Anda di halaman 1dari 23

1

MAKALAH
TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN

Teknik Pemijahan Semi Alami dan Buatan Ikan Lele Dumbo

(Clarias gariepinus)

Dosen Pengampu
Ir. Nuraini, M.Si

Kelompok 2 :

Mukti Makrupin 1804110626


Nurilam Sinaga 1804110172
Putri Ardana 1804125360
Rima Melati Karo Karo 1804112050
Syahrul Reza 1804124104

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah swt, yang mana telah memberikan rahmat

dan karunia-nya sehingga makalah kelompok Teknologi Pembenihan Ikan yang

berjudul “Teknik Pemijahan Semi Alami dan Buatan” ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya.

Makalah ini disusun berdasarkan beberapa referensi yang telah didapatkan.

Makalah ini dilaksanakan sebagai tugas kelompok mata kuliah Teknologi

Pembenihan Ikan bagi Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan

dan Kelautan Universitas Riau.

Di samping itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Dosen

Pengampu mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan karena telah memberikan

arahan dan bimbingan kepada kami, penulis juga mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan kearah yang lebih baik. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 17 November 2020

Penulis
2

DAFTAR ISI

Isi Halaman

COVER..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR................................................................................ iv

DAFTAR TABEL..................................................................................... v

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah..................................................................... 2
I.3. Tujuan Penulisan Makalah........................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo............................ 3
II.2. Penyebaran Ikan Lele Dumbo................................................... 4
II.3. Habitat dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo................ 4
II.4. Kebiasaan Makan...................................................................... 5
II.5. Pertumbuhan............................................................................. 6
II.6. Perkembangbiakan.................................................................... 6
II.7. Perbedaan Lele Jantan Dan Betina............................................ 7
III. PEMBAHASAN
III.1. Teknik Pemijahan...................................................................... 8
III.2. Pemeliharaan Induk................................................................... 8
III.3. Seleksi Induk Matang Gonad.................................................... 9
III.4. Pemberokan............................................................................... 10
III.5. Persiapan Wadah Pemijahan..................................................... 11
III.6. Zat Perangsang Pemijahan........................................................ 11
III.7. Pemijahan Semi Alami.............................................................. 13
III.8. Pemijahan Buatan...................................................................... 15
IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan............................................................................... 17
IV.2. Saran.......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
2

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)............................... 4

2. Perbedaan Jantan dan Betina Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). 7

3. Induk Lele Dumbo Jantan dan Betina Matang Gonad.......................... 10

4. Pengambilan Hypofisa Ikan.................................................................. 12

5. Ovaprim................................................................................................ 13

6. Pemijahan Semi Alami......................................................................... 14

7. Pemijahan Buatan................................................................................. 16
2

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbedaan Jantan Dan Betina Ikan Lele Dumbo.................................. 7

2. Ciri-Ciri Induk Matang Gonad.............................................................. 9


2

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan

sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan

ini sebagai salah satu paket dari reproduksi merupakan mata rantai siklus hidup

yang menentukan kelangsungan hidup spesies (Ratno, 2006). Pemijahan juga

merupakan faktor penting dalam proses budidaya ikan. Salah satu spesies yang

sering dibudidayakan adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Budidaya lele saat

ini berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi dikarenakan dapat

dipelihara dengan padat tebar tinggi dengan sumber air terbatas, teknologi

budidaya yang relatif mudah dipahami oleh masyarakat, pemasarannya relatif

mudah serta modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah (Kuswiyanto, 2008).

Ikan lele dumbo merupakan salah satu komoditas perikanan yang banyak

dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

gurih. Selain itu ikan lele dumbo memiliki banyak keunggulan dibanding dengan

ikan air tawar lainnya, seperti pemeliharaan mudah, pertumbuhan cepat, rasa

daging yang khas dan efisiensi pakan yang tinggi. Bila dibandingkan dengan ikan

lele lokal (Clarias batrachus), ikan lele dumbo mempunyai pertumbuhan yang

lebih baik dan dapat mencapai ukuran yang lebih besar, jumlah telur lebih banyak

dan lebih tahan terhadap penyakit. Perkembangan budidaya yang pesat tanpa

didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan ikan lele dumbo mengalami

penurunan kualitas karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) (Hernowo

et al, 2004).
2

Pemijahan ikan lele dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pemijahan

almai (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning), dan

pemijahan buatan (induced/artificial breeding) (Bond, 1979). Setiap cara

pemijahan memiliki kekurangan dan kelebihan dalma pelaksanaannya. Oleh

karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui dan memahami cara serta

kelebihan dan kekurangan pemijahan semi alami dan pemijahan buatan.

I.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini

adalah:

1) Apa klasifikasi dan habitat ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)?

2) Bagaimana teknik pemijahan dari lele dumbo (Clarias gariepinus)??

3) Apa saja hormon yang diperlukan dalam pemijahan lele dumbo (Clarias

gariepinus)?

I.3. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sesuai dengan

permasalahan yang sudah dirumuskan, yaitu:

1) Untuk mengetahui klasifikasa dan habitat dari lele dumbo (Clarias gariepinus)

2) Untuk mengetahui teknik pemijahan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

3) Untuk mengetahui hormon-hormon apa saja yang digunakan dalam pemijahan

ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).


2

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo

Lele Dumbo dikelompokkan ke dalam taksonomi sebagai berikut:

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostarophysi

Sub Ordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Lele dumbo memiliki kulit yang licin, berlendir dan sama sekali tidak

memiliki sisik. Warnanya hitam keunguan atau kemerahan dengan loreng-loreng

seperti baju tentara. Warna kulit ini akan berubah menjadi mozaik hitam putih jika

lele sedang dalam kondisi stess, dan akan menjadi pucat jika terkena sinar

matahari langsung.

Lele dumbo memiliki kepala yang panjang, hamper mencapai seperempat

dari panjang tubuhnya. Tanda yang khas dari lele dumbo adalah tumbuhnya empat

pasang sungut seperti kumis di dekat mulutnya. Sungut ini berfungsi sebagai alat

penciuman serta alat peraba saat mencari makanan.

Lele dumbo memiliki 3 buah sirip tunggal yaitu sirip punggung yang

berfungsi sebagai alat berenang, sirip dubur, dan sirip ekor sebagai alat bantu

untuk mempercepat dan memperlambat gerakan. Selain itu lele dumbo juga
42

memiliki 2 sirip berpasangan yaitu, sirip dada dan sirip perut. Sirip dada

mempunyai jari-jari yang keras dan runcing biasa disebut patil.alat ini berfungsi

sebagai senjata sekaligus alat bantu gerak kekanan dan kekiri. Walaupun

berfungsi sebagai senjata patil ini tidak memiliki racun (Bachtiar, 2006).

Gambar 1. Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

II.2. Penyebaran Ikan Lele Dumbo

Ikan lele tersebar luas di Benua Afrika dan Asia, terutama diperairan

tawar. Di beberapa Negara seperti di Filipina, Thailand, Indonesia, Laos,

Kamboja, Vietnam, Birma, dan India telah diternakkan. Di Indonesia, ikan lele

secara alami terdapat di Kepulauan Sunda Besar maupun Sunda Kecil (Suyanto,

2007).

II.3. Habitat dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo

Habitat atau tempat hidup ikan lele dumbo adalah air tawar. Air yang baik

untuk pertumbuhan ikan lele dumbo adalah air sungai, air sumur, air tanah, dan

mata air. Namun, lele dumbo juga dapat hidup dalam kondisi air yang kurang baik
25

seperti di dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen yang rendah. Hal

tersebut sangat dimungkinkan karena lele dumbo memiliki insang tambahan yaitu

arborescent atau juga biasa disebut dengan labyrinth. Alat ini memungkinkan lele

dumbo untuk hidup didarat, asalkan udara di sekitarnya memilki kelembapan

yang cukup.

Salah satu sifat dari lele dumbo adalah suka meloncat ke darat, terutama

saat malam hari. Hal ini karena lele dumbo termasuk hewan nocturnal, yaitu

hewan yang lebih aktif dalam beraktivitas dan mencari makan pada malam hari.

Sifat ini juga membuat lele dumbo lebih menyenangi tempat yang terlindung atau

gelap. Dilihat dari makanannya, lele dumbo termasuk hewan karnivora atau

pemakan daging. Pakan alami lele dumbo adalah cacing, kutu air, dan bangkai

binatang. Lele dumbo sangat agresif dalam memangsa makanan, karena apapun

yang diberikan pasti akan dilahapnya. Hal itulah yang membuat lele dumbo sangat

cepat pertumbuhannya. Dialam bebas, lele dumbo melakukan perkawinan pada

bulan Oktober-April, yakni saat musim hujan berlangsung. Saat itu, air hujan

banyak menggenang. Kondisi ini memicu lele dumbo untuk mencumbui

pasangannya (Bachtiar, 2006).

II.4. Kebiasaan Makan

Lele dumbo memiliki kebiasaan mencari makan di dasar perairan (bottom

feeder) sehingga jangan heran bila air kolam tampak keruh. Bahkan tidak jarang

pematang dibongkar dan dibolongi hanya untuk mencari makan. Ditinjau dari

jenis makanannya, lele merupakan jenis ikan karnivora (pemakan daging). Jenis

makanannya berupa cacing, kutu air, dan terkadang bangkai binatang. Oleh sebab
62

itu pakan tambahan seperti pellet sebaiknya banyak mengandung protein hewani

dibanding nabati (Prihartono at all, 2000).

II.5. Pertumbuhan

Berdasarkan hasil pengamatan, laju pertumbuhan ikan lele sebesar 1,25%

per hari apabila diberi pakan yang emgandung protein 45% dan energi 3.000

kkal/kilogram pakan. Dikolam tergenang, pemberian pakan buatan asal pabrik,

ikan lele dumbo dapat tumbuh mencapai 300 gram dari berat awal ±30 gram

dalam waktu 2 bulan. Sedangkan ikan lele dumbo yang dipelihara dalam keramba

jarring apung (KJA) dengan padat tebar 50 ekor/m 3 dapat mencapai berat 16

kilogram (Nurhakim, 2018).

II.6. Perkembangbiakan

Ikan lele mencapai kedewasaan setelah berukuran 100 gram atau lebih.

Jika sudah masanya berkembang biak, ikan jantan dan betina saling berpasangan.

Pasangan tersebut lalu mencari tempat yakni lobang yang teduh dan aman untuk

bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira-kira 20-30 cm dibawah

permukaan air. Ikan lele tidak membuat sarang dari suatu bahan (jerami atau

rumput-rumputan) seperti ikan gurami, tetapi hanya meletakkan telurnya diatas

dasar lubang sarangnya tersebut.

Pada perkawinannya induk betina melepaskan telur secara bersamaan

waktunya dengan jantan melepaskan sperma di dalam air. Setelah terjadi

pembuahan didalam air telur dijaga oleh induk betina sampai menetas dan cukup

kuat untuk berenang. Sementara itu induk jantan meninggalkan sarang dan tidak

menghiraukan anak-anaknya setelah perkawinan.


72

Seekor induk betina dapat menghasilkan 1.000-4.000 butir telur sekali

memijah. Dalam tempo 24 jam setelah perkawinan, telur akan menetas. Selama

tujuh sampai sepuluh hari anak ikan lele dijaga oleh induknya sampai burayak

cukup kuat meninggalkan sarangnya.

Biasanya ikan lele memijah pada sore hari saat musim hujan. Lain halnya

di kolam pemeliharaan, ikan lele dapat memijah sepanjang tahun. Hal ini mungkin

disebabkan oleh keadaan kolam yang dapat dialiri air baru setiap saat. Namun ,

tanpa dialiri airpun ikan lele dapat juga memijah di kolam, tetapi frekuensinya

tidak begitu sering (Suyanto, 2007).

II.7. Perbedaan Lele Jantan Dan Betina

Jika diamati secara teliti, akan tampak perbedaan antara lele jantan dan

betina. Berikut ini beberapa perbedaannya dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Perbedaan Jantan Dan Betina Ikan Lele Dumbo

Jantan Betina
Warna badan/tubuh lebih gelap Warna badan/tubuh lebih cerah
Bentuk badan ramping apabila bagian Bentuk perut gendut dan apabila
perut diurut akan mengeluarkan sperma diraba terasa lembek
Bentuk kepalanya lebih datar atau pipih Bentuk kepalanya lebih cembung
Alat kelamin berbentuk bulat
Alat kelamin tampak meruncing
menonjol dan berlubang
Gerak
Gerakannya lebih lamban
annya aktif/gesit
Sumber: AgroMedia (2000)

Gambar 2. Perbedaan Jantan dan Betina Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
2

III. PEMBAHASAN

Teknik Pemijahan Ikan Lele Dumbo

III.1. Teknik Pemijahan

Teknik pemijahan merupakan proses perkawinan yang terjadi antara

indukan jantan dan indukan betina yang mengeluarkan sel sperma dan sel telur

dan terjadi diluar tubuh ikan (eksternal). Umumnya pemijahan dalam usaha

pembenihan dilakukan yaitu untuk melestarikan dan mendapatkan benih unggul

yang nantinya dapat memiliki harga jual, sedangkan untuk usaha pembesaran

pemijahan dilakukan untuk mendapatkan calon indukan baru yang lebih

berkualitas (Khairuman, 2002).

III.2. Pemeliharaan Induk

Pemeliharaan induk ikan lele dilakukan secara terpisah antara induk ikan

lele jantan dan induk ikan lele betina. Pemisahan induk ikan lele tersebut

bertujuan untuk memudahkan pengontrolan, pengelolaan, dan yang paling utama

adalah untuk menghindari terjadinya pemijahan liar atau diluar kehendak

pembudidaya. Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan induk ikan lele berupa

kolam semen dengan ukuran 3x5 m. pada salah satu sisi kolam dibuat saluran atau

pintu masuk air (inlet) pada sisi lain secara bersebrangan dipasang saluran

pengeluaran air (outlet). Pada pintu masuk dan saluran pembuangan dipasang

penyaring agar ikan lele tidak keluar dari kolam.

Kepadatan penebaran induk ikan lele di kolam pemeliharaan induk ini

antara 4-5 kg/m2. Ketinggian air kolam juga diatur sedemikian rupa hingga

dicapai ketinggian stabil 60-75 cm. untuk menjaga kualitas air digunakan air yang
29

telah melalui tahap penyaringan dengan menggunakan biofilter. Debit air yang

masuk dijaga slalu stabil antara 20-25 liter/menit sehingga suplai oksigen terlarut

dalam air tetap optimal.

Manajemen pemberian pakan induk diatur sedemikian rupa agar pakan

yang diberikan memadai kualitas dan kuantitasnya. Setiap hari induk diberi pakan

buatan (pellet) dengan kadar protein tinggi (≥30%) agar diperoleh kematangan

induk yang memadai. Dodis pakan yang diberikan sebanyak 3-5% per hari dari

bobot induk yang dipelihara. Frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari yaitu

pada pagi, sore, dan malam hari (ariyanti at all, 2015).

III.3. Seleksi Induk Matang Gonad

Seleksi induk ikan lele perlu dilakukan untuk memastikan bahwa induk

ikan lele yang akan dipijahkan telah benar-benar siap. Salah satu persyaratan

utama yang harus dipenuhi untuk memijahkan induk ikan lele dengan teknik

pemijahan semi alami adalah induk ikan lele baik jantan maupun betina telah

mencapai umur 12 bulan atau 1 tahun. Saat melakukan seleksi, induk ikan lele

ditangkap dengan hati-hati. Cara penagkapan nduk ikan lele yang dapat dilakukan

adalah dengan menyurutkan air kolam, sehingga induk-induk ikan lele tersebut

berkumpul dikamalir atau kobakan. Kemudian induk ikan lele tersebut ditangkap

menggunakan seser dan dimasukkan ke dalam ember atau wadah yang telah

disiapkan. Induk yang lolos seleksi atau masuk kriteria telah siap memijah

dimasukkan dalam kolam pemijahan.beberapa ciri-ciri umum induk ikan lele yang

siap memijah antara lain dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Ciri-Ciri Induk Matang Gonad

No. Induk Jantan Induk Betina


1 Alat kelamin tampak jelas dan Bagian perut tampak membesar kea rah
210

lebih runcing. anus dan jika diraba terasa lembek.


2 Warna tubuh agak kemerah- Lubang kelamin berwarna kemerahan
merahan. dan tampak agak membesar.
3 Tubuh relative lebih ramping. Jika bagian perut secara perlahan diurut
kearah anus, akan keluar beberapa butir
telur berwarna kekuning-kuningan dan
ukurannya relative besar.
4 Pergerakan gesit dan lincah. Pergerakannya lamban dan jinak.
Sumber: Ariyanti at all, 2015.

Gambar 3. Induk Lele Dumbo Jantan dan Betina Matang Gonad

III.4. Pemberokan

Pemberokan adalah tahapan dalam pemijahan yang dilakukan dengan cara

dipuasakan saat induk ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan (Mahyuddin

dalam Kurnia, 2016). Pemberokan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan

atau mengurangi stress pada induk saat proses pemilihan induk sebelum dilakukan

pemijahan. Pemberokan juga dilakukan untuk memastikan agar iduk benar-benar

siap dipijahkan dan tidak dalam kondisi sakit, sebab siap atau tidaknya induk

memijah akan menentukan jumlah dan kualitas telur yang dihasilkan. Pemberokan

dilakukan selama 24 jam dengan kondisi indukan lele tidak diberi pakan atau

dipuasakan dengan tujuan untuk membuang kotoran dan mengurangi kandungan

lemak dalam gonad sehingga diperoleh telur dengan kualitas yang baik. Menurut

Mahyuddin (dalam Kurnia, 2016), apabila perut induk betina menjadi kempes
2
11

setelah diberokkan, menunjukkan bahwa buncitnya perut induk bukan karena

adanya telur tetapi karena pakan.

III.5. Persiapan Wadah Pemijahan

Wadah yang digunakan untuk pemijahan adalam kolam tanah, bak semen,

atau fiber, maupun kolam terpal yang berukuran 2x1,2x0,8 m untuk 1 pasang

induk. Sebelum wadah digunakan maka terlebih dahulu wadah harus dibersihkan

agar tidak ada lumut atau kotoran yang menempel. Setelah bersih wadah tersebut

diairi dengan kedalaman 40-50 cm. wadah pemijahan ditutup menggunakan jaring

agar induk tidak melompat keluar dari wadah pemijahan karena biasanya induk

jantan akan mengejar induk betina dalam proses pemijahan (pada pemijahan semi

alami). Siapkansubstarat untuk tempat menempelnya telur ikan lele, substrat yang

biasa digunakan adalah kakaban yang terbuat dari ijuk dan dijepit dengan bilah

bamboo atau pipa. Ukuran kakaban biasanya 1,2x0,45 m. satu pasang induk

dalam 1 bak biasanya memerlukan 4 buah kakaban. Peletakan kakaban membujur

dan seluruh kakakban ditenggelamkan di dasar wadah pemijahan dengan cara

diberi pemberat (Alviani, 2017).

3.6. Zat Perangsang Pemijahan

1. Menggunakan Ekstrak Kelenjar Hypofisa

Menurut Ahmad (2018), kelenjar hypofisa yang satu jenis dengan ikan

recipient yang paling efisisen dibandingkan dengan kelenjar hypofisa yang

bersifat universal (kelenjar hypofisa ikan mas). Adapun cara pengambilan

hypofisa ikan adalah sebagai berikut:

 Ikan donor ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui apakah

bobotnya sesuai dengan bobot induk. Ikan door sebaiknya memiliki


2
12

bobot kurang lebih sama dengan ikan resipien (ikan yang diberi donor)

(Alviani, 2017).

 Memotong kepala ikan donor menggunakan pisau yang tajam didepan

sirip punggung dalam kedudukan horizontal, kemudian kepala ikan

yang sudah terpotong dihadapkan keatas lalu dipotong secara vertical

dari atas lubang hidung kebawah. Kelenjar hypofisa terletak di bawah

otak besar berwarna putih.

 Kelenjar hypofisa diangkat menggunakan pinset kemudian dimasukkan

kedalam penggerus dan ditambah akuades sebanyak 1-2 cc.

 Larutkan hypofisa secara homogen (hancur) lalu diamkan selama 5-10

menit, setelah itu larutan diambil menggunakan spuit dan kelenjar

hypofisa siap diinjeksikan pada induk yang akan dipijahkan (recipient).

 Dosis pemberian hypofisa paling baik adalah 1 bagian untuk induk

betina dan ½ bagian untuk induk jantan. 1 bagian artinya seluruh

hypofisa yang berasal dari ikan donor dengan bobot yang sama dengan

induk.

Gambar 4. Pengambilan Hypofisa Ikan


2
13

2. HCG (Human Choirionic Gonodotropin)

Pada prinsipnya HCG memiliki fungsi yang sama dengan kelenjar

hypofisa. Salah satu jenis hormon HCG yang banyak digunakan dalam pemijahan

ikan lele adalah ovaprim. Dosis penggunaan ovaprim adalah 0,5 ml/kg bobot

induk. Misalnya bobot induk 700 gram maka dosis yang diberikan adalah 0,7 kg x

0,5 ml/kg= 0,35 ml. Penggunaan ovaprim dapat juga dengan dilarutkan dengan

larutan chloride 0,9% akuades atau akuabides. Misalnya untuk induk dengan

bobot total 1o kg terdiri dari 12 induk diperlukan ovaprim sebanyak 0,5 ml/kg x

10 kg= 5 ml. untuk setiap kg induk diperlukan cairan campuran sebanyak 4 ml/kg

x 10 kg= 40 ml. maka jumlah larutan campuran yang diperlukan adalah 40 ml-5

ml= 35 ml (Alviani,2017).

Gambar 5. Ovaprim

3.7. Pemijahan Semi Alami

Teknik pemijahan ini

memiliki metode yang hampir

sama teknik pemijahan

buatan, dimulai dengan cara

merangsang indukan betina

dengan menggunakan

tambahan suntikan kelenjar hipofisa atau suntikkan hormon jenis ovaprim

kemudian dipijahkan alami dalam satu kolam khusus pemijahan. Perbedaan

pemijahan semi alami dengan pemijahan buatan yaitu terdapat pada proses setelah
14

melakukan penyuntikkan hormon, kemudian indukan jantan dan betina diletakkan

kedalam kolam pemijahan hingga proses pembuahan selesai dan telur menempel

pada kakaban yang telah disediakan. Sedangkan pada proses pemijahan buatan

dilakukan dengan mengambil sel sperma indukan jantan dan sel telur indukan

betina kemudian proses dilakukan diluar kolam pemijahan atau diwadah khusus

sampai proses pembuahan selesai kemudian ditebar kedalam kolam pemijahan

hingga telur menetas (Susanto, 2011).

15

Gambar 6. Pemijahan Semi Alami


3.8. Pemijahan Buatan

Teknik Pemijahan Buatan yaitu dilakukan dengan cara merangsang

indukan betina dengan menggunakan tambahan suntikan hormon seperti ovaprim


2

untuk mempercepat matangnya gonad, kemudian dipijahkan secara buatan. Pada

pemijahan buatan, induk betina dan jantan yang digunakan adalah dengan

perbandingan 1 : 1 (sel telur dari 1 kg indukan betina dapat dibuahi dengan

sperma dari indukan jantan 1 kg) dan dilakukan diluar kolam pemijahan. Metode

pengambilan sperma indukan jantan yaitu dengan melakukan pembedahan

dimulai dari bagian anus hingga kebelakang insang dan dipotong secara vertikal

tepat dibelakang insang sehingga ikan terpisah antara badan dan kepala (Susanto,

2011). Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Hernowo (dalam Susanto 2011)

pengambilan kantung sperma dengan cara pembedahan pada indukan jantan

dimulai dari anus dengan menggunakan garis diagonal seperti huruf “Y”.

Kantung sperma berjumlah 2 buah kemudian dipotong dan diencerkan

dengan menggunalkan Nacl sebanyak 50 ml. Cairan sperma hanya dapat

digunakan dalam jangka waktu kurang lebih 2 menit. Hal ini sesuai dengan

pendapat menurut Gusrina (2008) bahwa sperma yang telah dihaluskan hanya

dapat bertahan kurang lebih 1 menit dan cairan berwarna keruh. Metode

pengambilan sel telur indukan betina yaitu dengan menggunakan teknik

Streeping/Pengurutan, dilakukan setelah 24 jam penyuntikkan hormon.

Teknik pengurutan dilakukan dengan cara mengurut perut dari arah kepala

ke arah lubang genital sampai dapat dirasakan sel telur telah habis. Setelah proses

Streeping kemudian melakukan penghitungan fekunditas telur yang dihasilkan

dengan cara menimbang berat indukan betina sebelum proses Streeping dikurangi

berat setelah proses Streeping. Setelah itu melakukan pembuahan dengan cara

mencampurkan sel sperma dan sel telur pada wadah yang telah disiapkan.

Pembuahan berlangsung cepat karena sperma hanya aktif bergerak dan bertahan
16

hidup kurang lebih satu menit setelah terkena air. Setelah itu telur yang telah

dibuahi ditebar secara merata pada kolam khusus pemijahan hingga proses

penetasan telur terjadi (Susanto, 2011).

Gambar 7. Pemijahan Buatan

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
2

Setelah menyusun makalah ini, maka dapat kami simpulkan.

1. Pemijahan semi alami pada ikan lele adalah pemijahan yang melibatkan

manusia dalam pemijahan. Dengan memberikan rangsangan hormon

untuk mempercepat kematangan gonad serta uvulasinya dilakukan

secara buatan dengan teknik pengurutan. Kemudian menyiapkan wadah

pemijahan, seleksi indukan yang unggul, dan menetaskan telur.

2. Pemijahan buatan pada ikan lele adalah pemijahan yang melibatkan

manusia dengan cara menyuntikan hormon perangsang. Selain

menyuntikan hormone, pembudidaya juga melakukan treatment

pengurutan indukan betina atau biasa disebut dengan stripping.

IV.3. Saran

Manusia tidak luput dari kesalahan dan khilaf. Barangkali hanya ini yang

dapat kami sampaikan, jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak-pihak

tertentu kami meminta kritik dan sarannya. Kritik dan sarannya sangatlah penting

untuk penginstropeksikan diri melengkapi makalah ini, kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
2

Ahmad, Nasir. 2018. “ Efisiensi Kelenjar Hypofisa Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Dan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Terhadap Pemijahan Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Agroqua. 16-1/10-14.

Alviani, Puput. 2017. Cara Sukses Budidaya Ikan Lele.Yogyakarta: Bio Genesis.

Ariyanti, R.W at all. 2015. “IbM Kelompok Pembenihan Lele Di Kecamatan


Sawit Kabupaten Boyolali”. Jurnal. 17-1/45-61.

Bachtiar, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. Tangerang: PT
Agromedia Pustaka.

Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes. W. B. Saunders Company, Philadelphia.

Herwono dan S. R. Suyanto. 2004. Pembenihan dan Pembesaran Lele di


Pekarangan, Sawah dan Longyam. Jakarta: Penebar Swadaya.

Khairuman dan Amri,K. 2002. Budidaya Ikan Di Sawah. Jakarta: Agromedia


Pustaka.

Kurnia, Halida. 2016. “Teknik Pembenihan Ikan Lele Masamo (Clarias sp)
Dengan Metode Clear Water Di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) Karawang Jawa Barat: Universiatas Airlangga.
Suarabaya.

Nurhakim, Iman Yusnu. 2018. Panen Melimpah Budidaya Lele Di Kolam Terpal
Solusi Beternak Dilahan Sempit. Yogyakarta: Yusnu Publisher.

Prihartono, Eko at all. 2000. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Lele Dumbo.
Yogyakarta: Niaga Swadaya.

Suyanto, S Rachmatun, 2007. Budi Daya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.

Susanto, H. 2011. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis.Jakarta: Penebar Swadaya.

Tim AgroMedia. 2000. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. AgroMedia.

Anda mungkin juga menyukai