Oleh :
Ahmad Musafi Hazan
G1A016048
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. dr. Fitranto Arjadi, M.Kes Dr. dr. Nendyah Roestijawati, M.KK
NIP. 19850217 201012 2 003 NIP. 19831126 200812 2 003
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................. 5
1. Tujuan Penelitian...................................................................................5
2. Manfaat Penelitian.................................................................................7
D. Keaslian Penelitian.....................................................................................7
III.METODE PENELITIAN....................................................................................39
A. Materi dan Bahan.....................................................................................39
B. Metode Penelitian.................................................................................... 42
C. Rancangan Percobaan dan Pengambilan Sampel.....................................42
D. Variabel yang Diukur............................................................................... 46
E. Cara Mengukur Variabel.......................................................................... 46
F. Tata Urutan Kerja.....................................................................................47
G. Analisis Kerja...........................................................................................52
H. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................53
I. Jadwal Penelitian......................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 54
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................................7
Tabel 2.1 Kriteria RIFLE dan AKIN dalam Diagnosis AKI.................................19
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional........................................................46
Tabel 3.2 Jadwal Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Seledri......................................53
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Ginjal Tikus.......................................................................11
Gambar 2.2 Nefron Ginjal...................................................................................13
Gambar 2.3 Fase-Fase AKI..................................................................................18
Gambar 2.4 Patofisiologi AKI di Renal...............................................................21
Gambar 2.5 Mekanisme Peroksidasi Lipid..........................................................24
Gambar 2.6 Seledri..............................................................................................30
Gambar 2.7 Kerangka Teori Penelitian................................................................37
Gambar 2.8 Kerangka Konsep Penelitian............................................................38
DAFTAR SINGKATAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ yang memiliki fungsi multipel antara lain
pengaturan keseimbangan asam basa, serta ekskresi produk sisa darah (Guyton
& Hall, 2015). Ginjal dapat mengalami kerusakan fungsi dengan cepat dan
tiba-tiba atau biasa disebut Acute Kidney Injury (AKI) (Singbartl & Joannidis,
Pada tahun 1983 tercatat 4,9%, tahun 2002 meningkat menjadi 7,2% dan
pada tahun 2012 meningkat menjadi 20% (Case et al., 2013). Di Indonesia
dan postrenal (Waikar & Bonventre, 2012). Namun penyebab AKI yang paling
besar adalah prerenal, yaitu adanya hipoperfusi darah ke ginjal (Bonventre &
ginjal yang menyebabkan ischemia dan apabila aliran darah kembali mengalir
respon kerusakan pada organ tubuh akibat kekurangan suplai darah dan
kerusakan tersebut semakin parah ketika organ tersebut kembali dialiri darah
kerusakan sel protein, DNA, dan membran plasma. Kerusakan membran sel
pada akhirnya menyebabkan pelepasan radikal bebas yang lebih banyak lagi
(CKD) (Basile et al., 2012). Sebesar 70% AKI akan menjadi CKD (Arfian et
al., 2012)
IRI pada ginjal mengakibatkan ginjal mengalami serangkaian respon
fungsi ginjal. IRI dapat terjadi akibat shock hipovolemic, sudden cardiac
berbagai mekanisme di organela sel yang lain yaitu lisosom dan makrosom
(Sudoyo et al., 2007; Kim & Kim, 2010). Peningkatan produksi ROS dan
mencari pasangan elektron. ROS akan merusak bentuk dari molekul tersebut.
Akibat dari aktivitas ROS ini, komponen makromolekul sel seperti protein,
integritas sel terganggu dan sel mengalami apoptosis atau nekrosis (Chapple et
peroxide (H2O2) yang kemudian didegradasi menjadi air dan molekul oksigen
adrenalin, limfa, pankreas, otak, paru-paru, lambung, usus, ovarium dan timus
untuk dapat mencegah terjadinya kerusakan ginjal pada AKI atau bahkan
CKD.
Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai antioksidan adalah
seledri (Apium graveolens L.) (Duke, 2010). Selain itu, seledri juga
saponin (Faizal & Iskandar, 2018; Rehman et al., 2016; Sukketsiri et al., 2016;
Jung et al., 2011). Penelitian Nadia & Osman (2012) mengevaluasi efek
di hati dan otak dan menyebabkan penurunan aktivitas SOD, CAT dan GPxs.
status antioksidan. Paparan dari timbal dan radiasi ini meyebabkan stres
kadar antioksidan dalam tubuh (Nadia & Osman, 2012). Kandungan dari
dalam melawan stres oksidatif (Basile, 2007; Rehman et al., 2016). Terapi
seledri terutama tergantung pada flavon (flavonoid) dan apigenin. Zat-zat
mengurangi peroksidasi lipid (Nadia & Osman, 2012). Penelitian Afifah et al.
mg/kgBB selama 14 hari sebelum dan 3 hari setelah pembuatan model AKI
terhadap kadar SOD tikus model IRI. Berdasarkan uraian tersebut, maka
peneliti tertarik untuk meneliti efek lama waktu pemberian ekstrak etanol
dawley) sehat.
2) Mengetahui kadar superoxide dismutase tikus putih (Sprague
IRI.
4) Menganalisis efek pemberian ekstrak etanol seledri (Apium
IRI.
5) Menganalisis efek pemberian ekstrak etanol seledri (Apium
IRI.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi tentang efek lama waktu pemberian
model IRI.
b. Manfaat Praktis
1) Sebagai langkah awal bagi peneliti untuk melakukan penelitian
D. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
A. Materi Pustaka
1. Ginjal
a. Anatomi Ginjal Tikus
Tikus memiliki bentuk anatomi ginjal yang sedikit berbeda dari
ginjal manusia, namun tetap memiliki fungsi yang sama. Jumlah nefron
pada tikus lebih sedikit dibandingkan nefron pada ginjal manusia, yaitu
hanya sekitar 30.000 – 35.000. Ginjal tikus hanya mempunyai satu papila
Bagian medula ginjal sama halnya dengan manusia yaitu dikelilingi oleh
korteks ginjal. Bagian korteks ginjal pada tikus memiliki pembagian yang
dibagi menjadi dua bagian, yaitu labirin korteks dan medullary rays.
segmen tubulus ginjal yang lurus. Perbedaan yang lainnya adalah terdapat
pada korpuskulum ginjal tikus yang terletak di tiga bagian ginjal yaitu
al., 2017).
Gambar 2.1
Anatomi
Ginjal Tikus
( Suckow,
2006)
b. Fisiologi
Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki fungsi multipel antara lain
(Guyton & Hall, 2015). Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai
tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi
dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang
Dari 180 liter plasma yang difiltrasi, rata-rata 178,5 liter yang
darah (iskemia) dan kerusakan tersebut semakin tinggi saat organ tersebut
pembuluh darah. Proses ini diikuti oleh cedera tubulus, penebalan dinding
oksidatif (Arfian et al., 2012; Basile et al., 2012; Eltzschig & Eckle, 2011).
peningkatan aliran darah ke dalam sel. Namun, cedera sel yang sudah
sebagai perantara bagi kerusakan cedera reperfusi darah. Sel darah putih
Na+/K+ ATPase tidak dapat memompa keluar sel ion Na+. Konsentrasi
antara jam hingga minggu, namun kurang dari 3 bulan yang diukur
berikut yaitu RIFLE dan AKIN (Ricci et al., 2011; Mehta et al., 2011;
absolut kreatinin dalam serum paling tidak 26,5 mmol/l (0,3 mg/dl
atau peningkatan kreatinin dalam serum 50 % atau lebih sesuai kriteria
AKIN (Ricci et al., 2011). Perubahan BUN dan kreatinin serum tidak
2012).
Tabel 2.1 Kriteria RIFLE dan AKIN dalam Diagnosis AKI
Stage
RIFLE category Serum Creatinine Criteria
GFR criteria Urineoutput
Urine Outputcriteria
Criteria
1 Increased ofIncreased
>0,3 mg/dL
serum(>26,4 µmol/L)
creatinine < 0,5
x Urine mL/kg/h
output < 0,5forml/kg/h
>6 h
or1,5 to 2-fold
Risk 1,5increase from baseline
or decrease of GFR > for 6 h
25%
2 > 2-fold to 3-fold increase from baseline < 0,5 mL/kg/h for >12 h
Increased serum creatinine x Urine output < 0,5 ml/kg/h
3 Injury
>3-fold increase from baseline
2 or decrease of GFRor> increase
50% for<120,3
h mL/kg/h for 24 h
of > 4,0 mg/dL (>35,4 µmol/L) with an or anuria for 12 h
acute increase of at serum
Increased least 0,5 mg/dL x(44Urine output < 0,3 ml/kg/h
creatinine
Failure
µmol/L) 3 or decrease of GFR > 75% for 12 h
Loss Complete loss of renal function for >4 weeks
End-stage kidney
Need for RRT for >3 months
disease
b. Etiologi
Penyebab AKI secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu
Roesli, 2008).
Penyebab AKI prerenal antara lain disebabkan karena
ginjal. Penyebab AKI renal antara lain adalah adanya kelainan atau
penyebab umum dari AKI (Mehta et al., 2011), akibat dari gangguan
2011).
Gambar 2.4 Patofisiologi AKI di Renal (Gandolfo, 2007)
4. Stres Oksidatif
et al., 2013). Radikal bebas merupakan suatu gugus molekul atom atau ion
yang mempunyai satu elektron yang tidak berpasangan pada orbit atom
bebas dalam tubuh merupakan derivate dari oksigen yang disebut Reactive
Oxygen Species (ROS) dan derivate dari nitrogen yang disebut Reactive
et al., 2007; Kim & Kim, 2010). Dalam keadaan tubuh normal, ROS
komponen lain dari kuman. Fungsi lain dari ROS adalah mengatur
sel tumor. Reactive Oxygen Species (ROS) juga ikut membantu kerja
p450 dan sintesis prostaglandin. Namun ROS yang terlalu banyak akan
seperti protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat akan hancur sehingga
nekrosis (Chapple et al., 2007; Kim & Kim, 2010). Stres oksidatif
mengakibatkan terjadinya kerusakan histologis sel-sel pada ginjal yang
et al., 2007).
bebas yang paling awal diketahui dan terbanyak diteliti adalah peroksidasi
membran sel. Membran sel kaya akan sumber poly unsaturated fatty acid
sel pada ginjal. Hal ini mengakibatkan membran sel mengalami kerusakan
(Lieberman M & Marks, 2009) . Peroksidasi lipid ini terdiri dari empat
fase yang dijelaskan lebih lanjut oleh gambar berikut. (Candrawati, 2013)
Gambar 2.5 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Candrawati, 2013)
Fase I disebut fase inisiasi, pada fase ini ROS menyerang membran
lipid yang berupa PUFA dan kemudian membentuk lipid radical (L.). Fase
II disebut propagasi, pada fase ini terjadi reaksi antara lipid radical dengan
oksigen untuk membentuk suatu lipid peroxy radical (LOO.) dan lipid
peroxide (LOOH). Fase III disebut dengan fase degradasi, pada fase ini
fase terminasi, yaitu fase dimana terjadi terminasi reaksi oleh antioksidan
antioksidan paling kuat dalam sel. SOD Ini adalah enzim antioksidan
(O2-) menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan molekul oksigen (O2) (Birben
SOD berperan
merubah superoxide
peroksida kemudian dirubah menjadi Oksigen (O2) dan air (H2O) oleh
terdapat tiga isoform SOD yang diekspresikan oleh gen yang berbeda dan
diklasifikasikan berdasarkan kofaktor logamnya. SOD1 (copper-zinc
merupakan isoform yang utama dan hampir terdapat di semua sel termasuk
polos vaskuler dan terlokalisasi pada dinding pembuluh darah, yaitu antara
endotel dan sel otot polos. SOD3 merupakan isoform yang paling banyak
berhasil dilokalisasi pada inti dan sitoplasma sel epitel tubuli proksimalis,
Dismutase (SOD)
Ischemia Reperfusion Injury terjadi karena hipoperfusi jaringan
yaitu penurunan suplai aliran darah yang diikuti dengan kembalinya aliran
darah ke jaringan tersebut. IRI pada ginjal menyebabkan kerusakan sel-sel
leukosit seperti neutrofil dan monosit. Selain itu juga terdapat peningkatan
ICAM-1 dan P-selectin dari sel endotel, sehingga terdapat perlekatan sel
Singla, 2012):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnolisia
Sub-kelas : Rosidace
Ordo : Apiacedes
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens
Nama binomial : Apium greveolens Linn
b. Penamaan
Terdapat beberapa penamaan seledri yaitu Celery (Inggris),
hawa sejuk. Seledri berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia, yang
menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai
(Dalimartha, 2009).
Gambar 2.6. Seledri (Apium graveolens L.) (Fazal & Singla, 2012)
e. Kandungan dan Senyawa Aktif
Seledri mengandung air dengan jumlah paling banyak yaitu
95%, selain itu seledri juga kaya akan vitamin C dan serat. Seledri
merupakan sumber dari kalium, asam folat, vitamin B6, vitamin B1,
struktur kimia yang mengandung dua cicin aromatik fenil (α,β) dan
nefroprotektif.
3) Glikosida Iridoid
Glikosida iridoid adalah senyawa yang didapatkan dalam
makrofag.
4) Tannin
Tannin merupakan senyawa flavonoid yang dapat
2003). Saponin berasal dari bahasa latin yang berarti sabun karena
κB.
8. Keterkaitan antara IRI, SOD dan Seledri.
Penyebab AKI paling utama yaitu karena hipoperfusi darah ke
adalah seledri (Apium graveolens L.) (Duke, 2010). Selain itu, seledri juga
alkaloid serta saponin (Faizal & Iskandar, 2018; Rehman et al., 2016;
Sukketsiri et al., 2016; Jung et al., 2011). Kandungan dari seledri tersebut
dosis 1000 mg/kgBB selama 14 hari sebelum dan 3 hari setelah pembuatan
model AKI dapat mencegah peningkatan kadar SOD tikus. Belum pernah
seledri terhadap kadar SOD tikus model IRI. Berdasarkan uraian tersebut,
maka peneliti tertarik untuk meneliti efek lama waktu pemberian ekstrak
etanol seledri (Apium graveolens L.) terhadap pencegahan penurunan
kadar SOD ginjal pada tikus model IRI dengan mempertimbangkan fase-
fase yang terjadi pada AKI, sehingga diharapkan tidak berlanjut menjadi
CKD.
Glikosida
Iridoid
Hipoperfusi jaringan
Alkaloid
Flavonoid
Molekul
Adhesi Mediator
Inflamasi
Tanin Apigenin
Leukosit
Inflamasi Peroksidase
ROS DPPH lipid
ROS SOD
Stres Oksidatif
AKI
: Mempengaruhi
: Menghambat
Kontrol sehat
Kontrol sakit.
D. Hipotesis
Lama waktu pemberian ekstrak etanol seledri (Apium graveolens L.)
badan 190-210 gram, usia berkisar 2-3 bulan dan sehat. Hewan coba
Mada.
Hewan coba diaklimatisasi selama 7 hari. Setiap kelompok hewan
dan bahan yang sama serta masing-masing hewan coba akan mendapat
makanan dan minuman dengan jenis, jumlah, dan komposisi yang sama
secara ad libitum (Willems, 2009). Tikus putih dipelihara dalam suhu 22±3
b. Kriteria eksklusi
1) Tikus yang sakit selama aklimatisasi
2) Peningkatan dan penurunan berat badan lebih dari 10%
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kandang hewan coba dengan tempat pakan dan minum berukuran
needle
10) Sarung tangan
11) Spuit Terumo Syringe with needle 3 cc
12) Gelas kimia
13) Labu Erlenmeyer
14) Batang pengaduk
15) Gelar ukur 100 cc
16) Mikropipet 100 µl Fit merk Accumax pro diproduksi PT Endo
Indonesia
17) Mikropipet 1000 µl Fit merk Accumax pro diproduksi PT Endo
Indonesia
18) Pipet tetes
19) Tabung eppendorf
20) Tabung vakum vacutainer
21) Rak tabung reaksi
22) Pipet kapiler hematokrit
23) Tabung mikrosentrifuse
24) Laboratory Centrifuge Lab Medical Practice 4000 rpm
25) Spektofotometer
b. Bahan
1) Tanaman seledri (Apium graveolens L.) yang diperoleh dari Desa
96%.
3) Kapas
4) Bahan pakan tikus standar 551 (pellet)
5) Anestesi ketamin
6) Akuades
7) EDTA 10 %
8) Reagen BPA (Bradford Protein Assay)
B. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode experimental
dengan post test only with control group design dengan hewan coba berupa
tikus putih Sprague dawley. Hewan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu
merupakan kelompok perlakuan yang akan diberi ekstrak etanol daun seledri
dosis tetap 1000 mg/kgBB tikus/hari dengan lama waktu pemberian 7 hari
sebelum pembuatan model IRI, 14 hari sebelum pembuatan model IRI, dan 28
dilakukan, diberikan label dengan tanda secara berurutan pada pangkal ekor
tikus.
perlakuan yaitu penyondean ekstrak seledri dengan dosis tetap pada masing-
diberi ekstrak etanol seledri kemudian dibedah tetapi tidak tidak dilakukan
diberi ekstrak etanol seledri kemudian hewan coba dibedah dan dibuat
L.) dosis 1000 mg/kgBB selama 7 hari kemudian dibedah dan dibuat
L.) dosis 1000 mg/kgBB selama 14 hari kemudian dibedah dan dibuat
L.) dosis 1000 mg/kgBB selama 28 hari kemudian dibedah dan dibuat
al. (2019), tentang efek protektif ekstrak seledri terhadap kerusakan ginjal
pada tikus model ischemia/ reperfusion injury yaitu menggunakan dosis 250
mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB tikus per hari. Dosis paling
efektif dalam pemberian ekstrak etanol seledri adalah 1000 mg/kgBB tikus
per hari. Pemberian ekstrak etanol seledri dilakukan selama 7 hari, 14 hari
dilanjutkan pembedahan pada hari ke-8, hari ke-15, dan hari ke-29 dan
(t-1)(n-1) > 15
Keterangan:
t = jumlah perlakuan
n = jumlah sampel
(t-1)(n-1) > 15
(5-1)(n-1) > 15
4(n-1) > 15
4n – 4 > 15
4n > 19
n > 4,75 (dibulatkan menjadi 5)
perlakuan per kelompok menjadi 5 ekor tikus (Federer, 1977; Jasda et al.,
N = n/(1-f)
Keterangan:
Sehingga,
N = n/(1-f)
N = 5/(1-10%)
N = 5/(1-0,1)
N = 5/0,9
N = 5,55 (dibulatkan menjadi 6)
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah hewan coba menjadi 6
ekor per kelompok, sehingga total jumlah hewan coba tikus dalam penelitian
mata (periorbital).
3. Sampel darah dimasukkan kedalam tabung mikrosentrifuse.
4. Sampel darah yang telah terkumpul disentrifuse selama 20 menit dengan
darah tikus.
F. Tata Urutan Kerja
1. Persiapan hewan coba
Hewan coba berupa tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur
anatomis pada hewan coba untuk memastikan bahwa hewan coba tersebut
jenis, jumlah, dan komposisi yang sama. Tikus putih dipelihara dalam
setelah dimaserasi.
b. Seledri (Apium graveolens L.) dijemur selama + 2 hari hingga daun
menggunakan grinde.
e. Serbuk kering seledri (Apium graveolens L.) seberat 500 gram
yang kedua.
h. Sari etanol 96% pada hasil pencampuran antara penyaringan akan
spidol.
a. Kelompok A : Hewan coba inti diberi 1-5 titik hitam dan hewan coba
permanent marker.
b. Kelompok B : Hewan coba inti diberi 1-5 titik hitam dan hewan coba
permanent marker.
c. Kelompok C : Hewan coba inti diberi 1-5 titik hitam dan hewan coba
permanent marker.
d. Kelompok D : Hewan coba inti diberi 1-5 titik hitam dan hewan coba
permanent marker.
e. Kelompok E : Hewan coba inti diberi 1-5 titik hitam dan hewan coba
permanent marker.
4. Perlakuan hewan coba
Tahap pemberian perlakuan hewan coba pada tiap kelompok
diberi ekstrak etanol seledri kemudian hewan coba dibedah dan dibuat
tikus putih. Setelah anestesi bekerja, hewan coba diletakkan pada papan
arteri dan vena renalis yang berada di hilus renalis. Arteri dan vena renalis
& Levine, 1996). Pengekleman selama 45 menit dinilai lebih sesuai dan
cara dijahit.
6. Pengambilan sampel
Semua hewan coba (kelompok A, B, C, D dan E) diambil darahnya
Eppendorf.
7. Pengukuran kadar SOD
Pengukuran kadar SOD dilakukan dengan menambahkan serum
200 μl dan H2O 780 μl. Blanko yang digunakan adalah 800 μl H 2O.
8. Dokumentasi
Dokumentasi data dan foto terkait pengukuran kadar superoxide
G. Analisis Kerja
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan dengan penyusunan statistik deskriptif
dengan uji Saphiro Wilk dengan sampel berjumlah 30 ekor tikus (<50
satu arah (one way ANOVA). Pengujian dilanjutkan dengan uji post hoc
sebaran data yang tidak normal dan tidak homogen, maka dilakukan
transformasi data. Jika transformasi data dinyatakan gagal, maka
September 2019.
2. Tempat Penelitian
a. Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas
seledri.
c. Animal house Laboratorium Farmakologi dan Terapi Fakultas
Afifah, Muflikhah, K., Ati, V.R.B., Tsani, R.M., Khasanah, D., Maulana, W.
Protective Effect of Ethanol Extract of Celery (Apium graveolens L) on
Kidney Damage in Ischemia/ Reperfusion Injury Rats Model. Molekul. Vol
14(1): 11-17
Ahmad, A., Singhal, U., Hossain, M.M., Islam, N., Rizvi, I. 2013. The Role of the
Endogenous Antioxidant Enzymes and Malondialdeyde in Essential
Hypertension. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 7(6): 987-990
Akcay, A., Turkmen, K., Lee, D.W., Edelstein. 2010. Update on the diagnosis and
management of acute kidney injury. International Journal of Nephrology
& Renovascular Disease. 3 : 129-40.
Amarowicz, R.. 2007. Tannins: the new natural antioxidants?. European Journal
of Lipid Science and Technology. 109(6): 549-551.
Arfian, N., Emoto, N., Vignon-Zellweger, N., Nakayama, K., Yagi, K., Hirata, K.,
2012, ET-1 deletion from endothelial cells protects the kidney during the
extension phase of ischemia/reperfusion injury. Biochemical and
Biophysical Research Communications, 425(2): 443-9
Baananou, S., Bouftira, I., Mahmoud, A., Boukef, K., Marongiu, B., &
Boughattas, N.A. 2012. Antiulcerogenic and antibacterial activities of
Apium graveolens essential oil and extract. Natural product research. 27:
1075-1083
Baradaran, A., Nasri, H., Kopaei, M.R. 2014. Oxidative stress and hypertension:
Possibility of hypertension therapy with antioxidants. Journal of Research
in Medical Science. 19(4): 358-367
Basile, D.P. 2007. The endothelial cell in ischemic acute kidney injury:
implications for acute and chronic function. Kidney International. 72 (2) :
151-156
Basile, D.P., Anderson, M.D., Sutton, T.A. 2012. Pathophysiology of Acute
Kidney Injury. National Institutes of Health. 2(2): 1303-1353
Bell, L., D.J. Lamport, L.T. Butler, C.M. Williams. 2015. A Review of the
cognitive effects observed in humans following acute supplementation
with flavonoids, and their associated mechanisms of action. Nutrients.
7(12): 10290-10306
Birben, E., Sahiner, U.M., Sackesen, C., Erzurum, S., Kalayci, O. 2012. Oxidative
stress and antioxidant defense. World Allergy Organization Journal. 5(1):
9-19
Bone, K., and Mills, S. 2013. Principles and Practice of Phytotherapy. Second
Edition. Churchill Livingstone Elsevier. New York
Bonventre, J.V. & Yang L. 2011. Cellular pathophysiology of ischemic acute
kidney injury. The Journal of Clinical Investigation. 121(11): 4210-4221.
Candrawati, S. 2013. Aktivitas fisik terhadap Stres Oksidatif. Mandala of Health.
6(1) : 454-461
Case, J., Khan, S., Khalid, R., Khan, A. 2013. Epidemiology of Acute Kidney
Injury in the Intensive Care Unit. Critical Care Research and Practice. 1
(1) : 1-9
Chapple, I.L.C., Brock, G.R., Milward M.R., Ling, N., Matthews, J.B. 2007.
Compromised GCF total antioxidant capacity in periodontitis : cause or
effect ?. Journal of Clinical Periodontology. 34: 103-110
Clark & Wayney, 2005. Reperfusion injury in stroke. http: //emedicine.
medscape. com/article/ 1162437-overview. Diakses pada tanggal 21 Juni
2019
Dahlan, M.S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Dahlan, M.S. 2012. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta:
Salemba Medika.
Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 6. Jakarta: PT Pustaka Bunda.
Damianovich, M., Ziv, I., Heyman S.N., Rosen, S., Shina, A., Kidron, D., Aloya,
T. 2006. ApoSense: a novel technology for functional molecular imaging
of cell death in models of acute renal tubular necrosis. The European
Journal of Nuclear Medicine and Molecular Imaging. 33: 281–291.
Devarajan, P. 2006. Update on Mechanism of Ischemic Acute Kidney Injury.
Journal American Society Nephrology. 17 : 1503-1520
Diniz, T.C., J.C. Silva, S.R. de Lima-Saraiva, F.P. Ribeiro, A.G. Pacheco, R.M. de
Freitas, L.J. Quintans-Junior, S. Quintans Jde, R.L. Mendes, J.R. Almeida.
2015. The role of flavonoids on oxidative stress in epilepsy. Oxidative
Medicine and Cellular Longevity. 17:1756.
Dorweiler, B., Pruefer, D., Andrasi, T.B., Maksan, S.M., Schmiedt, W., Neufang,
A., Vahl, C.F. 2007. Ischemia-Reperfusion Injury Pathophysiology and
Clinical Implications. European Journal of Trauma and Emergency
Surgery. 33(6): 600-612.
Dorze, M., Legrand, M., Payen, D., Ince, C. 2009. The role of the
microcirculation in acute kidney injury. Current Opinion in Critical Care.
15(6) : 503–508
Duke, J.A. 2010. Herbal remedies for common diseases and conditions. The
Green Pharmacy: Rodale International Ltd.
Eltzschig, H.K., & Eckle, T,. 2011. Ischemia and reperfusion--from mechanism to
translation. Nature Medicine. 17(11):1391-1401.
Faizal, N.F.A.B. & Iskandar, Y. 2018. Studi Kimia dan Aktivitas Farmakologi
Tanaman Seledri (Apium Graviolens L.). Suplemen. Vol 16(2): 28-32.
Fantini, M., Benvenuto, M., Masuelli, L., Frajese, G.V., Tresoldi, I., Modesti, A.,
Bei, R. 2015. In vitro and in vivo antitumoral effects of combinations of
polyphenols, or polyphenols and anticancer drugs: Perspectives on cancer
treatment. International Journal of Molecular Science. 16: 9236–9282.
Farzaei, M.H., Bahramsoltani, R., Rahimi, R. 2016. Phytochemicals as adjunctive
with conventional anticancer therapies. Current Pharmaceutical Design.
22: 4201–4218
Fazal, S.S. & Singla, R.K. 2012. Review on the Pharmacognosticaland
Pharmacological Characterization of Apium graveolens Linn. Indo Global
Journal of Pharmaceutical Science. 2(3): 258-261.
Federer, W.T. 1977. Experimental Design Theory And Application, Third Edition.
New Delhi : Bombay Calcuta, Oxford and IBH Publishing Co.
Fujita, H., Fujishima, H., Chida, S., Takahasi, K., Qi, Z., Kanetsuna, Y., et al.
2009. Reduction of Renal Superoxide Dismutase in Progressive Diabetic
Nephropathy. The Journal Amerivan Society of Nephrology. 20 : 1303–
1313.