Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1) FORMULASI SEDIAAN GEL UNTUK LUKA BAKAR DARI


EKSTRAK BATANG PISANG (Musa paradisiaca L.) DENGAN
MENGGUNAKAN PELARUT ETIL ASETAT DENGAN
KOMBINASI MADU SEBAGAI
ANTIBAKTERI

2) FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK BATANG PISANG (Musa


paradisiaca L.) DENGAN KOMBINASI MADU …….. SEBAGAI
PENYEMBUH LUKA PADA IKUS WISTAR DIABETES
MELITUS.

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Disusun oleh:

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG MALANG
2018
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : Formulasi Sediaan Gel Untuk


Luka Bakar Dari Ekstrak
Batang Pisang (Musa
paradisiaca L.) Dengan
Menggunakan Pelarut Etil
Asetat Dengan Kombinasi
Madu Sebagai Antibakteri
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Zulfiqar Ali Saputra
b. NIM : 201810410311260
c. Jurusan : Farmasi
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Muhammadiyah
Malang
e. Alamat Rumah dan NoTel./HP : Perumahan permata jingga
blok teratai 12/
0895391849798
f. Email : Zul.katsu01@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : Orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. NIDN : 0
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl.
Malang,
Mengetahui,
Wakil Dekan III, Ketua Pelaksana Kegiatan,
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

() (Zulfiqar Ali Saputra )


NIDN. NIM. 20181041031126

Wakil Rektor III Dosen Pembimbing

() ()
NIDN. NIDN.

ii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN.................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3
Luka Bakar.................................................................................................3
Pisang..........................................................................................................7
Madu...........................................................................................................9
Gel............................................................................................................11
BAB 3 METODE PELAKSANAAN........................................................13
Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................13
Alat dan Bahan.........................................................................................13
Variabel Penelitian...................................................................................13
Diagram Alir Penelitian............................................................................13
Analisis Data.............................................................................................14
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN..........................................15
Anggaran dan Biaya.................................................................................15
Jadwal Kegiatan........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................10
LAMPIRAN................................................................................................13
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing...............13
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran.............................................................18
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas...22
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana.......................................23

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Derajat kedalaman luka bakar............................................................................6
Gambar 2 Saponin..............................................................................................................7
Gambar 3 Tanin.................................................................................................................8
Gambar 4 Flavonoid...........................................................................................................9

iv
DAFTAR TABEL

v
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

HAIDAH -PRAVELEN DI DM DI IN DONESIA


HAIDAH -PADA PASIEN DM SERING TERJADI LUKA,
PATOFISOLOGI DAN M EKNISME TERJADI
LUKA
ARIEL - TERAPI SELAMA INI SUDAH DITERAPKAN
ARIEL -KELEMAHAN TERAPI SAAT INI , EX :
ANTIBIOTIK RESISTEN
FIRZA - K ELEBIHAN DARI PRODUK YANG DIBUAT
DAN PENELITIAN
 KELEBIHAN DARI SEGI EKONOMIS
MENGGUNAKAN BATANG PSIANG
ZUL - BENTUK SEDIAAN YAN G SELAMA INI DIGUNAKAN
UMUM NYA UNTUK LUKA DIABETES, ALASAN DAN KEUN
TUNGAN MEMILIH JENIS SEDIAAN

ZUL -BAHAN TAMBAHAN YANG DIGUNAKAN EX: …


 SKLIAN DENGAN JENIS MADU YANG DIGUNAKAN
BARU KE FORMULA YNG DIPAKAI

FIRZA -BERDASRKAN PEMAPARAN DIATAS PEN ILITIAN


YANG AKAN DILAKUKAN: EX AKAN MELAKAN UARAIN
SINGKAT METODE….

Luka bakar adalah jaringan tubuh yang mangalami kerusakan atau


kehilangan yang diakibatkan karena terpapar oleh sumber panas seperti api, air
panas, listrik dengan tegangan tinggi, zat kimia atau radiasi. Penanganan dari luka
bakar sendiri dibedakan tergantung pada (Eriawan et. al, 2012))
1. jenis jaringan yang terkena luka  bakar. luka bakar dapat merusak jaringan
otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermis
2. tingkat keparahan 
3. komplikasi yang ditimbulakan akibat luka bakar. 
Akibat luka bakar dapat menyebabkan komplikasi diantaranya
shock, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit dan masalah distress
pernafasan. Selain itu dapat menyebabkan distress emosional dan
psikologi yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas
luka
Penyembuhan luka dapat dibantu dengan pengobatan secara modern
maupun tradisional. Pengobatan dengan obat tradisional tersebut merupakan salah

1
satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di bidang kesehatan.
Salah satu bahan tradisional yang digunakan untuk pengobatan adalah pohon
Pisang yang memiliki berbagai manfaat, bahkan setiap bagiannya memiliki
manfaat yang berbeda (Jacqueline, 2017). . Sifat obat tanaman dikarenakan
adanya zat kimia tertentu yang dapat menimbulkan aktivitas fisiologis dalam
tubuh manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan canggih
saat ini masih tidak dapat dapat mengesampingkan penggunaan obat alami.
Pengobatan tradisional semakin dikembangkan dan tidak kalah bersaing
dengan pengobatan dengan bahan-bahan kimia. Peluang tanaman obat saat
ini semakin besar, sehingga masyarakat cenderung untuk beralih ke bahan-
bahan alami. Namun, kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai
berbagai jenis sumber daya yang dipakai sebagai obat alami untuk
pengobatan tertentu membuat perkembangannya cukup lambat
(Dalimartha, 2000).

Pohon pisang (Musa paradisiaca L.) yang  tergolong keluarga


Musaceae, mempunyai potensi yang cukup besar sebagai bahan baku obat
alami. Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak batang
pisang mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu saponin, tanin
dan flavonoid (Wijaya, 2010), di mana ketiga senyawa tersebut dapat bekerja
secara sinergis dalam menyembuhkan luka bakar. ALASAN
MENGGUNAKAN BATANG PISANG DARI SEGI EKONOMIS

Madu mengandung lebih dari 200 zat dan telah banyak digunakan untuk
tujuan terapeutik sejak 8000 tahun yang lalu (Eteraf-Oskouei, 2013). Komposisi
madu terutama terdiri dari fruktosa, glukosa, dan froktooligosakarida (Chow,
2002). Selain itu, juga terdapat senyawa flavonoid, asam fenolik, asam askorbat,
tokoferol, katalase (CAT), superoksida dismutase (SOD), dan glutathione
tereduksi (GSH) yang bekerja sama memberikan efek antioksidan sinergis
(Eteraf-Oskouei, 2013). Dengan adanya efek tersebut, madu banyak digunakan
dalam penyembuhan luka, termasuk luka bakar. >>>>> BAB 2

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa salah satu penanganan pada


penderita luka bakar yaitu dengan mengobati luka tersebut menggunakan
sediaan topikal, karena jaringan yang mengeras akibat luka bakar tidak
dapat ditembus dengan pemberian obat dalam bentuk sediaan oral maupun
parenteral. Pemberian sediaan topikal yang tepat dan efektif diharapkan
dapat mengurangi dan mencegah infeksi pada luka. oleh kerena itu kami
ingin meneliti formula pembuatan gel untuk luka bakar dari ekstrak batang
pisang (Musa paradisiaca L.) dengan menggunakan pelarut etil asetat dengan

2
kombinasi madu () sebagai antibakteri. Bentuk sediaan gel topikal dipilih
karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu, nyaman dipakai dan mudah
meresap pada kulit, memberi rasa dingin, tidak lengket, dan mudah dicuci
dengan air (Eriawan et. al, 2012).
 
Keuntungan pembuatan gel untuk penyembuahan luka bakar
memiliki beberapa keuntungan juga yaitu seperti memberikan efek
pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dan
elegan, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga
pernapasan pori tidak terganggu, mudah dicuci dengan air, serta pelepasan
obatnya bagus.  (Husnani dan Muazham, 2017)
 Keutamaan Penelitian

Temuan yang Ditargetkan (

Kontribusi Penelitian Terhadap Ilmu Pengetahuan

Luaran yang menjadi harapan dari kegiatan PKM-P dari kami adalah
adanya dengan adanya sediaa gel dari kombinasi ektrak batang pisang dan madu
sebagai penyembuh luka bakar. Hasil penelitian ini : (1) potensi didaftarkankan
sebagai hak paten pada Dirjen HKI, V. (2). Menambah ilmu pengetahuan baru
terkait dengan penilitian yang kami lakukan. (3).terpublikasinya artikel ilmiah
pada publik.

RUMUSAN MASALAH
1) BAGAIMANA PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
EKSTRAK BATANG PISANG DALAM SEDIAAN GEL YANG
DIKOMBINASI DENGAN MADU SEBAGAI PENYEMBUH LUKA
PADA IKUS WISTAR DIABETES MELITUS.
2) BAGAIMANA PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
EKSTRAK BATANG PISANG DALAM SEDIAAN GEL YANG
DIKOMBINASI DENGAN MADU PADA SIFAT FISIKO IMIA
SEDIAAN GEL
3). BAGAIMANA PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
DIKOMBINASI DENGAN MADU TERHADAP DAYA ANTI BAKTERI
SEDIAAN.
4). BAGAIMANA PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
DIKOMBINASI DENGAN MADU TERHADAP AKSEPTABILITAS
SEDIAAN GEL

3
TUJUAN
1) MENGETAHUI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
EKSTRAK BATANG PISANG DALAM SEDIAAN GEL YANG
DIKOMBINASI DENGAN MADU SEBAGAI PENYEMBUH LUKA
PADA IKUS WISTAR DIABETES MELITUS
2) MENGETAHUI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
EKSTRAK BATANG PISANG DALAM SEDIAAN GEL YANG
DIKOMBINASI DENGAN MADU PADA SIFAT FISIKO IMIA
SEDIAAN GEL
3) MENGETAHUI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
DIKOMBINASI DENGAN MADU TERHADAP DAYA ANTI
BAKTERI SEDIAAN
4) MENGETAHUI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
DIKOMBINASI DENGAN MADU TERHADAP AKSEPTABILITAS
SEDIAAN GEL

MANFAAT UNTUK PENELITI

MANFAAT SECARA AKDEMIK

MANFAAT UNTUK MASYARAKAT

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
BAGIAN HAIDAH
1) DAIBETES MELITUS (MANIFESTASI, PATOFISOLOGI)
A. LUKA PADA DIABETES MELITUS

Luka Bakar
1. Definisi Luka Bakar

Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi. WHO
memperkirakan terjadi 195.000 kematian pertahun disebabkan karena luka
bakar. Di Asia Tenggara angka kematian luka bakar yakni lebih dari 1,5 % dari
total kematian akibat luka bakar didunia. (Brusselaers et al, 2010). Luka bakar
(combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia
(chemycal), atau radiasi (radiation)(Tutik Rahayuningsih,2012). Luka
merupakan rusaknya kontinuitas jaringan oleh karena trauma dari benda tajam
atau tumpul, perubahan suhu, kimiawi, listrik, radiasi, atau gigitan hewan.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, kontaminasi bakteri dan
kematian sel. Prinsip dasar penyembuhan luka adalah untuk meminimalkan
kerusakan jaringan dengan menyediakan perfusi jaringan serta oksigenasi yang
cukup, pemberian nutrisi yang tepat untuk mengembalikan kontinuitas anatomi
dan fungsi jaringan yang rusak dalam waktu singkat (Gadekar, 2012). Tubuh
secara alami dapat melakukan regenerasi kerusakan jaringan kulit, namun
tingkat penyembuhannya sangat lambat dan mungkin terjadi infeksi mikroba
(Sabale, 2012).

2. Etiologi Luka Bakar


Menurut Navarro ( 2010), etiologi luka bakar berdasarkan:
a.Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan
api ke tubuh (flash), kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas,
dll.)
b.Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih
yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.

5
c.Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan
gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground
d.Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat
terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi
3. Patofisiologi Luka Bakar

Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan


pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan
permeabilitas ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan
intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan terjadi akibat penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan
cairan pada bula di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng
luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya masih
terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika lebih dari 20%
resiko syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda seperti gelisah,
pucat, dingin, nadi lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan
produksi urin.4 kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44o C (111o F) relatif
selama 6 jam sebelum mengalami cedera termal.3 (Anggowarsito, 2014).

4. Derajat Luka Bakar

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung dari derajat


sumber, penyebab, dan lamanya kontak dengan permukaan tubuh. Luka bakar
terbagi dalam 3 derajat (Anggowarsito, 2014).

a.Luka bakar derajat satu

Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial)/epidermal


burn. Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumpai bula,
dan terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi. Pada hari keempat
paska paparan sering dijumpai deskuamasi. Salep antibiotika dan pelembab
kulit dapat diberikan dan tidak memerlukan pembalutan (Anggowarsito,
2014).

6
b.Luka bakar derajat dua

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi


inflamasi disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan terasa
nyeri akibat iritasi ujung-ujung saraf sensoris (Anggowarsito, 2014). 

 Dangkal/superfisial/superficial partial thickness 


 Dalam/deep partial thickness 

Pada luka bakar derajat II dangkal/ superficial partial thickness, kerusakan


jaringan meliputi epidermis dan lapisan atas dermis. Kulit tampak
kemerahan, edema, dan terasa lebih nyeri daripada luka bakar derajat I. luka
sangat sensitif dan akan lebih pucat jika kena tekanan. Masih dapat
ditemukan folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun
warna kulit sering tidak sama dengan sebelumnya. Perawatan luka dengan
pembalutan, salep antibiotika perlu dilakukan tiap hari. Penutup luka
sementara (xenograft, allograft atau dengan bahan sintetis) dapat diberikan
sebagai pengganti pembalutan. Pada luka bakar derajat II dalam/deep partial
thickness, kerusakan jaringan terjadi pada hampir seluruh dermis. Bula
sering ditemukan dengan dasar luka eritema yang basah. Permukaan luka
berbecak merah dan sebagian putih karena variasi vaskularisasi. Luka terasa
nyeri, namun tidak sehebat derajat II dangkal. Folikel rambut, kelenjar
keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih
lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan jaringan parut. Selain
pembalutan dapat juga diberikan penutup luka sementara (xenograft,
allograft atau dengan bahan sintetis) (Anggowarsito, 2014).

c.Luka bakar derajat tiga


Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga
jaringan subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak
dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga
warna hitam kering (nekrotik). Terdapat eskar yang merupakan hasil
koagulasi protein epidermis dan dermis. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi
akibat kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Penyembuhan lebih sulit
karena tidak ada epitelisasi spontan. Perlu dilakukan eksisi dini untuk eskar
dan tandur kulit untuk luka bakar derajat II dalam dan luka bakar derajat III.
Eksisi awal mempercepat penutupan luka, mencegah infeksi,
mempersingkat durasi penyembuhan, mencegah komplikasi sepsis, dan
secara kosmetik lebih baik (Anggowarsito, 2014).

7
Gambar 1 Derajat kedalaman luka bakar

5. Penyembuhan Luka Bakar


Luka dapat diartikan sebagai hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan
tubuh yang disebabkan trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu,
zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (Syamsuhidayat dan
Jong, 1997). Jaringan yang rusak atau cedera harus diperbaiki baik melalui
regenerasi sel atau pembentukan jaringan struktural agar jaringan pulih
kembali (Elizabeth, 2000). Proses penyembuhan luka terbagi dalam tiga fase
:
a)Fase Inflamasi
Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca
luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskular dan proliferasi
selular. Daerah luka mengalami agregasi trombosit, mengeluarkan
serotonin dan mulai timbul epitelisasi (Effendi, 1999). Peradangan
dimulai dengan rupturnya sel-sel jaringan khusus, yang disebut sel mast.
Sel mast akan pecah dan membebaskan kandungannya apabila terjadi
cidera jaringan, pejanan toksik dan pengangkutan antigen antibodi
(Elizabeth, 2000).
b)Fase Fibroblastik
Fase ini disebut fase fibroblastik karena yang menonjol adalah
proses poliferasi fibroblast. Fase yang dimulai pada hari ke 4-20 pasca
luka bakar. Pada fase ini timbul serbukan fibroblast yang membentuk
kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi yang
berwarna kemerahan dengan permukaan yang menonjol halus yang
disebut granulasi (Effendi, 1999). Epitel tepi yang terdiri dari sel basal
terlepas dari dasarnya dan berpendar mengisi permukaan luka.
Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses
mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau
datar, sebab epitel tidak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi
(Syamsuhidayat dan Jong, 1997).

8
c)Fase Maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen, penurunan aktivitas selular dan
vaskular. Berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan
berakhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis,
lemas tanpa rasa nyeri atau gatal (Effendi, 1999). Pada fase ini terjadi
proses yang terjadi dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih,
pengerutan dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk.
Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang abnormal karena
proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel mudah menjadi
matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang
berlebih diserap kembali dan dan sisanya mengerut sesuai dengan
renggangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang
pucat, tipis lemas dan mudah digerakkan dari dasar (Syamsuhidayat dan
Jong, 1997).

9
2. Tanaman Pisang (

Batang tanaman pisang yang digunakan dalam penelitian adalah batang


tanaman yang sudah berbuah. Batang tanaman yang dipilih dengan
pertimbangan bahwa aktivitas mikrobiologis terbesar dari tanaman pisang
terletak pada bagian pelepah (Batang) yang mengandung sejumlah metabolit
sekunder khas. (Wibowo1 DAN Prasetyaningrum, 2015)
Hasil skrining fitokimia terhadap batang tanaman pisang yang
dipaparkan menunjukkan bahwa batang tanaman pisang mengandung
senyawa flavonoid, saponin, triterpenoid, steroid, alkaloid dan tannin.
(Wibowo1 DAN Prasetyaningrum, 2015)

Pohon pisang adalah salah satu pohon dengan buah yang memiliki
kandungan karbohidrat kompleks. Selain buah, batang dan akar pohon pisang pun
memiliki kandungan yang bermanfaat dalam kehidupan manusia sehari – hari,
khususnya dalam bidang kesehatan. Tanaman pisang memiliki taksonomi sebagai
berikut. (Laksari, 2017).
Divisi : Magnoliphyta 
Sub Divis : Spermatophyta 
Kelas : Liliopsyda 
Sub Kelas : Commenlinidae 
Ordo : Zingiberales 
Famili : Musaceae 
Genus : Musa L. (Pisang)
Spesies : Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt. 

ZAT AKTIF
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak batang pisang
mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu saponin, tanin dan flavonoid
(Wijaya, 2010).  
1. Saponin memiliki manfaat yang dapat membantu dalam proses penyembuhan
luka, dimana tegangan permukaan sel dari bakteri menurun yang akan
meningkatkan permeabilitas (Apriasari Maharani Laillyza et, al., 2013).
Saponin dapat mempercepat proses penyembuhan luka akibat adanya aktivitas
antimikroba dan bersifat sebagai antioksidan. Saponin juga dapat
meningkatkan kandungan kolagen serta mempercepat proses epitelialisasi.

10
Gambar 2 Saponin

(Aziz, 2019)

Senyawa ini sangat polar sehingga sulit untuk diisolasi, tetapi menariknya
senyawa ini memiliki bioaktivitas tinggi. Senyawa ini juga memiliki aktivitas
antibiotik yang membantu dalam proses penyembuhan luka, dimana tegangan
permukaan sel dari bakteri menurun yang akan meningkatkan permeabilitas
sehingga komponen intraseluler keluar karena kebocoran sel (Apriasari
Maharani Laillyza, Fadhilah ahmad, Amy N Cerebelly, 2013; Nuria, 2009).
2. Tanin memiliki kemampuan sebagai antimikroba serta dapat meningkatkan
epitelialisasi. Flavonoid dan tanin juga bertanggung jawab dalam proses
remodelling (james and Friday 2010).

Gambar 3 Tanin

(Huang Q, 2018)

11
Senyawa lainnya yaitu tanin, merupakan senyawa polifenol dari kelompok
flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat dan juga anti inflamasi.
Tanin juga memiliki efek utama kosmetika mengencangkan kulit. Selain itu,
senyawa ini membentuk lapisan pelindung bagi jaringan yang terkait sehingga
mencegah nya terinfeksi kembali (Ashook, 2012).
3. Flavonoid dari golongan flavonol, flavon, dan isoflavon memiliki aktivitas anti
inflamasi. Flavonoid dipercaya sebagai salah satu komponen penting dalam
proses penyembuhan luka. Flavonoid menginhibisi pertumbuhan fibroblast
sehingga memberikan keuntungan pada perawatan luka (Hidayati, 2014).
Flavonoid memiliki manfaat sebagai anti inflamasi dengan cara sebagai
mediator yang menstimulasi sel yang berkaitan dengan inflamasi seperti
limfosit, monosit, NK sel, neutrofil, makrofag dan sel mastosit(Panche, 2016).

Gambar 4 Flavonoid

Untuk mendapatkan zat-zat  aktif   dari  batang pisang, maka diperlukan


suatu metode pemisahan, salah satunya adalah ekstraksi. Ekstraksi merupakan
proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Dengan
melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan terlepas. Kombinasi 
yang  sesuai  antara  metode  ekstraksi dan jenis pelarut untuk ekstraksi tanaman
tertentu akan menentukan hasil ekstraksi yang diperoleh (Yeo, et al.;   2014).
Pada penelitian kali ini, kami melakukan ekstrasi batang pohon pisang
menggunakan  metode sokhletasi dengan pelarut etil asetat karena ekstrak etil
asetat menunjukkan aktivitas antibakteri  paling baik diantara pelarut  lain seperti
(alkohol atau air). Ekstraksi dilakukan pada batang pisang yang telah melewati
tahapan preparasi sampel. Lalu, batang pisang ditambahkan pelarutnya yaitu etil
asetat selama 4 jam. Hasil ekstraksi kemudian dimurnikan dengan rotary vacuum
evaporator pada  temperatur  dibawah  titik  didih pelarutnya. Hasil evaporasi
kemudian dianalisa meliputi rendemen, pengujian golongan senyawa aktif yaitu
uji alkaloid,   flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan steroid. Dalam uji
fitokimia pada pelarut etil asetat, hasil ekstraksi menunjukkan hasil positif 
adanya  flavonoid,  alkaloid  dan  tannin. (KMD Nugroho / Indonesian Journal of
Chemical Science 5 (3) (2016)).

SKRINING

12
FIRZA
3) MADU SPESIFIK YANG DIGUNAKAN APA ? DILENGKAPI
TIJAUAN PUSTAKA

Berbagai obat luka yang tersedia secara komersial di pasaran umumnya


ditambahkan agen antimikroba, yang dapat memiliki efek sitotoksik,
terutama pada pemakian jangka panjang yang menyebabkan penundaan
penyembuhan luka. Banyak pula obat luka yang dalam waktu lama akan
kehilangan efek pelembabnya sehingga membuat obat menempel pada
permukaan luka dan merusak epitel yang baru terbentuk. Oleh sebab itu,
diperlukan bahan alami yang efektif, di antaranya madu, sebagai subtitusi
agen kemoterapi (El-Kased, et al., 2017).

Madu adalah sirup kental bernutrisi yang kaya karbohidrat. Menurut Dewan
Uni-Eropa (2002), madu adalah zat manis alami yang diproduksi oleh lebah Apis
mellifera dari nektar tumbuhan atau dari sekresi bagian tumbuhan yang hidup,
atau ekskresi serangga penghisap bagian tumbuhan hidup, yang dikumpulkan
lebah, ditransformasikan melalui kombinasi dengan bahan-bahan spesifik,
simpanan, dehidrat, disimpan dan ditinggalkan di sarang madu untuk pematangan.
Madu terdiri dari karbohidrat, asam amino bebas, vitamin, dan elemen penunjuk
dan senyawa fenolik seperti flavonoid (Kassim et al.2010; Alvarez-Suarez et
al.2013). Flavonoid (seperti apigenin, pinosembrin, kaempferol, quersetin,

13
galangin, krisin, dan hesperetin), asam fenolat (seperti asam ellagat, caffeat, p-
kumarat dan ferulat), asam askorbat, tokoferol, katalase (CAT), superoksida
dismutase (SOD), glutation tereduksi (GSH), produk reaksi Millard dan peptida
merupakan komponen utama yang ada di hampir semua madu alami. Senyawa-
senyawa tersebut memberikan efek antioksidan sinergis karena aktivitas
pembersihan radikal bebasnya yang menjaga sel dari kerusakan akibat radikal
bebas sehingga menurunkan respon inflamasi (Eteraf-Oskoeui & Najafi, 2013).
Madu juga mengandung zat-zat tertentu, seperti glukosa, fruktosa, sukrosa,
mineral, vitamin, antioksidan, asam amino, dan produk lainnya. Komposisi
dengan proporsi alami masing-masing zat dalam madu dapat berperan penting
dalam mekanisme kerja dan potensi madu.

Sejak dulu, madu digunakan dalam pengobatan tradisional untuk


mempercepat penyembuhan luka, penanganan bisul dan infeksi kulit yang
disebabkan karena luka termasuk luka bakar (Van, et al., 2008). Hingga saat ini,
madu banyak digunakan dalam pengobatan karena efek terapinya sangat luas, di
antaranya antibakteri (Gulfraz, et al., 2011), analgesik (Gunduz, et al., 2013),
antiinflamasi (Gunduz, et al., 2013), dan dapat melawan infeksi pada saluran
pernapasan (El-Kased, 2016). Menurut Lin (2011), madu banyak dipelajari secara
luas terkait sifat antimikrobanya, terutama bila digunakan secara topical pada luka
kulit yang terinfeksi. Mekanisme kerja madu adalah sebagai berikut:

 Analgesic, antiinflamasi, dan antipiretik

Madu dapat mengurangi pelepasan intermediet reaktif sehingga


menghambat kerusakan jaringan oleh makrofag yang teraktivasi selama
penyembuhan luka. Madu juga memiliki efek inhibisi terhadap edema yang
diinduksi oleh karagenan karena supresi pada pelepasan mediator inflamasi,
termasuk histamine, serotonin, bradikinin, dan prostaglandin (Alzubier &
Okechukwu, 2011). Kassim (2010) menemukan bahwa aktivitas madu dapat
menghambat  menghambat rasa sakit dan peradangan terkait dengan nitrat
oksida dan prostaglandin E2. Kemampuan madu untuk menurunkan
konsentrasi prostaglandin dapat menjelaskan banyak efek biologis dan
terapeutiknya, terutama yang berkaitan dengan peradangan, nyeri, kekebalan,
dan penyembuhan luka (Al-Waili, et al., 2011). Madu memiliki efek
antinosiseptif yang tidak dipengaruhi oleh pemberian tamsulosin dan
propranolol (penghambat adrenergik), namun keduanya dapat meningkatkan
efek antinosiseptif madu. Efek analgesik madu tidak melibatkan mekanisme
reseptor adrenergic, namun sinergisme antara reseptor adrenergik α dan β dan
madu dapat meningkatkan efek antinosiseptif (Owoyele, et al., 2014).

 Antibakteri MADU

14
Sifat antibakteri pada madu berkaitan dengan osmolaritasnya yang tinggi,
keasaman (pH rendah), dan kandungan hydrogen peroksida (H2O2) serta
senyawa nonperoksida, contohnya komponen fitokimia  seperti metilglioksal
(MGO) (Mavric, et al., 2008).
Umumnya, madu menghasilkan H2O2 bila diencerkan, sebab aktivasi
enzim glukosa oksidase yang mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat
dan H2O2 akan menghasilkan sifat antimikroba. Madu juga dapat memiliki
aktivitas antimikroba melalui katalase (tidak ada glukosa oksidase), sehingga
jenis madunya disebut madu nonperoksida (Simon, et al., 2008). Beberapa
senyawa yang berkontribusi dalam aktivitas nonperoksida antara lain adanya
metil siringat dan metilglioksal (Adams, et al., 2008).
Madu memiliki pH antara 3,2 – 4,5 yang cukup untuk menghambat
pertumbuhan berbagai bakteri pathogen (Haniyeh, et al., 2010). Nilai minimum
pH untuk menghambat bakteri pathogen antara lain Eschericia coli (4,3),
Salmonella spp. (4,0), Pseudomonas aeruginosa (4,4), dan S. pyogenes (4,5)
(46).
Selain itu, tingginya osmolaritas madu karena kandungan gula yang besar
juga berperan dalam aktivitas antimikroba sebab molekul gula dapat mengikat
molekul air sehingga bakteri tidak memiliki air yang cukup untuk pertumbuhan
(Khan, et al., 2007).
Sifat-sifat fisik madu menyebabkan kesulitan pengaplikasian langsung pada
area luka, sebab madu dapat mencair pada suhu kulit yang terbakar. Hal ini
membatasi lokasi tubuh yang akan diaplikasikan karena likuifaksi dan kebocoran
juga menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan konsetrasi terapetik pada
waktu yang cukup (El-Kased, et al., 2017). Namun, madu memiliki keunggulan
karena murah dan mudah didapat serta viskositasnya yang tinggi memungkinkan
homogenitas campuran, bahkan pada suspense obat (Kuster, et al., 2012). 

 SPESIFIK

15
ZUL

GEL HIDROGEL
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, Gel mempunyai sifat
aliran tiksotropik  jika mengalami pengocakan akan cair dan jika dibiarkan
membutuk semipadat. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk
menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.  Pada gel fase tunggal
terdiri dari makromolekul organik yang tersebar merata dalam suatu cairan
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
seperti carbomer atau dari gom alam . umumnya gel-gel mengandung air, Tetapi
selai itu juga bisa menggunakan etanol dan minyak sebagai fase pembawa.
Contohnya seperti, minyak mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena
untuk membentuk dasar salep berminyak. Gel dapat digunakan untuk obat yang
pemberiannya secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh.
( farmakope edisi 6 )

 BAHAN-BAHAN TAMBAHAN YANG DIGUNAKAN BESERTA


STRUKTUR KIMIANYA ? BERDASARKAN FORMULA

16
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) ini dilaksanakan di
Laboratorium Sediaan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang dan waktu pelaksanaan penelitian ini adalah sekitar 4-5
bulan terhitung dari persiapan alat dan bahan, pelaksanaan penelitian, sampai
penyusunan laporan akhir.

Alat dan Bahan


BAHAN
JIKA BAHAN KIMIA SERTAKAN MEREK/SUMBER PEROLEH
ALAT
UNTUK INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN MELIHAT HASIL
EX: MNGUKUR LUKA ? MIKROSKOP

Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol
Yaitu pembuatan sediian gel dengan ektrak batang pisang

2. Variabel Terikat
Uji penyembuhan aktivitas luka bakar

3. Variabel bebas
 Yaitu pembuatan sediaan gel kombinasi ektrak batang pisang
(15% ...?) dandan (madu 6%.... ? )
 Pemberian ekstrak gel kombinasi ektrak batang pisangda
madu pada sediaan gel dengan konsentrasi yang berbeda-beda

17
Diagram Alir Penelitian

1. EKTRKASI
2. SKRINING FITOKIMIA
3. PEMBUATN GEL
4. EVALUASI FISIKOKIMIA GEL
5. UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI ( CARI BAKTERI YANG SERING
ADA PADA LUKA DIBETES APA ? LALU DIUJI DENGAN GEL )
6. INDUKSI DIABETES PADA TIKUS WISTER MODEL
7. UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA
8. UJI AKSEPTABILITAS

DIBUAT DALAM BENTUK SKEMA/DIAGRAM>>>> EDITOR

1). Preparasi sampel simplisia batang pisang Preparasi sampel Sampel batang
pisang Ambon dibersihkan dengan air, dirajam kemudian dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan selama 4x24 jam dan dilanjutkan menggunakan oven pada suhu 40°C selama 7 jam.
Setelah kering diblender untuk menghasilkan serbuk sampel atau simplisia. ( Suharto et al,
2012)

ARIL
2. Pembuatan ekstrak batang pisang menggunakan pelarut etil assetat
( Salah satu masi bingung)
1 ) Penelitian ini diawali dengan ekstraksi batang pisang dengan metode ekstraksi
maserasi dikombinasikan dengan pelarut etil asetat. Batang pisang sebelumnya telah
melewati tahapan preparasi sampel. Hasil ekstraksi kemudian dimurnikan dengan rotary
vacuum evaporator pada temperatur dibawah titik didih pelarutnya. Hasil evaporasi
kemudian dianalisa meliputi rendemen, pengujian golongan senyawa aktif yaitu uji,
flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid ? (jurnal pisang 5 )……………

2) Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil
asetat. Sebanyak 100 g simplisia dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian direndam dengan etil asetat sebanyak 600 ml. Erlenmeyer
ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 3 hari dengan
sesekali dikocok. Kemudian hasil ekstrak disaring untuk memperoleh
filtrat I dan simplisia yang telah diekstrak (debris), diekstrak kembali
dengan etil asetat sebanyak 400 ml dan didiamkan selama 2 hari dengan

18
sesekali dikocok. Hasil ekstrak (filtrat II) dicampurkan dengan
filtrat I, kemudian dievaporasi pada suhu 40oC hingga diperoleh ekstrak
cair. Ekstrak cair kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen dan
diuapkan dengan menggunakan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.
(Suharto et al, 2012)

ZUL
3. Skrining fitokimia batang pisang
DALAM BENTUK KALIMAT URAIAN LANGKAH KERJA

ZUL
4. Formulasi pembuatan gel dari ekrstrak batang pisang dan kombinasi madu
MENGGUNAKAN CARBOPOL SAMA SEMUABAHAN LAINDIBUAT SAMA
BERBEDA EKTRAK BATANG PISANG SAJA

Formula optimasi gel madu

Hydrogel (Husnani dan Muazham, 2017)

Keterangan : Formula I = Carbopol : Na CMC ( 0% : 100% )


Formula II = Carbopol : Na CMC ( 50% : 50% )
Formula III = Carbopol : Na CMC (100% : 0% )
Formula IV = Formula optimum ditambahkan
madu x = Carbopol y = Na CMC z = TEA

DIBUAT BAGAN PEMBUATAN GEL

Jika menggunakan carbopol

19
 Metode pembuatan Gel
Carbopol dikembangkan dalam air panas, kemudian diaduk. Ekstrak
batang tanaman pisangdicampur dengan bahan lain sampai tercampur rata,
kemudian 42 dimasukkan ke dalam carbopol. Kedalam campuran tersebut,
ditambahkan air sampai volume yang dikehendaki, kemudian tambahkan
TEA tetes demi tetes sambil diaduk perlahan sampai didapat pH yang
dikehendaki, selanjutnya ditambahkan gliserin sedikit demi sedikit
terbentuk gel yang jernih. (Wibowo dan Prasetyaningrum, 2015 )

5. evaluasi gel  

Uji sifat fisik gel 


1. Pengujian organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk melihat penampilan fisik sediaan melalui
pengamatan terhadap bentuk, warna, dan bau dari sediaan yang telah dibuat
(Riski et al., 2016). 

2. Pengujian homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat keseragaman sediaan yang telah dibuat.
Uji ini dilakukan dengan cara dengan cara mengoleskan 3 bagian (atas, tengah,
dan bawah) dari sediaan gel pada kaca transparan. Homogenitas ditunjukkan
dengan tidak adanya butiran kasar pada sediaan (Mappa et al., 2013).

3. Pengujian pH
Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel untuk menjamin
sediaan gel tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Uji pH sediaan gel diukur
dengan menggunakan kertas indikator universal yang dicelupkan ke dalam
sampel gel yang telah diencerkan. Setelah didiamkan beberapa saat, hasil
perubahan warna pada kertas indikator universal disesuaikan dengan standar pH
universal. pH sediaan yang memenuhi kriteria kulit yaitu 4,5 - 6,5 (Mappa et al.,
2013). 

4. Pengujian daya sebar Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui


kemampuan gel untuk menyebar apabila diaplikasikan ke kulit (S Istiana,2016).
Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan
pada kulit yang dilakukan segera setelah gel dibuat. Daya sebar gel yang baik
antara 5-7 cm (TA Sujono,2014).

Sebanyak 0,5 gram gel diletakan dalam kaca bulat, kaca lainnya
diletakan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu, ditambahkan 150
gram beban didiamkan 1 menit dan diukur diameter konstan (Astuti et al., 2010). 

5. Pengujian daya lekat Daya lekat adalah kemampuan sediaan untuk menempel
pada lapisan epidermis kulit. Tidak terdapat persyaratan khusus mengenai daya
lekat sediaan semipadat. Semakin besar kemampuan gel untuk melekat, maka
akan semakin baik penghantaran obatnya(Putri wulandari,2015).
Gel 0,5 g diletakkan diatas obyek glass yang telah ditentukan luasnya kemudian

20
diletakkan obyek glass yang lain diatas gel tersebut, ditekan dengan beban 500 g
selama 5 menit. Dilepaskan beban 80 g pada ujung alat dan catat waktu yang
diperoleh (Aryati et al., 2019)

6. Pengujian konsistensi
Uji konsistensi dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan gel yang dibuat
dengan cara mengamati perubahan konsistensi sediaan setelah disentrifugasi Uji
konsistensi dilakukan dengan cara mekanik menggunakan sentrifugator dengan
cara sediaan disentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Perubahan
fisik diamati apakah terjadi pemisahan atau bleeding antara bahan pembentuk gel
dan pembawanya yaitu air dan pengujian hanya dilakukan pada awal evaluasi
(Djajadisastra, 2009).  ( ariel )

(FIRZA)
7. Uji bakteri
UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI ( CARI BAKTERI YANG SERING
ADA PADA LUKA DIBETES APA ? LALU DIUJI DENGAN GEL )

8. INDUKSI DIABETES PADA TIKUS WISTER MODEL


( ARIL )

ARIL ( LUKA PADA DIBETES PERLAKUANNYA)


8. Uji luka bakar
Pada penelitian ini digunakan hewan uji mencit yang dibagi menjadi ... kelompok
yang diberi perlakuan berbeda. Sebelum digunakan sebagai hewan uji, semua
mencit dipelihara terlebih dahulu selama ± satu minggu untuk penyesuaian
lingkungan dan mengontrol kesehatan, berat badan serta diberi makan yang
cukup setiap harinya. Pembuatan luka dilakukan dengan cara daerah punggung
bagian atas mencit (musmusculus) dan sekitarnya dibersihkan dengan alkohol
70% hingga kering. Rambut mencit (musmusculus) dicukur terlebih dahulu
dibagian punggung atas. Kemudian mencit (musmusculus) dianatesi terlebih
dahulu menggunakan Lidocain. Setelah itu dibuat luka bakar dengan
menggunakan lempeng logam satu jenis berdiameter 1cm yang telah dipanaskan
di dalam air mendidih dengan suhu 120ºC. Kulit yang akan dibakar
direnggangkan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri bertindak sebagai
peregang dan penekan. Lempeng ditempelkan pada kulit mencit (musmusculus)
2-3 detik hingga terbentuk luka bakar masing-masing mencit sama. 

ARIL
9. pengobatan luka bakar
Setelah dilakukan swab bakteri kemudian luka dilakukan perawatan dengan cara
pada kelompok 1 diberikan perawatan getah tunas pisang ambon dan kelompok 2
diberikan salep Silversulfadiazine. Setelah dirawat luka kemudian ditutup dengan
kassa steril dilakukan 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari dan dilakukan
perawatan lagi pada hari berikutnya pada waktu yang sama. 

ARIL

21
 Pengukuran luas area luka bakar Pengukuran luas area luka dilakukan
setiap minggu selama 1 bulan. Metode pengukuran luas area luka bakar
dilakukan dengan menggunakan kertas millimeter blok. Kaca arloji
ditempatkan di area luka, dengan spidol area luka digambar dalam kaca
arloji, kemudian luka yang telah digambar di kaca arloji ditentukan
luasnya dengan menggunakan kertas millimeter blok.

 analisis data Data yang akan dianalisis yaitu presentase


penyembuhan luka bakar diperoleh melalui pengukuran rata-rata
diameter luka bakar. Pengukuran dilakukan satu kali setiap hari
setelah perlakuan yang dilakukan dengan : dx(1,2,3) : rata-rata
diameter luka bakar setiap ulangan perlakuan d : banyaknya
perlakuan Dihitung dengan menggunakan rumus (...) untuk rata-
rata diameter luka bakar (mm) dari setiap hewan uji.

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik apakah


gel yang dibuat memiliki efek penyembuhan terhadap luka bakar
yang pengambilan keputusannya didasarkan pada nilai F hitung
dan F tabel.
Jika F hitung<F tabel maka gel Sasaladahan tiap perlakuan tidak
memiliki efek penyembuhan terhadap luka bakar dan jika F
hitung>F tabel maka gel Sasaladahan tiap perlakuan memiliki efek
penyembuhan terhadap luka bakar.
Uji Anova satu arah dipilih karena hanya ada satu variabel independen
yang akan diteliti, yaitu presentase penyembuhan luka bakar.
Rumus perhitungan :
(…..) 
Keterangan :
P% : presentase penyembuhan luka
do : diameter luka awal
dx : diameter luka pada hari pengamatan
Jika hasil uji Anova menunjukkan nilai probability<0,05 maka terdapat
perbedaan efek penyembuhan luka bakar antar tiap perlakuan. Uji statistik
kemudian dilanjutkan menggunakan LSD (Least Significant Different)
untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna atau tidak bermakna
antar tiap perlakuan.

 FIRZA
 UJI AKSEPTABILITAS

22
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
Anggaran dan Biaya
NO JENIS PENGELUARAN BIAYA
1. Peralatan Utama
2. Peralatan Penunjang
3. Transportasi
4. Lain-lain
Jumlah

Jadwal Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
No Jenis kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bimbingan dengan dosen
1
pembimbing
2
3
4
5
6
7
8

23
DAFTAR PUSTAKA
Adams CJ, Boult CH, Deadman BJ, Farr JM, Grainger M NC, Manley-Harris
M, et al. Isolation by HPLC and characterization of the bioactive fraction of New
Zealand manuka (Leptospermum scoparium) honey. Carbohydr Res 2008, 343:
651-659.

Ahmad, I., Mehmood, Z. & Mohammad, F. 1998. Screening of Some Indian


Medicinal Plants for Their Antimicrobial Properties.Jurnal of Ethnopharmacol,
62: 183-193

Alvarez-Suarez JM, Giampieri F, BattinoM (2013) Honey as a source of


dietary antioxidants: structures, bioavailability and evidence of protective effects
against human chronic diseases. Curr Med Chem 20(5):621–638.

Alzubier, A.A. & Okechukwu, P.N., 2011, Investigation of Anti-


Inflammatory, Antipyretic and Analgesic Effect of Yemeni Sidr Honey,
International Journal of Biological, Biomolecular, Agricultural, Food and
Biotechnological Engineering, 5(8).

Al-Waili, N.S., Salom, K., Al-Ghamdi, A.A., 2011, Honey for Wound
Healing, Ulcers, and Burns; Data Supporting Its Use in Clinical Practice, The
Scientific World Journal, Vol. 11, pp. 766 – 787, DOI 10.1100/tsw.2011.78

Anggowarsito, J. L. (2014) ‘Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi’,


JURNAL WIDYA MEDIKA, 2(2), pp. 115–120. doi: 10.33508/JWM.V2I2.852.

Apriasari ML, Fadhilah A, Carabelly AN. Aktivitas Antibakteri Ekstrak


Etanol Batang Pisang Mauli (Musa sp.) terhadap Streptococcus mutant. Jurnal
Dentofasial. 2013; 12(3):148-151. 

Ashook PK, Upadhyaya K. Tannins are Astringent. Journal of


Pharmacognosy and Phytochemistry. 2012; 1(3): 45-50.

Brusselaers, N., Monstrey, S., Snoeij, T., Vandijck, D., Lizy, C., Lauwaert,
S., Colpaert, K., et al. (2010). Morbidity and Mortality of Bloodstream Infections
in Patients With Severe Burn Injury. American Journal of Critical Care, 19(800).
doi:10.4037/ajcc2010341

El-Kased, R.F., Amer, R.I., Attia, D., dan Elmazar, M.M., 2017, Honey-based
hydrogel: In vitro and comparative In vivo evaluation for burn wound healing,
Scientific Reports, Vol. 7 (9692), DOI:10.1038/s41598-017-08771-8.

Eteraf-Oskouei T, Najafi M. Traditional and modern uses of natural honey in


human diseases: a review. Iran J Basic Med Sci 2013; 16: 731-42.

10
Eriawan Rismana*, Idah Rosidah, Prasetyawan Y, Olivia Bunga dan Erna Y
EFEKTIVITAS KHASIAT PENGOBATAN LUKA BAKAR SEDIAAN GEL
MENGANDUNG FRAKSI EKSTRAK PEGAGAN BERDASARKAN ANALISIS
HIDROKSIPROLIN DAN HISTOPATOLOGI PADA KULIT KELINCI, 2012

Gadekar, R., Saurabh. 2012. Studi of Formulation, Characterisation and


Wound Healing Potential of Transdermal Patches of Curcumin, Asian J. Pharm.
Clin. Res., 5, 4, 225-230

Gulfraz, M. et al. Compositional analysis and antimicrobial activity of


various honey types of Pakistan. Int. J. Food Sci. Technol. 46, 263–267 (2011).

GunduzA, Eraydin I, Turkmen S, Kalkan OF, Turedi S, Eryigit U,Ayar A


(2013) Analgesic effects of mad honey (grayanotoxin) in mice models of acute
pain and painful diabetic neuropathy. Hum Exp oxicol. 2013 Apr 12.

Haniyeh K, Seyyed MS, Hussein M. Preliminary study on the antibacterial


activity of some medicinal plants of Khuzestan (Iran). Asian Pac J Trop Med
2010; 3(3): 180-184.

Hidayati Nurul . Pengaruh variasi kaar karbopol terhadap sifat fisik dan
stabilitas fisik gel ekstrak etanolik kulit pisang ambon (musa paradisiaca L.)
Fakultas farmasi universitas gadjah mada yogyakarta 2014.

Jacqueline J. Wakkary, 2017. Pengaruh Pemberian Getah Bonggol Pisang


(Musa Paradisiaca Var. Sapientum L. Kuntze. Aab) Terhadap Penyembuhan 57
Luka Sayat Pada Kulit Tikus Wistar (Rattus Norvegicus). Manado : Universitas
Sam Ratulangi

Kassim M, Achoui M, Mansor M, Yusoff KM (2010) The inhibitory effects


of Gelam honey and its extracts on nitric oxide and prostaglandin E2 in
inflammatory tissues. Fitoterapia 81(8): 1196–1201.

Khan FR, Abadin UI, Rauf N. Honey; Nutritional and medical Value.
Medscape Today 2007. [Online] Available from:
http://www.medscape.com/viewartide/565913.

KMD Nugroho / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (3) (2016).

Kuster, T., Zumkehr, B., Hermann, C., Theurillat, R., Thormann, W.,
Gottstein, B., and Hemphill, A., 2012, Voluntary Ingestion of Antiparasitic Drugs
Emulsified in Honey Represents an Alternative to Gavage in Mice, Journal of the
American Association for Laboratory Animal Science, 51 (2), pp. 219 – 223.

11
Laksari VN. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Ambon (Musa
paradisiaca var.sapientum (L.) Kunt) Pada Tikus Putih Dengan Induksi Glukosa.
Skripsi. 2017;91:399–404.

Lin SM, Molan PC, Cursons RT. 2011. The controlled in vitro susceptibility
of gastrointestinal pathogens to the antibacterial effect of manuka honey. Eur J
Clin Microbiol Infect Dis 30:569–574.

Mavric E, Wittmann S, Barth G, Henle T. Identification and quantification of


methylglyoxal as the dominant antibacterial constituent of manuka
(Leptospermum scoparium) honeys from New Zealand. Mol Nutr Foods Res
2008; 52: 483-489.

Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta :


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Navarro, K. (2010). Prehospital Management of Burns. Texas EMS Magazine


(pp. 34–39).

Owoyele, B.V., Oladejo, R.O., Ajomale, K., Ahmed, R.O., Mustapha, A.,
2014, Analgesic and anti-inflammatory effects of honey: the involvement of
autonomic receptors, Metab Brain Dis, 29, pp. 167 – 173, DOI 10.1007/s11011-
013-9458-3.

Sabale, P., Bhimani. 2012, An Overview of Medicinal Plants as Wound


Healers, J. App. Pharm. Sci., 2 (11), 143-150 

Simon A, Traynor K, Santos K, Blaser G, Bode U, Molan P. Medical honey


for wound care - still the ‘Latest Resort’. Evid Based Complement Alternat Med
2008; doi:10.1093/ecam/ nem175.

Rahayu, T., 2012. Penatalaksanaan luka bakar (combustio). Profesi


(Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 8.

Temu, M. J., Damian, F., Kinget, R. & Mooter, G. V. D. Intra-vaginal gels as


drug delivery systems. J. Women. Health. 13, 834–844 (2004).

Wijaya, Arief Riza. 2010. Getah Pisang sebagai Obat Alternatif Tradisional
Penyembuh Luka Luar Menjadi Peluang sebagai Produk Industri Jurnal.

Van den Berg AJ, Van den Worm E, Van Ufford HC, Halkes SB, Hoekstra
MJ, Beukelman CJ. An in vitro examination of the antioxidant and anti-
inflammatory properties of buckwheat honey. J Wound Care 2008; 17: 172-178.

12
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
1. Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomer Telepon / HP

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


Nama Pertemuan Ilmiah /
No Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Seminar
 1. - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir


Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1. - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
Malang,
Pengusul,

(Zulfiqar Ali Saputra)

13
14
2. Biodata Anggota 1
A. Identitas Anggota 1
1 NamaLengkap Ariel Pratama
2 Jenis Kelamin Laku-Laki
3 Program Studi Farmasi s1
4 NIM 201810410311246
5 Tempat dan Tanggal Lahir Karanganyar,23 Desember 1999
6 E-mail arielpratama2312@gmail.com
7 Nomer Telepon / HP 082142068282
A. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SMA 1 Kota
Nama Institusi SDN Kepanjenlor 1 SMP 1 Kota Blitar
Blitar
Jurusan - - -
Tahun Masuk-Lulus 2006-2012 2012-2015 2015-2018

B. Pemakalah Seminar Ilmiah


Nama Pertemuan Ilmiah / Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
 1.

C. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir


Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1. - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.

Malang,
Pengusul,

(Ariel Pratama)

15
3. Biodata Anggota 2
A. Identitas Anggota 2
1 NamaLengkap Firzannida
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Farmasi
4 NIM 201810410311325
5 Tempat dan Tanggal Lahir Gresik, 12 Mei 2000
6 E-mail firzannida@webmail.umm.ac.id
7 Nomer Telepon / HP 085549073100
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SD Muhammadiyah 1
Nama Institusi SMPN 1 Gresik SMAN 1 Gresik
Kebomas
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2006 - 2012 2012 - 2015 2015 -2018

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


Nama Pertemuan Ilmiah / Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
 1. - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1. - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
Malang,
Pengusul,

(Firzannida)

16
Biodata Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Program Studi
4 NIDN
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomer Telepon / HP

B. Riwayat Pendidikan

Gelar Akademik Sarjana S2/Magister S3/Doktor


Nama Institusi
Jurusan/Prodi
Tahun Masuk-Lulus

C. Karya Ilmiah yang Pernah Disusun

Nama Pertemuan Ilmiah / Waktu dan


No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
 1.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-GT.

Malang,
Dosen Pendamping,

()

17
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran
1. Peralatan Utama
Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Total
Pemakaian (Rp)

Sub Total

18
2. Peralatan Penunjang

Material Justifikasi Kuantitas Total


Anggaran

Sub Total

19
3. Perjalanan
Material Justifikasi Kuantitas Biaya
Perjalanan

Transportasi Untuk pembelian


untuk pembelian bahan
bahan
Transportasi Untuk penyewaan
untuk penyewaan alat-alat penunjang
alat penelitian
Transportasi Transportasi untuk
untuk pembuatan pembuatan ekstrak
ekstrak
Transportasi Transportasi untuk
untuk pengujian pengujian
antioksidan antioksidan

Sub Total

20
4. Lain-lain
Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah
Penggunaa Satuan
n (Rp)
Pembuatan Menyusun, Rangkaian dari
Laporan dan mengeprint, dan awal sampai
Jurnal Ilmiah menjilid akhir

hasil
laporan

dalam bentuk
jurnal.
Peminjaman Untuk
Laboratorium melaksanaka
Sediaan n penelitian
Farmasi, dan
Kimia
Terpadu I
Akomodasi

Publikasi
Nasional/
Interna sional
Sub Total

Total Keseluruhan

21
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

Program Bidang Alokasi Waktu


No. Nama/NIM Studi Ilmu (Jam/Minggu) Uraian Tugas
Mengkoodinir
semua anggota
tim,
1. Farmasi Kesehatan 5 Jam/Minggu penanggungja
wab dalam
pembuatan
ekstrak
Penanggungja
wab dalam
2. Farmasi Kesehatan 5 Jam/Minggu pembuatan
lotion dan
MTT Assay
Penanggungja
wab uji
3. Farmasi Kesehatan 5 Jam/Minggu laboratorium
dan
pembuatan
laporan

22
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
 Fakultas Agama Islam

SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Zulfiqar Ali Saputra


NIM : 201810410311260
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan

Dengan inin menyatakan bahwa usulan PKM Penelitian saya dengan judul
Formulasi Sediaan Gel Untuk Luka Bakar Dari Ekstrak Batang Pisang (Musa
paradisiaca L.) Dengan Menggunakan Pelarut Etil Asetat Dengan Kombinasi
Madu Sebagai Antibakteri:, yang diusulkan pada tahun anggaran 2021 bersifat
original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.

Malang
Yang menyatakan,
Mengetahui, Ketua Pelaksana Kegiatan
Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Kesehatan,

(Sunardi, S.Kep., M.Kep)


(Zulfiqar Ali Saputra)
NIP. NIM : 185060701111013

23

Anda mungkin juga menyukai