Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMAS TERBAIK UNTUK PENYIMPANAN

SUHU DINGIN IKAN NILA (Oreochromis Niloticus)

Oleh :
KOMANG CINTYA TRI UTAMI
NIM. 1554121001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAGA PENGESAHAN

PROPOSAL INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL:

Pembimbing I, Pembimbing II

Ir. Dewa Gede Semara Edi, M.Si Ir. I Gede Sudiarta, M.Si
NIDN.

Mengetahui,

Universitan Warmadewa Universitan Warmadewa


Fakultas Pertanian Fakultas Pertanian
Dekan, Program Srudi Manajemen Sumber
Daya Perairan
Ketua,

Ir. Dewa Nyoman Sadguna, M. Agb. Ir. I Gusti Ngurah Sugiana, M.M.A
NIK. 230500084 NIK. 230500189

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN...............................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................10

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................11

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................12

2.1 Potensi Perikanan di Kabupaten Buleleng..............................................12

2.2 Identifikasi Jenis Ikan..............................................................................13

2.2.1 Karakteristik Taksonomi Ikan..........................................................14

2.2.2 Klasifikasi........................................................................................16

iii
2.2.3 Morfologi Ikan.................................................................................21

2.3 Sumber Daya Ikan Laut Kecamatan Tejakula.........................................23

2.4 Alat Tangkap...........................................................................................23

2.4.1 Alat Tangkap di Kecamatan Tejakula..............................................24

BAB III METODOLOGI.......................................................................................27

3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................27

3.2 Rancangan Penelitian..............................................................................28

3.3 Variabel Penelitian..................................................................................28

3.4 Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................29

3.5 Prosedur Penelitian..................................................................................30

3.6 Pelaksanaan Penelitian............................................................................31

3.7 Analisi Data.............................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

Tabel 1. Produksi Penangkapan Jenis Ikan.............................................................3

Tabel 2. Alat Penangkapan.....................................................................................4

Tabel 3. Bahan dan Alat……………………………………….………..……......29

Tabel 4. Lembar Observasi...................................................................................32

Tabel 5. Analisis……...………………………..………………………………...33

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian..........................................................................27

Gambar 2. Bagan Alur Prosedur Penelitian...........................................................30

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya hidup serba praktis saat ini menjadi tren di kalangan ibu rumah

tangga membuat penyimpanan produk pangan menjadi sangat penting salah

satunya penyimpanan ikan. Ibu-ibu modern biasanya tidak mau direpotkan dalam

hal menyiapkan bahan setiap kali memasak. Salah satu cara yang ditempuh adalah

dengan menyimpan ikan di dalam refrigerator maupun freezer.

Ikan banyak dikonsumsi karena merupakan sumber protein, salah satu

jenis ikan segar yang banyak dikonsumsi adalah ikan nila. Ikan nila biasa

disimpan dalam keadaaan segar di dalam freezer. Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cichlidae dan

merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Benih ikan nila di Indonesia secara

resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada

tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara 200-400

gram, sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan

tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003).

Cara mengemas dan menyimpan bahan makanan agar tahan lama menjadi

penting. Penyimpanan pada suhu rendah atau pada kondisi beku dapat

memperpanjang umur simpan bahan dan produk pangan yang mudah rusak.

Penyimpanan dingin akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.

Penyimpanan dingin yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerusakan bahan dan

produk pangan, misalnya dengan terjadinya chilling injury dan freezing injury.

1
Ruang penyimpanan dingin seperti lemari es dan cold storage pada

umumnya memiliki kelembaban udara rendah. Kelembaban udara rendah

menyebabkan terjadinya penguapan kandungan air pada ikan nila yang disimpan

di dalamnya. Penyimpanan ikan nila perlu diperhatikan agar kerusakan fisiologis

dan mikrobiologis dapat dihambat, serta kerusakan yang disebabkan oleh

kehilangan kandungan air dapat dicegah, kedua hal tersebut dapat dilakukan

dengan penyimpanan dalam wadah yang kedap udara atau yang permeabilitas uap

airnya rendah.

Terkait dengan masalah penyimpanan, penghematan volume ruang

penyimpanan dapat dilakukan jika ikan nila ditempatkan dalam wadah yang kaku

dan mempunyai bentuk simetris sehingga wadah-wadah tersebut dapat ditumpuk

di dalam lemari es. Salah satu wadah yang dapat digunakan adalah wadah-wadah

plastik rigid kedap udara yang saat ini banyak beredar di pasaran. Bahan dan

produk perikanan pada umumnya mempunyai sifat sangat mudah rusak (highly

perishable). Kondisi penyimpanan dan pengemasan yang tidak sesuai akan

mempercepat kerusakan yang terjadi pada bahan dan produk perikanan. Maka dari

itu perlu dilakukan penelitian tentang jenis pengemas terbaik untuk penyimpanan

ikan nila agar tetap segar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Tejakula,

Kabupaten Buleleng?

2
2. Apakah jenis alat penangkapan ikan yang digunakakan oleh nelayan di

Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng?

3. Berapakah produksi ikan hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Tejakula,

Kabupaten Buleleng dalam satuan berat (kg) dan satuan jumlah (ekor)?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui jenis ikan yang menjadi hasil tangkapan nelayan di

Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.

2. Mengetahui alat tangkap yang digunakan untuk penangkapan ikan oleh

nelayan di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.

3. Mengetahui produksi ikan hasil tangkapan nelayan di Kecamatan

Tejakula, Kabupaten Buleleng, baik dalam satuan berat (kg) maupun

jumlah (ekor).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi yang berguna untuk nelayan di Kecamatan Tejakula

dalam mengetahui jenis ikan dan produksi ikan yang di dapat.

2. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan dalam

pemanfaatan sumber daya hayati.

3. Sebagai informasi dan pertimbangan bagi peneliti lain yang melakukan

penelitian sejenis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Perikanan di Kabupaten Buleleng

Kabupaten buleleng merupakan salah satu kabupaten yang menjadi bagian

dari wilayah Provinsi Bali, menurut data dari BPS Kabupaten Buleleng tahun

2007 dengan luas wilayah daratan dari kabupatenini adalah 136.588 hektar atau

meliputi 24,25% dari luas wilayah daratan Provinsi Bali. Kabupaten yang

memiliki posisi geografis 80 03’ 40”- 80 23’ 00” Lintang Selatan dan 1140 25’ 55”

Bujur Timur ini terdiri dari 9 (Sembilan) kecamatan, yang mana 7 kecamatan

diantaranya berbatasan langsung dengan laut. Kabupaten Buleleng merupakan

kabupaten yang memiliki pantai terpanajng dibandingkan kabupaten-kabupaten

lain yang di Bali. Kabupaten memiliki panati sepanjang ± 157.05 km yang

membentang dari Desa, Tembok Kecamatan Tejakula di ujung timur hingga ke

Desa Sumber Kelampok, Kecamatan Gerokgak di ujung barat (Peraturan Bupati

Buleleng Nomor 32 Tahun 2009).

Kecamatan Tejakula termasuk Kecamatan Pesisir di Kabupaten Buleleng,

dengan luas wilayah sekitar 97,68 km dan panjang pantai 27,23 km. Jumlah

penduduk adalah 64.516 orang dan jumlah desa sebanyak 10 (sepuluh)

diantaranya Desa Sembiran, Desa Pacung, Desa Julah, Desa Bondalem, Desa

Madenan, Desa Tejakula, Desa Les, Desa Penuktukan, Desa Sambirenteng dan

Desa Tembok. Adapun yang masuk desa pesisirnya adalah Desa Sambirenteng,

Desa Tejakula, Desa Penuktukan, Desa Bondalem dan Desa Tembok (Profil

Investasi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng Tahun 2014).

4
Berdasarkan Buku Data Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Buleleng menyatakan bahwa kegiatan penangkapan ikan yang di lakukan di

Kecamatan Tejakula setiap tahun dengan hasil tangkapan ikan yaitu pada tahun

2016 hasil tangkapan ikan sebanyak 5.439,0 (lima ribu empat ratus tiga puluh

sembilan koma nol) ton, pada tahun 2017 sebanyak 4.326,1 (empat ribu tiga ratus

dua puluh enam koma satu) ton dan pada tahun 2018 sebanyak 4.645,0 (empat

ribu enam ratus empat puluh lima koma nol) ton.

2.2 Identifikasi Jenis Ikan

Ikan sebagai salah satu organisme yang menjadi kajian ekologi, sehingga

harus dijaga kelestariannya.Sebagai langkah awal diperlukan kegiatan identifikasi

terhadap organisme tersebut.Identifikasi menurut Mayr (1971) adalah

menempatkan atau memberikan identitas suatu individu melalui prosedur deduktif

ke dalam suatu takson dengan menggunakan kunci determinasi.Kunci determinasi

adalah kunci jawaban yang digunakan untuk menetapkan identitas suatu individu.

Proses identifikasi meliputi:

1. Pengumpulan sampel ikan sebanyak mungkin dari berbagai tempat,

pengumpulan sampel ini harus memperhatikan faktor geografis dan ekologis.

2. Labelisasi spesimen ikan, pemberian label meliputi nama daerah, nama

penemu, tempat dan tanggal ditemukannya sampel ikan.

3. Identifikasi spesimen ikan, Identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan

buku panduan kunci determinasi untuk menentukan ordo, famili, genus dan

5
spesies. Selanjutnya dilakukan pencocokan dengan katalog dan bibliografi

yang diterbitkan paling mutakhir serta deskripsi yang asli.

4. Penyajian hasil identifikasi, hasil identifikasi disajikan dalam bentuk

deskrpisi serta rumusan hasil sintesa. Pada pendeskripsian biasanya

menampilkan ciri-ciri morfologi ikan diantaranya bentuk tubuh, sirip, bentuk

sisik, perbandingan panjang dan lebar badan serta perbandingan panjang

kepala.

2.2.1 Karakteristik Taksonomi Ikan

Taksonomi adalah susunan atau penggolongan untuk memberi nama suatu

jenis ikan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh ikan tersebut. Taksonomi

berasal dari kata dalam bahasa Yunani taxis dan nomos. Taxis  berarti susunan

atau pengaturan, atau hukum. Sehingga taksonomi dapat diartikan sebagai tatacara

atau penyusunan  atau klasifikasi suatu organisme berdasarkan ketentuan yang

berlaku. Kata taksonomi dulu lebih sering digunakan untuk klasifikasi tumbuh-

tumbuhan, sedangkan untuk hewan lebih banyak digunakan istilah sistimatika,

namun sekarang kedua istilah tersebut dapat digunakan untuk hewan maupun

tumbuh-tunbuhan termasuk ikan.

Efendi dan Arifin (2003) menyatakan bahwa dalam taksonomi dikenal tiga

kelompok yaitu:

1. Alpha taksonomi  yaitu tingkatan pengendalian species, sifat dan pemberian

nama.

2. Beta taksonomi menunjukkan susunan species dalam sistem klasifikasi.

6
3. Gamma taksonomi menunjukkan analisa variasi yang terdapat di dalam

species untuk mempelajari evolusinya.

Penggolongan didalam taksonomi lebih banyak dilakukan berdasarkan

ciri-ciri suatu jenis ikan misalnya Klas adalah tingkatan ikan dalam penggolongan

besar contohnya klas Chondrichthyes merupakan ikan bertulang rawan, Aghnatha

merupakan ikan yang tidak mempunyai rahang dan Teleostei atau Osteichthyes

merupakan kelompok ikan bertulang keras atau bertulang

sebenarnya.  Penggolongan berikutnya adalah Ordo atau dalam bahasa Indonesia

sering disebut sebagai susunan, misalnya kelompok ikan yang mempunyai alat

pernafasan tambahan berupa labirinth dikelompokkan dalam ordo Labirithisi.

Sedangkan kelompok ikan yang dapat meloncat dari air dan beberapa saat

berdiam di atas akar pohon bakau, digolongkan dalam ordo Pleuronectiformes.

Demikian seterusnya setiap ada perbedaan ciri-ciri pada suatu jenis ikan akan

dikelompokkan tersendiri. Bahkan pengelompokan setelah klas,  sebelum masuk

ke ordo atau setelah ordo sebelum masuk ke famili, atau setelah famili sebelum

masuk ke Genus apabila terdapat ciri khusus yang specifik digolongkan tersendiri

sebagai sub, sehingga ada sub klas, Sub ordo, sub famili atau sub genus bahkan

sub species. Istilah sub species lebih banyak digunakan untuk menunjukkan

varietas atau adanya perbedaan sedikit ciri dari organisme yang sama dalam satu

species. Kategori dalam taksonomi secara umum yaitu Phylum  (pokok), Kelas

(tingkatan), Ordo (Susunan), Famili (keluarga), Genus (Bangsa), Species (jenis),

Sub species  (Ras atau varietas) (furqoninspired.blogspot.com, 2012).

7
2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi ialah menetapkan definisi dari kelompok atau kategori menurut

skala hierarki. Tiap-tiap ketegori ini meliputi satu atau beberapa kelompok rendah

yang terdekat, yang merupakan kategori lebih rendah (Saanin, 1984).

Ikan hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng

Tahun 2018 yaitu sebagai berikut :

1. Ikan Cendro

Klasifikasi Ikan Cendro menurut Genisa (1999)

Kingdom  :  Animalia

Phylum : Chordata

Class : actinopterygii

Ordo :beloniformes

Family :belonidae

Genus :Tylosurus

Spesies : Tylosurus crocodilus

2. Ikan Layang

Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984)

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub class : Teleostei

Ordo : Percomorphi

8
Sub ordo : Percoidea

Family : Carangidae

Genus : Decapterus

Spesies : Decapterus sp.

3. Ikan Lemuru

Klasifikasi ikan lemuru menurut Saanin (1984)

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Superclass : Osteichthyes

Class : Pisces

Sub class : Teleostei

Ordo : Clupeiformes

Family : Clupeidae

Genus : Sardinella

Species : Sardinella spp.

4. Ikan Lemadang

Klasifikasi ikan lemadang menurut Saanin (1984)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

9
Family : Coryphaenidae

Genus : Coryphaena

Spesies : Coryphaena hippurus

5. Ikan Terbang

Klasifikasi ikan terbang menurut Parin (1999)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Coryphaenidae

Genus : Coryphaena

Spesies : Coryphaena hippurus

6. Ikan Tongkol

Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin (1984)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Percomorphi

10
Family : Scombridae

Genus : Euthynnus

Species : Euthynnus affinis

7. Ikan cekalang

Klasifikasi ikan cakalang menurut Saanin (1984)

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Sub ordo : Scombroidea

Family : Scombridae

Genus : Katsuwonus

Spesies : Katsuwonus pelamis.

8. Ikan kembung

Klasifikasi ikan kembung menurut Saanin (1984)

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Sub class : Teleostei

Ordo : Percommorphy

Sub ordo : Scombroidea

Family : Scomberidae

Genus : Rastrelliger

11
Spesies :Rastrelliger brachysoma Rastrelliger kanagurta

9. Ikan Tenggiri

Klasifikasi ikan tenggiri menurut Saanin (1984)

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub class : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Scombridea

Family : Scombridae

Sub family : Scombrinae

Genus : Scomberomorus

Spesies : Scomberomorus commersonii

10. Ikan Madidihang

Klasifikasi ikan madidihang menurut Saanin (1984)

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Claas : Teleostei

Sub class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Sub ordo : Scombridei

Family : Scombridae

12
Genus : Thunnus

Spesies : Thunnus sp.

2.2.3 Morfologi Ikan

Morfologi merupakan ilmu pengetahuan yang membahas bagian luar pada

susunan makhluk hidup (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Wiadnya dan

Setyohadi (2014) sebelum mendalami jenis ikan dengan ciri morfologinya,

sebaiknya kita mengenal terminologi terlebih dahulu untuk mempelajari

morfologi ikan sebagai berikut :

2.2.3.1 Bagian-bagian Tubuh Ikan

1. Kepala : bagian dari ujung mulut terdepan hingga ujung tutup insang

paling belakang. Pada bagian ini terdapat mulut, rahang atas dan bawah,

gigi, hidung, mata, insang dan sebagainya. Beberapa tipe utama posisi

mulut ikan antara lain: terminal, sub terminal, inferior dan superior

(Kottelat et al., 1993).

2. Badan : bagian badan mulai dari belakang tutup insang sampai belakang

anus. Bagian anggota badan antara lain: sirip, baik yang tunggal maupun

yang berpasangan. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur disebut sirip

tunggal. Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan. Pada ikan

kan yang memiliki dua sirip punggung, bagian depannya terdiri dari duri

dan yangkedua terdiri dari duri di bagian depan diikuti oleh jari-jari yang

lunak dan umumnya bercabang. Pada ikan bersirip punggung tunggal, jari-

jari bagian tidak bersekat dan mungkin mengeras, sedangkan jari-jari di

13
belakangnya lunak atau besekat dan umumnya bercabang (Kottelat et al.,

1993).

3. Ekor : bagian tubuh yang terletak di permulaan sirip dubur hingga ujung

sirip ekor terbelakang. Pada bagian ini terdapat anus, sirip dubur dan sirip

ekor. Adapun tipe-tipe utama sirip ekor ikan antara lain bentuk membulat,

bersegi, bentuk sabit, becagak dan meruncing (Kottelat et al., 1993).

2.2.3.2 Bentuk-bentuk Tubuh Ikan

Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka

hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang

berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan

sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri.

Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral,

yaitu jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross section) maka

terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan

langkau dan ikan lidah (Saanin, 1984).

2.2.3.3 Bentuk Sirip Ikan

Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip.Ikan dapat bergerak dan berada

pada posisi yang diinginkannya karena adanya sirip-sirip tersebut. Menurut

Saanin (1984) sirip ikan terdiri atas jari-jari keras dan jari-jari lemah. Jari-jari

keras adalah berupa duri yang bersifat pejal, keras dan tidak dapat dibengkokkan,

sedangkan jari-jari lemah memiliki sifat seperti tulang rawan yang dapat

dibengkokkan serta berbuku-buku atau beruas-ruas.

14
Affandi (1992) menyatakan bentuk sirip ekor secara morfologis dapat

dibedakan beberapa bentuk yaitu, Rounded (membundar), Truncate (berpinggiran

tegak), Pointed (meruncing), Wedge shape (bentuk baji), Emarginate

(berpinggiran berlekuk tunggal), Double emarginate (berpinggiran berlekuk

ganda), Forked / Furcate (bercagak), Lunate (bentuk sabit), Epicercal (bagian

daun sirip atas lebih besar), Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar).

2.3 Sumber Daya Ikan Laut Kecamatan Tejakula

Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng (2018)

menyatakan jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan yaitu ikan cendoro, ikan

layang, ikan lemadang, ikan terbang, ikan tongkol, ikan cakalang, ikan kembung,

ikan tenggiri, ikan madidihang dan hasil penelitian pendahuluan yaitu Jenis ikan

yang di tangkap oleh nelayan adalah ikan kembung, ikan cekalang, cumi, ikan

layang, ikan lemadang, ikan tenggiri, ikan barakuda, ikan tuna, ikan tongkol dan

ikan marlin. Adapun ikan hasil tangkapan nelayan berdasarkan jenis ikan karang

yaitu ikan kerisi, ikan kerapu, teripang.

2.4 Alat Tangkap

Alat tangkap ikan merupakan salah satu sarana pokok yang penting dalam

rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan secara optimal dan

berkelanjutan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng (2018)

menyatakan alat tangkap yang di gunakan oleh nelayan di Kecamatan Tejakula

yaitu sebagai berikut:

15
2.4.1 Alat Tangkap di Kecamatan Tejakula

1. Pukat pantai (beach seine), alat penangkapan ikan yang termasuk dalam

penggolongan Seine net (pukat kantong), yaitu jaring yang memiliki

kantong dan dua buah sayap serta memiliki tali yang panjang. Sepintas

lalu, alat ini mirip dengan alat tangkap trawl, namun banyak sekali

perbedaan-perbedaannya. Pukat pantai adalah semua pukat kantong yang

dalam cara operasi penangkapannya dilakukan dengan menarik pukat

kantong ini ke pinggir pantai. Biasanya penarikan ini dilakukan oleh

beberapa orang pada masing-masing sayapnya, tetapi dapat pula dilakukan

oleh seorang saja apabila ukuran alat ini kecil (Subani, 1988).

2. Pukat cincin (Purse seine) adalah alat penangkap ikan dari jaring yang

dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat

berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Alat

tangkap ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol.

Cara pengoperasian pukat cincin adalah dengan melingkari gerombolan

ikan, kemudian tali kolor (purse line) ditarik ke dan dari kapal hingga

bentuk jaring menyerupai mangkuk. Selanjutnya hasil tangkapan

dipindahkan ke kapal dengan menggunakan serok atau scoop. Purse seine

disebut juga pukat atau jaring kantong, karena bentuk jaring pada saat

dioperasikan menyerupai kantong. Alat tangkap ini disebut juga jaring

kolor, karena pada bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali kolor yang

berfungsi untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan

cara menarik tali kolor tersebut (Diniah, 2008).

16
3. Jaring insang hanyut (Drift Gill Nets), Jaring insang adalah jaring yang

berbentuk empat persegi panjang mempunyai mata jaring yang sama

ukurannya pada seluruh bidang jaring, lebar jaring lebih pendek jika

dibandingkan dengan panjangnya, dilengkapi dengan pemberat pada

bawah dan pelampung pada tali atas. Dalam operasi penangkapan, jaring

dipasang tegak lurus di dalam air dan menghadang arah gerak ikan. Ikan-

ikan tertangkap karena tutup insang tersangkut pada mata jaring. Jaring

Insang Hanyut merupakan jaring insang yang dalam metode

penangkapannya dibiarkan hanyut terbawah arus dan salah satu ujungnya

dikaitkan pada kapal/perahu (Subani dan Bares, 1989).

4. Pancing tonda (Troll Line), alat penangkap ikan pancing tonda termasuk

aktif, terdiri dari tali, mata pancing, swivel dan umpan buatan yang juga

berfungsi sebagai pemberat yang di tarik di atas kapal. Pancing tonda

diklasifikasikan kedalam alat tangkap pancing (Subani dan Barus 1989).

5. Pancing ulur (hand line) adalah suatu konstruksi pancing yang umum

digunakan oleh nelayan, khususnya nelayan yang berskala kecil (small

scale fishery). Pada umumnya komponen – komponen pembentuk pancing

ulur terdiri atas tali utama (main line) dan tali cabang (branch line) yang

terbuat dari bahan PA monofilament, swivel yang terbuat dari besi putih,

mata pancing (hook) yang terbuat dari besi, dan pemberat (sinkers) yang

terbuat dari timah. Umpan yang digunakan pada pancing ulur adalah

Layang (Decapterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.) dan cumi – cumi

(Loligo sp.) segar (Saputra, 2002).

17
6. Bubu (Portable Traps) merupakan perangkap yang mempunyai satu atau

dua pintu masuk dan dapat diangkat dengan mudah (dengan atau tanpa

perahu/kapal) ke daerah penangkapan ikan, alat dipasang di sasar atau

dekat permukaan perairan selama jangka waktu tertentu. Untuk menarik

perhatian ikan agar masuk ke dalam perangkap, didalam perangkap

dipasang umpan (Subani dan Barus, 1989).

18
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.

Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilaksanakan pada bulan Mei

2020.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

19
3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu mengidentifikasi

jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Tejakula dengan cara

mencocokkan bentuk-bentuk morfologi dengan buku identifikasi.

Pada rancangan penelitian ini mengambil data dengan melakukan

wawancara kepada 33 kelompok nelayan di Kecamatan Tejakula sesuai dengan

hasil penelitian pendahuluan.

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Jenis ikan hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Tejakula.

 Jenis alat tangkap yang di gunakan untuk penangkapan ikan oleh nelayan

di Kecamatan Tejakula.

 Rekapan jumlah produksi ikan hasil tangkapan nelayan di Kecamatan

Tejakula.

3.3 Variabel Penelitian

Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan metode purposive

sampling, sugiyono (2010) menyatakan bahwa purposive sampling merupakan

teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan

tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih

representative. Metode purposive sampling yaitu sebagai berikut :

1. Jumlah sampel sesuai dengan jumlah kelompok nelayan di Kecamatan

Tejakula, dimana besaran sampel 30% dari populasi

2. Penentuan sampel ditentukan dengan mengambil 1 kelompok per desa,

ditambah untuk Desa Les dan Desa Bondalem masing-masing 2 kelompok

20
karena Desa Les merupakan paling banyak terdapat kelompok nelayan

yaitu ada 8 kelompok nelayan dan untuk Desa Bondalem terdapat

kelompok pengolahan ikan hasil tangkapan nelayan.

3.4 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini seperti pada

Tabel berikut.

Tabel 3.1 Bahan dan Alat

Bahan dan Alat


No Bahan dan Alat Kegunaan
1 Buku tulis Untuk mencatat hal-hal atau informasi yang di
temukan pada saat penelitian

2 Alat tulis Untuk mencatat data dalam penelitian

3 Kamera Untuk mendokumentasikan setiap kegiatan

4 Timbangan Untuk mengukur berat tubuh ikan

5 Meteran Untuk mengukur panjang dan lebar tubuh ikan

6 Kuesioner Sebagai alat untuk memperoleh data

7 Data sheet Untuk mengumpulkan data

21
3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi beberapa langkah yaitu seperti pada gambar 2

Bagan Alur Prosedur Penelitian.

Persiapa  Penentuan Lokasi


Penelitian

Studi Pustaka  Informasi awal


 Profil Kecamatan
Tejakula
 Penelitian tekait

 Peta survei
 Kuisioner
Bahan dan Alat
 Data sheet (blangko
pencatatan data)

 Suvei yang dilakukan


yaitu pengamatan
terhadap ikan
Pelaksanaan
 Wawancara terhadap
nelayan
 Pendataan jumlah
dan jenis ikan, jenis
alat tangkap yang
digunakan

 Identifikasi jenis ikan


dan alat tangkap
Analisis Data  Tabulasi atau
mengumpulan
jumlah ikan
(Produksi Ikan)
 Analisis statistic
Kesimpulan sederhana

Gambar 2. Bagan Alur Prosedur Penelitian

22
3.6 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanan penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu: pendahuluan,

pengambilan sampel ikan hasil tangkapan nelayan lalu di identifikasi dan analisis

data.

1. Pendahuluan, kegiatan pendahuluan ini berupa persiapan observasi

lapangan, wawancara terhadap 33 kelompok nelayan di kecamatan

Tejakula, dokumentasi dan studi pustaka untuk mengidentifikasi spesies

ikan yang di tangkap oleh nelayan di Kecamatan Tejakula dengan acuan

buku-buku identifikasi, mempersiapakan alat dan bahan untuk melakukan

suatu penelitian.

2. Identifikasi ikan, langkah identifikasi ini dilakukan dengan pengamatan

ikan hasil tangkapan nelayan secara keseluruhan dan menentukan jenis

ikan yang di tangkap lalu mencocokkan spesimen yang telah

teridentifikasi seperti gambar atau foto dan karakter morfologi yang

terdapat dalam buku, setelah melakukan pengamatan maka perlu

mengukur panjang dan berat ikan hasil tangkapan nelayan.

3. Analsis data dengan menggunakan analisi data statistic sederhana, dimana

menentukan jumlah dan rata-rata ikan hasil tangkapan nelayan di

Kecamatan Tejakula.

23
Tabel 3.2 Lembar Observasi

Nama Jumlah Jenis Ikan Minggu I


No
Kelompok  A B  C  D  E  F  G  H  I 
                     
                     
                     

Pengumpulan sempel di lakukan setiap hari sabtu dengan pengulangan

sebanyak tiga kali selama tiga minggu dengan tabel observasi, contoh tabel

observasi dapat di lihat pada tabel 3.2 Tabel observasi.

3.7 Analisi Data

Penelitian ini akan menggunakan data deskriptif yaitu data statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat generakisasi hasil penelitian.

Penelitian ini akan menggunakan analisa data dalam bentuk statistic

sederhana, data yang di peroleh dari hasil pengamatan akan ditabulasi untuk

memperoleh hasil yang bisa digunakan sebagai informasi bagi pihak-pihak terkait.

Contoh tabulasi data dan analisis data dalam bentuk statistic sederhana dapat

dilihat pada tabel 3.3 Tabel analisi data.

24
Table 1.3 Analisis

Sampel
Hasil Tangkapan Jumlah

Jenis A Jenis B … Jenis I Kg Ekor


Dalam Dalam Dalam Dalam Dalam Dalam
satuan satuan satuan satuan satuan satuan
  …    
berat jumlah berat jumlah berat jumlah
(kg) (ekor) (kg) (ekor) (kg) (ekor)

A1k A1e B1k B1e I1k I1e


1
A2k A2e B2k B2e I2k I2e
2
A2k A2e B2k B2e I2k I2e
3
. . . . . . . . .
. . . . . . . . .
. . . . . . . . .
33 A33k A33e B33k B33e   I33k I33e    
Jumlah □a1k. □a1e.. □b1k. □b1e.. □i1k. □i1e..
.a33k A33e .b33k B33e .i33k I33e
Rata-rata □a1k. □a1e.. □b1k. □b1e.. □i1k. □i1e..
. A33e/3
.b33k/33 B33e/33 .i33k/33 I33e/33
a33k/33 3

25
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D.S.Sjafei, M.F.Raharjdo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi.Departemen

Brotowidjoyo, M. D. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Buku Data Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng, 2018.

Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor : Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor. 60 hal.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng, Tentang Program

pemberdayaan nelayan melalui kegiatan rehabilitas terumbu karang dan

penerapan pemanfaatan dan perdagangan ikan dan karang hias yang

berkelanjutan dan bertanggung jawab.

file:///C:/Users/telolit/Downloads/KKP%20Buleleng%20(Jejaring

%20KKP)%20(1).pdf Diakses tanggal 25 September 2019.

Fauzi, A. 2010. Ekonomi Perikanan. Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Furqoninspired.blogspot.com. 2012.Tentang taksonomi ikan.

http://furqoninspired.blogspot.com/2012/01/taksonomi-ikan.html.Diakses

tanggal 11 November 2019

Genisa, A.S. 1999. Pengenalan Jenis-jenis Ikan Laut Ekonomi Penting di

Indonesia. Jurnal Oseana.

Kent, G. C. 1987. Comparative Anatomy of The Vertebrates. St. Louis-Toronto

Santa Clara: Time Mirror/ Mosby College Publishing.

Kottelat, M; A. J. Whitten; S. N. Kartikasari & S. Wirjoatmojo. 1993. Freshwater

26
of Western Indonesia and Sulawesi. London: Periplus Edition.

Mayr, E. 1971.Principle of Systematic Zoologi. New Delhi: Tata Mc-Graw Hill

Publishing Company LTD.

MPA for Fisheries WWF 2017, Tentang Kawasan Konservasi Perairan Investasi

cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun

perikanan Indonesia

http://awsassets.wwf.or.id/downloads/mpa_for_fisheries_2017.pdf.

Diakses tanggal 4 November 2019.

Profil Investasi Prikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng Tahun 2014

Peraturan Bupati Buleleng Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Rencana Strategis

Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Buleleng Periode 2009-2027

Romimohtarto, K & S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bogor: Bina Cipta.

Soemadji. 1995. Zoologi. Jakarta: Depdikbud.

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan . Bina Cipta. Jakarta.

Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar

Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H.

Niem (eds.). FAO Species Identification Guide for

Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di

Indonesia.Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun

1988/1989.Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan

Penelitian danPengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

27
Saputra A. 2002. Seleksi Umpan Untuk Meningkatkan Hasil Tangkapan

Kembung Perempuan (Rastrelliger) Dengan Pancing Ulur (Hand line) di

Perairan Tanjung Pasir, Banten.[Skripsi].Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut

Pertanian Bogor.

Wiadnya. D, Setyohadi. 2014. Sumber Daya Ikan, Lecture handout: Pengantar

Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Brawijaya.

28
Lampiran 1. Kuisioner Penangkapan Ikan

Hari/tanggal :

Kuisioner Penangkapan Ikan

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Alamat :

3. Tempat tanggal lahir :

4. Pendidikan :

5. Status :

6. Nama Kelompok :

B. Teknis Penangkapan

1. Operasi Penangkapan :

2. Periode (fishing trip) : jam

3. Wilayah Operasi Penangkapan Ikan :

4. Perahu yang digunakan :

5. Daya Mesin yang digunakan :

6. Alat Tangkap :

29
Lampiran 2. Data Sheet

DATA SHEET

Sampel No :

NamaNelayan :

Hari/tanggal :

DATA HASIL TANGKAPAN IKAN

Jumlah Jenis Ikan


No Jenis Ikan Catatan
Kg Ekor

1        
2        
3        
4        
5        
6        
7        
8        
9        
10        

30

Anda mungkin juga menyukai