Oleh
Proposal penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
Oleh
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Poedji Hastutik, drh., M.Si) (Prof. Dr. Dewa Ketut Meles, drh., M. Kes.)
Pembimbing utama Pembimbing serta
ii
DAFTAR ISI
iii
3.6 Bahan dan Materi Penelitian .................................................................. 25
3.6.1 Bahan penelitian .............................................................................. 25
3.6.2 Alat penelitian ................................................................................. 25
3.7 Prosedur Penelitian ................................................................................. 26
3.7.1 Pembuatan simplisia ....................................................................... 26
3.7.2 Pembuatan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) ..................... 26
3.7.3 Persiapan dan pengelompokkan larva Ae. aegypti .......................... 26
3.7.4 Pembuatan media ............................................................................ 27
3.7.5 Uji aktivitas ekstrak......................................................................... 27
3.8 Analisis Data .......................................................................................... 28
3.9 Skema Alur Penelitian ............................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30
iv
DAFTAR GAMBAR
v
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
et al. = Et Alii
vi
BAB 1 PENDAHULUAN
merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Angka kejadian demam berdarah terus
Provinsi Jawa Timur tahun 2017, Angka kejadian demam berdarah terus meningkat
di Indonesia. Jumlah kematian akibat penyakit DBD sebanyak 1.071 orang dengan
total penderita 129.650 orang pada tahun 2015 dengan nilai Incidens Rate (IR)
sebesar 50,75% dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,83%. Jumlah kasus tercatat
tahun 2014 sebanyak 100.347 orang dengan IR sebesar 39,80% dan CFR 0,83%
ditularkan melakui vektor nyamuk yang ditemukan di seluruh dunia pada daerah
tropis juga sub-tropis. Aedes aegypti (Ae. aegypti) merupakan vektor utama
1
Upaya yang dilakukan dalam menanggulangi ancaman DBD salah satunya
memberantas jentik nyamuk Ae. aegypti selama 8-12 minggu. Butiran pasir temefos
1% dikenal dengan nama abate, dan pemberian abate itu sendiri disebut abatisasi
(WHO., 2005). Penggunaan abate telah direkomendasikan oleh WHO sejak 1970,
dan di Indonesia pada tahun 1976. Penggunaan abate ditetapkan sebagai bagian dari
Penggunaan abate secara rutin dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
resistensi, sehingga pengendalian vektor menjadi tidak efektif. Akhir-akhir ini telah
banyak ditemui laporan terkait resistensi larva Ae. aegypti terhadap abate,
relatif cukup lama dan frekuensi tinggi serta tidak menggunakan dosis yang tepat
dapat mendorong terjadi resistensi pada larva Ae. aegypti terhadap insektisida
Ae. aegypti telah menimbulkan populasi yang resistensi sehingga dibutuhkan dosis
yang lebih tinggi yang tentu memiliki efek toksik bagi manusia, hewan, serta
terjadi penurunan efikasi. Temepos adalah larvasida yang digunakan secara luas
2
sebagai pengendali vektor dengue di Martinique yang telah menunjukkan resistensi
di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Karibia (Ramayanti dan Febriani, 2016)
Tanamam pepaya atau dalam nama latin dikenal sebagai Carica papaya L.
merupakan salah satu tanaman tropis yang mudah berkembang di daerah tropis,
termasuk Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2021
glikosida dan tanin. Senyawa tersebut menimbulkan reaksi didalam tubuh larva
Ae. aegypti sudah pernah dilaksanakan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Tyas dkk (2014), menunjukkan bahwa besar konsentrasi LC50 ekstrak daun pepaya
(Carica papaya L.) terhadap mortalitas larva nyamuk Ae. aegypti dengan masa
dedah 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam berturut-turut adalah 885,80 ppm, 736,89
ppm, 618,09 ppm dan 545,92 ppm. Sedangkan LT50 dengan serial konsentrasi 200
ppm, 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm berturut-turut adalah 72,48 jam,
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efikasi ekstrak etanol daun pepaya
dengan konsentrasi tertentu terhadap mortalitas larva instar III nyamuk Ae. aegypti
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
daun pepaya (C. papaya L.) memiliki sifat sebagai larvasida, ovisida dan
repellan, karena di dalam daun pepaya memiliki berbagai zat aktif yang diduga
beguna berguna sebagai larvasida. Zat metabolit aktif yang terkandung antara
lain alkaloid, tanin, phenolic, saponin, flavonoid dan steroid (Bamisaye et al.,
2013).
yang bersifat toksik terhadap larva (Wahyuni, 2015). Senyawa aktif flavonoid
4
pernafasan larva, senyawa masuk melalui siphon larva yang berada di
dan menimbulkan busa jika diaduk dengan air dan pada konsentrasi tertentu,
larvasida yaitu dengan cara mendenaturasi protein dan enzim di dalam sel.
Saponin dapat berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan
pada siphon akibatnya larva tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Flavonoid
Tanin adalah polifenol tanaman yang larut dalam air dan dapat
menggumpalkan protein. Apabila tanin terkena lidah maka akan terjadi reaksi
pengendapan protein ditandai dengan rasa sepat atau astrigen. Respon jentik
5
1.4 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun pepaya (Carica
Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) efektif mengurangi
Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pengendalian Ae. aegypti sebagai antilarvasida dari ekstrak daun pepaya
1.6 Hipotesis
1) Pemberian ekstrak etanol daun pepaya dapat membunuh larva instar III
Ae. aegypti.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta atau Hexapoda
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti dewasa memiliki warna dasar hitam dengan bitnik-
bintik putih pada bagian badannya terutama pada kaki nyamuk dan dikenal
(Djakaria,2000).
7
Perbean morfologi jantan dan betina terdapat pada ukuran tubuh dan
antena, nyamuk jantan dewasa memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari
betina dan antenanya banyak bulu, sedangkan nyamuk betina dewasa hanya
antara nyamuk Ae. aegypti jantan dan betina seperti tertera pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Struktur kepala nyamuk Ae. aegypti A) betina dan B) jantan
Sumber : Borror (1996)
nyamuk ini panjang dan tips, mempunyai vena yang permukaannya ditutupi
sisik sayap. Bagian abdomen dari tubuh nyamuk terdiri dari 10 segmen, 2
morfologi dari nyamuk Ae. aegypti yang tertera pada Gambar 2.2
8
Gambar 2. 2 Morfologi Nyamuk Ae. aegypti
Sumber : CDC (2015)
nyamuk dewasa hidup secara terrestrial (di udara bebas). Nyamuk betina
sebanyak 100 butir telur. Telur nyamuk Ae. aegypti menetas menjadi larva
dalam suhu air 20-40oC dalam waktu 1-2 hari. Kecepatan pertumbuhan
tempat,keadaaan air, dan kandungan zat makanan yang ada di dalam tempat
9
waktu 5-7 hari, lalu pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa dalam
100 butir telur setiap kali bertelur dan menetas menjadi larva dalam kurun
waktu satu sampai dua hari dalam keadaan telur terendam air. Telur nyamuk
Ae. aegypti berbentuk elips atau oval memanjang, berwarna hitam, memiliki
42oC dalam keadaan kering. Telur ini menetas jika kelembapan terlalu
10
Pada umumnya nyamuk Ae. aegypti akan meletakkan telurnya pada
suhu sekitar 20oC sampai 30oC. Pada suhu 30oC telur akan menetas dalam
waktu satu sampai tiga hari dan pada suhu 16oC telur akan menetas dalam
waktu tujuh hari. Dalam kondisi normal, telur nyamuk Ae. aegypti yang
direndam di dalam air akan menetas sebanyak 80% pada hari pertama dan
95% pada hari kedua. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur
adalah suhu, pH air perindukan, cahaya, kelembaban dan fertilitas telur itu
antenna tanpa duri dengan mulut tipe mengunyah (chrewing). Bagian toraks
tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu yang simetris. Abdomen larva
tersusun atas 8 ruas. Ruas ke-8 terdapat alat untuk bernafas yang disebut
memiliki duri, berwarna hitam dan ada seberkas bulu-bulu (brush) di bagian
sentral dan gigi-gigi sisir (comb scale) yang berjumlah 15-19 gigi yang
11
tersusun dalam satu baris. Larva Ae. aegypti bertubuh kecil,bergerak sangat
cepat, dan pada posisi istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus
7 jam. Kehidupan larva akan lebih baik pada pH air mendekati normal yaitu
pada suhu kisaran antara 25oC-27oC dan larva akan mati ketika berada pada
suhu dibawah 10oC dan diatas 40oC (Ariyanti dan Tukiran., 2012).
larva yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II, III, dan IV
(Soegijanto, 2006).
2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong
ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah
berwarna hitam. Larva instar III berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai
berukuran paling besar yaitu 5-6 mm, telah lengkap struktur anatominya dan
12
jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (caput), dada (thorax), dan
perut (abdomen) (Hoedojo, 2008). Gambaran larva dari nyamuk Ae. aegypti
perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pupa adalah bentuk
tidak makan, waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan
Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara bakal sayap
13
Bentuk nyamuk dewasa timbul setelah sobeknya selongsong pupa oleh
permukaan air melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada
mosquito atau tiger mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas,
yaitu dengan adanya garis-garis dan bercak-bercak putih di atas dasar warna
hitam. Ciri khas utama dari nyamuk Ae. aegypti adalah memiliki dua garis
lengkung yang berwarna putih di kedua sisi lateral dan dua buah garis
14
hitam (lyre shaped marking) (Soegijanto,2006). Gambaran mengenai
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Viovales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
15
2.2.2 Morfologi pepaya
pada tanaman pepaya yaitu berbentuk bulat, Arah tumbuh batang yaitu
permukaan atas hijau tua, sedangkan warna permukaan bagian bawah hijau
muda (Kalie, 2008). Bunga pepaya terdiri dari tiga jenis, yaitu bunga jantan,
bunga betina, dan bunga sempuma. Buah pepaya termasuk buah buni Sejati,
artinya buah terbentuk dari bakal buah saja. Bentuknya bulat atau bulat
tengah. Meskipun tipis, kulit buah pepaya tak mudah lepas dari daging
buahnya. Daging buah berasal dari karpela yang menebal. Warna daging
16
varietasnya (Hamzah, 2014). Gambaran dari pohon pepaya seperti pada
Gambar 2.8
flavonoid dapat mengakibatkan larva tidak dapat bernapas serta mati dengan
17
Flavonoid juga dapat merubah posisi tubuh larva menjadi tidak normal
memiliki sifat yang khas,yaitu baunya yang sangat tajam, memiliki rasa
yang pahit, dapat larut dalam air dan pelarut organik, serta mudah terurai
basa organik yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Alkaloid
bebas dapat larut dalam pelarut organik. Alkaloid bersifat alkalis yang
18
terdapat pada beberapa golongan tanaman, terasa pahit, dan sebagai zat
kekejangan secara terus menerus dan akhirnya terjadi kelumpuhan dan jika
terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
19
protein, sehingga protein pada tanaman dapat resisten terhadap degradasi
oleh enzim protease di dalam silo ataupun rumen (Kondo et al., 2004). Tanin
yang sepat yang mengakibatkan larva nyamuk tidak mau makan (Yunita
dkk., 2009). Gambaran mengenai struktur kimia tanin yang ada di daun
2.3 Ekstraksi
kimia terlarut sehingga terpisah dari zat-zat yang tidak larut dalam cairan
20
pelarut diuapkan dari massa atau bubuk.Selebihnya ditangani dengan cara
oleh karena itu semakin halus serbuk simplisia maka akan semakin baik
hasil ekstraksinya. Ekstraksi juga dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia
dan cara panas. Definisi metode ekstraksi cara dingin adalah proses ektraksi
yang dilakukan tanpa proses pemanasan. Proses ekstraksi secara dingin ini
dan perkolasi.
dalam suatu pelarut, metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah
21
BAB III METODE PENELITIAN
penelitian ini adalah Post test Only Control Group Design. Dalam
hewan coba dengan pengulangan sebanyak enam kali dan lima macam
III Ae. aegypti yang masih hidup dalam 100 ml media air (WHO, 2005).
yaitu agar kondisi media tidak terlalu padat. Karena media diisi lebih dari
25 ekor larva, maka kematian larva bisa karena faktor kepadatan media
22
Menurut Federer (1963) penentuan jumlah ulangan dengan
t (𝑛 − 1) ≥ 15
Keterangan :
t = Jumlah perlakuan
n = Jumlah pengulangan
t (𝑛 − 1) ≥ 15
5 (𝑛 − 1) ≥ 15
5n − 5 ≥ 15
5n ≥ 20
n ≥ 4 (minimal)
Maka perhitungan jumlah keseluruhan larva yang dibutuhkan adalah
larva instar III nyamuk Ae. aegypti pada masing-masing perlakuan dan
kontrol.
23
3.3.3 Variabel Kontrol
Dalam penelitian ini variabel kontrol yaitu larva instar III nyamuk
2%.
Hasil ekstraksi dari metode maserasi digunakan pelarut polar etanol teknis
96% yang di evaporasi pada suhu 40-50oC kecepatan 100 rpm sampai etanol
menguap. Ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) dengan berbagai
konsentrasi tertentu dipaparkan pada larva instar III nyamuk Ae. aegypti.
Pada penelitian ini digunakan larva instar III nyamuk Ae. aegypti yang
diberi paparan ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) dengan
instar III karena larva pada fase tersebut ukurannya sudah cukup besar
system pertahanan larva instar III lebih kuat dibandingkan larva instar I dan
instar III turut membunuh larva instar I dan II (Ahdiyah dkk., 2005).
Persentase mortalitas larva yang mati dengan indicator yaitu larva diam di
dasar air, tidak mampu naik ke permukaan atau tidak menunjukkan reaksi
24
pergerakan lagi dan tidak merespon ketika ada rangsangan cahaya
(WHO, 2005).
(Carica papaya L.), larva instar III nyamuk Ae. aegypti, etanol teknis 96%,
blender, toples, baskom, saringan, gelas ukur 500 ml, peralatan maserasi,
pengaduk, kertas label, cover glass, mikroskop, cawan petri, jam, senter,
25
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Pembuatan simplisia
dengan cara menimbang satu kilogram serbuk dan ditambahkan dua liter
pelarut dengan etanol teknis 96%, kemudian larutan didiamkan selama dua
hari pada wadah yang tertutup rapat dengan pengadukan setiap empat jam
sekali selama lima menit. Setelah itu disaring dan dipekatkan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 40oC – 50oC hingga didapatkan ekstrak kental.
proses rearing menjadi larva. Stadium larva instar III biasanya berumur tiga
menggunakan mikroskop pada lensa 10x dan 40x untuk memastikan larva
Ae. aegypti instar III dengan melihat ciri morfologi larva instar III yaitu
larva berukuran 4-5mm, duri-duri (spinae) bagian toraks mulai jelas dan
Jika telah dipastikan larva instar III Ae. aegypti, maka larva dimas ukkan ke
dalam beaker glass 500 ml yang berisi air bersih. Larva instar III sejumlah
600 ekor untuk enam kali pengulangan dan lima macam perlakuan. Tiap
26
pengulangan membutuhkan 100 ekor larva per media perlakuan, kemudian
diberi label pada wadah plastic sesuai dengan kelompok perlakuan yang
terdiri dari P1,P2,P3 dan kelompok kontrol yang terdiri dari (K+) dan (K-)
papaya L.).
aquadest dan DMSO 2% sebagai (K-) dan 100 ml aquadest dengan abate
Pada uji aktivitas ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.),
pengujian dilakukan dengan cara memasukkan larva instar III Ae. aegypti
dengan menggunakan pipet plastik sekitar 20 ekor larva per media yang
sudah diberi larutan ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) dengan
perlakuan satu (P1) konsentrasi 4%, perlakuan duan (P2) 6%, perlakuan tiga
(P3) 8% dan media untuk kontrol positif (K+) berisi abate (temephos) serta
kontrol negatif (K-) berisi aquadest dan DMSO 2%. Setelah dilakukan
pengamatan selama 24 jam dan apabila setelah 24 jam 50% larva uji belum
27
ada yang mati, maka peneliti akan menambah waktu pengamatan sampai 48
dengan jumlah larva yang mati dalam percobaan dicatat dan dianalisis
28
3.9 Skema Alur Penelitian
Koleksi daun pepaya (Carica papaya L.) Koleksi telur Ae. aegypti
Pembuatan Ekstrak daun pepaya Identifikasi larva instar III Ae. aegypti
Persiapan Media
Analisis Data
29
DAFTAR PUSTAKA
A’yun, Q. dan Ainun N., L., 2015, Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica papaya
L.) Di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Kendalpayak,
Malang, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 137.
Aradilla AS. 2009. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba
(Azadirachta indica) Terhadap Larva Ae. aegypti. [Skripsi]. Semarang:
Universitas Diponegoro Semarang.
Arismawati, Sawarudin, L.O.M. dan Sudrajat., H.W. 2017. Efek Larvasida Ekstrak
Biji Buah Pepaya (Carica papaya L) terhadap Larva Instar III Ae. aegypti
L.Medula, 4(2): 332-343.
Ariyanti dan Tukiran. Biolarvasida dari Tumbuhan Bakau Minyak (Rhizopora
acipulata). Unesa Journal of Chemistry. Vol.1(1); 10.2012
Azwat, A., 2003. Pengantar Epidemiologi. Edisi Revisi. Jakarta. Bina Rupa Aksara
Bamisaye, F.A., Ajani E.O., Minari, J..B. 2013. Prospect of Ethnobotanical Uses of
PawPaw (Carica papaya). 1(4): 171-177
Centers for Disease Control (CDC). 2012. Dengue Epidemiology.
http://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/index.html. [20 November
2022]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Ekologi dan Aspek Perilaku
Vektor, Ditjen PP & PL, Jakarta
Desmiaty, Y., Ratih, H., Dewi, M.A. dan Agustin, R. 2008. Penentuan Jumlah
Tanin Total pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun
Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan
Pereaksi Biru Prusia. Ortocarpus.106-109
Dinkesprov Jawa Timur. 2017. Profil kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2016.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya. 55-56.
30
Djakaria, 2000.Vektor penyakit virus, riketsia, spiroketa dan bakteri. Dalam: Srisasi
G, Herry DI, Wita P, penyunting. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga.
Balai Penerbit FKUI, Jakarata. 235-237
Eka, C. ES. 2013. Uji efektivitas larvasida ekstrak daun legundi (Vitex trifolia)
terhadap larva Ae. aegypti. Med J Lampung Univ. 2(4):52–60.
Felix. 2008. Ketika Larva dan Nyamuk Dewasa Sudah Kebal Terhadap Insektisida.
FARMACIA, 7(7)
Gautam, K., Kumar, P. and Poonia, S. 2013. Larvicidal activity and GC-MS
analysis of flavonoids of Vitex negundo and Andrographis paniculate
against two vector mosquitoes Anopheles stephensi and Ae. aegypti. J
Vector Borne 50 (9): 171-178
Hamzah, A. 2014. 9 Jurus Sukses Bertanam Pepaya California. PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta. 138
Hapsari A.O., Suwondo. dan Febrita, E. 2012. Efektivitas Ekstrak Buah Belimbing
Wuluh (Avverhoa bilimbi L.) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Ae.
aegypti. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan
Pendidikan Universitas Riau. Riau.
Hidjrawan, Y., 2018. Identifikasi Senyawa Tanin Pada Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Optimalisasi Vol. 4, No. 2.
Hoedojo, R. 2008. Morfologi, Daur Hidup, dan Perilaku Nyamuk: Parasitologi
Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. 1 (4).
Halomoan, J. T. Suwandi, J F. 2017. Pengendalian Vektor Virus Dengue dengan
Metode Release of Insect Carrying Dominant Lethal (RIDL). Medical
Journal of Lampung University Vol. 6 No. 1
Irvan, J. 2017. Uji Efektifitas Serbuk Alang-Alang (Imperta cylindrical) sebagai
Anti Nyamuk Elektrik Terhadap Nyamuk Ae. aegypti [Skripsi]. Jurusan
Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan.UIN Alauddin
Makassar.
Julianti, T., Oufir, M. and Hamburger, M. 2014. Quantification of the
Antiplasmodial Alkaloid Carpaine in Papaya (Carica papaya) Leaves.
Planta Medica, 80(13),
Kalie.M.B. 2008. Bertanam Pepaya (Edisi Revisi). Penebar Swadaya, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016, Ditjen PP & PL, Jakarta. Hlm 179-181
31
Kurniawan. 2011. Uji Efektifitas Larvasida Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Larva Ae. aegypti Instar III. [Skripsi].
Universitas Negeri Lampung
Kondo, M., Naoki, N., Kazumi, K. and Yokota, H. 2004. Enhanced lactic acid
fermentation of silage by the addition of green tea waste. J. Sci. Food
Agric. 84(7):728-734.
Mahatriny, N. N., Payani, N. P. S., Oka, I. B. M. dan Astuti, K. W. 2014. Skrining
Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Yang Diperoleh
Dari Daerah Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Jurnal Farmasi Udayana.
3(1).
Mundim-Pombo,A.P.M.,Carvalho,H.J.C. and Ribeiro,R.R. 2021. Aedes aegypti :
egg morphology and embryonic development. Parasites Vectors 14:(531)
Ningsi, E. W., Yuniar, N. dan Fachlevy, A. F., 2016. Efektivitas Uji Daya Bunuh
Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Larva Nyamuk
Anopheles aconitus donits Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria Di
Daerah Persawahan Desa Lalonggombu Kecamatan Andoolo Kabupaten
Konawe Selatan. JIMKESMAS. Vol. 1 No. 3
Nugrahani, N.L. 2015. Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Bibit dan
Pertumbuhan Awal Pepaya (Carica papaya L.) Tipe Bangkok dan
California. [Skripsi] Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Nurhaifah, D. dan Suksesi, T. W., 2015. Efektivitas Air Perasan Kulit Jeruk Manis
sebagai Larvasida Nyamuk Ae. aegypti. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. 9(3). 207-213
Pratiwi, I. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap
Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium [Skripsi].
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surakarta. Surakarta.
Ramayanti, I. dan Febriani, R., 2016. Syifa Medika. Uji Efektivitas Larvasida
Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya Linn) Terhadap Larva Ae. aegypti. 6
(2). 79-88.
Rao, M. R. K. (2020). Lethal efficacy of phytochemicals formulations derived from
the leaf extracts of Indian medicinal plants control Dengue and Zika vector.
International Research Journal of Environmental Sciences. 9(3). 44-54.
Santi, L. Y. 2011. Efektifitas Ekstrak Kulit Durian (Durio Zibethinus Murr) sebagai
Pengendali Nyamuk Aedes spp Tahun 2010 [Skripsi]. Bagian Kesehatan
Masyarakat Sumatra Utara. Medan.
32
Sigit, S. H., Koesharto, F. X., Upik, K. H., Dwi, J. G., Susi, S., Indrosancoyo, A.
W., Musphyanto, C., Mohammad, R., Swastiko, P., Sulaeman, Y. dan
Sanoto, U. 2006. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan
Pengendalian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Soegijanto, S. 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga
University Press. Hlm 27-33
Sucipto, C. D. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Gosyen Publishing. Jakarta hlm. 8
Sukorini, H. 2006. Pengaruh Pestisida Organik dan Interval Penyemprotan
Terhadap Hama Plutellaxylostella Pada Budidaya Tanaman Kubis Organik.
Jurnal Gamma. 2(1):11-16.
Suyanto, F. 2009. Efek Larvasida Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Terhadap Larva Ae. aegypti L. [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Tagari,R. 2016. Uji Efektifitas Larvasida Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya
Linn) Terhadap Larva Ae. aegypti. [Skripsi] Universitas Muhammadiyah
Palembang. Palembang
Tandi, E.K. 2010. Pengaruh Tanin Terhadap Aktivitas Enzim Protease. Seminar
Nasional : Teknologi Peternakan dan Veteriner, Makassar.
Taufiq, Yuniarni, dan Hazar. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji
Buah Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Escheriachia coli dan Salmonella
typhi. SPeSIA Unisba. 2(1): 654-661
Tian-yang., W., Qing Li. and Kai-shun Bi. 2018. Bioactive flavonoids In Medicinal
Plants: Structure. Activity And Biological Fateasian. Journal Of
Pharmaceutical Sciences. 13(1): 12–23
Tyas, W.S. 2008. Evaluasi Keragaman Pepaya (Carica papaya L.) di enam lokasi
di Boyolali. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Tyas, D.W., Wahyuni, D., dan Hariyadi, S. 2014. Perbedaan Toksisitas Ekstrak,
Rebus, dan Rendaman Daun Pepaya (Carica Papaya Linn) Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. Jumal Pancaran 3(1): 59-68
Wahyuni, D. (2015). New bioinsecticide granules toxin from ectract of papaya
(Carica papaya) seed and leaf modified against Aedes aegypti larvae.
Procedia Environmental Sciences, 23, 323-328.
Wandini, E. 2017. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Pepaya
California dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Petani Perspektif
Ekonomi Islam. [Skripsi], Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, Universitas
Islam Negeri Raden Intan. Lampung
33
Warisno. 2003. Budidaya Pepaya. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 114-135
World Health Organization (WHO). 2005. Dengue Hemorrhagic Fever : Diagnosis,
Treatment and Control. WHO.
Widawati, M. dan Almierza, L. 2012. Analisis Pengaruh Ekstraksi Non-Polar
Batang Pohon Tanjung (Mimusops Elengi L) terhadap Larva Ae. aegypti.
Lokalitbang P2B2 Ciamis. ASPIRATOR Vol. 4(2); 59-63.
Yunita, E. A. Suprapti, N.H., Hidayat, J.W. 2009. Pengaruh ekstrak daun teklan
(Eupatorium ripartum) terhadap mortalitas dan perkembangan larva Ae.
aegypti. Bioma. 11(1): 11-17.
34