008).

4. Fosfor

Dalam tubuh unggas, fosfor memainkan peranan penting dalam

pembentukan tulang rawan, metabolisme energi, metabolisme karbohidrat,

asam amino dan lemak, metabolisme jaringan saraf, kimiawi darah normal,

pertumbuhan kerangka, dan pengangkutan asam lemak (Anggorodi, 1985).

Tingkat fosfor dalam pakan tidak boleh diabaikan karena kelebihan fosfor

akan menghambat pelepasan kalsium tulang dan pembentukan kalsium

6
karbonat dalam kelenjar kerabang sehingga akan mengurangi kualitas

kerabang telur.

5. Energi Metabolis

Metabolism Energy (ME) berasal dari karbohidrat dan lemak yang berada

di dalam ransum. Energi yang dihasilkan akan digunakan untuk keseluruhan

aktivitas di dalam tubuh, misalnya seperti proses pencernaan, pernapasan,

reproduksi, dan lain-lain. Jika ayam kekurangan energy di dalam tubuhnya,

maka lemak akan digunakan sebagai cadangan energy. Dan apabila

cadangan energi dalam bentuk lemak ini masih belum bisa mencukupi

kebutuhan, maka protein yang akan dirombak menjadi energi (Sudarmono,


2003). Ransum yang mengandung energi metabolis tinggi akan

menyebabkan ayam kurang mengkonsumsi ransum. Sehingga ayam akan

kekurangan zat gizi lainnya. Untuk itu pemberian makanan yang

mengandung ME harus disesuaikan. Pada ayam ras petelur tipe layer,

kandungan ME yang disarankan adalah sebesar 2650 kkal/kg.

3.3 Pengaruh Terhadap Performa Produksi dan Kualitas Telur

Produksi dan kualitas telur secara eksternal dan internal ditentukan oleh

kuantitas dan kualitas pakan. Apabila kualitas pakan yang diberikan mencukupi

sesuai umur dan tatalaksana pemeliharaan maka produksi dan kualitas telur akan

tercapai secara maksimal dan akan tercapai secara efisien apabila tersedia pakan

murah dengan kandungan nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan ayam (Tugiyanti

danIriyanti, 2012).

a. Performa produksi

Produksi telur pada ayam dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu

kondisi awal ayam pada saat mulai bertelur dan potensi tumbuh ayam dari

awal bertelur sampai puncak produksi. pemberian ransum dengan

kandungan protein 14% dinilai masih kurang cukup untuk mempertahankan

7
produksi telur yang tinggi, bobot telur serta efisiensi penggunaan ransum

(Isapoultry, 2006). Produksi telur sangat tergantung pada jumlah konsumsi

protein dan asam amino perhari. Tercukupinya kebutuhan protein ayam

dapat mengindikasikan tercukupinya kebutuhan asam-asam amino

didalamnya. Ketersediaan berbagai asam amino dalam jumlah yang cukup

didalam ransum ayam mampu mengoptimalkan produksi telur yang

dihasilkan (Charoen Pokphand, 2000). Produksi telur dipengaruhi oleh

kandungan protein dan fosfor dalam ransum. Perbedaan kandungan protein

ransum yang lebih tinggi menghasilkan produksi telur yang lebih tinggi

disebabkan oleh kandungan asam amino yang lebih lengkap daripada yang
terdapat dalam ransum yang proteinnya lebih rendah (Onwudike dan Oke,

1986).

b. Kualitas telur

1) Kualitas eksternal telur

 Warna Kuning telur

Tebal kerabang telur ayam yang baik berkisar antara 0,33 - 0,35 mm

(Yuanta, 2010), ketebalan kerabang telur ayam di pengaruhi oleh

kandungan kalsium dan fosfor serta umur ayam (Wahyu, 2004).

Secara umum susunan kerabang telur terdiri dari 2 bagian yakni

kerabang tipis (membran) baik membran luar maupun membran

dalam yang dibentuk di isthmus dan kerabang telur keras yang

terbentuk di uterus (Yuwanta, 2010). Kalsium dari tulang meduler

bersifat terbatas, oleh karena itu bila suhu tinggi dan konsumsi pakan

menurun maka kalsium yang dibutuhkan untuk pembentukan

kerabang akan berkurang dan kerabang telur menjadi tipis dan

lembek. Berat dan tebal kerabang juga dipengaruhi juga oleh faktor

8
genetik, umur induk, molting, kesehatan ayam, dan umur dewasa

kelamin (Sodak, 2011).

 Berat telur

Berat dan ukuran telur dipengaruhi oleh nutrisi ransum seperti

kandungan protein, asam amino, tertentu seperti methionine dan

lysine, energi, lemak total, dan asam lemak esensial seperti asam

linoleat. Kebutuhan dari salah satu nutrisi terrsebut tidak terpenuhi

melalui asupan ransum, maka akan mengurangi bobot telur. Bahkan

jika hal tersebut terjadi pada ayam petelur produksi sebelum umur

40 minggu, bisa mengakibatkan pada penurunan jumlah produksi


telur (Medion, 2015).

1. Kualitas Interior Telur

- Warna Kuning telur

Perubahan warna kuning telur dapat sebabkan oleh umur

ayam dan kandungan pigmen xantofill pada jagung,

perbedaan penambahan pakan jagung akan mempengaruhi

warna kuning telur. Xanthofil merupakan zat yang dapat

memberikan pengaruh terhadap pigmentasi pewarnaan

kuning telur (Argo dkk., 2013). Pigmen pemberi warna

kuning telur yang terkandung dalam pakan secara fisiologis

di serap oleh alat pencernaan dan disalurkan ke organ yang

membutuhkannya (Sahara, 2011).

- Viskositas Telur

Kandungan protein pakan dapat mempengaruhi viskositas

telur yang mencerminkan kualitasinternal telur, semakin

tinggi kandungan protein pakan maka tingkat kekentalan

telur akan semakin tinggi.

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Kuantitas dan kualitas pakan sangat berpengaruh dalam produksi dan kualitas

telur secara eksternal dan internal. Ketika kualitas pakan sesuai dan mencukupi

umur dan pelaksanaan pemeliharaan akan menghasilkan produksi dan kualitas telur

yang maksimal. Dalam pemberian ransum, ada dua hal yang harus diperhatikan

ketika meningkatkan dan mengoptimalkan produksi telur yaitu konsumsi protein

dan juga fosfor, alasan kenapa kandungan protein yang tinggi bisa meningkatkan

produksi telur karena kandungan protein ransum yang lebih tinggi menghasilkan
produksi telur yang lebih tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino yang lebih

lengkap.

4.2 Saran

Ketika pemeliharaan dan juga pemberikan pakan pada unggas petelur harus

diperhatikan kembali kandungan dari ransum yang akan diberikan, karena

komposisi dan takaran ransum yang baik akan sangat berpengaruh dalam

menentukan produksi, kualitas dan kuantisa telur.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anon, 2011. Buku Penuntun Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Bahan, A. J. A. R. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR.

BIDURA, I. G. N. G. 2016. Bahan Ajar Bahan Makanan Ternak. Fakultas

Peternakan. Universitas Udayana. Denpasar.

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton, 1987. Ilmu Pangan.

Jakarta: UI-Press.

Gary D, Butcher DVM, dan Richard Miles. 2009. Ilmu Unggas, Jasa Ekstensi
Koperasi, Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida.

Gainesville.

Haryoto. 1993. Pengawetan Telur Segar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Jacqueline, P. Y., R. Miles and M. F. Ben. 2000. Kualitas telur. Jasa Ekstensi

Koperasi, Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida.

Gainesville.

Luthfi, A. C., Suhardi, S., & Wulandari, E. C. (2020). Produktivitas Ayam

Petelur Fase Layer II dengan Pemberian Pakan Free Choice

Feeding. Tropical Animal Science, 2(2), 57-65.

Marginingtyas, E. (2015). Penentuan Komposisi Pakan Ternak Untuk

Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur Dengan Biaya Minimum

Menggunakan Algoritma Genetika (Doctoral dissertation, Universitas

Brawijaya).

Rasyaf, M. 2002. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Cetakan ke 9, Penerbit

Kanisius, Yogyakarta.

11
Rifaid, R. (2018). Kualitas dan Produksi Telur Berdasarkan Umur dan Pakan

yang Digunakan (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar).

Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1993. The avian egg. Jhon Wiley and

Sons. New York.

Siregar. R. F, A. Hintono dan S. Mulyani. 2012. Perubahan sifat fungsional

telur ayam ras pasca pasteurisasi. Anima Agri J, 1(1):521 - 528.

Sumarmono. 2009. Manajemen pemeliharaan ayam petelur dipeternakan

PT. Sari Unggas Farm di kabupaten Sragen. Tugas akhir.

Tan, T. C., K. Kanyarat and M. E. Azhar. 2012. Evaluation of functional


properties of egg white obtained from pasteurized shell egg as ingredient

in angel food cake. International Food Research Journal, 19 (1): 303- 308.

Zulfikar. 2013. Manajemen pemeliharaan ayam petelur ras. Kesmavet.

Unsyiah.

12

Anda mungkin juga menyukai