Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah : Toksikologi

MINIRISET
UJI TOKSISITAS ESTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum Linn.) SEBAGAI
BIOLARVASIDA NYAMUK Aedes aegypti
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Toksikologi
Dosen Pengampu: Aida Fitriani Sitompul, S.Pd, M.Si

Kelompok 5 :
Nama Angota Kelompok:

Cindy Amelia Br Ketaren ( 4173220004)


Cindika Silaban (4173220002)
Ivan Indramanto L. (4173220009)
Levya Christlyra Purba (4173520019)
Wandes Sanbara (4162220009)
Winarsih (4172220006)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ................................................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................................................. 5
2.1 Kemangi (Ocimum sanctum Linn.) ................................................................................... 5
2.1.1 Asal, Habitat, dan Persebaran ..................................................................................... 5
2.1.2 Morfologi Tanaman ...................................................................................................... 6
2.1.3 Kandungan Kimia ......................................................................................................... 6
2.2 Aedes aygepti ....................................................................................................................... 8
2.3 Insektisida Nabati ............................................................................................................. 10
2.4 Ekstraksi ............................................................................................................................ 11
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 12
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................................... 12
3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian .......................................................................................... 12
3.3 Jenis Penelitian .................................................................................................................. 12
3.4 Alat dan Bahan.................................................................................................................. 12
3.4.1 Alat ............................................................................................................................... 12
3.4.2 Bahan ........................................................................................................................... 12
3.5 Prosedur Kerja .................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................Error! Bookmark not defined.

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Miniriset ini. Adapun judul penelitian kami adalah
“Uji Toksisitas Estrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn.) Sebagai Biolarvasida Nyamuk
Aedes aegypti. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan
sebagai bahan literasi bagi para pembaca.
Kami juga menyadari bahwa dalam proses penyelesaian tugas ini masih banyak
kekurangan dan masih banyak terdapat kesalahan, oleh karena itu kami mohon maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan, ataupun penggunaan kata yang kurang tepat dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambahsedikit pengetahuanserta wawasan pembaca mengenai toksikologi

Medan, Oktober 2019

Tim penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari tahun ketahun penyakit yang ditularkan oleh nyamuk cenderung mengalami peningkatan
, baik dari jumlah kasus penderita maupun kasus kematian. mulai dari demam berdarah, malaria,
chikungunya, enchepalitis, zika hingga kaki gajah (filariasis). Keberhasilan nyamuk sebagai vector
ditandai dengan munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit demam berdarah (DBD) secara
nasional
Secara nasional, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) semakin bertambah. Berdasarkan
data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, jumlah kasus DBD per 29 Januari 2019 mencapai
13.683 dengan jumlah meninggal dunia 133 jiwa. untuk mengatasi hal ini, Kemenkes RI melalui
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah mengirimkan surat edaran kepada
seluruh kepala dinas kesehatan provinsi untuk tetap siaga menghadapi kasus DBD. Melalui surat
edaran tersebut, setiap daerah diimbau untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi dalam
pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Upaya pencegahan terhadap penularan DBD dan penyakit Virus Zika dilakukan dengan
pemutusan rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopicus. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain melakukan pemantauan
jentik nyamuk dan PSN 3M Plus disetiap rumah secara rutin untuk memberantas sarang nyamuk
yaitu dengan: menguras tempat-tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak
mandi, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan kembali atau mendaur
ulang barang bekas yang dapat menampung air seperti botol plastik, kaleng, dll. Selain itu,
ditambah dengan Plus pada 3M Plus yang merupakan segala bentuk kegiatan pencegahan dari
gigitan nyamuk, seperti menaburkan atau meneteskan larvasida pada tempat penampungan yang
sulit dibersihkan.
Penelitian ini penting dilakukan karena penggunaan insektisida kimia sintetik, seperti DDT,
etilheksanadiol, temefos, dan berbagai senyawa sintetik lainnya memiliki bahaya yang sangat
mengerikan. Penggunaan bahan kimia sintetik tersebut dapat berakibat buruk bagi kesehatan
manusia, disebabkan adanya residu bahan kimia yang tertinggal di lingkungan .oleh sebab itu
penelitian ini penting dilakukan untuk membuat larvasida alami yang tidak membahayakan
3
kesehatan manusia dan juga lingkungan untuk menekan populasi nyamuk dan mencegah penyakit
yang disebabkan oleh nyamuk
Hipotesis yang diajukan adalah ekstrak daun kemangi bersifat toksik terhadap larva nyamuk.
Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh bahan aktif sebagai alternatif dalam pengendalian
larva nyamuk sehingga penggunaan insektisida sintetik yang membahayakan kesehatan manusia
dan juga lingkungan dapat di atasi

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum Linn.) memilikipotensi toksisitas
terhadap larva nyamukAedes aegypti?
2. Berapakah Lethal Concentration 50% (LC50) dari ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum
Linn.)untuk membunuh larva nyamukAedes aegypti dalam 24 jam
3. Apa sajakah kandungan kimia ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum Linn.)?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum Linn.) memiliki
potensi toksisitas terhadap larva nyamuk Aedes aegypti
2. Menentukan nilai Lethal Concentration 50% (LC50) dari ekstrak daun kemangi (Ocimum
sanctum Linn.) untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti dalam 24 jam.
3. Mengetahui kandungan kimia ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum Linn.)

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi tentang potensi toksisitas
ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum Linn.) dan menemukan larvasida alami yang
tidak mengganggu kesehatan manusia dan juga lingkungan

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kemangi (Ocimum sanctum Linn.)


Tanaman yang dapat digunakan sebagai insektisida alami adalah tanaman yang
mengandung saponin, sianida, flavonoid, tanin, steroid, dan minyak atsiri (Kardinan, 2002: 20).
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai insektisida adalah tanaman kemangi, tanaman ini
mengandung bahan aktif yaitu flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, dan minyak atsiri jenis
euganol. Senyawa inilah yang berkhasiat sebagai insektisida (Medika LV et al, 2004).
Kemangi memiliki aroma daun yang khas, kuat namun lembut dengan sentuhan aroma
limau. Di Thailand tanaman ini dikenal sebagai manglak dan juga sering dijumpai dalam menu
makanan setempat. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan
bunganya (Kurniasih, 2014: 1).
Tanaman kemangi juga dikenal dengan sebutan yang berbeda di berbagai daerah. Kemangi
juga dikenal di berbagai daerah sebagai lampas, ruku-ruku, ruruku (Indonesia); balakama
(Manado); kemangi utan (Melayu); kemangen, lempes (Jawa); kemanghi, ko-roko (Madura); uku-
uku (Bali), dan lufe-lufe (Ternate).

2.1.1 Asal, Habitat, dan Persebaran


Berbagai varietas kemangi telah banyak dikenal di dunia dan biasanya diseleksi didasarkan
pada aroma dan warna tanaman. Tanaman ini berasal dari daerah tropis Asia dan kepulauan di
daerah Pasifik. Pertama kali ditemukan dan diolah di India. Kini, tanaman ini tersebar luas di Asia,
Afrika, Amerika Tengah dan Selatan. Secara komersial banyak dibudidayakan di Eropa bagian
Selatan, Mesir, Maroko, Indonesia, dan California. Di indonesia, tanaman kemangi banyak 28
ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, dan Maluku. Namun, banyak dibudidayakan di daerah Jawa
Barat untuk dicari kandungan minyak atsirinya. Kemangi adalah tumbuhan yang hidup secara liar
dan berbau harum. Tanaman ini tumbuh dengan baik dari dataran rendah hingga dataran tinggi.
Kemangi sangat sensitif terhadap iklim dingin, dapat berkembang dengan sangat baik jika
mendapat sinar matahari yang melimpah dan membutuhkan iklim yang panas dan kering. Untuk
perbanyakan tanaman kemangi dapat diperbanyak dengan biji (Kurniasih, 2014: 3-4).

5
2.1.2 Morfologi Tanaman
kemangi memiliki batang yang tegak dengan tinggi antara 0,3 – 0,6 m. Batang berwarna
hijau dan setelah tua berwarna kecoklatan, pada batang juga terdapat bulu halus. Daun dan tangkai
tanaman ini berwarna hijau, letak daun berhadapan, panjang daun antara 0,5 – 2 cm, daun
berbentuk bulat telur dan ujungnya meruncing, tampak menggelombang, pada sebelah menyebelah
ibu tulang daun terdapat 3 – 6 tulang cabang, tepi daun sedikit bergerigi, terdapat bintik-bintik
serupa kelenjar (Anonim, 2015).
Bunga semu terdiri dari 1 – 6 karangan bunga yang berkumpul menjadi satu tandan. Bunga
terletak di bagian ujung batang, cabang, atau ranting. Panjang karangan bungan mencapai 25 cm
dengan 20 kelompok bunga. Daun pelindung berbentuk elips atau bulat telur dengan panjang
antara 0,5 – 1 cm. Kelopak bunga berwarna hijau, berambut, dan berada di sebelah dalam lebih
rapat dan bergigi tak beraturan. Daun mahkota berwarna putih dan berbibir dua (bibir atas bertaju
4 dan bibir bawah utuh). Tangkai kepala putik berwarna ungu, sedangkan tangkai kepala 29 sari
dan tepung sari berwarna putih. Tangkai dan kelopak buah letaknya tegak, melekat pada sumbu
dari karangan bunga. Biji berbentuk kecil, keras, dan memiliki warna kehitaman.

2.1.3 Kandungan Kimia


Kandungan bahan kimia yang terdapat pada seluruh bagian dari tanaman kemangi adalah
1,8 sineol, anethol, apigenin, stigmaasterol, triptofan, tanin, sterol, dan broon (Gunawan Elisa,
2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vinca Medica dkk tahun 2004, daun kemangi
memiliki kandungan bahan aktif yang dapat digunakan sebagai insektisida yaitu:
1. Flavonoid
Senyawa flavonoid banyak ditemukan pada tanaman buah maupun sayuran. Flavonoid
banyak diteliti karena memiliki manfaat bagi kesahatan. Setiap tumbuhan akan menghasilkan
flavonoid yang berbeda-beda (Suranto Adji, 2010: 26). Flavonoid atau yang sering disebut
dengan bioflavonoid ini merupakan kelompok pigmen tanaman yang dapat melindungi dari
serangan radikal bebas yang merusak. Senyawa ini merupakan senyawa yang memberikan warna
pada buah-buahan maupun bunga. Flavonoid merupakan kompenen fenol, yaitu bioaktif yang
dapat merubah reaksi tubuh terhadap senyawa lain seperti virus, alergen, dan zat pengerat
lainnya. Oleh sebab itu, flavonoid memiliki kemampuan sebagai antivirus, antiperadangan,
antioksidan, antialergi, antikarsinogenik, menghambat kolesterol darah, serta memperlambat
6
penuaan dini. Kemampuan flavonoid sebagai antioksi 30 dan sering digunakan dalam mengobati
artritis dan pengerasan pembuluh arteri (Wirakusumah Emma S, 2007: 18).
Flavonoid dalam insektisida alami berfungsi sebagai racun pernapasan yang dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem pernafasan sehingga serangga tidak dapat bernafas dan
akhirnya mati. Posisi tubuh larva yang berubah dari normal disebabkan oleh senyawa flavonoid
akibat cara masuknya yang melalui siphon sehingga mengakibatkan kerusakan sehingga larva
harus mensejajarkan posisinya dengan permukaan air untuk mempermudah dalam mengambil
oksigen (Cania BE et al, 2013).
2. Saponin
Saponin merupakan salah satu jenis glikosida yang sering ditemukan pada tumbuhan.
Saponin memiliki ciri khas yaitu berbentuk buih. Jika direaksikan dengan air kemudian dikocok,
dapat membentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin memiliki sifat mudah larut dalam air
dan sulit larut dalam eter. Saponin memiliki sifat racun bagi hewan berdarah dingin dan sering
digunakan sebagai racun ikan. Saponin memiliki beberapa sifat, yaitu menghemolisa eritrosit,
memiliki rasa yang pahit, membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidrok-sisteroid
lainnya, berat molekul relatif tinggi, dan hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati,
dalam larutan air membentuk busa yang stabil (Hartono Teguh, 2009).
Saponin dalam insektisida alami berfungsi sebagai racun perut yang masuk ke dalam tubuh
serangga melalui celah, lubang, atau kulit pada tubuh serangga dan 31 langsung ke mulut
serangga (Anita, 2009). Saponin bertindak sebagai racun perut yang dapat mempengaruhi larva,
sehingga mengakibatkan kematian larva. Saponin sebagai racun perut bekerja dengan cara
merusak traktus digestivus. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan traktus digestivus
larva, sehingga mengakibatkan dinding traktus digestivus menjadi korosif (Farida, 2006).
3. Tanin
Tanin merupakan antioksidan berjenis polifenol yang menyatu dan mudah teroksidasi
menjadi asam tanat. Tanin merupakan antioksidan yang dapat mencegah efek radikal bebas yang
merusak. (Yuliarti Nurheti, 2009: 105). Tanin sebagai larvasida bekerja dengan cara menekan
konsumsi makanan, mengganggu proses pertumbuhan, dan kemampuan bertahan. Rasa pahit
pada tanin dapat menghambat larva untuk tidak mau makan, sehingga mengakibatkan larva
kelaparan dan perlahan-lahan akan mati (Yohana FS, 2010).

7
4. Triterpenoid
Triterpenoid merupakan insektisida alami bekerja dengan cara menghambat proses
pertumbuhan serangga, menghambat proses ganti kulit pada serangga (moulting inhibition),
sebagai penolak makan (antifeedancy), dan dapat mengakibatkan abnormalitas pada anatomi
yang dapat mengakibatkan kematian pada serangga (Samsudin, 2011).
5. Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah minyak yang memiliki banyak manfaat. Minyak atsiri ini memiliki
bentuk berupa cairan kental yang dapat disimpan pada suhu ruang. Minyak atsiri ini dapat
ditemukan di bagian tanaman seperti akar, batang, bunga, biji, daun, kulit biji, buah, maupun
rimpang. Minyak atsiri memiliki ciri khas yaitu mudah menguap dan memiliki aroma yang khas,
sehingga sering digunakan sebagai bahan pembuatan wewangian dan kosmetik. Aroma yang
dihasilkan oleh minyak atsiri tidak disukai oleh serangga. Minyak atsiri yang mengandung
euganol dapat digunakan sebagai anti serangga (Syahbana Rusli Meika, 2010).
Minyak dalam tanaman kemangi berkisar antara 0,08-0,38% dengan bahan aktif utama
euganol (1-hidroksi-2-metoksi-4-allilbenzena) sekitar 64% (Kurniasih, 2014: 9-10). Euganol
bersifat sebagai racun perut yang bekerja dengan cara mengganggu pencernaan serangga. Selain
sebagai racun perut, euganol bekerja dengan cara menghambat reseptor perasa pada mulut larva
yang dapat mengakibatkan larva gagal mendapat stimulus, sehingga larva tidak dapat mengenali
makanannya yang dapat mengakibatkan larva kelaparan dan akhirnya mati (Gunawan Elisa,
2011).

2.2 Aedes aygepti


Seperti halnya serangga lain dari kelompok Diptera, siklus hidup nyamuk juga
mengalami metamorfosis sempurna (Gambar 2) yang terdiri atas beberapa stadium dimulai dari
telur- larva (larva instar 1, 2, 3, dan 4)- pupa dan dewasa. Secara taksonomi nyamuk Ae. aegypti
dapat diklasifikasikan sebagai berikut kingdom Animalia, filum Invertebrata, kelas Insekta, ordo
Diptera, famili Culicidae, genus Aedes, spesies Ae. Aegypti

8
Gambar2 siklus hidup nyamuk aedes aygepti
Sumber :https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/17359/2/G08aan.pdf
Di daerah tropis, telur akan menetas dua sampai empat hari setelah oviposisi. Biasanya
telur akan menetas dalam waktu 1-48 jam pada suhu 23-27°C. Telur nyamuk Ae. aegypti
memerlukan waktu beberapa hari untuk perkembangan embrio, yaitu sekitar 2-3 hari dan
kemudian menetas beberapa menit setelah diletakkan di bawah permukaan air (Herlina 2004).
Selama masa bertelur seekor nyamuk betina mampu menghasilkan 100-400 butir telur.
Beberapa jenis Ae. aegypti bersifat univoltine yaitu hanya mampu menghasilkan satu generasi
tiap tahun. Telur biasanya memilki warna gelap dengan dikelilingi oleh kantong udara.
Diperkirakan nyamuk Ae. aegypti betina akan bertelur sekitar 140 telur setelah menghisap darah
manusia dan akan lebih banyak telur yang dihasilkan setelah menghisap darah amfibi dan reptil
(Rustandi 2005).
Setelah melewai fase telur, bakal nyamuk akan melewati fase larva. Larva nyamuk
terdapat di dalam berbagai tempat akuatik, misalnya tempat penyimpanan air, bak mandi,
genangan air hujan di selokan, lubang jalan yang bersih, pot tanaman yang berisi air, dan kaleng
atau wadah yang dipenuhi air hujan. Larva berukuran 0.5-1.0 cm, mempunyai pelana yang
terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral. Makanan larva berupa alga, bakteri, dan bahan-bahan
kecil sebesar 20-100 mikron. Larva akan mengalami empat kali proses pergantian kulit (instar).
Proses ini menghabiskan waktu 7-9 hari. Setelah itu larva berubah menjadi larva (kepompong)
(Putra 1995).

9
Pupa merupakan stadium terakhir calon nyamuk yang ada di air. Bentuk tubuh pupa
bengkok dan kepalanya besar. Fase pupa membutuhkan waktu 2-5 hari. Selama fase itu, pupa
tidak makan apapun. Setelah melewati fase itu, pupa akan keluar dari kepompong menjadi
nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air. Nyamuk Ae. aegypti dewasa mempunyai
lingkaran putih di pergelangan kaki dan bintik-bintik putih di tubuhnya (Gambar 3). Kebanyakan
nyamuk dewasa tidak pergi jauh dari air sebagai tempat hidup pada tahapan larva (Utari 2007).

Gambar 3 Nyamuk Ae. aegypti.


Sumber :https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/17359/2/G08aan.pdf

2.3 Insektisida Nabati


Secara umum, insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis insektisida ini
bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi
manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Insektisida nabati bersifat “pukul
dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan
setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian,
tanaman akan terbebas dari residu insektisida dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan insektisida
nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan insektisida
sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya
tergantung kepada insektisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan insektisida sintetis
dapat diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat
dikurangi pula (Kardinan 2005)

10
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pengambilan senyawa tunggal atau majemuk dari suatu bahan
dengan menggunakan pelarut tertentu berdasarkan distribusinya pada dua fase yang tidak saling
bercampur.
Ekstraksi juga didefinisikan sebagai proses pemindahan satu atau lebih komponen dari
matriks mereka ke fase lain. Metode ekstraksi bergantung pada polaritas senyawa yang akan
diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang
berlainan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah selektivitas,
kemampuan mengekstrak, toksisitas, kemudahan untuk diuapkan, dan harga pelarut. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi dengan etanol dan n-heksana sebagai
pelarut pengekstrak. Metode ini digunakan untuk mengekstrak suatu komponen yang tidak tahan
panas atau mudah terdegradasi pada suhu tinggi. Salah satu kekurangan dari metode ini adalah
banyaknya pelarut yang dibutuhkan sebagai pengekstrak dan lamanya waktu ekstraksi.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang biologi dan kimia.

3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilakukan selama satu minggu di Laboratorium Universitas Negeri
Medan (Unimed) .

3.3 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan rancangan Acak
Lengkap (RAL) dan berpebanding dengan 3 kali pengulangan . Data Yang diukur adalah
perlakuan ekstrak daun kemangi terhadap larva nyamuk Aedes aegyti dengan konsentrasi 0
%, 10%, 20%, 30%, 4 0% dan 50%.Waktu pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan
interval 120 menit.
Pembuatan larutan uji yang berupa ekstrak ini menggunakan daun kemangi (Ocimum
sanctum Linn.) serta pelarut dalam pembuatan larutan uji ini berupa etanol 70% lalu ekstraksi
dengan cara maserasi samapai mendapatkan konsentrasi 100% .kemudian ekstrak daun
kemangi ini dibuat dalam konsentrasi 0 %, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%.
Larva nyamuk diambil dari parit unimed menggunakan jaring dan diaklimasi didalam air
selama 24 jam .Larva Nyamuk yang dibutuhkan sebanyak 90 ekor untuk 3 percobaan.

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, botol plastik, jaring, pipet tetes, mortar,
saringan, kain kasa dan erlenmeyer

3.4.2 Bahan
12
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kemangi segar, larva Nyamuk
Aedes aegypti dan etanol 70%.

3.5 Prosedur Kerja


Daun kemangi segar yang digunakan dalam penelitian ini diidentifikasi dahulu di
Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan. Daun kemangi segar
dikeringkan dengan cara menjemur di suhu kamar. Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode maserasi. Pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah etanol 70%. Daun kemangi yang sudah dikeringkandan dihaluskan dengan
mortar lalu dimasukkan ke dalam bejana erlenmeyer dengan ditambah etanol 70%. Campuran ini
kemudian diguncang agar tercampur rata dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam campuran
ini kemudian disaring dengan kain kasa untuk mendapat sari-sarinya. Pencampuran dan
penyaringan ini dilakukan tiga kali secaraberulang sampai warna campuran menjadi pekat dan
kental. Dari ekstrak kental yang diperoleh kemudian dibuat dengan konsentrasi 0 %, 10%, 20%,
30%, 4 0% dan 50%. Kemudian dilakukan 3 kali pengujian

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Tabel hasil pegamatan uji pendahuluan

14
konsentras Waktu Pengamatan dan jumlah larva yang mati
Waktu Pengamatan dan jumlah larva yang mati
Char…
Waktu…
i Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
10
0 Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
ke-2 ke-4 ke-6 ke-8 ke-10 ke-12 ke-14 ke-16 ke-18 ke-20 ke-22 ke-
ke-2 ke-4 ke-6 ke-8 ke-10 ke-12 ke-14 ke-16 ke-18 ke-20 ke-22 ke-
24
24
0% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30% 6 7 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10
10% 0 2 6 8 10 10 10 10 10 10 10 10
35% 7 7 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10
20% 6 4 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10
40% 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
30% 6 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
45% 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
40% 8 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
50% 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
50% 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
b. Table hasil pengamatan uji real

c. Tabel hasil pengamatan uji ulangan

konsentras Waktu Pengamatan dan jumlah larva yang mati


i Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
ke-2 ke-4 ke-6 ke-8 ke-10 ke-12 ke-14 ke-16 ke-18 ke-20 ke-22 ke-
24
0% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32% 4 8 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10
34% 5 7 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10
36% 5 8 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10
38% 6 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
40% 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

15

Anda mungkin juga menyukai