Oleh:
ACHMAD FIKRI YANTO
NIM 1704015077
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
Studi Perburuan Dan Presepsi Para Pedagang Burung Terhadap Konservasi
Kerak Kerbau (Arcridotheres javanicus) Di Jalan Usaha Tani Kelurahan
Lempake Samarinda Utara.
Oleh:
ACHMAD FIKRI YANTO
NIM 1704015077
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui:
Ketua Program Studi Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman
Tanggal Disetujui:
DAFTAR ISI
I.PENDAHULUAN ..........................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................
1.3 Tujuan Penilitian ..........................................................................................
1.4 Hasil yang diharapkan ..................................................................................
II.TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
2.1 Ekosistem .....................................................................................................
2.2 Kerak kerbau ................................................................................................
2.3 Persebaran dan habitat kerak kerbau ............................................................
2.4 Kebiasaan burung kerak kerbau ...................................................................
2.5 Perburuan dan perdagangan satwa liar .........................................................
III METODE PENILITIAN ............................................................................
A.Lokasi dan Waktu penelitian ..........................................................................
B Objek dan perlengkapan Kegiatan ..................................................................
C Prosedur penilitian ..........................................................................................
D Analisis data ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sumber daya alam hayati dan ekosistem nya merupakan unsur pembentuk
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa yang dimiliki bangsa Indonesia adalah
karunia yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Sebab itu perlu dilestarikan,
pengawetan dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistem nya. Perlindungan hutan bagian dari kegiatan yang dilaksanakan dalam
sumber daya alam dari hutan secara berlebihan menyebabkan Indonesia memiliki
daftar spesies fauna terancam punah terpanjang di dunia yang mencakup 126
spesies burung,63 spesies mamalia dan 21 spesies reptil (Sumardja, 1998).Di
antara spesies burung yang telah terdaftar “terancam punah” adalah kelompok
hidup dari kemurahan alam dengan cara berburu, maupun memanfaatkan hasil
bertani. Berburu dan mengekstraksi satwa dari alam sudah merupakan kegiatan
turun menurun dan terus dipraktekkan sampai saat ini, karena merupakan salah
satu aspek hidup yang penting dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
yang menjadi target perburuan yang dari waktu ke waktu semakin marak di
di kelurahan Lempake?
nya antara lain untuk mengetahui fenomena sosial ekonomi serta mengetahui
burung kerak kerbau pada daerah Kelurahan Lempake Samarinda Utara sehingga
hutan secara lestari, berdasarkan kearifan lokal yang ada dalam masyarakat
setempat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
Ekosistem sebagai suatu tatanan kesatuan yang secara utuh dan menyuluh antara
penggabungan dari setiap unit biosystem. Melibatkan interaksi timbal balik antara
organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energinya menuju pada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi siklus materi antara organisme dan anorganisme
(atap, 2022). Matahari sebagai sumber dari semua energy, dalam ekosistem,
hidupnya.
2.1.1 Abiotik
bukan makhluk hidup tetapi ada di sekitar kita, dan ikut mempengaruhi
kelangsungan hidup. Beberapa jenis komponen abiotik yaitu suhu, sinar matahari,
air, udara, angin, udara, kelembapan udara, dan banyak lagi benda mati yang ikut
contohnya mamalia & burung sebagai makhluk hidup yang dapat mengatur
dapat beradaptasi pada lingkungan dan kandungan garamnya yang cukup tinggi.
Sinar Matahari: Intensitas & Kualitas pada sebuah Cahaya Matahari akan
2.2.2 Biotik
Komponen biotik pada suatu ekosistem adalah makhluk hidup itu sendiri,
sebab ekosistem tak akan pernah terbentuk tanpa adanya makhluk hidup
makanan dalam suatu ekosistem. Beberapa contohnya dari komponen biotik yang
makanan bagi organisme lain yang tinggal di ekosistem. Produsen kemudian akan
membuat makanan dengan menyerap senyawa serta zat – zat anorganik yang akan
diubah menjadi senyawa organik melalui suatu proses yang dinamankan sebagai
fotosistensis.
adalah organisme lain yang digunakan sebagai sumber energi dan makanannya.
Sebagai contoh adalah manusia dan hewan. ketinganya nanti dibagi lagi
biotik dalam sebuah ekoksitem. Pengurai atau dekomposer ini adalah organisme
yang menguraikan sisa – sisa makhluk hidup (heterotof atau autotrof) yang telah
mati. Dengan kata lain, pengurai adalah organisme yang bekerja untuk merubah
bahan bahan organik dari organisme yang telah mati menjadi senyawa anorganik
melalui suatu proses yang telah mati menjadi senyawa anorganik melalui suatu
jabatan penting dalam suatu rantai makanan di bumi, karena peran paling akhir
burung dapat dijadikan sebagai indikator kesehatan lingkungan. Selain itu, burung
memiliki peranan sangat besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Sturnidae
Genus:Acridotheres
Kerak Kerbau, merupakan salah satu jenis burung Kerak kerbau dari keluarga
jalak ini selain nama tersebut juga dikenal sebagai jalak kerbau, jalak hitam, jalak
ungu, dan jalak. Burung ini menyebar luas di Asia Timur, Asia Tenggara dan
Kepulauan Indonesia bagian barat. Bagi kalangan pecinta burung kicau, burung
jalak kerbau kurang mendapat perhatian khusus, Burung ini hanya dijadikan
sebagai burung masteran karena variasi suara serta lengkingan nya yang tajam.
Burung Kerak Kerbau dewasa Berukuran sedang (25 cm). Diselimuti bulu
berwarna abu – abu tua (hampir hitam) / ungu kehitaman (hampir hitam) pada
kepala, sayap, dan ekor, kecuali bercak putih pada bulu primer (yang terlihat
mencolok sewaktu terbang), serta tunggir dan ujung ekor yang berwarna putih.
Jambulnya pendek, mirip jalak jambul, perbedaan terletak pada warna putih pada
ujung ekor, yang mana kalau Kerak kerbau memiliki warna putih lebih lebar
daripada kerak jambul, warna paruh yang kuning, dan tunggir yang putih. Burung
remaja berwarna lebih cokelat, Iris jingga, paruh dan kaki kuning. Postur tubuh
burung jalak hitam jantan lebih panjang ketimbang betina. Tatapan matanya pun
berbunyi parau dengan nada berkeriut “ciriktetowi” juga berbagai siulan dan nada
berderik “criuk, criuk” yang khas, terutama sewaktu terbang. Kadang meniru
Burung Kerak kerbau ini menyebar luas di Asia bagian timur, mulai dari
Bangladesh hingga ke Cina selatan, Pulau Jawa, dan Sulawesi. Merupakan jenis
jalak yang paling umum di sekitar kota dan lahan garapan di Jawa dan Bali. Dan
india (Acridotheres Fuscus), ada juga yang memasukkannya sebagai ras dari
1925, semenjak itu jalak hitam termasuk spesies jalak yang paling banyak di
Jalak hitam hidup dalam kelompok besar atau kecil. Sebagian besar
alam bebas, jalak hitam sering mendatangi areal yang menjadi ladang
kutu yang menempel di tubuh kerbau tersebut. Oleh sebab itu, ia di kenal sebagai
jalak kerbau. Ia juga senang mencari makanan di tanah. Makanan apapun yang di
tempat untuk kawin di musim kawin. Apabila hendak tidur, mengeluarkan suara
khusus. Selain memakan kutu, juga memakan buah – buahan, seperti pisang dan
pepaya, serangga seperti belalang, jangkrik dan cacing tanah. Sarangnya terdapat
Sedangkan untuk sisi suara kerak kerbau jantan memiliki variasi lebih banyak di
bandingkan betina, tidak hanya karena bulu nya juga memiliki perbedaan dari
jenis jantan memiliki perbedaan yaitu lebih hitam mengkilap dan pekat
dibandingkan kerak kerbau betina. Ada satu karakteristik unik dari kerak kerbau
jantan dimana saat berkicau bagian kepala akan mengangguk – angguk sehingga
memiliki ukuran yang besar seperti sempidan Lophura spp, bangau Leptotilos sp,
burung – burung pemangsa, pergam Ducula spp dan rangkong Buceros spp.
Banyak masyarakat yang membawa senjata api dan alat berburu ke kawasan hutan
hanya semata – mata mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada tanpa
kegiatan yang umum dilakukan, khusus nya untuk kebutuhan pangan di desa –
desa dan camp penebangan. Begitu juga Burung Kerak Kerbau termasuk salah
satu satwa yang diburu di Kalimantan Timur. Tentu saja ini menjadi ancaman
Undang – undang perburuan yang ada saat ini perlu lebih ditegakan lagi,
khusus nya di kawasan lindung melalui kegiatan patroli dan penyitaan alat berat.
jasa – jasa ekologis lainya yang sediakan oleh hidupan liar, yang sebagian besar
yang tak kalah penting adalah upaya pelestarian habitat harus selalu ditingkatkan
untuk mengimbangi lajunya tingkat kerusakan habitat yang terjadi oleh kegiatan
pembangunan.
melalui Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 dan Undang – Undang Nomor 5
Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.
Penulis hukum ini akan mengkaji sejauh mana peraturan mengenai perdagangan
satwa liar untuk melindungi kehidupan satwa liar di Indonesia. Walaupun sudah
ada peraturan tentang perdagangan satwa namun kenyataan nya masih saja terjadi
lambat laun dilakukan dengan tidak mengindahkan lagi kelestarian ekosistem dan
ekologi ketika segala kebutuhan tersebut sudah menjadi suatu tuntutan material
yang harus di penuhi. Semakin langka satwa tersebut maka harganya akan
semakin mahal. Hal ini merupakan ancaman yang sangat serius bagi kelestarian
satwa liar terutama satwa – satwa yang sudah langka karena kelestarian sumber
daya alam dan lingkungan hidup tergantung kepada tingkat pemanfaatannya dan
Indonesia menjadi ancaman serius bagi kelestarian satwa liar itu sendiri karena
sebagian besar satwa liar yang terus diperdagangkan merupakan hasil tangkapan
dari alam. Perdagangan internasional satwa liar turut berkontribusi besar terhadap
punah nya berbagai jenis satwa liar, sehingga hal tersebut perlu dikendalikan.
Satwa liar merupakan bagian yang tak tergantikan dari system alami bumi yang
harus dilindungi untuk generasi sekarang dan yang akan datang. (Rajagukguk,
2014). Beberapa negara di dunia telah mengeluarkan peraturan berburu satwa liar,
peraturan ini bervariasi menurut keadaan wilayah, spesies satwa liar, sosial
ekonomi masyarakat dan politik pemerintah. Di Indonesia salah satu usaha untuk
pengambilan tumbuhan dan satwa liar sesuai dengan peraturan, pemerintah No.8
Tahun 1999 (Tentang pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar), keputusan
Penangkapan dan Peredaraan Tumbuhan dan Satwa Liar) serta keputusan dari
Liar Untuk Periode Tahun 2004) Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.
meninjau kelayakan penangkapan dan perburuan dari Satwa Liar untuk massa
1. Lokasi Penilitian
Samarinda Utara. Untuk lebih jelasnya lokasi penelitian dapat dilihat gambar di
bawah ini:
Parameter Bulan
1 2 3 4 5
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
antara lain:
b. Kamera
c. Handphone
d. Kalkulator
f. Laptop
C. Prosedur Penelitian
1. Studi pustaka
2. Orientasi Lapangan
mengetahui gambaran lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang akan dijadikan
tempat penelitian.
pada pemburu dan pedagang burung jalak di Jalan Usaha Tani Kelurahan
jalak.
4.Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer dari penelitian ini dikumpulkan dari lapangan yaitu hasil dari
b. Data Sekunder
penelitian, data sekunder ini meliputi: letak geografis desa, batas – batas desa,
iklim, pendidikan, mata pencaharian, jenis kelamin, usia serta data – data yang
D. Analisis Data
Perhitungan ekonomi secara sederhana (secara garis besar) dari mulai tingkat
Ima Fitri Sar, A. S. (2019). Peran Ekologi Spesies Burung pada Ekosistem Hutan Kota.
Ekologi , 145.
Shannaz, J., P. Jepson dan Rudyanto, 1995. Burung – Burung Terancam Punah di
Indonesia PHPA / MoF – Birdlife Internasional Indonesia Programme. Bogor.