Oleh
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dokter hewan
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga
Oleh :
Menyetujui
Komisi Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 23
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 23
3.2 Sampel ......................................................................................................... 23
3.3 Variabel Yang Diamati................................................................................. 23
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 24
3.5 Alat Penelitian............................................................................................. 24
3.6 Bahan Penelitian .......................................................................................... 24
3.7 Diagram Alir ................................................................................................ 26
3.8 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 27
3.8.1 Persiapan Penelitian ........................................................................... 27
3.8.1.1 Sterilisasi Peralatan Penelitian ............................................... 28
3.8.1.2 Pembuatan Simplisia Umbi Bawang Dayak ........................... 28
3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Dayak .............................. 28
3.8.2 Isolasi dan Identifikasi ........................................................................ 29
3.8.2.1 Pewarnaan Gram ................................................................... 29
3.8.2.2 Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) ....................................... 30
3.8.2.3 Tiple Sugar Iron Agar (TSIA) ................................................ 30
3.8.2.4 Uji Urea ................................................................................. 31
3.8.2.5 Uji Sulfide Indol Moyility (SIM) ............................................. 31
3.8.2.6 MR-VP medium ..................................................................... 32
3.8.2.7 Uji Simon Citrat Agar ............................................................ 33
3.8.2.8 Uji gula-gula .......................................................................... 33
3.8.2.9 Pembuatan Suspensi Bakteri ................................................... 33
2.7.3 Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 34
3.7.3.1 Penentuan Minimal Inhibitory Concentration (MIC) .............. 34
3.7.3.2 Penentuan Minimal Bactericidal Concentration (MIC) ........... 35
3.8 Analisis Data................................................................................................ 36
iv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tabel perbandingan kandungan susu sapi, susu kambing, dan air susu
ibu.......................................................................................................... 14
2.2 Standar Mutu Susu Kambing Segar ........................................................ 14
2.3 Karakteristik Biokimia Enterobacteriaceae ............................................ 23
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
BJ : Berat Jenis
CFA : Coloni Fimbrial Antigens
CIT : Citrat
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
EAEC : Enteroagregrative Escherichia coli
EHEC : Enterohaemoragic Escherichia coli
EIEC : Enteroinvasive Escherichia coli
EMBA : Eosin Methylen Blue
EPEC : Enteropathogenic Eschericia coli
GAP : Good Agriculture Practice
IND : Indol
KBM : Konsentrasi Bunuh Minimum
KHM : Konsentrasi Hambat Minimum
LT : The heat-Labile
MBC : Minimum Bactericidal Concentration
MIC : Minimum Inhibitory Concentration
MNT : Monitol
MOT : Motil
MR-VP : Metil Red – Voges Proskaver
NaCl : Natrium Cloride
PAD : Plat Agar Darah
PBS : Phospate Buffer Saline
PE : Peranakan Etawa
PFH : Peranakan Friesian Holstein
RNA : Ribonucleic Acid
SIM : Sulphide Indol Motility
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
ST : The Heat-Stable
TSIA : Triple Sugar Iron Agar
viii
BAB I PENDAHULUAN
patogen jika jumlahnya dalam saluran pencernaan meningkat, juga saat sistem
Escherichia coli merupakan jenis kuman paling banyak yang diisolasi dari sampel
feses pasien yang menderita diare (Fazeli dan Salehi, 2007). Escherichia coli juga
digunakan sebagai salah satu indikator kontaminasi dan kualitas sanitasi dari
yang disebabkan oleh bakteri termasuk yang disebabkan oleh bakteri Escherichia
coli. Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan masalah baru dalam dunia kesehatan,
antibiotik memerlukan biaya yang belum tentu dapat dicapai oleh masyarakat umum
ini merupkan salah satu jenis bawang yang ditemukan di hutan pedalaman
Kalimantan dan masih belum banyak diketahui masyarakat secara luas (Nisa Naspiah,
2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chairul Saleh (2010), umbi
1
2
berfungsi sebagai antibakteri seperti senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, fenolik, dan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol umbi bawang dayak
diajukan:
coli.
3
patogen jika jumlahnya dalam saluran pencernaan meningkat, juga saat sistem
kekebalan rendah (Jawetz dkk., 2013). Escherichia coli juga digunakan sebagai salah
satu indikator kontaminasi dan kualitas sanitasi dari peternakan dan produsen produk.
untuk membuktikan adanya bakteri E. coli yang diduga terdapat di susu kambing.
Pengujian laboratorium yang biasa dilakukan adalah Plat Agar Darah (PAD), Eosin
Methylene Blue (EMBA), Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Urea Agar, Sulphide Indol
Motility (SIM), MR-VP, Simon Cytrat Agar, Uji Gula (glukosa, laktosa, sukrosa,
maltosa, dan manitol). Media untuk menguji keberadaan E.coli sangat higienis dalam
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif tahan hidup dalam
media yang kekurangan zat gizi (Rahayu, 2000). Susunan dinding sel bakteri Gram
negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih komplek daripada sel bakteri Gram
mempengaruhi aktivitas kerja dari zat anibakteri. Terdapatnya lapisan protein pada
Merr. Tanaman bawang dayak telah diteliti beberapa kali dan terbukti berperan
(Naspiah dkk., 2014). Di dalam umbi bawang dayak terkandung beberapa senyawa
Saponin dan tanin memiliki sifat antiseptik untuk penyembuhan luka pada
permukaan dan dapat digunakan sebagai bakteriostatik yang biasa digunakan untuk
infeksi kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka (Mursito, 2002). Tanin dapat
Fenol berfungsi sebagai antibakteri dengan cara mendetursi protein sel dan
merusak membran plasma bakteri (Herrera dkk., 2004). Fenol berikatan dengan
rusak. Sebagian struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan
protein dari sel bakteri menjadi terganggu. Gangguan integritas sitoplasma berakibat
pada lolosnya makromolekul dan ion dari sel. Sel bakteri menjadi kehilangan
bakterisid tergantung dari konsentrasinya (Pelezar dan Chan, 1988). Kematian sel
5
permeabilitas dari dinding sel bakteri (Handayani dan Tendelilin, 2006). Alkoloid
bakteri yaitu peptidoglikan, sehingga lapisan sek tidak terbentuk secara utuh dan
manfaat ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) dan dijadikan
sebagai obat alternatif pada penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli.
1.6 Hipotesis
Bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) adalah salah satu tanaman yang
banyak dikenal oleh masyarakat dayak sebagai tanaman obat tradisional. Umbi dari
tanaman ini dikonsumsi sebagai obat dalam bentuk basah ataupun sudah dikeringkan.
Tanaman ini dapat dijadikan sebagai obat penyakit disuria, radang usus, disentri,
penyakit kuning, luka, bisul, diabetes melitus, hipertensi, menurunkan kolesterol, dan
Kingdom : Planteae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida (Monocots)
Subkelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine americana Merr. (Naspiah dkk., 2014)
Kalimantan. Dalam waktu enam bulan umbi bawang tiwai telah dapat diambil dengan
tinggi tanaman sekitar 30-40 cm dan lebar sekitar 1,5-3 cm (Mangan, 2005).
Tanaman ini menyukai tempat-tempat yang terbuka yang tanahnya kaya akan humus
dan lembab (Nirmala dkk., 2007). Bawang tiwai merupakan tanaman yang tumbuh
berumpun atau bergerombol, berbatang basah, dan tingginya mencapai 50 cm. Umbi
bawang tiwai bebentuk bulat telur, panjang, berwarna merah, dan tidak berbau serta
6
7
dapat dilihat pada Gambar 2.1. Daun tanaman ini berwarna hijau dengan bunga
berwarna putih yang biasa mekar pada sore hari selama beberapa jam (Tim
Agromedia, 2008).
Bawang ini berasal dari Amerika Tropis dan memiliki berbagai nama daerah.
bawang siyem, brambang sabrang, teki sabrang, luluwa sapi (Jawa); bawang sayup
fenolik. Kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam bawang tiwai terdiri atas
senyawa alkaloid, glikosida, falvonoid, fenolik, steroid, tanin (Mierza dkk., 2011;
8
Noorcahyati, 2012), antrakuinon, saponin dan azulen (Mierza dkk., 2011; Nascimento
(Mierza dkk., 2011). Bawang dayak mengandung berbagai senyawa aktif meliputi
Bawang dayak pertama kali digunakan sebagai antikanker dan penurun kadar
kolesterol darah. Efeknya sebagai antidiabetes baru diketahui belakangan ini, selain
itu bawang dayak juga menggandung senyawa antioksidan yang sangat tinggi.
Bawang dayak mengandung senyawa allicin dan alkaloid yang bersifat hopoglikemik
alias mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Kandungan allicin dalam bawang
dayak juga dipercaya dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi kekentalan
darah (Utami dan Mardiana, 2013). Secara empiris bawang dayak sudah
dipergunakan masyarakat lokal sebagai obat berbagai jenis penyakit seperti kanker
payudara, obat penurun darah tinggi (Hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes
melitus), menurunkan kolesterol, obat bisul, kanker usus dan mencegah stroke
(Galingging, 2009).
Escherichia coli adalah salah satu bakteri dari kelompok coliform, yakni flora
normal yang terdapat pada sistem pencernaan manusia dan hewan. Escherichia coli
pertama ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun 1885 sebagai Bacterium coli
9
commune yang diisolasi dari feses bayi (Pumomo, 2011). Escherichia coli
merupakan flora normal pada saluran pencernaan, maka secara luas bakteri E. coli
sebagai penyebab kebanyakan kasus diare dan penyakit lain terkait bawaan melalui
kontaminasi makanan (Althalhi, 2009). Salah satu Escherichia coli yang patogenik
pada manusia dan hewan adalah verotoxic E. coli O157:H7 (Kusumaningsih, 2013).
Filum : Proteobacteria
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacterialis
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies: Escherichia coli (Quinn, dkk., 2007).
Escherichia coli termasuk bakteri Gram Negatif, tidak tahan asam, tidak
membentu spora, berukuran 2-3 x 0,6 µm, mempunyai flagella peritrikus, morfologi
koloni sirkuler, konveks, dan halus, memfermentasi laktosa dan sukrosa, serta
memproduksi hemolisin. E.coli dapat tumbuh pada kisaran suhu antara 10˚ - 46˚C,
namun optimum pada suhu 37˚C (Howard dkk., 1997). Menurut Quinn dkk., (2007),
koloni Escherichia coli yang tumbuh memiliki bentu bulat, halus, cembung, dan
berwarna merah-hitam (dapat dilihat pada Gambar 2.3), hijau mengkilap atau biru
kehitaman sampai coklat dengan pendar methalic sheen pada media Eosin methylene
blue agar (EMBA). Fermentasi laktosa dan sukrosa menyebabkan koloni pada
memberikan hasil positif pada uji indol, motilitas, dan Methyl Red, dan negatif pada
(Poolman, 2017).
terjadinya diare yang melekat pada sel mukosa usus halus. Kelompok EPEC ini
seperti cangkir yang biasanya EPEC masuk ke dalam mukosa. Akibat dari infeksi
EPEC adalah diare yang cair dan biasanya susah diatasi namun tidak bersift kronis.
Diare EPEC berhubungan dengan berbagai serotipe spesifik dari E. coli. Straiin
EPEC dapat diperpendek dan diare kronis dapat disembuhkan dengan pemberian
serogoups dari EPEC, yaitu O26, O55, O86, O111, O114, O114, O119, O125, O126,
diare berair dan dehidrasi, banyak menyerang anak-anak di dunia yang mengalami
keterbatasan sumber daya. Organisme ini juga diidentifikasi sebagai sumber wabah
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada hewan muda, terutama
anak babi dan anak sapi. Enterotoxigenic Escherichia coli menghasilkan diare
sekretorik dan harus terlebih dahulu menginvasi usus kecil tempat racun sekretori
bekerja. Hal ini terjadi akibat pengkodean dari produksi koloni fimbrae ( CFA) yang
berikatan dengan reseptor pada eritrosit usus kecil atau dalam musin usus halus.
Eschericia coli menghasilkan CFA tetapi tidak ada racun yang mampu menginvasi
yaitu Enterotoksin kolera tidak tahan panas atau LT dan Enterotoksin kolera tahan
panas atau ST yang dikodekkan pada plasmid dan yang digunakan untuk identifikasi
strain ETEC (T Poolman, 2017). Enterotoksin yang labil terhadap panas ini bersifat
Enterotoksin yang stabil mengaktifkan guanil cyclase dalam sel epitelia enterik dan
diare akut dan persisten pada anak-anak yang mengalami keterbatasan sumber daya
awalnya dikenali oleh cascading mereka yang khas, keterlibatan sel-sel dalam kultur
Enteroaggregative Escherichia coli terkait dengan penyakit diare. Gen untuk fimbrae
13
adalah kelompok heterogen dan beberapa strain telah diisolasi. Strain EAEC unik
mulai dari diare berair hingga diare berdarah (Poolman, 2017). EHEC memproduksi
verotoksin yang dinamakan berdasarkan efek sitotoksin pada sel vero. Kelompok
EHEC banyak dihubungkan dengan hemoragik kolitis, sebuah bentuk diare yang
parah, dan dengan sindrom uremik hemolitik, mikoangiopathi hemolitik anemia dan
adalah O157: H7 yang sejak itu telah terlibat dalam berbagai wabah yang terdapat
pada makanan. Strain EHEC non O157 kemungkinan sama ganasnya (Poolman,
2017).
tidak dapat dibedakan dengan shigellosis dan tampaknya menjadi penyebab penyakit
diare yang kurang umum dibandingkan dengan Escherichia coli patogen lainnya.
penyakit diare yang sporadis. Kelompok EIEC memfermentasi laktosa dengan lambat
atau tidak memfermentasi laktosa dan tidak motil. Patogenesis EIEC terjadi
memasuki usus dan berkembang biak secara intraseluler dan meluas ke sel-sel usus
14
yang berdekatan serta menyebabkan kematian sel dan terkadang terjadi diare
2.4 Ekstraksi
dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan (Dirjen POM, 2000). Ekstraksi merupakan
proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut
dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui
teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal, oleh karena itu ekstrak
awal perlu dipisahkan kedalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul
terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan, dan biota laut dengan
kemampuan pelarut organik untuk menembus dinding sel secara osmosis yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara didalam dan diluar sel, mengakibatkan terjadinya difusi
15
pelarut organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung terus
menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif didalam dan diluar sel
Tujuan utama dari proses ekstraksi berkaitan dengan satu atau lebih dari sifat,
yaitu hasil ekstraksi yang tinggi didapatkan senyawa target diperoleh secara tuntas
atau hampir tuntas. Kemurnian yang tinggi (selektivitas) sehingga ekstrak yang
dihasilkan memiliki bahan pengganggu atau bahan yang tidak diinginkan dalam
menghasilkan linearitas yang tinggi dalam kurva kalibrasi. Batas deteksi rendah
rendah karena tingkat noise (gangguan analisis) yang rendah dapat diperoleh dalam
maserasi dan perkolasi, dan secara panas yaitu refluks, soxhlet, digesti, infus, dan
dekok (Dirjen POM, 2000). Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tanaman
maupun hewan lebih larut dalam pelarut organik. Pelarut organik akan menembus
dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Larutan dengan konsentrasi tinggi
16
berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan
1. Maserasi
ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan
memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang
tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan.
ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisis serbuk
sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound. Hal ini dilakukan untuk
memberikan tekanan mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel.
Kerusakan sel dapat menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan
3. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
percolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya).
17
Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan
4. Soxhlet
selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas
labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang
dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik didih. Uap
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk
pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak
(Mukhriani, 2014).
Faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak meliputi beberapa hal, yaitu pertama
identitas jenis tumbuhan (spesies) jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat
dikonfirmasi sampai informasi genetik sebagai faktor internal untuk validasi jenis
(spesies). Kedua lokasi tumbuhan atau asal tumbuhan yang berarti faktor eksternal
18
yaitu lingkungan (tanah dan atmosfer) dimana tumbuhan berinteraksi berupa energi
(cuaca, temperatur, cahaya), dan materi (air, senyawa organik, dan anorganik). Ketiga
yang hendak digunakan. Kelima yaitu umur tumbuhan dan bagian yang digunakan.
Selain kelima faktor tersebut untuk bahan tumbuhan dari hasil budaya ada lagi faktor
GAP (Good Agriculture Practice) sedangkan untuk bahan dari tumbuhan liar (wild
crop) ada faktor kondisi proses pengeringan yang umumnya dilakukan di lapangan.
Terdapat juga faktor kimia yang baik untuk bahan dari tumbuhan liar maupun
dari tumbuhan obat hasil budidaya meliputi beberapa hal, yaitu: Faktor internal
kualitatif senyawa aktif dan kadar total rata-rata senyawa aktif. Selain faktor internal
terdapat juga faktor eksternal meliputi metode ekstraksi, perbandingan ukuran alat
Zat antibakteri adalah sekelompok zat yang dapat melawan bakteri termasuk
bakteri patogen. Cara antibakteri merusak bakteri tersebut yaitu dengan membunuh
hasil dari kaskade kejadian yang timbul setelah pengobatan dengan agen antibakteri
19
dengan cara kerja yang biasanya melibatkan lebih dari satu target tunggal. Obat
antibakteri saat ini menggunakan target seluler yang berbeda, seperti membran, RNA,
melibatkan banyak jalur biokimia dan genetik dan tidak dipahami dan dibuktikan
protein dan antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel. Brooks et al.,
(2005) menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dibagi menjadi dua macam, yakni
antibakteri yang dapat membunuh bakteri patogen. Agen antibakteri digunakan untuk
Antibakteri yang kebanyak beredar saat ini masih dalah bentuk kimiawi. Di
antara agen antibakteri yang ada, antibiotik merupakan produk antibakteri yang
senyawa yang diproduksi oleh organisme hidup, berasal dari bakteri, jamur, tanaman,
dan sumber hewani. Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan
merupakan salah satu kelas obat terlaris di seluruh dunia. Skema klasifikasi untuk
antijamur, atau antiprotozoa), rute pemberian (injeksi, oral atau topikal) serta
alami dan turunan semisintetiknya, atau senyawa sintetis yang meniru struktur produk
dilakukang menggunakan tes sensitivitas bakteri dengan dua teknik, yaitu teknik
dilusi dan teknik defusi. Tes sensitivitas yang dilakukan dengan teknik delusi dapat
zona hambat dengan mengamati zona hambat pada pertumbuhan bakteri (Titty,
2012). Metode dilusi merupakan metode yang akurat jika digunakan untuk
bertahap baik pada media cairmaupun pada media padat, dengan begitu kadar
Menurut Koburger et al., 2010 bahwa kita dapat membandingkan potensi dari
Konsentrasi efektif dari suatu antimikroba dapat diamati serta dibandingkan dengan
21
nilai MIC dan nilai MBC. MIC dan MBC yang menunjukkan nilai rendah hal ini
berarti bahwa potensi dari suatu antibakteri tersbut lebih kuat sehingga dapat
menentukan antibakteri mana yang paling efektif. Informasi ini dapat mengarahkan
pada pilihan antibiotik atau antibakteri yang tepat dan dapat meningkatkan peluang
(sensitif), I (menengah), atau R (resisten), diikuti oleh MIC dalam μg / mL. Sensitif
oleh dosis maksimum yang disarankan. Resisten menyatakan bahwa organisme kebal
atau resisten terhadap kadar suatu antibakteri yang biasanya dapat dicapai. Standar
interpretatif ini telah ditetapkan oleh Clinical and Laboratory Standards Institute
adalah suatu konsentrasi minimum dari suatu antibakteri yang bersifat bakterisidial.
Hal ini ditentukan oleh pengenceran kembali kultur (Subkultur) yang menghambat
pertumbuhan bakteri (yang ada pada MIC) (Sykes and Rankin, 2014). Penentuan
kadar bakterisidial minimum yaitu biakan pada MIC dengan konsentrasi tertunggi
hingga tabung yang jernih dibiakkan ulang pada media perbenihan agar, kemudian
diinkubasi selama 24-72 jam pada suhu 37˚C. Setelah diinkubasi maka dilihat ada
tidaknya pertumbuhan koloni pada lempeng agar, bila tidak ada maka disebut kadar
(RAL), dilakukan secara in vitro menggunakan uji kepekaan metode dilusi yang
Concentration (MBC).
3.2 Sampel
(t-1) (n-1) ≥ 15
(t-1) (6-1) ≥ 15
5 (t-1) ≥ 15
t-1 ≥ 3
t≥4
Maka banyak pengulangan minimal dalam penelitian ini sebanyak 4 kali.
23
24
3. Variabel terikat: Variabel terikatnya adalah nilai MIC dan MBC terhadap
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Nopember 2019 sampai Desember
Hewan Universitas Airlangga. Isolasi dan identifikasi serta uji efektivitas antibakteri
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tabung reaksi steril, ose,
penangas dan refrigenerator, cawan petri, tabung reaksi, rak tabung reaksi, ose,
pembakar bunsen, gelas ukur, tabung erlenmayer, gelas objek, gelas penutup,
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang
dayak yang berasal dari Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi
Kalimantan Timur. Bahan lain yang digunakan meliputi alkohol 70%, spiritus, karbol
gentian violet, lugol, alkohol 95%, air fuschin, minyak emersi, Phospate Buffer
Saline (PBS), aquades steril, methanol, safranin, dan larutan giemza pekat. Media
25
untuk menumbuhkan bakteri yang digunakan adalah Plat Agar Darah (PAD), Eosin
Methylene Blue (EMBA), Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Urea Agar, Sulphide Indol
Motility (SIM), MR-VP, Simon Cytrat Agar, Uji Gula (glukosa, laktosa, sukrosa,
3.8
27
Prosedur pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap mulai dari
pemeriksaan ada tidaknya bakteri Eschrichia coli pada sampel dengan isolasi dan
identifikasi. Setelah itu pengujian antibakteri dilakukan dengan penentuan MIC dan
Persiapan yang haus dilakukan berkaitan dengan peralatan maupun bahan. Peralatan
28
yang digunakan haruslah dalam keadaan yang baik dan steril, dan bahan baik organik
maupun bahan kimia yang digunakan harus yang memiliki kualitas baik dan layak
digunakan. Setelah dapat dipastikan alat dan bahan telah disiapkan sesuai standart
pada tekanan uap 15 pound/inci selama 15 menin (Mardigan and Martinko, 2006).
adanya kotoran atau komponen lain dari umbi kemudian umbi dipotong tipis-tipis dan
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada tempat tanpa terkena sinar matahari
(simplisia).
pelarut etanol 96%, sampai terendam seluruhnya selama ± 24 jam, kemudian disaring
dengan kertas penyaring. Residu kembali dimaserasi lagi dengan cara yang sama
29
selama 3 hari. Ekstrak hasil maserasi atau filtrat yang dihasilkan, ditampung menjadi
menggunaka alat Rotary vacum evaporator pada suhu 30-40˚C (Harbone, 1996).
Sehingga didapatkan ekstrak murni cairan kental dari umbi bawang dayak.
dibawa dari Kabupaten Mojokerto kemudian tiap sample tersebut dibiakkan pada
Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) secara streak atau goresan dipermukaan media
warna hijau metalik. Media EMBA yang ditemukan koloni dengan warna hijau
metalik kemudian dilakukan identifikasi pada TSIA, Urea Agar, SIM Agar, VP-MR,
Pewarnaan Gram dilakukan untuk membedakan bakteri yang tahan atau tidak
tahan terhadap alkohol disebut Gram positif dan sebaliknya disebut Gram negatif.
Pada prinsipnya, terbentuk kompleks kristal violet yodium di dalam sel, adanya
perbedaan dalam susunan kimia pada dinding sel bakteri, sehingga memberi
perbedaan dan permeabilitas zat warna ke dalam bakteri (Erni dkk., 2008).
Cara melakukan pewarnaan gram, yaitu koloni bakteri diambil dengan ose
kemudian diletakan diatas object glass dan ditetesi akuades selanjutnya difiksasi
30
diatas api bunsen sampai kering. Langkah selanjutnya area apusan ditetesi gentian
violet dan dibiarkan selama 1,5 menit kemudian dibilas perlahan menggunakan air
mengalir. Selanjutnya ditetesi larutan iodin ke atas area apusan, dibiarkan selama 1
menit kemudian ditetesi alkohol selama 5 menit, lalu dibilas dengan air mengalir.
Apusan selanjutnya ditetesi safranin dan dibiarkan selama 5 detik, lalu dibilas dengan
air mengalir dan dibiarkan selama 2 detik, dikeringkan di suhu ruang dan selanjutnya
diamati di bawah mikroskop. Bakteri dapat dikatakan Gram positif apabila bakteri
terlihat berwarna ungu pada mikroskop, sedangkan gram negatif bila bakteri terlihat
berwarna merah. Bakteri Escherichia coli memiliki bentuk batang dan bersifat Gram
memfermentasikan laktosa dan yang tidak. Cara pemupukan pada media EMBA, satu
koloni hasil pertumbuhan pada media EMBA dengan cara streak dan diinkubasi 37˚C
selama 24 jam. Bakteri Escherichia coli pada media EMBA menunjukkan koloni
yang memfermentasikan gula (glukosa, laktosa dan sukrosa). Satu ose koloni hasil
pada media EMBA ditanam pada media TSIA dengan cara menusuk kemudian
31
dilanjutkan streak pada permukaan yang miring dan diinkubasi 37˚C selama 24 jam.
media berubah warna menjadi kuning (asam), terbentuk dapat diketahui dengan
terbentuknya warna hitam pada media (Pasaribu, 2004). Escherichia coli pada media
Uji urea digunakan untuk melihat dan menentukan adanya aktivitas enzim
urease yang dimiliki bakteri. Satu ose biakan bakteri ditanam dengan cara streak dan
diinkubasi 37˚C selama 24 jam. Bila bakteri memiliki enzim urease, maka urea akan
terhidrolisis dan membebaskan amonia sehingga media akan menjadi basa. Suasana
basa akan menyebabkan indikator phenol red mengubah warna media menjadi merah
ungu, sedangkan warna kuning tidak berubah menunjukkan hasil negatif (Hendrix
Sulfide, indol dan mengetahui pergerakan bakteri (Erni dkk., 2008). Triptofan
merupakan salah satu asam amino daat dipecah oleh enzim triptofanase menjadi
produk yang lebih sederhana, yaitu indol. Karena tidak semua bakteri menghasilkan
enzim ini, maka uji indol dapat digunakan sebagai salah satu uji deferensiasi untuk
diteteskan kurang lebih 2 ml reagen Kovac yang terdiri dari anyl alkohol,
penambahan reagen Kovac yakni terbentuk cincin berwarna merah pada permukaan
yang menyebar pada bekas tusukan needle, sedangkan non motil bila pertumbuhan
bakteri tidak menyebar. E.coli pada uji indol menunjukkan indol positif dan bersifat
MV-VP berasal dari kata Methyl Red and Voges Proskauer medium yang
karbonil (Erni dkk., 2008). Dua media dextrose cair masing-masing diinokulasi
bakteri dan diinkubasi 37˚C selama 48-72 jam. Setelah inkubasi, untuk uji MR, maka
ditambahkan lima tetes methyl red. Hasil positif bila media berwarna merah yang
menunjukka pH <4,5 dan hasil negatif bila media berwarna kuning yang
tetes potassium hydroxide (KOH 40%) dan kocok hingga mencampur rata. Uji positif
bilaa warna menjadi merah muda sampai merah yang menunjukkan adanya kehadiran
memanfaatkan natrium citrat sebagai sumber karbon untuk keperluan hidupnya. Uji
ini dilakukan dengan menanam biakan pada media citrat agar Bromothymol blue
sebanyak satu ose kemudian diinkubasi dengan suhu 37˚C selama 24 jam. Tanda
adanya pertumbuhan bakteri pada media ini, yaitu adanya perubahan warna dari hijau
Satu ose biakan ditanam pada masing-masing media gula-gula dan diinkubasi 37˚C
dengan indikator phenol red berubah menjadi kuning. E. coli. Pada uji gula-gula
tersebut menunjukkan hasil positif dan terbentuknya gas yang tertampung pada
koloni bakteri dari hasil pupukan pada EMBA. Kemudian koloni pupukan
2018).
digunakan bakteri - sel/ml. Pada penelitian ini jumlah bakteri yang dipakai
dua buah yang diisi NaCl fisiologis 9 mml. Pada tabung pertama ditambahkan 1 ml
larutan suspensi Escherichia coli dari tabung yang disamakan kekeruhannya dengan
merupakan karakterisasi satu angka paling penting dari efektivitas agen antimikroba
terhadap mikroorganisme yang akan diuji, dengan kata lain, MIC adalah konsentrasi
35
minimum agen antimikroba yang diperlukan untuk menyebabkan stasis (tidak ada
ekstrak etanol umbi bawang dayak dibuat 4 tingkatan konsentrasi yaitu 25%, 50%,
Penentuan MIC dilakukan dengan cara larutan ekstrak etanol umbi bawang
dayak diencerkan dalam tabung reaksi dengan menggunakan aquades secara serial
sehingga didapat pengenceran berkonsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25% (Warsiti
kontrol positif (+) berisi 2 ml suspensi bakteri tanpa larutan ekstrak bawang dayak
dan tabung kontrol negatif (-) berisi 2 ml larutan ekstrak bawang dayak tanpa
suspensi bakteri. Selanjutnya suspensi bakteri yang diuji dan ekstrak dihomogenisasi.
antimikroba yang yang bersifat barektisidal. Hal ini ditentukan oleh pengenceran
yang berada di atau di atas MIC). MBC adalah pengenceran suspensi antimikroba
and Shelly, 2014). Penentuan MBC dilakukan dengan cara disiapkan 1 buah MHA
36
steril dan dibagi menjadi enam bagian. Kemudian mengambil suspensi bakteri pada
masing-masing tabung hasil uji MIC tiap konsentrasi pada setiap samplenya dan di
tanam pada media MHA dengan cara streak. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37˚C
selama 24 jam.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan analisis probit yang
Altalhi, A.D. and S.A. Hassan. 2009. Bacterial quality of raw milk investigated by
Escherichia coli and isolates analysis for spesific virulence-gene markers.
Article Food Control. 913-917.
Alys, K.J., J. Schwarz-Linek, Ryan, L., Maxim G.R. and Wilson C.K.P. 2016. What
is the ‘Minimum Inhibitory Concentration’(MIC) of Pexiganan Acting on
Escherichia coli? – A Cautionary Case Study.
Assidqi, K. 2012. Potensi Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Sebagai
Antibakterial Terhadap Aeromonas Hydrophilia Secara In Vitro. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.
Blakely, J. dan D. H. Blade. 1994. The Science of Animal Hubandry. Printice Hall
Inc. New Jersey.
Brooks, G. F., J. S., Butel and S.A. Morse. 2005. Medical Microbiology. New York :
McGraw-Hill
Brooks, John T., Evangeline G., Sowers, Joy G., Welis, Katherine D., Greene,
Patricia M., Griffin, Robert M., Hoekastra and Nancy A. Strockbine.1995.
Non-0157 Shiga Toxin-Producing Escherichia coli Infection in the Unied
States. Foodborn and Diarrheal Dieases Branch and Information Branch,
Division of Bacterial and Mycotic Disease, National Center for Infectious
Diseases, Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta, Geogia.
Dirjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Tumbuhan Obat.
Jakarta: Depkes RI.
Erni, R.S.I., Wiwiek, T., Suryanie., Hasutji, E.N., S. Chusniati. 2008. Penuntun
Praktikum Mikrobiologi Veteriner. Devisi Bakteriologi dan Mikologi
Departemen Mikrobiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas
Airlangga. Surabaya.
37
38
Handayani, J. Dan R.T.C. Tandelilin. 2006. Pengaruh Daya Antibakteri Ekstrak Daun
Teh Segar (Camelia sinensi) Terhadap Sterptococcus alpa. Jurnal Persatuan
Dokter Gigi. Vol. 50, No. 2 : 14-21.
Herrera, A.A., R.S. Flores, S.M.A., Chaves dan J. Tortoriello. 2004. Effectiveness
and Tolerability of A Standardizer Extract from Hibiscus Sabdariffa in Patiens
with Mild to Moderate Hypertension, a controlled and randomized clinical
trial phytomedicine. Vol 11 : 375-382.
Howard RL, et. al. 2003: Lignocellulose biotechnology: issues of bioconversion and
enzyme production. African Journal of Biotechnology, Volume 2, No.12,
Page 602-619.
Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A., Brooks G.F. 2013. Mikrobiologi kedokteran
(terjemahan). Edisi ke-25. Jakarta: EGC.
Koburger, T., Hubner, N.O., Braun, M., Siebert, J. And Kramer, A., 2010.
Standardized comparison of antiseptic efficacy of triclosan, PVP-iodine,
octanide dihydrochloride, polyhexanide, polyhexanide and chlorhexidine
digluconate. Journal of antimicrobial chemotherapy
Mangan, Yellia. 2005. Cara Bijak Menaklukan Kanker. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Mardigan, M.T. and J.M. Martinko. 2006. Brock Biology of Microorganism 11th Ed.
Person Prentice Hall. New Jersey: 931-932.
Mia Rahardjo, Eko Budi Koendhori, Yuani Setiawati. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 17, Number 2, Agustus 2017
Pages: 65-70.
Nascimento, M.S., Vieira, J.M.S., Malheiros, L.C.S., Junior, J.O.C. Silva, Rodrigues,
L.C.S. and Barbosa, W.L.R. 2012. Characterisation of Isoeleutherin In
Aqueous Extract of Eleutherine plicata Herb, Iridaceae, Active Against
Entamoeba hystolica/Entamoeba dispar In Vitro. International Journal of
Pharmaceutical Sciences adn Research, Vol. 3, No. 4 : 1096-1100.
Naspiah, Nisa, Masruhim, Amir, M., Fitriani, Yulita, V. 2013. Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata Linn.) terhadap DPPH
(1,1-diphenyl- picrylhydrazyl). Indonesian Journal Applied Sciences-IJAS,
Vol. 3, No. 2 : 62-65.
Nisa Naspiah, Y.I. 2014. Artikel Ulasan: Bawang Tiwai (Eleutherine americana
Merr.), Tanaman Multifungsi. IJAS, Vol. 4 Nomor 2.
Susanti, A. 2008. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica
less) terhadap Escherichia coli Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga.
Sykes, J.E. and Shelley C.R. 2014. Isolation and Identification of Aerobic and
Anaerobic Bacteria. Sykes, J. E., & Rankin, S. C. (2014). Canine and Feline
Infectious Diseases: 17–28.
41
Utami, Prapti dan Desty Ervira Puspaningtyas. 2013. The Miracle Herbs. Jakarta: PT
AgroMedia Pustaka
Utami, Prapti dan Lina Mardiana. 2013. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Warsiti, Sisca Dwi Kusuma Wardani, Siska , Ardea Achmad Ramadhan, Ratna
Yuliani. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 15, No 2.