FIX PROPOSALl REGIF SS
FIX PROPOSALl REGIF SS
Diajukan Oleh
2021
Halaman judul
Diajukan Oleh
2021
Usulan penelitian
Pembimbing I
NIDN. 09 041080 01
Pembimbing II
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
USULAN PENELITIAN.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tinjauan Penelitian................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................23
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan luka yang sering terjadi pada masyarakat. Menurut
WHO diperkirakan sekitar 265.000 kematian disebabkan karena luka bakar setiap
terbakar menjadi salah satu penyebab dari cederah yang tidak disengaja. Luka bakar
meninggalkan luka fisik dan mental. Luka bakar adalah salah satu penyebab
kerusakan pada kulit dan merupakan suatu insiden yang sering terjadi di masyarakat,
salah satu contoh yaitu tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.
dikarenakan terkena api secara langsung, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka bakar di pengaruhi oleh luas, dalam, dan daerah yang terlibat. Semakin dalam
dan luas lukannya maka akan meningkatkan resiko infeksi. Terdapat macam-macam
derajat luka bakar yaitu luka bakar derajat I, luka bakar derajat II dan luka bakar
derajat III, untuk luka bakar yang sering di jumpai adalah luka bakar derajat II. Untuk
penanganan dalam penyembuhan luka bakar salah satunya yaitu dengan mencegah
dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berpoliferasi dan menutup
Penanganan luka bakar secara alami bisa dilakukan dengan cara membasuhnya
dengan air yang mengalir karena dapat membantu untuk menghilangkan panas dari
luka bakar. Untuk penanganan pertama luka bakar masih banyak masyarakat yang
menggunakan pasta gigi, padahal penggunaan bahan kimia seperti pasta gigi dapat
1
membuat panas menjadi lebih tahan lama sehingga menimbulkan banyaknya jaringan
yang rusak akibat panas dan dapat menimbulkan infeksi yang nantinya akan
pengobatan dari bahan alam yang tentunya dibutuhkan penelitian secara ilmiah untuk
pengetahuan dosis efektif, khasiat, efek samping juga toksisitas. Selain mudah
didapatkan disekitar kita obat tradisional memiliki efek samping yang lebih kecil
dibandingkan dengan obat-obatan kimia. Salah satu tanaman yang diduga berkahisat
dalam penyembuhan luka bakar adalah tanaman daun jambu mete, dibeberapa daerah
Selain khasiat daun jambu mete yang dapat mengobati luka bakar, daun jambu
mete juga berkhasiat mengobati diare, penyakit kulit, diabetes melitus dan
steroid, triterpen fenolik dan minyak astiri, asam anakardat dan tatrol, saponin, tanin,
ingin melakukan penelitian tentang ekstrak etanol daun jambu mete untuk mengobati
2
1.2 Perumusan Masalah
Daun jambu mete merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat,
adalah apakah ekstrak etanol daun jambu mete dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%,
mete berkhasiat tehadap lama penyembuhan luka bakar pada kelinci, dan untuk
membuktikan bahwa ekstrak etanol daun jambu mete efektif terhadap penyembuhan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jambu mete adalah tanaman pohon yang berbuah dan menghasilkan biji pada
bagian bawah buah disebut biji mete, diketahui tanaman ini berasal dari Amerika
Latin khususnya di timur Brazil. Para pelaut portugis membawah tanaman ini ke India
pada 425 tahun yang lalu dan menyebar ke daerah tropis dan subtropis diantaranya
Diviso : Magnoliophyta
SubClassis : Rosidae
Ordo : Sapindales
Familia : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
(Prasetyaningtyas 2017)
4
Tanaman jambu mete dikenal dengan beberapa nama :
Tanaman jambu mete termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau juga
disebut tumbuhan berbiji belah. Tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun
lembaga dua atau disebut juga dikotil. Jambu mete mempunyai batang pohon yang
tidak rata dan berwarna coklat tua. Daunnya bertangkai pendek dan berbentuk lonjong
(bulat telur) dengan tepian berlekuk-lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas.
Bunganya berwarna putih, bagian buahnya membesar, berdaging lunak, berair, dan
berwarna kuning kemerah-merahan biasa disebut buah semu. Bagian itu bukan buah
sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar. Buah jambu mete yang
sebenarnya biasa disebut mete (mente), yaitu buah batu yang berbentuk ginjal dengan
bijinya yang berkeping dua dan terbungkus oleh kulit keras yang mengandung getah
(Dyah 2020).
Tanaman ini dapat di manfaatkan mulai dari bijinya yang biasanya di kenal
dengan nama kacang mete sebagai makanan, daun mudanya sebagai lalapan, serta
kulit batang pohonnya digunakan sebagai obat sariawan atau obat kumur.
(Prasetyaningtyas 2017).
Bagian yang digunakan dari tanaman daun Jambu mete adalah daun, buah,
biji, batang dan akarnya. Daun dan kulit buah jambu mete memiliki sifat antibakteri
dan aktivitas pembasmi kuman juga dapat membantu meringankan sekresi kering
5
menurunkan demam dan tekanan gula darah. Di nigeria bagian barat daun yang
mudah digunakan untuk radang sendi dan kondisi peradangan lainnya. Di Nigeria
kulit kayu, akar dan daun digunakan secara tradisional untuk pengobatan penyakit
seperti alergi, batuk, sakit perut, diare, dan Infeksi Kulit. Di Nigeria bagian tenggara
ekstrak daunnya digunakan untuk memandikan pasien malaria. Pada buah Jambu
Mete memiliki kandungan Vitamin C lebih tinggi dari Vitamin C yang terdapat pada
jeruk dan mangga, buahnya digunakan untuk pengobatan batuk dan penyakit kudis.
(Tafinta 2020).
senyawa fenol, kardol, dan metal kardol. Daun jambu mete juga mengandung
senyawa kimia antara lain tannin, asam ankardat, kardol, karbohidrat, protein lemak,
vitamin dan mineral. Senyawa fenol yang terdapat pada daun jambu metedapat
dimanfaatkan sebagai anti jamur, daun tanaman ini juga mengandung asam hidroksi
benzoate, kaemferol glikosida. Komponen minyak astiri pada daun jambu mete yang
utama terdiri dari gologan monoterpen (pien, falladren, borneol, karvakrol). Zat
samak tersusun dari asam gallat (daun), asam ellagat dan katekin (kayu). Hasil
hidrolisis getah ditemukan arabinosa, glaktosa dan ramnosa. Pada ekstrak daun jambu
mete mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yanag dapat digunakan sebagai
2.2 Kulit
Kulit merupakan organ yang cukup luas yang terdapat di permukaan tubuh.
15% dari berat badan orang dewasa adalah kulit. Kulit menerima 1/3 volume
6
sirkulasi darah tubuh dengan ketebalan bervariasi antara 0,5-6 mm. Satu inci (2,5 cm)
kulit terdiri atas 650 kelenjar keringat, 20 pembuluh darah, 60.000 melanosit, dan
ribuan ujung saraf tepi. Kulit memiliki aksesoris (bagian pelengkap) seperti rambut,
1. Lapisan epidermis; bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari jaringan epitel
2. Lapisan dermis; tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastic. Di
dalam lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
(Wildana 2016).
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Luka bakar dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi, listrik, dan kimia.
Luka bakar memiliki kedalaman luka yang bervariasi, yang dapat berkembang selama
2-3 hari. Jika tidak menangani luka bakar dengan cepat, maka akan menyebabkan
7
2.4 Patofisiologi Luka Bakar
kekurangan cairan intravaskuler. Luka luar menyebabkan kulit rusak dan hilangnya
cairan akibat dari penguapan berlebih di derajat satu, menumpuknya cairan pada bula
di derajat dua, dan diderajat tiga pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar. Luka
bakar dapat terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh jika luas luka bakar
kurang dari 20 %, namun jika lebih maka akan muncul tanda-tanda syok hipovalemik
seperti gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan cepat, penurunan tekanan darah (Jesicca
2018).
Luka bakar derajat satu yaitu luka bakar yang hanya terjadi di epidermis yang
menyebabkan gejala seperti kulit kering. eritema, tidak ada lepuhan, dan nyeri karena
ujung saraf sensorik yang teriritasi. Luka bakar ini biasanya sembuh sendiri bisa
sembuh sendiri dengan waktu kurang dari 7 hari dan tidak meninggalkan jaringan
parut.
Luka bakar derajat dua ini terjadi kerusakan di epidermis dan sebagian
dermis. Gejalanya yaitu terasa nyeri, tampak merah, dan mengalami eksudasi cairan.
Secara klinis luka bakar derajat dua digolongkan menjadi luka bakar derajat dua yang
dangkal (superfacial partial thickness) dan luka bakar derajat dua yang dalam (deep
melibatkan sebagian dermis, apendises kulit seperti folikel rambut masih utuh,
8
dengan tanda adanya lepuhan yang jelas dan berair dan sangat sensitif terhadap
tekanan. Luka bakar ini umumnya dapat sembuh selama 14 hari dengan jaringan
parut yang minimal. Luka bakar derajat dua dalam (deep partial-thickness) terjadi
kerusakan sebagian besar di dermis, kelenjar keringat, dan keringat sebasea. Luka
bulan. Tidak mengalami lepuhan diakibatkan oleh tebalnya lapisan jaringan yang
mati. Gejalanya yaitu luka tampak putih dan kering. Luka bakar ini menyebabkan
aliran darah terganggu, luka rentan terhadap infeksi. Penyembuhan luka bakar ini
lebih dari 3 minggu atau 21 hari dan mengakibatkan hipertrofi jaringan parut dan
Terjadi kerusakan dari epidermis, dermis, dan sampai lebih dalam lagi
kerusakan yang terjadi, seperti folikel rambut, kelenjar keringat, serta kelenjar
sebasea. Luka bakar derajat III tidak terjadi pelepuhan, kulit akan berwarna abu-abu
atau coklat, kering, tidak timbul rasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur.
Proses penyembuhannya lama karena tidak ada proses epitelisasi secara spontan.
Prinsip manajemen dan terapi untuk penanganan luka bakar adalah penutupan lesi dan
sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan
perbaikan yang terdiri dari proses yang kompleks Penyembuhan luka dimulai dengan
adanya reaksi inflamasi, kemudian diikuti dengan proses terjadinya infiltrasi antara
sel epitel, sel endotel, sel fibroblas dan sel inflamasi yang secara perlahan-lahan
9
Penyembuhan pada kulit yang mengalami luka dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
a. Fase inflamasi
Fase inflamasi dimulai ketika kulit mengalami paparan pertama kali dengan
agen yang menyebabkan terjadi luka pada kulit. Pada fase ini terdapat dua tahapan
yang akan terjadi, yaitu fase vaskular dan fase selular. Pada fase vaskular akan
dimulai dengan terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, fase ini terjadi untuk
memperlambat aliran darah agar tidak sampai ke bagian kulit yang mengalami luka,
sehingga nantinya akan terjadi pembekuan darah atau koagulasi. Setelah terjadi
prostaglandin dan serotonin yang kemudian berikatan dengan protein pengikat seperti
fibrinogen, yang nantinya dengan bantuan trombin fibrinogen akan dirubah menjadi
benang-benang fibrin yang secara perlahan akan membentuk bekuan pada bagian kulit
Selanjutnya pada fase inflamasi juga terdapat fase selular, pada fase ini
leukosit, neutrofil dan monosit akan menuju ke bagian kulit yang mengalami luka,
yang sebelumnya pada luka tersebut sudah terjadi bekuan oleh fibrin. Neutrofil
nantinya akan mengeluarkan zat sitokin sebagai sinyal kemoktasis untuk menarik sel-
sel leukosit lain agar berpindah ke bagian kulit yang mengalami luka untuk
mencegah terjadinya infeksi pada daerah luka. Kemudian monosit akan berubah
b. Fase Proliferasi
Proliferasi terjadi setelah agen penyebab luka sudah dihilangkan dan tidak ada
infeksi pada daerah luka. Selanjutnya pada fase ini akan terjadi pembentukan
10
jaringan granulasi pada bagian luka. Pada pembentukan jaringan granulasi akan
baru. Sel fibroblas akan mengalami proliferasi karena adanya bantuan dari matriks
ektraseluler berupa fibronektin dan sitokin, kemudian sel-sel fibroblas yang telah
berproliferasi akan menuju ke permukaan luka yang sebelumnya sudah terjadi
Pada fase proliferasi, secara perlahan sel fibroblas yang terdapat pada
permukaan luka juga akan menghasilkan serat kolagen baru. Serat kolagen yang
memiliki bentuk tidak beraturan akibat kulit mengalami luka nantinya akan
c.Fase Maturasi
Fase ini adalah tahap akhir pada saat proses penyembuhan luka. Setelah
tersebut akan berubah menjadi jaringan parut. Pada fase ini sel-sel epitel permukaan
dibagian tepi dari luka secara perlahan akan melakukan regenerasi. Kemudian
jaringan parut dibawah permukaan luka akan mengalami pematangan dan secara
bersamaan sel-sel epitel yang rusak bisa kembali normal dan kulit yang mengalamai
2.7 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, simplisia
pelikan atau mineral. Pada umumnya pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan,
11
Jenis-jenis simplisia terbagi atas 3 yaitu:
tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu dikeluatkan dari sel atau zat-zat nabati lainnya
2. Simplisia hewani : berupa hewan yang utuh, bagian hewan atau zat-zat
yang berguna yang dikeluarkan oleh hewan berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral : berupa pelican atau mineral yang yang belum atau
telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
2.8 Ekstraksi
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan faktor yang penting dalam proses
ekstraksi. Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang menyari sebagian besar proses
metabolit sekunder dalam simplisia (Depkes RI, 2008). Etanol merupakan pelarut
12
polar yang dapat digunakan untuk mengekstrak senyawa fenolik. Pelarut etanol 95%
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi lagi. Etanol dapat digunakan dalam
a. Metode maserasi
yang tahan panas maupun yang tidak tahan panas. Secara teknologi, maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi
lebih cepat di dalam cairan, sedangkan keadaan diam atau tidak mengalami
Secara teoritis pada suatu maserasi tidak mungkin terjadi ekstraksi absolut. Semakin
b. Metode Perkolasi
umumnya digunakan pada temperatur ruang. Proses perkolasi terdiri dari tahap
13
(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. Ekstrak ini membutuhkan pelarut yang
c. Metode Sokletasi
dengan menggunakan pelarut yang murni. Pada metode soxhletasi bahan yang akan
sebagainya) di bagian dalam alat ekstraksi. Wadah gelas yang mengandung kantung
diletakkan di antara labu penyulingan dengan pendingin alir balik dan dihubungkan
dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan
menetes keatas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi.
secara otomatis dipindah kedalam labu. Dengan demikian zat yang diekstraksi
d. Metode Refluks
dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu
dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan
diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam
2.9 Bioploacenton
14
Bioplacenton adalah obat topical yang berbentuk gel. Bioplacenton memiliki
kandungan neomisin sulfat 0,5 % dan ekstrak plasenta 10% yang dikemas dalam
tube. Ekstrak plasenta yang ada pada bahab ini dapat menstimulasi terjadinya
Bioplacenton diindikasikan untuk luka bakar, ulkus kronis, luka yang lama sembuh,
ulkus dekubitus, eksim pioderma, impetigo dan infeksi kulit lainnya (Ain 2017).
dipelihara khusus untuk tujuan percobaan dan lain sebagainya. Hewan coba yang
(Heni 2018).
Hewan uji yang akan digunakan dipilih berdasarkan umur, jenis kelamin, berat
badan, kondisi kesehatan dan keturunan. Hewan uji yang digunakan harus selalu
berada dalam kondisi dan tingkat kesehatan yang baik, dalam hal ini hewan uji yang
digunakan dikatakan sehat bila pada periode pengamatan bobot badannya bertambah
tetap atau berkurangt tidak lebih 10% serta tidak ada kelainan dalam tingkah laku dan
harus diamati satu minggu. Hewan uji juga harus sedapat mungkin bebas dari
menganggu jalannya reaksi pada pemeriksaan penelitian, sehingga dari segi ilmiah
15
2.12 Kelinci (oryctolagus cuniculus)
Kelinci di kelompokan menjadi dua jenis yaitu kelinci bebas dan kelinci peliharaan.
Kelinci merupakan hewan pengerat yang memiliki dua pasang gigi seri (Eko 2020).
Californian, dutch, English spot, Flemish giant, Havana, Himalayan, New Zealand
red, white dan black rex America. Berdasarkan binomial, kelinci diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Subfamili : Leporine
Genus : Orictolagus
Spesies : Orictolagus sp
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR2.9 2.12
HewanKelinci
Kelinci
3 Kelinci
16
2.13 Kerangka Teori
Kulit
Antijamur,
Ekstrak Daun antibakteri,
Luka Bakar
Jambu mete antiradang
Diameter Luka
Bakar
2.14 Hipotesis
H0 : Ekstrak daun jambu mete dapat memberikan aktivitas penyembuhan luka bakar
terhadap kelinci.
H1 : Ekstrak daun jambu mete pada konsentrasi 5%, 10%, 20% mempunyai efek
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Fase inflamasi
Fase proliferasi
Fase maturasi
Hipotesis
18
3.2 Desain Penelitian
Farmakologi Program Studi DIII Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Muhammadiyah Manado.
a. Daun jambu mete adalah daun yang diperoleh dari tanaman jambu mete yang
b. Ekstrak daun jambu mete adalah ekstrak yang dihasilkan dari penyarian dengan
Populasi dalam penelitian ini adalah dalah daun jambu mete yang berasal dari
tanaman jambu mete yang ditanam di Desa Tewaan Kecamatan Ranowulu Kota
Bitung
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu mete yang
masih segar yang di ambil di desa Pandu. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian
19
ini adalah kelinci yang telah dikondisikan selama satu minggu yang kemudian dengan
sengaja dibuat luka bakar dengan diameter yang diinginkan. Kemudian bahan lain
b. Alat
Alat yang digunakan yaitu, kandang kelinci, alat ukur, alat ukur, timbangan
analitik, gelas ukur, blender, kertas saring, kain flannel, lumping atau alu, pencukur
yang berada di Desa Tewaan Kecamatan Ranowulu Kota Bitung, Daun jambu mete
sampai kering. Kemudian dibuat serbuk dengan cara diblender dan diayak.
dengan cara maserasi menggunakan pelarut (etanol 96%) sebanyak 1000 ml selama 2
hari. Dengan mengumpulkan filtrat 2 kali penyarian, filtrat pertama didapat dari
perendaman sampel dengan etanol disaring dengan corong yang dilapisi kertas saring.
Debris yang tersisa direndam lagi dengan etanol 96% sebanyak 800 ml selama 24 jam
kemudian ekstrak etanol yang didapat disaring (filtrat kedua). Kedua filtrat
dan 20 %.
20
3.8.2 Pengambilan dan penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan yaitu kelinci sebanyak 2 ekor dengan bobot badan
1 kg dengan usia 4-6 bulan. Sebelum dilakukan perlakuan, terlebih dahulu hewan uji
Hewan uji (kelinci) yang akan digunakan dicukur bulunya terlebih dahulu.
Kemudian bagian yang telah dicukur dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%
selanjutnya dibuat luka dengan menggunakan besi yang sudah dipanaskan, kemudian
3.8.4 Pengujian
Kelinci yang telah dibuat luka kemudian diukur diameter luka awal terlebih
untuk pemberin ekstrak etanol daun jambu mete dilakukan 3 kali sehari pada hewan
uji (kelinci).
digunakan rumus :
21
Dimana dx = Rata-rata diameter luka setiap kelompok
P% = do - dx x 1oo %
do
22
DAFTAR PUSTAKA
Audi Fikri Aulia, 2015. Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong
(Andredera cordifolia (Toner) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan
Granulasi Pada Luka Bakar Tikus Sprague dawley (Studi Pendahuluan Lama
Paparan Luka Bakar 10 Detik Dengan Plat Besi). Universitas Islam Negeri
Hidayahtullah Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Jilid V.
Jakarta: Direktorat Jendral POM.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Acuan Sediaan Herbal. Jakarta:
Direktorat Jendral POM.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Materi Medika Indonesia Jilid
VI. Jakarta: Direktorat Jendral POM .
Dyah Ayu Permatasari, 2020. Aktifitas Antibakteri Ekstrak Dan Fraksi Daun Jambu
Mete (Annacardium Occidentale Linn.) Terhadap Propionbacterium acnes
Menggunakan Metode Difusi Sumuran. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Eko Susetyarini, Dkk. 2020. Identifikasi Parasit Dan Tingkat Keparahan Penyakit
Scabies Pada Kelinci New Zeland Sebagai Bahan Preparat. Universitas
Muhammadiyah Malang
Fitri Handayani, Dkk. 2015. Uji Efektivitas Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb)
Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Punggung Mencit Putih Jantan
(Mus musculus). Akademi Farmasi Samarinda.
Heni Dwi Utari, Dkk. 2018. Optimalisasi penerapan Prinsip Kesejahteraan Hewan
(Animal Welfare) Pada Hewan Coba Di Bbvet Wates Untuk Mendukung
Diagnosis Laboratorium. Laboratorium BBvet Yogjakarta.
I.Y.Tafinta,Dkk.2020. Phytochemical Screening And Antifungal Activities Of
Cashew (Annacardum occidentale Linn.) Leaves Extract Some Fungial
Isolates.Usmanu Danfodiyo University.
Jessica Besty Umboh, 2018. Uji Aktifitas Penyembuhan Luka Bakar Salep Ekstrak
Etanol Daun Pacar Air (Impatiens balsamina. L) Pada Punggung Kelinci New
Zealand
Khusnul Khotimah, 2016. Skrining Fitokimia Dan Identifikasi Metabolit Sekunder
Senyawa Karpain Ekstrak Metanol Daun Carica Pubescen Lenne & K. Koch
Dengan LC/MS (Liquid Chromatograph-tandem Mass Spectrometry).
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Kementrian Kesehatan Republik Indoensia. 2017. Acuan Bahan Baku Obat
Tradisional Dari Tumbuhan Obat Di Indonesia.
23
Leli Ika Hariyati. 2017. Efektivitas Ekstrak Etanol Sirih Merah (Piper Crocatum)
Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus).
Universitas Airlangga Surabaya.
Renata Putri Prasetyanigtyas, 2017. Identifikasi Senyawa Aktif Daun Jambu Mete
(Annacardium occidentale Linn) Dan Uji Aktifitas Sebagai Antibakteri Pada
Hand Sainitizer Spray. Universitas Negeri Semarang.
Ulima Larissa, Dkk. 2017. Pengaru Binahong Terhadap Luka Bakar Derajat II.
Universitas Lampung.
Wildana Aqila Dzakiy, 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Binahong
(Andredera cordifolia (Toner) Steenis) Terhadap Jumblah Fibroblas Pada Luka
Bakar Derajat II Tikus Sprague dawley
Yuliana Rizqy Dwi Ratna, Dkk. 2016 Daya Antibakteri Ekstrak Dan Fraksi-fraksi
Daun Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Sensitif dan Multiresisten. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
24