PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
HAFIZA BALQIS
193110082
iv
2. Tujuan Evaluasi Penggunaan Obat ......................................................... 17
F. Puskesmas .................................................................................................. 19
1. Pengertian Puskesmas ............................................................................ 19
2. Tujuan Puskesmas .................................................................................. 20
3. Persyaratan Puskesmas ........................................................................... 20
4. Pengelolaan/Manajemen Obat dan Pembekalan Puskemas ................... 20
5. Pelayanan Puskesmas ............................................................................. 21
6. Pemantauan terapi obat (PTO) ............................................................... 23
7. Evaluasi penggunaan obat ...................................................................... 23
G. Kategori Umur ........................................................................................... 25
H. Kerangka Teori........................................................................................... 26
I. Kerangka Konsep ....................................................................................... 27
J. Definisi Operasional................................................................................... 28
K. Rencana Penelitian ..................................................................................... 30
1. Prinsip Penelitian .................................................................................... 30
2. Variabel Penelitian ................................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................31
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 31
B. Instrumen Penelitian................................................................................... 31
C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel ................................. 31
D. Kriteria Sampel .......................................................................................... 32
1. Kriteria Inklusi........................................................................................ 32
2. Kriteria Eksklusi ..................................................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data .................................................... 32
1. Pengumpulan Data.................................................................................. 32
2. Analisis Data .......................................................................................... 32
3. Prosedur Penelitian ................................................................................. 33
F. Etika Penelitian .......................................................................................... 34
G. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................37
LAMPIRAN ..........................................................................................................40
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. 1 Kriteria hasil acgaitif atau positif parasit pada LPB ............................ 10
Tabel 1. 2 Pengobatan Plasmodium Falciparum Bedasarkan Usia dan Berat ...... 13
Tabel 1. 3 Pengobatan Plasmodium Vivax Bedasarkan Usia Dan Berat Badan ... 13
Tabel 1. 4 Pengobatan Malaria Falciparum menurut berat badan dengan........... 14
Tabel 1. 5 Pengobatan Malaria Vivax menurut berat badan dengan Artesunat .... 14
Tabel 1. 6 Pengobatan Malaria Falciparum pada ibu hamil ................................ 15
Tabel 1. 7 Pengobatan Malaria Vivax pada ibu hamil .......................................... 15
Tabel 1. 8 Definisi Operasional ............................................................................ 28
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Antimalaria ......................................................................................... 5
Gambar 2. 2 Kerangka Teori................................................................................. 26
Gambar 2. 3 Kerangka Konsep ............................................................................. 27
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data Pasien .................................................. 40
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat menjadi ancaman
kesehatan masyarakat di Indonesia sampai sekarang. Penyakit ini bisa
menyebabkan kejadian yang luar biasa dan sering kali berujung pada
kematian jika tidak diobati dengan benar. Malaria ditularkan melalui vektor,
yaitu nyamuk betina anopheles yang larvanya dapat hidup dan berkembang di
berbagai tempat seperti rawa air tawar atau air asin, rawa bakau, sawah, parit
berumput, tepi sungai dan sungai, serta penampungan air hujan sementara (1).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium sp.
Parasit yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia
(eritrosit) (2).
World Health Organization (WHO) jumlah global orang yang hidup
dengan Malaria di 2011 adalah 35.500 (3). World Health Organization
(WHO) data terakhir melaporkan hingga akhir tahun 2011, 371 di sejumlah
kabupaten yang telah memberantas malaria di 13 kabupaten lagi di target kan
untuk menghilangkan penyakit malaria pada tahun 2013 yang berarti dari
1385 kabupaten atau hampir 75% dari 514 kabupaten yang ada di Indonesia
akan bebas malaria (4) di Indonesia memiliki insiden malaria tertinggi di
Kawasan Indonesia bagian timur papua masih menjadi salah satu provinsi
dengan kasus malaria tertinggi yakni mencapai 86.011 kasus dan hingga saat
ini populasi kasus yang terjadi di provinsi tersebut mencapai 90,9% dari total
kasus (5).
Penemuan kasus di provinsi Lampung dapat diketahui terjadi kenaikan
dari tahun 2009 sampai 2019 menjadi 0,19/1000 penduduk namun pada tahun
2010 angaka api mengalami penurunan hingga 0,05/1000 penduduk pada
2
tahun 2011 angka kesakitan malaria di kota bandar lampung sebesar 0,1 per
1000 penduduk jumlah positif malaria berjumlah 150 penderita dan yang
mendapatkan pengobatan yang sesuai setandar sebesar 100% (6).
Malaria sangat berbahaya jika tidak segera ditangani malaria berat harus
cepat di tangani karna bisa menyebabkan anemia penurunan kualitas sumber
daya serta kematian `malaria juga bisa terjadi pada ibu hamil jika tidak segera
di obati akan menyebabkan keguguran, kelahiran prematur (kelahiran
terlambat ) dan berat badan lahir rendah serta kematian (7). Penatalaksanaan
malaria tediri dari 1 cara yaitu secara farmakologis dapat dilakukan dengan
menggunakan obat injeksi atau dengan obat minum (8).
Penggunaan obat baik dalam jangka waktu yang singkat maupun lama
perlu dilakukan evaluasi untuk meningkatkan efetivitas dan keamanan yang
diharapkan pada pasien yang menggunakan obat tersebut. Evaluasi
penggunaan obat (EPO) dibagi menjadi dua yaitu EPO kuantitatif dan EPO
kualitatif. EPO kuantitatif yaitu studi untuk mengukur jumlah dan pola
penggunaan obat sedangkan EPO kualitatif yaitu metode/studi untuk menilai
ketepatan penggunaan obat berdasarkan kriteria penggunaan obat yang telah
ditetapkan sesuai dengan acuan. Pada penelitian ini menggunakan penelitian
dengan rancangan deskriptif dengan cara rekam medik berdasarkan tepat
indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat interval waktu pemberian (9).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh saudari A yang
berjudul tentang evaluasi penggunaan obat antimalaria di rumah sakit Umum
Daerah (RSUD) Abepura Jaya menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki
lebih banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan pasien terbanyak pada
usia 15-15 tahun tepat indikasi (100%), tepat pasien (90%), dan tepat obat
(100%) dan tepat dosis (100%) (10).
Penelitian lainnya dilakukan oleh saudari A yang berjudul tentang
evaluasi penggunaan obat antimalaria di rawat inap dewasa RSUD Ratu Aji
Putri Botung Penajam Paser Utara Periode Tahun 2018 menunjukan bahwa
jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan
pasien terbanyak pada usia 16-35 tahun tepat indikasi (100%), tepat pasien
(90%), dan tepat obat (95%) dan tepat dosis (100%) (11).
3
Penggunaan obat baik dalam jangka waktu yang singkat maupun lama
perlu dilakukan evaluasi untuk meningkatkan efetivitas dan keamanan yang
diharapkan pada pasien yang menggunakan obat tersebut. Evaluasi
penggunaan obat (EPO) dibagi menjadi dua yaitu EPO kuantitatif dan EPO
kualitatif. EPO kuantitatif yaitu studi untuk mengukur jumlah dan pola
penggunaan obat sedangkan EPO kualitatif yaitu metode/studi untuk menilai
ketepatan penggunaan obat berdasarkan kriteria penggunaan obat yang telah
ditetapkan sesuai dengan acuan. Pada penelitian ini menggunakan penelitian
dengan rancangan deskriptif dengan cara rekam medik berdasarkan tepat
indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat interval waktu pemberian (9).
Penyakit antimalaria termasuk sepuluh besar penyakit di Puskesmas
Rawat Inap Panjang kota bandar lampung, lebih tepatnya memasuki urutan
Sembilan dengan jumlah 157 pasien. Tingginya angka kejadian serta
pentingnya penanganan secara tepat terhadap penyakit antimalaria maka
penggunaan obat anti malaria perlu dilakukan evaluasi terhadap penggunaan
obat di Puskesmas Rawat Inap Panjang berdasarkan kriteria penggunaan obat
guna mencapai pengobatan yang efektif. peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Evaluasi Penggunaan Obat Antimalaria di Puskesmas
Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penggunaan obat pada pasien antimalaria rawat inap di
Puskesmas Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi penggunaan obat antimalaria pada pasien rawat inap di
Puskesmas Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia
pada pasien malaria rawat inap di Puskesmas Rawat Inap Panjang.
b. Mengetahui penggunaan obat berdasarkan golongan obat pada pasien
malaria rawat inap di Puskesmas Rawat Inap Panjang.
4
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang penggunaan
obat pada pasien anti malaria rawatinap di Puskesmas Rawat Inap
Panjang Kota Bandar Lampung.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi intansi
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penggunaan obat
terutama pada pasien malaria di Puskesmas Rawat Inap Panjang Kota
Bandar Lampung
b. Bagi perguruan tinggi
Diharapkan dapat memberikan referensi untuk penelitian lebih lanjut
mengenai penggunaan obat rheumatoid arthritis khususnya dalam
bidang farmasi klinis.
c. Bagi peneliti
Dapat memperoleh pengetahuan bagaimana mengevaluasi penggunaan
obat antimalaria dengan memahami tepat indikasi, tepat obat, tepat
dosis, dan tepat interval waktu pemberian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Malaria
1. Pengertian Anti Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
plasmodium yang dapat ditandai dengan menggigil, anemia, dan
hepatosplenomegali Penyakit ini ditularkan secara alami melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Malaria masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko
tinggi yaitu bayi, balita dan ibu hamil. Selain itu malaria menyebabkan
anemia secara langsung dan dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja
(1).
Gambar 2. 1 Antimalaria
2. Epidemiologi malaria
Secara ilmiah, penyebaran penyakit malaria dapat disebabkan oleh
interaksi antara patogen (Parasit Plasmodium spp.), host definitif (nyamuk
Anopheles spp.) dan host intermediate perantara (manusia). Oleh karena
itu penyakit malaria dipengaruhi oleh keberadaan dan variabilitas populasi
vektor (pembawa terutama nyamuk Anopheles spp) yang salah satunya
6
diisi oleh intensitas curah hujan dan Plasmodium spp. nyamuk di hadapan
parasit atau sumber parasit dan inang yang rentan. Sumber parasit
Plasmodium spp. adalah inang yang positif menjadi inang malaria. Namun
pada daerah malaria yang banyak terjadi penyakit malaria, seringkali tidak
ada gejala klinis (tidak ada gejala klinis), walaupun parasit tersebut masih
hidup di sana. Hal ini dikarenakan resistensi manusia terhadap parasit
malaria. Disebabkan oleh kontak yang sering dengan parasite (11).
3. Patofisologi
Mendiagnosa malaria. Dalam hampir semua kasus pemeriksaan tebal dan
lapisan tipis darah mengungkapkan parasit malaria. Tebal film lebih
sensitif daripada film tipis dalam mendeteksi parasitemia malaria densitas
rendah Lembaga dan perangkat untuk pemeriksaan mikroskopis membran
darah dapat dengan mudah diberikan di ruang sebelah klinik atau bangsal.
Gejala malaria muncul selama wabah sel darah merah parasit. Demam
mulai muncul dengan pecahnya skizon berbagai jenis darah antigen
Antigen ini merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang kapiler
pecah sehingga menempel padanya Endotel kapiler karena memiliki
tonjolan Membran sel darah merah (10).
4. Etiologi
Genus Plasmodium adalah ordo Haemosporidae dari famili Plasmodidae,
penyakit malaria pada manusia dan vertebrata lainnya. Dari 300-500 juta
orang yang terinfeksi Plasmodium, sekitar 3 juta meninggal setiap
tahunnya di Afrika, Asia dan Amerika Selatan, dimana 5 spesies dari
genus Plasmodium dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Yakni :
a. Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika (malignant tertian,
Subtertian, Aestivo antmunal, tropical, Pernicious) yang sering
menyebabkan malaria berat/malaria otak dan kematian.
b. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana (Benign tertian,
Simpletertian).
c. Plasmodium malariae penyebab malaria quartana.
d. Plasmodium ovale penyebab malaria ovale (serupa dengan tertiana).
e. Plasmodium knowlesi penyebab malaria Knowlesi (13).
7
menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat
meningkat hingga 41oC atau lebih. ada anak-anak, suhu tubuh yang
sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
c. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung + 1 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat
banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah
normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur.
Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain
sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari. Gejala klasik
(trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami oleh
penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang
belum mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau
penderita yang baru pertama kali menderita malaria. Di daerah endemik
malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan (imunitas)
terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak
selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan
imunitas penderita (14).
7. Diagnosa Malaria
Elemen terpenting dalam diagnosis klinis malaria baik di daerah endemik
maupun non-endemik adalah indeks kecurigaan yang tinggi. Karena
penularan malaria tidak merata bahkan di negara endemik, informasi
tentang tempat tinggal dan riwayat perjalanan yang memberikan
wawasan tentang paparan menjadi penting. Penting Selain itu,
kemungkinan memicu malaria (melalui transfusi darah atau jarum suntik
yang terkontaminasi) tidak boleh diabaikan.
Malaria berat dapat meniru banyak penyakit lain yang juga umum di
negara endemik malaria. Yang paling penting adalah infeksi pada sistem
saraf pusat, septikemia, pneumonia berat, dan tifus. Diagnosis banding
lainnya termasuk influenza, demam berdarah dan infeksi arbovirus
lainnya, hepatitis, leptospirosis, demam kambuhan, demam berdarah,
infeksi rickettsial, gastroenteritis dan, di Afrika, trypanosomiasis. Pada
anak-anak, kejang yang disebabkan oleh malaria harus dibedakan dengan
9
kejang demam. Iktal biasanya berumur pendek. lebih dari setengah jam,
meskipun beberapa anak tidak sadar sepenuhnya sampai 60 menit setelah
kejang (10).
B. Manifestasi Klinis
Malaria serebral jelas ditandai dengan manifestasi neuropsikiatri. Manifestasi
neuropsikiatri malaria serebral umumnya dibagi menjadi tiga kelompok
utama, yaitu:
" 9-11 Gambaran neuropsikiatrik yang dominan pada stadium akut, seperti
psikosis, ataksia serebelar, kejang ekstrapiramidal, dll. Gangguan
hemiparesis, tengkorak, sindrom Akibat dari palsi serebral malaria, seperti
gangguan saraf serebelar, sindrom psikosis spinalis, seperti ataksia otak kecil,
psikosis (13).
1. Anamnesis
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan
dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-
pegal. Pada anamnesis juga perlu ditanyakan:
a. Riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria.
b. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
c. Riwayat sakit malaria/riwayat demam.
d. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
e. Riwayat mendapat transfusi darah (15).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dengan tanda sebagai berikut:
a. Demam (>37,5 °C).
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat.
c. Pembesaran limpa (splenomegali).
d. Pembesaran hati (hepatomegali).
e. Manifestasi malaria berut dapat berupa penurunan kesadaran
deman tinggi, telapak tangan pucat, dan urinberwarna coklat
kehitaman, kejang dan lemah (14).
10
3. Pemeriksaan Laboratorium
Penegakan diagnosis malaria harus dilakukanpemeriksaan sediaan darah.
Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui cara berikut.
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar
baku) untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop
dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis.
Pemeriksaan sediaan darah (PSD) tebal dan tipis di rumah
sakit/Puskesmas/lapangan untuk menentukan, ada tidaknya parasit
malaria (positif atau negatif), spesies dan stadium Plasmodium serta
kepadatan parasit. Pemeriksaan ini terbagi menjadi semikuantitatif
dan kuantitatif sebagai berikut (14).
Semi Kuantitatif yang menunjukan hasil negaitif atau positif di
temukan parasit pada lapang pandang besar (LPB).
C. Penatalaksanaan Malaria
Malaria berat adalah: ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual
dengan minimal satu dari manifestasi klinis atau didapatkan temuan hasil
laboratorium
1. Perubahan
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Tidak bisa makan dan minum
4. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 14 jam
5. Distres pernafasan
6. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada anak : <50
mm Hg).
7. Ikterus disertai disfungsi organ vital
8. Hemoglobinuria
9. Perdarahan spontan abnorm
10. Edema paru (radiologi)
12
Gambaran laboratorium :
1. hipoglikemi (gula darah < 40 mg)
2. asidosis metabolik (bikarbonat plasma < 15 mmol/L)
3. Anemia berat (Hb( < 5gr % atau hematokrit < 15%)
4. hiperparasitemia (parasit 1 % per 100.000/μL di daerah endemis rendah
atau > 5% per 100.0000/μl di daerah endemis tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Malaria berat juga dilaporkan pada penderita malaria yang disebabkan
Plasmodium lainnya (14).
D. Pengobatan Malaria
Pengobatan tersebut merupakan pengobatan malaria radikal yang membunuh
semua stadium parasit dalam tubuh manusia. termasuk tahap gametosit.
Tujuan pengobatan radikal adalah untuk mencapai perbaikan klinis dan
parasitologis serta memutus rantai penularan malaria. Dosis obat harus
berdasarkan berat badan. Obat antimalaria kombinasi (OAM) digunakan
untuk mengobati penyakit malaria di Indonesia. Terapi saat ini untuk malaria
falciparum dan vivax adalah dengan pengobatan ACT ( Artemisinin Based
Combination Therapy) Plus primakuin.
Dosis yang tepat pada malaria falciparum sama dengan malaria vivax,
sedangkan primakuin pada malaria falciparum hanya dengan dosis 0,75
mg/kgBB untuk hari pertama dan pada malaria vivax selama 14 hari dengan
dosis 0,15 mg/kgBB diberikan Baris pertama pengobatan. (4) Pengobatan
malaria dibagi menjadi tiga bidang yaitu pengobatan malaria tanpa
komplikasi. mengobati ibu hamil dan mengobati malaria berat.
1. Pengobatan malaria tanpa komplikasi Saat ini, terapi yang
direkomendasikan untuk malaria adalah pemberian ACT. Pemberian
kombinasi ini untuk meningkatkan efikasi dan mencegah resistensi.
Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian oral ACT.
13
Atau
Tabel 1. 3 Pengobatan Plasmodium Vivax Bedasarkan Usia Dan Berat Badan
dengan DHP dan Primakuin
Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari sesuai berat badan
<<4 4-6 >6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥60
kg kg kg kg kg kg kg kg
0-1 15 <6 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥ 15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/3 ½ ½ 1 1½ 1 3 4
1-14 Primakuin - - ¾ ¼ ½ ¾ 1 1
14
Catatan :
Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila penimbangan
berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan
kelompok umur.
Hari Jenis obat Jenis tabel per hari berdasarkan berat badan
<5 6-10 11-17 18-30 31-40 41-50 50-59 ≥60
kg kg kg kg kg kg kg kg
0-1 1-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15 ≥15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Artesunat ¼ ½ 1 1½ 1 3 4 4
1-3 Amodiakuin ¼ ½ 1 1½ 1 3 4 4
1 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
c. Tepat Dosis
Setiap obat yang diberikan sesuai dengan takaran obat yang telah
ditentukan sesuai dengan pedoman berdasarkan dengan standar acuan
dari anti malaria (15).
d. Tepat Cara Pemberian
Obat anti malaria sebaiknya diberikan setelah makan karena
mengandung asam untuk mengurangi efek samping dan
memaksimalkan kerja obat contohnya kina (15).
e. Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis, agar mudah ditaati oleh pasien. Pada anti malaria biasanya
obat diberikan sebanyak 1-3 kali sehari contohnya kina (15).
f. Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing.
Untuk anti malaria, sasaran pengobatan yang diinginkan tercapai,
obat-obatan hendaknya disesuaikan minimal setiap 3 bulan.
Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang
seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan (15).
g. Waspada terhadap efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (15).
h. Tepat penilaian kondisi pasien
Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Pada anti
malaria, sistem imun pada seseorang yang menyerang sel-sel
tubuhnya sendiri dapat terjadi dengan cara yang berbeda yaitu bisa
secara cepat maupun lambat (15)
i. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
dalam menunjang keberhasilan terapi (15).
19
F. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016, tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas yang
selanjutnya disebut puskemas adalah unit pelaksanaan teknis dinas
Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan Kesehatan disuatu wilayah kerja (18).
20
2. Tujuan Puskesmas
Menurut PERMENKES RI no. 75 tahun 2014 pasal 1 tentang tujuan
pembangunan puskesmas:
a. Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan di puskemas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang:
1) Memiliki prilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
2) Mampu menjangkau pelayanan Kesehatan bermutu
3) Hidup dalam lingkungan sehat
4) Memiliki derajat kesahatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas
sebagaimana dimaksud ada ayat (1) mendukung terwujudnya
kecamatan sehat.
3. Persyaratan Puskesmas
Menurut PERMENKES RI No. 75 tahun 2014 pasal 9 tentang persyaratan
puskesmas yaitu :
a. Puskemas harus didirikan pada setiap kecamatan
b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih
dari 1 (satu) puskemas
c. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk
dan aksesibilitas.
4. Pengelolaan/Manajemen Obat dan Pembekalan Puskemas
Menurut PERMENKES RI No. 74 tahun 2016 tenteng pengelolaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai adalah salah satu kekgiatan
pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari pereencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpnana, pendistribusian, pengendalian, pencetatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuanya adalah untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai yang efisien, efektif dan rasional,
meningkatan kompetensi /kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan
21
c. penerimaan;
d. penyimpanan:
e. pendistribusian;
f. pengendalian;
g. pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; dan
h. pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
Rekam Medik (Medical Record) Rekam medik adalah berkas yang berisi
catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Beberapa informasi yang seharusnya
tertera pada rekam medik antara lain demografi, 30 hasil pemeriksaan
fisik, diagnosis, hasil pemeriksaan penunjang medik atau diagnostik,
lama perawatan, nama dan paraf dokter yang merawat. Rekam medik
dapat menjadi sumber data sekunder yang memadai apabila data yang
terekam cukup lengkap, informatif, jelas, dan akurat (34).
Rekam medis antara lain bermanfaat sebagai :
a. Dokumen bagi penderita yang memuat riwayat perjalanan penyakit,
terapi obat maupun non obat dan semua seluk beluknya.
b. Sarana komunikasi antara petugas kesehatan yang terlibat dalam
pelayanan atau perawatan penderita.
c. Sumber informasi untuk kelanjutan pelayanan atau perawatan
penderita yang sering masuk ke rumah sakit yang bersangkutan.
d. Penyedia data bagi pihak ketiga yang berkepentingan dengan
penderita, seperti asuransi, pengacara, instansi penanggung biaya.
e. Penyedia data bagi kepentingan hukum dalam kasus-kasus tertentu.
Rekam medik dapat bersifat informatif bila memuat informasi berikut :
a. Karakter atau demografi penderita (identitas, usia, jenis kelamin,
pekerjaan dan sebagainya).
b. Tanggal kunjungan, tanggal rawat atau selesai rawat.
c. Catatan penyakit dan pengobatan sebelumnya.
25
G. Kategori Umur
Kelompok umur atau kategori umur menurut Departemen Kesehatan RI
2009 yakni sebagai berikut (18) :
1. Masa balita = 0 – 5 tahun.
2. Masa kanak-kanak = 6 – 11 tahun.
3. Masa remaja awal = 11 – 16 tahun.
4. Masa remaja akhir = 17 – 15 tahun.
5. Masa dewasa awal = 16 – 35 tahun.
6. Masa dewasa akhir = 36 – 45 tahun.
7. Masa lansia awal = 46 – 55 tahun.
8. Masa lansia akhir = 56 – 65 tahun.
9. Masa manula = 65 – atas.
26
H. Kerangka Teori
Antimalaria
Oral
Menjaga kebersihan
injeksi
Menyemprotkan dinding
rumah dengan inoeksids
I. Kerangka Konsep
Rekam Medik
Jenis
Evaluasi
Kelamin
Penggunaan
J. Definisi Operasional
Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrument atau alat ukur,
maka variabel harus diberi batasan definisi operasional variable Definisi
operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati atau diteliti
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-
variabel yang bersangkutan.
K. Rencana Penelitian
1. Prinsip Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan menggunakan penelitian dengan rancangan
deskriptif menggunakan pendekatan secara retrospektif dengan cara
rekam medik. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan
obat pada pasien yang terdiagnosa anti malaria di Puskesmas Rawat Inap
Panjang yang meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat
interval waktu pemberian.
2. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas pada penelitian ini adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi penybab terjadinya perubahan variabel
lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengobatan malaria.
b. Variabel terikat pada penelitian ini adalah parameter tepat indikasi,
tepat obat, tepat dosis, dan tepat interval waktu pemberian.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rekam medik pasien
terdiagnosa anti malaria di Puskesmas Panjang, berdasarkan tepat indikasi,
tepat obat, tepat dosis, dan tepat interval waktu pemberian.
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)
Jumlah populasi pasien anti malaria pasien rawat inap di Puskesmas
Panjang, berjumlah 157 pasien, maka perhitungan besar sampelnya
adalah :
32
= 61
c. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan sampel
secara random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
D. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien dengan diagnosa antimalaria tanpa komplikasi.
b. Pasien yang menjalani Rawat Inap di Puskesmas Panjang
c. Pasien dengan usia ≥ 16 tahun.
d. Pada data rekam medik yang mempunyai kelengkapan resep data dan
identitas pasien.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan penyakit komorbid
b. Pasien yang usianya kurang dari 16 tahun.
c. data rekam medik yang tidak lengkap.
100%
b. Tepat Obat
Membandingkan rekam medik dengan pemberian obat pada standar
terapi untuk penyakit anti malaria
100%
c. Tepat Dosis
Membandingkan dosis obat rheumatoid arthritis pada rekam medik
dengan dosis obat anti malaria pada standar terapi untuk penyakit anti
malaria.
100%
100%
3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan rangkaian kegiatan yang dibagi
menjadi empat tahap, yaitu :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan kegiatan awal sebelum melakukan
penelitian. Adapun kegiatan awal pada penelitian adalah:
1) Mempersiapkan literatur.
2) Mempersiapkan lembar pengumpulan data (LPD).
34
F. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data rekam medik pasien rawat
jalan yang terdiagnosa antimalaria di Puskesmas Rawat Inap Panjang Bandar
Lampung pada periode 2023. Penelitian ini dipergunakan untuk keperluan
penulisan skripsi dan publikasi, identitas pasien (nama, usia, alamat pasien,
nomor rekam medik) tidak dicantumkan kecuali untuk menunjang validasi
data. Data mentah disimpan di dalam arsip dan hanya diketahui oleh peneliti
35
G. Jadwal Penelitian
Bulan
Jenis Kegiatan
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Studi Pustaka
Penyusunan proposal
penelitian
Seminar proposal
Pelaksanaan
penelitian
Pengolahan dan
analisis data
Penyusunan skripsi
Seminar Hasil
Perbaikan Skripsi
Ujian sidang skripsi
37
DAFTAR PUSTAKA
No. Nama/(Inisial) No. RM Jenis Berat Diagnosis Pengobatan Dosis Aturan Lama
kelamin badan pakai rawat inap