BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Disusun oleh:
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG MALANG
2018
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN
() ()
NIDN. NIDN.
ii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN.................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3
Luka Bakar.................................................................................................3
Pisang..........................................................................................................7
Madu...........................................................................................................9
Gel............................................................................................................11
BAB 3 METODE PELAKSANAAN........................................................13
Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................13
Alat dan Bahan.........................................................................................13
Variabel Penelitian...................................................................................13
Diagram Alir Penelitian............................................................................13
Analisis Data.............................................................................................14
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN..........................................15
Anggaran dan Biaya.................................................................................15
Jadwal Kegiatan........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................10
LAMPIRAN................................................................................................13
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing...............13
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran.............................................................18
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas...22
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana.......................................23
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Derajat kedalaman luka bakar............................................................................6
Gambar 2 Saponin..............................................................................................................7
Gambar 3 Tanin.................................................................................................................8
Gambar 4 Flavonoid...........................................................................................................9
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
1
satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di bidang kesehatan.
Salah satu bahan tradisional yang digunakan untuk pengobatan adalah pohon
Pisang yang memiliki berbagai manfaat, bahkan setiap bagiannya memiliki
manfaat yang berbeda (Jacqueline, 2017). . Sifat obat tanaman dikarenakan
adanya zat kimia tertentu yang dapat menimbulkan aktivitas fisiologis dalam
tubuh manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan canggih
saat ini masih tidak dapat dapat mengesampingkan penggunaan obat alami.
Pengobatan tradisional semakin dikembangkan dan tidak kalah bersaing
dengan pengobatan dengan bahan-bahan kimia. Peluang tanaman obat saat
ini semakin besar, sehingga masyarakat cenderung untuk beralih ke bahan-
bahan alami. Namun, kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai
berbagai jenis sumber daya yang dipakai sebagai obat alami untuk
pengobatan tertentu membuat perkembangannya cukup lambat
(Dalimartha, 2000).
Madu mengandung lebih dari 200 zat dan telah banyak digunakan untuk
tujuan terapeutik sejak 8000 tahun yang lalu (Eteraf-Oskouei, 2013). Komposisi
madu terutama terdiri dari fruktosa, glukosa, dan froktooligosakarida (Chow,
2002). Selain itu, juga terdapat senyawa flavonoid, asam fenolik, asam askorbat,
tokoferol, katalase (CAT), superoksida dismutase (SOD), dan glutathione
tereduksi (GSH) yang bekerja sama memberikan efek antioksidan sinergis
(Eteraf-Oskouei, 2013). Dengan adanya efek tersebut, madu banyak digunakan
dalam penyembuhan luka, termasuk luka bakar. >>>>> BAB 2
2
kombinasi madu () sebagai antibakteri. Bentuk sediaan gel topikal dipilih
karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu, nyaman dipakai dan mudah
meresap pada kulit, memberi rasa dingin, tidak lengket, dan mudah dicuci
dengan air (Eriawan et. al, 2012).
Keuntungan pembuatan gel untuk penyembuahan luka bakar
memiliki beberapa keuntungan juga yaitu seperti memberikan efek
pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dan
elegan, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga
pernapasan pori tidak terganggu, mudah dicuci dengan air, serta pelepasan
obatnya bagus. (Husnani dan Muazham, 2017)
Keutamaan Penelitian
Luaran yang menjadi harapan dari kegiatan PKM-P dari kami adalah
adanya dengan adanya sediaa gel dari kombinasi ektrak batang pisang dan madu
sebagai penyembuh luka bakar. Hasil penelitian ini : (1) potensi didaftarkankan
sebagai hak paten pada Dirjen HKI, V. (2). Menambah ilmu pengetahuan baru
terkait dengan penilitian yang kami lakukan. (3).terpublikasinya artikel ilmiah
pada publik.
RUMUSAN MASALAH
1) BAGAIMANA PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
EKSTRAK BATANG PISANG DALAM SEDIAAN GEL YANG
DIKOMBINASI DENGAN MADU SEBAGAI PENYEMBUH LUKA
PADA IKUS WISTAR DIABETES MELITUS.
2) BAGAIMANA PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
EKSTRAK BATANG PISANG DALAM SEDIAAN GEL YANG
DIKOMBINASI DENGAN MADU PADA SIFAT FISIKO IMIA
SEDIAAN GEL
3). BAGAIMANA PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
DIKOMBINASI DENGAN MADU TERHADAP DAYA ANTI BAKTERI
SEDIAAN.
4). BAGAIMANA PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
DIKOMBINASI DENGAN MADU TERHADAP AKSEPTABILITAS
SEDIAAN GEL
3
TUJUAN
1) MENGETAHUI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
EKSTRAK BATANG PISANG DALAM SEDIAAN GEL YANG
DIKOMBINASI DENGAN MADU SEBAGAI PENYEMBUH LUKA
PADA IKUS WISTAR DIABETES MELITUS
2) MENGETAHUI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
EKSTRAK BATANG PISANG DALAM SEDIAAN GEL YANG
DIKOMBINASI DENGAN MADU PADA SIFAT FISIKO IMIA
SEDIAAN GEL
3) MENGETAHUI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
DIKOMBINASI DENGAN MADU TERHADAP DAYA ANTI
BAKTERI SEDIAAN
4) MENGETAHUI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI
DIKOMBINASI DENGAN MADU TERHADAP AKSEPTABILITAS
SEDIAAN GEL
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
BAGIAN HAIDAH
1) DAIBETES MELITUS (MANIFESTASI, PATOFISOLOGI)
A. LUKA PADA DIABETES MELITUS
Luka Bakar
1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi. WHO
memperkirakan terjadi 195.000 kematian pertahun disebabkan karena luka
bakar. Di Asia Tenggara angka kematian luka bakar yakni lebih dari 1,5 % dari
total kematian akibat luka bakar didunia. (Brusselaers et al, 2010). Luka bakar
(combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia
(chemycal), atau radiasi (radiation)(Tutik Rahayuningsih,2012). Luka
merupakan rusaknya kontinuitas jaringan oleh karena trauma dari benda tajam
atau tumpul, perubahan suhu, kimiawi, listrik, radiasi, atau gigitan hewan.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, kontaminasi bakteri dan
kematian sel. Prinsip dasar penyembuhan luka adalah untuk meminimalkan
kerusakan jaringan dengan menyediakan perfusi jaringan serta oksigenasi yang
cukup, pemberian nutrisi yang tepat untuk mengembalikan kontinuitas anatomi
dan fungsi jaringan yang rusak dalam waktu singkat (Gadekar, 2012). Tubuh
secara alami dapat melakukan regenerasi kerusakan jaringan kulit, namun
tingkat penyembuhannya sangat lambat dan mungkin terjadi infeksi mikroba
(Sabale, 2012).
5
c.Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan
gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground
d.Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat
terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi
3. Patofisiologi Luka Bakar
6
b.Luka bakar derajat dua
7
Gambar 1 Derajat kedalaman luka bakar
8
c)Fase Maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen, penurunan aktivitas selular dan
vaskular. Berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan
berakhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis,
lemas tanpa rasa nyeri atau gatal (Effendi, 1999). Pada fase ini terjadi
proses yang terjadi dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih,
pengerutan dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk.
Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang abnormal karena
proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel mudah menjadi
matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang
berlebih diserap kembali dan dan sisanya mengerut sesuai dengan
renggangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang
pucat, tipis lemas dan mudah digerakkan dari dasar (Syamsuhidayat dan
Jong, 1997).
9
2. Tanaman Pisang (
Pohon pisang adalah salah satu pohon dengan buah yang memiliki
kandungan karbohidrat kompleks. Selain buah, batang dan akar pohon pisang pun
memiliki kandungan yang bermanfaat dalam kehidupan manusia sehari – hari,
khususnya dalam bidang kesehatan. Tanaman pisang memiliki taksonomi sebagai
berikut. (Laksari, 2017).
Divisi : Magnoliphyta
Sub Divis : Spermatophyta
Kelas : Liliopsyda
Sub Kelas : Commenlinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa L. (Pisang)
Spesies : Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.
ZAT AKTIF
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak batang pisang
mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu saponin, tanin dan flavonoid
(Wijaya, 2010).
1. Saponin memiliki manfaat yang dapat membantu dalam proses penyembuhan
luka, dimana tegangan permukaan sel dari bakteri menurun yang akan
meningkatkan permeabilitas (Apriasari Maharani Laillyza et, al., 2013).
Saponin dapat mempercepat proses penyembuhan luka akibat adanya aktivitas
antimikroba dan bersifat sebagai antioksidan. Saponin juga dapat
meningkatkan kandungan kolagen serta mempercepat proses epitelialisasi.
10
Gambar 2 Saponin
(Aziz, 2019)
Senyawa ini sangat polar sehingga sulit untuk diisolasi, tetapi menariknya
senyawa ini memiliki bioaktivitas tinggi. Senyawa ini juga memiliki aktivitas
antibiotik yang membantu dalam proses penyembuhan luka, dimana tegangan
permukaan sel dari bakteri menurun yang akan meningkatkan permeabilitas
sehingga komponen intraseluler keluar karena kebocoran sel (Apriasari
Maharani Laillyza, Fadhilah ahmad, Amy N Cerebelly, 2013; Nuria, 2009).
2. Tanin memiliki kemampuan sebagai antimikroba serta dapat meningkatkan
epitelialisasi. Flavonoid dan tanin juga bertanggung jawab dalam proses
remodelling (james and Friday 2010).
Gambar 3 Tanin
(Huang Q, 2018)
11
Senyawa lainnya yaitu tanin, merupakan senyawa polifenol dari kelompok
flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat dan juga anti inflamasi.
Tanin juga memiliki efek utama kosmetika mengencangkan kulit. Selain itu,
senyawa ini membentuk lapisan pelindung bagi jaringan yang terkait sehingga
mencegah nya terinfeksi kembali (Ashook, 2012).
3. Flavonoid dari golongan flavonol, flavon, dan isoflavon memiliki aktivitas anti
inflamasi. Flavonoid dipercaya sebagai salah satu komponen penting dalam
proses penyembuhan luka. Flavonoid menginhibisi pertumbuhan fibroblast
sehingga memberikan keuntungan pada perawatan luka (Hidayati, 2014).
Flavonoid memiliki manfaat sebagai anti inflamasi dengan cara sebagai
mediator yang menstimulasi sel yang berkaitan dengan inflamasi seperti
limfosit, monosit, NK sel, neutrofil, makrofag dan sel mastosit(Panche, 2016).
Gambar 4 Flavonoid
SKRINING
12
FIRZA
3) MADU SPESIFIK YANG DIGUNAKAN APA ? DILENGKAPI
TIJAUAN PUSTAKA
Madu adalah sirup kental bernutrisi yang kaya karbohidrat. Menurut Dewan
Uni-Eropa (2002), madu adalah zat manis alami yang diproduksi oleh lebah Apis
mellifera dari nektar tumbuhan atau dari sekresi bagian tumbuhan yang hidup,
atau ekskresi serangga penghisap bagian tumbuhan hidup, yang dikumpulkan
lebah, ditransformasikan melalui kombinasi dengan bahan-bahan spesifik,
simpanan, dehidrat, disimpan dan ditinggalkan di sarang madu untuk pematangan.
Madu terdiri dari karbohidrat, asam amino bebas, vitamin, dan elemen penunjuk
dan senyawa fenolik seperti flavonoid (Kassim et al.2010; Alvarez-Suarez et
al.2013). Flavonoid (seperti apigenin, pinosembrin, kaempferol, quersetin,
13
galangin, krisin, dan hesperetin), asam fenolat (seperti asam ellagat, caffeat, p-
kumarat dan ferulat), asam askorbat, tokoferol, katalase (CAT), superoksida
dismutase (SOD), glutation tereduksi (GSH), produk reaksi Millard dan peptida
merupakan komponen utama yang ada di hampir semua madu alami. Senyawa-
senyawa tersebut memberikan efek antioksidan sinergis karena aktivitas
pembersihan radikal bebasnya yang menjaga sel dari kerusakan akibat radikal
bebas sehingga menurunkan respon inflamasi (Eteraf-Oskoeui & Najafi, 2013).
Madu juga mengandung zat-zat tertentu, seperti glukosa, fruktosa, sukrosa,
mineral, vitamin, antioksidan, asam amino, dan produk lainnya. Komposisi
dengan proporsi alami masing-masing zat dalam madu dapat berperan penting
dalam mekanisme kerja dan potensi madu.
Antibakteri MADU
14
Sifat antibakteri pada madu berkaitan dengan osmolaritasnya yang tinggi,
keasaman (pH rendah), dan kandungan hydrogen peroksida (H2O2) serta
senyawa nonperoksida, contohnya komponen fitokimia seperti metilglioksal
(MGO) (Mavric, et al., 2008).
Umumnya, madu menghasilkan H2O2 bila diencerkan, sebab aktivasi
enzim glukosa oksidase yang mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat
dan H2O2 akan menghasilkan sifat antimikroba. Madu juga dapat memiliki
aktivitas antimikroba melalui katalase (tidak ada glukosa oksidase), sehingga
jenis madunya disebut madu nonperoksida (Simon, et al., 2008). Beberapa
senyawa yang berkontribusi dalam aktivitas nonperoksida antara lain adanya
metil siringat dan metilglioksal (Adams, et al., 2008).
Madu memiliki pH antara 3,2 – 4,5 yang cukup untuk menghambat
pertumbuhan berbagai bakteri pathogen (Haniyeh, et al., 2010). Nilai minimum
pH untuk menghambat bakteri pathogen antara lain Eschericia coli (4,3),
Salmonella spp. (4,0), Pseudomonas aeruginosa (4,4), dan S. pyogenes (4,5)
(46).
Selain itu, tingginya osmolaritas madu karena kandungan gula yang besar
juga berperan dalam aktivitas antimikroba sebab molekul gula dapat mengikat
molekul air sehingga bakteri tidak memiliki air yang cukup untuk pertumbuhan
(Khan, et al., 2007).
Sifat-sifat fisik madu menyebabkan kesulitan pengaplikasian langsung pada
area luka, sebab madu dapat mencair pada suhu kulit yang terbakar. Hal ini
membatasi lokasi tubuh yang akan diaplikasikan karena likuifaksi dan kebocoran
juga menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan konsetrasi terapetik pada
waktu yang cukup (El-Kased, et al., 2017). Namun, madu memiliki keunggulan
karena murah dan mudah didapat serta viskositasnya yang tinggi memungkinkan
homogenitas campuran, bahkan pada suspense obat (Kuster, et al., 2012).
SPESIFIK
15
ZUL
GEL HIDROGEL
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, Gel mempunyai sifat
aliran tiksotropik jika mengalami pengocakan akan cair dan jika dibiarkan
membutuk semipadat. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk
menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket. Pada gel fase tunggal
terdiri dari makromolekul organik yang tersebar merata dalam suatu cairan
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
seperti carbomer atau dari gom alam . umumnya gel-gel mengandung air, Tetapi
selai itu juga bisa menggunakan etanol dan minyak sebagai fase pembawa.
Contohnya seperti, minyak mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena
untuk membentuk dasar salep berminyak. Gel dapat digunakan untuk obat yang
pemberiannya secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh.
( farmakope edisi 6 )
16
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) ini dilaksanakan di
Laboratorium Sediaan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang dan waktu pelaksanaan penelitian ini adalah sekitar 4-5
bulan terhitung dari persiapan alat dan bahan, pelaksanaan penelitian, sampai
penyusunan laporan akhir.
Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol
Yaitu pembuatan sediian gel dengan ektrak batang pisang
2. Variabel Terikat
Uji penyembuhan aktivitas luka bakar
3. Variabel bebas
Yaitu pembuatan sediaan gel kombinasi ektrak batang pisang
(15% ...?) dandan (madu 6%.... ? )
Pemberian ekstrak gel kombinasi ektrak batang pisangda
madu pada sediaan gel dengan konsentrasi yang berbeda-beda
17
Diagram Alir Penelitian
1. EKTRKASI
2. SKRINING FITOKIMIA
3. PEMBUATN GEL
4. EVALUASI FISIKOKIMIA GEL
5. UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI ( CARI BAKTERI YANG SERING
ADA PADA LUKA DIBETES APA ? LALU DIUJI DENGAN GEL )
6. INDUKSI DIABETES PADA TIKUS WISTER MODEL
7. UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA
8. UJI AKSEPTABILITAS
1). Preparasi sampel simplisia batang pisang Preparasi sampel Sampel batang
pisang Ambon dibersihkan dengan air, dirajam kemudian dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan selama 4x24 jam dan dilanjutkan menggunakan oven pada suhu 40°C selama 7 jam.
Setelah kering diblender untuk menghasilkan serbuk sampel atau simplisia. ( Suharto et al,
2012)
ARIL
2. Pembuatan ekstrak batang pisang menggunakan pelarut etil assetat
( Salah satu masi bingung)
1 ) Penelitian ini diawali dengan ekstraksi batang pisang dengan metode ekstraksi
maserasi dikombinasikan dengan pelarut etil asetat. Batang pisang sebelumnya telah
melewati tahapan preparasi sampel. Hasil ekstraksi kemudian dimurnikan dengan rotary
vacuum evaporator pada temperatur dibawah titik didih pelarutnya. Hasil evaporasi
kemudian dianalisa meliputi rendemen, pengujian golongan senyawa aktif yaitu uji,
flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid ? (jurnal pisang 5 )……………
2) Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil
asetat. Sebanyak 100 g simplisia dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian direndam dengan etil asetat sebanyak 600 ml. Erlenmeyer
ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 3 hari dengan
sesekali dikocok. Kemudian hasil ekstrak disaring untuk memperoleh
filtrat I dan simplisia yang telah diekstrak (debris), diekstrak kembali
dengan etil asetat sebanyak 400 ml dan didiamkan selama 2 hari dengan
18
sesekali dikocok. Hasil ekstrak (filtrat II) dicampurkan dengan
filtrat I, kemudian dievaporasi pada suhu 40oC hingga diperoleh ekstrak
cair. Ekstrak cair kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen dan
diuapkan dengan menggunakan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.
(Suharto et al, 2012)
ZUL
3. Skrining fitokimia batang pisang
DALAM BENTUK KALIMAT URAIAN LANGKAH KERJA
ZUL
4. Formulasi pembuatan gel dari ekrstrak batang pisang dan kombinasi madu
MENGGUNAKAN CARBOPOL SAMA SEMUABAHAN LAINDIBUAT SAMA
BERBEDA EKTRAK BATANG PISANG SAJA
19
Metode pembuatan Gel
Carbopol dikembangkan dalam air panas, kemudian diaduk. Ekstrak
batang tanaman pisangdicampur dengan bahan lain sampai tercampur rata,
kemudian 42 dimasukkan ke dalam carbopol. Kedalam campuran tersebut,
ditambahkan air sampai volume yang dikehendaki, kemudian tambahkan
TEA tetes demi tetes sambil diaduk perlahan sampai didapat pH yang
dikehendaki, selanjutnya ditambahkan gliserin sedikit demi sedikit
terbentuk gel yang jernih. (Wibowo dan Prasetyaningrum, 2015 )
5. evaluasi gel
2. Pengujian homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat keseragaman sediaan yang telah dibuat.
Uji ini dilakukan dengan cara dengan cara mengoleskan 3 bagian (atas, tengah,
dan bawah) dari sediaan gel pada kaca transparan. Homogenitas ditunjukkan
dengan tidak adanya butiran kasar pada sediaan (Mappa et al., 2013).
3. Pengujian pH
Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel untuk menjamin
sediaan gel tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Uji pH sediaan gel diukur
dengan menggunakan kertas indikator universal yang dicelupkan ke dalam
sampel gel yang telah diencerkan. Setelah didiamkan beberapa saat, hasil
perubahan warna pada kertas indikator universal disesuaikan dengan standar pH
universal. pH sediaan yang memenuhi kriteria kulit yaitu 4,5 - 6,5 (Mappa et al.,
2013).
Sebanyak 0,5 gram gel diletakan dalam kaca bulat, kaca lainnya
diletakan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu, ditambahkan 150
gram beban didiamkan 1 menit dan diukur diameter konstan (Astuti et al., 2010).
5. Pengujian daya lekat Daya lekat adalah kemampuan sediaan untuk menempel
pada lapisan epidermis kulit. Tidak terdapat persyaratan khusus mengenai daya
lekat sediaan semipadat. Semakin besar kemampuan gel untuk melekat, maka
akan semakin baik penghantaran obatnya(Putri wulandari,2015).
Gel 0,5 g diletakkan diatas obyek glass yang telah ditentukan luasnya kemudian
20
diletakkan obyek glass yang lain diatas gel tersebut, ditekan dengan beban 500 g
selama 5 menit. Dilepaskan beban 80 g pada ujung alat dan catat waktu yang
diperoleh (Aryati et al., 2019)
6. Pengujian konsistensi
Uji konsistensi dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan gel yang dibuat
dengan cara mengamati perubahan konsistensi sediaan setelah disentrifugasi Uji
konsistensi dilakukan dengan cara mekanik menggunakan sentrifugator dengan
cara sediaan disentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Perubahan
fisik diamati apakah terjadi pemisahan atau bleeding antara bahan pembentuk gel
dan pembawanya yaitu air dan pengujian hanya dilakukan pada awal evaluasi
(Djajadisastra, 2009). ( ariel )
(FIRZA)
7. Uji bakteri
UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI ( CARI BAKTERI YANG SERING
ADA PADA LUKA DIBETES APA ? LALU DIUJI DENGAN GEL )
ARIL
9. pengobatan luka bakar
Setelah dilakukan swab bakteri kemudian luka dilakukan perawatan dengan cara
pada kelompok 1 diberikan perawatan getah tunas pisang ambon dan kelompok 2
diberikan salep Silversulfadiazine. Setelah dirawat luka kemudian ditutup dengan
kassa steril dilakukan 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari dan dilakukan
perawatan lagi pada hari berikutnya pada waktu yang sama.
ARIL
21
Pengukuran luas area luka bakar Pengukuran luas area luka dilakukan
setiap minggu selama 1 bulan. Metode pengukuran luas area luka bakar
dilakukan dengan menggunakan kertas millimeter blok. Kaca arloji
ditempatkan di area luka, dengan spidol area luka digambar dalam kaca
arloji, kemudian luka yang telah digambar di kaca arloji ditentukan
luasnya dengan menggunakan kertas millimeter blok.
FIRZA
UJI AKSEPTABILITAS
22
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
Anggaran dan Biaya
NO JENIS PENGELUARAN BIAYA
1. Peralatan Utama
2. Peralatan Penunjang
3. Transportasi
4. Lain-lain
Jumlah
Jadwal Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
No Jenis kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bimbingan dengan dosen
1
pembimbing
2
3
4
5
6
7
8
23
DAFTAR PUSTAKA
Adams CJ, Boult CH, Deadman BJ, Farr JM, Grainger M NC, Manley-Harris
M, et al. Isolation by HPLC and characterization of the bioactive fraction of New
Zealand manuka (Leptospermum scoparium) honey. Carbohydr Res 2008, 343:
651-659.
Al-Waili, N.S., Salom, K., Al-Ghamdi, A.A., 2011, Honey for Wound
Healing, Ulcers, and Burns; Data Supporting Its Use in Clinical Practice, The
Scientific World Journal, Vol. 11, pp. 766 – 787, DOI 10.1100/tsw.2011.78
Brusselaers, N., Monstrey, S., Snoeij, T., Vandijck, D., Lizy, C., Lauwaert,
S., Colpaert, K., et al. (2010). Morbidity and Mortality of Bloodstream Infections
in Patients With Severe Burn Injury. American Journal of Critical Care, 19(800).
doi:10.4037/ajcc2010341
El-Kased, R.F., Amer, R.I., Attia, D., dan Elmazar, M.M., 2017, Honey-based
hydrogel: In vitro and comparative In vivo evaluation for burn wound healing,
Scientific Reports, Vol. 7 (9692), DOI:10.1038/s41598-017-08771-8.
10
Eriawan Rismana*, Idah Rosidah, Prasetyawan Y, Olivia Bunga dan Erna Y
EFEKTIVITAS KHASIAT PENGOBATAN LUKA BAKAR SEDIAAN GEL
MENGANDUNG FRAKSI EKSTRAK PEGAGAN BERDASARKAN ANALISIS
HIDROKSIPROLIN DAN HISTOPATOLOGI PADA KULIT KELINCI, 2012
Hidayati Nurul . Pengaruh variasi kaar karbopol terhadap sifat fisik dan
stabilitas fisik gel ekstrak etanolik kulit pisang ambon (musa paradisiaca L.)
Fakultas farmasi universitas gadjah mada yogyakarta 2014.
Khan FR, Abadin UI, Rauf N. Honey; Nutritional and medical Value.
Medscape Today 2007. [Online] Available from:
http://www.medscape.com/viewartide/565913.
Kuster, T., Zumkehr, B., Hermann, C., Theurillat, R., Thormann, W.,
Gottstein, B., and Hemphill, A., 2012, Voluntary Ingestion of Antiparasitic Drugs
Emulsified in Honey Represents an Alternative to Gavage in Mice, Journal of the
American Association for Laboratory Animal Science, 51 (2), pp. 219 – 223.
11
Laksari VN. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Ambon (Musa
paradisiaca var.sapientum (L.) Kunt) Pada Tikus Putih Dengan Induksi Glukosa.
Skripsi. 2017;91:399–404.
Lin SM, Molan PC, Cursons RT. 2011. The controlled in vitro susceptibility
of gastrointestinal pathogens to the antibacterial effect of manuka honey. Eur J
Clin Microbiol Infect Dis 30:569–574.
Owoyele, B.V., Oladejo, R.O., Ajomale, K., Ahmed, R.O., Mustapha, A.,
2014, Analgesic and anti-inflammatory effects of honey: the involvement of
autonomic receptors, Metab Brain Dis, 29, pp. 167 – 173, DOI 10.1007/s11011-
013-9458-3.
Wijaya, Arief Riza. 2010. Getah Pisang sebagai Obat Alternatif Tradisional
Penyembuh Luka Luar Menjadi Peluang sebagai Produk Industri Jurnal.
Van den Berg AJ, Van den Worm E, Van Ufford HC, Halkes SB, Hoekstra
MJ, Beukelman CJ. An in vitro examination of the antioxidant and anti-
inflammatory properties of buckwheat honey. J Wound Care 2008; 17: 172-178.
12
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
1. Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomer Telepon / HP
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
Malang,
Pengusul,
13
14
2. Biodata Anggota 1
A. Identitas Anggota 1
1 NamaLengkap Ariel Pratama
2 Jenis Kelamin Laku-Laki
3 Program Studi Farmasi s1
4 NIM 201810410311246
5 Tempat dan Tanggal Lahir Karanganyar,23 Desember 1999
6 E-mail arielpratama2312@gmail.com
7 Nomer Telepon / HP 082142068282
A. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SMA 1 Kota
Nama Institusi SDN Kepanjenlor 1 SMP 1 Kota Blitar
Blitar
Jurusan - - -
Tahun Masuk-Lulus 2006-2012 2012-2015 2015-2018
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
Malang,
Pengusul,
(Ariel Pratama)
15
3. Biodata Anggota 2
A. Identitas Anggota 2
1 NamaLengkap Firzannida
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Farmasi
4 NIM 201810410311325
5 Tempat dan Tanggal Lahir Gresik, 12 Mei 2000
6 E-mail firzannida@webmail.umm.ac.id
7 Nomer Telepon / HP 085549073100
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SD Muhammadiyah 1
Nama Institusi SMPN 1 Gresik SMAN 1 Gresik
Kebomas
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2006 - 2012 2012 - 2015 2015 -2018
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
Malang,
Pengusul,
(Firzannida)
16
Biodata Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Program Studi
4 NIDN
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomer Telepon / HP
B. Riwayat Pendidikan
Malang,
Dosen Pendamping,
()
17
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran
1. Peralatan Utama
Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Total
Pemakaian (Rp)
Sub Total
18
2. Peralatan Penunjang
Sub Total
19
3. Perjalanan
Material Justifikasi Kuantitas Biaya
Perjalanan
Sub Total
20
4. Lain-lain
Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah
Penggunaa Satuan
n (Rp)
Pembuatan Menyusun, Rangkaian dari
Laporan dan mengeprint, dan awal sampai
Jurnal Ilmiah menjilid akhir
hasil
laporan
dalam bentuk
jurnal.
Peminjaman Untuk
Laboratorium melaksanaka
Sediaan n penelitian
Farmasi, dan
Kimia
Terpadu I
Akomodasi
Publikasi
Nasional/
Interna sional
Sub Total
Total Keseluruhan
21
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas
22
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Fakultas Agama Islam
Dengan inin menyatakan bahwa usulan PKM Penelitian saya dengan judul
Formulasi Sediaan Gel Untuk Luka Bakar Dari Ekstrak Batang Pisang (Musa
paradisiaca L.) Dengan Menggunakan Pelarut Etil Asetat Dengan Kombinasi
Madu Sebagai Antibakteri:, yang diusulkan pada tahun anggaran 2021 bersifat
original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Malang
Yang menyatakan,
Mengetahui, Ketua Pelaksana Kegiatan
Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Kesehatan,
23