Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013

VARIASI MORFOMETRIK BEBERAPA JENIS LAMUN DI PERAIRAN


KELURAHAN TONGKEINA KECAMATAN BUNAKEN

(Morphometric Variation of the Different Types Seagrass in Bunaken Waters,


Subdistrict Bunaken, Tongkeina)

Billy T. Wagey1*, Webi Sake1


1
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado
*e-mail : bwagey@yahoo.com; ORCID NO. 0000-0002-7059-8701

Research on morphometric variation seagrass communities in the waters of Bunaken,


Tongkeina was done on December 18, 2012. The purposes of this study are to collect data and
information about community morphometric variation of seagrass beds. Observation of seagrass in
the field includes the identification of the types of seagrass, calculate morphometric variation of
using image-J and measure oparameter range of light intensity and temperature. The result showed
that seagrass ecosystems in Bunaken Tongkeina is belong into the mix type seagrass bed
(multispesific bed), with the discovery of four species of seagrass; Halophila ovalis, Thallasia
hemprichii, Syringodium Enhalus acoroides and Syringodium isoetifolium. Moreover, it was found
that each species has a morphometric variations that could be clasified into the common range
species concerned.

Keywords : Morphometric, seagrass, Hobo loggers, Image-J, Tongkeina

Penelitian mengenai variasi morfometrik komunitas padang lamun di perairan kelurahan


Tongkeina kecamatan Bunaken tanggal 10-18 Desember 2012. Tujuan penelitian ini untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai variasi morfometrik komunitas padang lamun.
Pengamatan lamun di lapangan meliputi identifikasi jenis-jenis lamun, menghitung variasi
morfometrik masing masing jenis dengan menggunakan image-J dan mengukur oparameter
lingkungan terutama intensitas cahaya dan temperatur. Keadaan Ekosistem Padang Lamun di
Perairan Kelurahan Tongkeina kecamatan Bunaken tergolong pada tipe campuran (multispesific
bed), dengan ditemukannya 4 spesies lamun antara lain Halophila ovalis, Thallasia hemprichii,
Enhalus acoroides dan Syringodium isoetifolium. Setiap species memiliki variasi morfometrik yang
masih kisaran umum species yang bersangkutan.

Kata kunci : Morfometrik, lamun, Hobo loggers, Image-J,Tongkeina

PENDAHULUAN atau goba yang dasarnya berupa lumpur,


pasir, kerikil dan patahan karang mati
Lamun (seagrass) atau disebut dengan kedalaman sampai 4 m. Dalam
juga ilalang laut, adalah satu-satunya perairan yang jernih, beberapa jenis
kelompok tumbuhan hidup di perairan lamun bahkan ditemukan tumbuh sampai
laut dangkal hingga pada kedalaman 50 kedalaman 8 – 15 m dan 40 m (Den
– 60 m, bahkan mencapai 90 m, namun Hartog, 1970; Nybakken, 1988; Dahuri,
melimpah di daerah pasang surut. 2003 dan Kordi, 2011).
Lamun tumbuh subur pada daerah Lamun tumbuh padat membentuk
terbuka pasang surut dan perairan pantai padang, sehingga dikenal sebagai

36
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013

padang lamun (seagrass bads). Lamun lingkungan seperti; salinitas, dan


dapat tumbuh membentuk padang lamun temperatur, serta intensitas cahaya
dengan kepadatan mencapai 4.000 dengan menggunakan Hobo pendant
tumbuhan per m2 dan mempunyai loggers.
Biomassa tetap sebesar 2 kg/ m2.
Padang lamun dapat membentuk
vegetasi tunggal, tersusun atas satu jenis METODE PENELITIAN
lamun yang tumbuh membentuk padang
lebat, sedangkan vegetasi campuran Tempat dan Waktu Penelitian
terdiri dari 2-12 jenis lamun yang tumbuh Pengumpulan data dilaksanakan di
bersama-sama pada satu substrat. Kelurahan Tongkeina kecamatan
Spesies lamun yang biasanya tumbuh Bunaken kota Manado Provinsi Sulawesi
dengan vegetasi tunggal adalah Utara pada tanggal 10-18 Desember
Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, 2012. Penelitian ini dilaksanakan di
Halophila ovalis, Halodule uninervis, Perairan Kelurahan Tongkeina
Cymodocea serrulata, dan Kecamatan Bunaken Kabupaten Manado
Thalassodendrom ciliatum (Dahuri, 2004, dan berlangsung selama 4 bulan.
dan Kordi, 2011). Kegiatan penelitian meliputi pengambilan
Penelitian pada ekosistem padang data di lapangan, pengumpulan sampel
lamun dimana banyak terjadi kegiatan dan penanganan sampel. Penanganan
atau aktivitas pemanfaatan oleh manusia sampel dilaksanakan di Laboratorium
sangat terbatas. Dengan adanya Biologi Kelautan.
penelitian ini diharapkan dapat Perairan Desa Tongkeina termasuk
memperoleh gambaran mengenai dalam kawasan wilayah kecamatan
morfologi dan ekosistem padang lamun Bunaken (Gambar 2), memiliki luas area
di daerah pemanfaatan seperti di padang lamun sekitar 2-5 ha. Dalam
kelurahan Tongkeina Kecamatan praktek kerja lapang ini titik pengamatan
Bunaken; sehingga dapat dijadikan dibagi menjadi 2 stasiun yakni Stasiun I
sebagai informasi awal bagi penelitian pada titik (1034’22,70” LU – 124048’”
selanjutnya yang berhubungan dengan BT), dan Stasiun II (1023’12.9” LU –
morfometrik lamun di perairan Sulawesi 124032’32.2” BT). Stasiun I dicirikan
Utara. Didasarkan pada pentingnya sebagai daerah di dekat pantai yang
keberadaan ekosistem lamun di perairan banyak dipengaruhi oleh daratan.
pantai maka pengetahuan mengenai sedangkan stasiun II adalah wilayah
morfologi lamun perlu dipelajari baik yang mendekati ekosistem terumbu
untuk kepentingan ilmiah maupun karang dengan asumsi wilayah ini lebih
kepentingan pengetahuan lamun itu didominasi oleh pengaruh arus laut.
sendiri sebagai bahan informasi dengan
cara teknik pengukuran morfologi lamun Pengambilan Sampel
dengan menggunakan image-J. Tujuan Pengambilan sampel
dilakukannya penelitian ini, yakni: menggunakan metode jelajah, sampel
mengidentifikasi jenis lamun (seagrass) langsung dikumpulkan, dicuci dengan air
yang ditemukan di wilayah perairan laut dan dimasukkan ke dalam kantung
Sulawesi Utara, mengukur variasi plastik sampel. Saat pengambilan
morfologi lamun dengan mengunakan sampel dilakukan, posisi diplot dengan
software Image-J, mendeskripsikan menggunakan GPS. Kemudian dengan
habitat dan distribusi species dan biota menggunakan pisau, sampel lamun
yang berasosiasi pada ekosistem padang diambil dan dimasukkan dalam plastik
lamun, serta mengukur parameter sampel yang sudah diberi label. Untuk

37
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

mengukur morfometrik, sampel lamun difoto satu per satu menggunakan


diambil dari dalam dkuadrat. Sampel kamera digital. Selanjutnya dengan
yang sudah terkumpul dibawa ke darat, menggunakan buku identifikasi dari den
kemudian dibersihkan kotorannya Hartog (1970); Menez et al, (1983);
menggunakan air laut dan diberi alkohol Calumpong & Menez (1997); Short &
70 % untuk menjaga agar sampel tidak Cole (2001); Kuo and den Hartog (2001);
rusak. Waycott et al.,(2004), sampel
Sampel yang telah diperoleh (20 diidentifikasi kemudian dicatat sampai
individu per species) kemudian dibawa tingkatan spesies.
ke Laboratorium untuk diidentifikasi lebih
lanjut. Informasi mengenai temperatur Perhitungan Variasi Morfometrik
dan intensitas cahaya diperoleh dengan Perhitungan variasi morfometrik
menggunakan alat Hobo Pendant dari lamun dilakukan secara visual
Logger. Alat ini diletakkan pada dua titik dengan melihat kenampakan luarnya.
di lokasi PKL, pertama di perairan yang Pengukuran dilakukan dengan
dekat pantai dan kedua di perairan yang menggunakan software Image_J..
dekat coral reef. Adapun alat ini Bagian yang diukur mencakup panjang
diletakkan kurang lebih selama satu hari, daun (a1, a2…..an), lebar daun (b1, b2,…bn-
kemudian diambil untuk ditransfer data ), panjang batang (c1, c2,…cn), panjang
yang telah terekam, Salinitas diukur akar (d1, d2,…dn) dan panjang rhizoma
dengan menggunakan hand (e). Dari hasil tersebut dapat dihitung
refractometer. jumlah helaian daun pada setiap tegakan
lamun dan rata-rata variasi morfometrik
Analisis Data dari masing-masing spesies (Wagey,
Analisis data dari sampel yang 2011)
sudah diperoleh mencakup beberapa
tahapan,yaitu :
Mengukur Parameter Lingkungan
Identifikasi Sampel Parameter lingkungan yang
Sampel lamun yang dibawa ke dihitung mencakup salinitas, temperatur,
Laboratorium Biologi Kelautan kemudian intensitas cahaya. Alat yang digunakan

38
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013

yaitu Hobo Pendant Logger oval atau oblong, dengan ujung daun
(SeagrassNet), dengan cara meletakkan atau apeks bulat. Pada setiap tegakan
alat ini pada dua titik berbeda, yaitu di ditemukan sepasang tunas yang disebut
titik dekat pantai Stasiun 1 (shallow) dan lutsinar, yang terdapat pada pangkal
yang satu lagi di tempat yang titiknya (node) yang terletak diantara batang dan
dekat terumbu karang Stasiun 2 (deep). rhizoma. Panjang rhizoma 0,2 – 3,2 cm
Alat ini diletakkan untuk mengetahui sedangkan panjang lutsinar ini yaitu
fluktuasi temperatur dan intensitas berkisar antara 0,2 – 0,6 cm. Panjang
cahaya pada lokasi penelitian pada daun yang dimiliki H.ovalis berkisar
kisaran waktu yang sudah ditentukan antara 0,3 – 2,7 cm dengan lebar daun
Pengukur salinitas menggunakan 0,5 – 1,6 cm. Jumlah tulang daun (cross
hand refraktometer berketelitian 1‰, di vein) yakni 5 – 20. Selain itu H. ovalis ini
mana pengukuran ini dilakukan sebanyak juga memiliki tangkai daun (petiolate)
tiga kali pada setiap stasiun. dengan panjang antara 0,1 – 4,1 cm dan
akar 0,2 – 5,3 cm. Pada Gambar 4
diperlihatkan karakteristik kunci dari
HASIL DAN PEMBAHASAN spesies H. ovalis.

1. Lamun (Seagrass)
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di perairan Desa Tongkeina
Kecamatan Bunaken Kota Manado
ditemukan 4 spesies lamun, sehingga
wilayah perairan ini dikategorikan
ekosistem padang lamun yang bertipe
campuran. Setelah diidentifikasi jenis
lamun tersebut antara lain Halophila
ovalis, Thalassia hemprichii, Enhalus
acoroides, Syringodium isoetifolium.
Keanekaragaman jenis pada lokasi
penelitian ini hampir sama dengan jenis
yang terdapat di beberapa perairan di Gambar 2. Halophila ovalis
Semenanjung Minahasa, antara lain: Ket. : (a) daun, (b) batang, (c) akar, (d)
perairan Arakan Wawontulap (4 species) nod dan (e) lutsinar
perairan Tandurusa (4 spesies), Kema II
(3 spesies), Mokupa (4 spesies) dan b. Thalassia hemprichii
Sapa (2 spesies). (Peuru, 2005) (Merly Lamun jenis ini memiliki
2012). Dari hasil tersebut diatas dapatlah karakteristik bentuk daun seperti tali
dikatakan bahwa ekosistem padang (strap-like) yang melengkung, bagian
lamun perairan Tongkeina tergolong apeks bulat, berwarna hijau gelap
pada tipe ekosistem campuran dengan jumlah helai dalam satu tegakan
(multyspesific bed). yaitu 2 – 5 helai. Pada daun juga dilapisi
Berikut ini akan dibahas masing – dengan upih yang berwarna putih
masing spesies berdasarkan karakteristik kecoklatan yang terhubung sampai
dan ukuran morfologinya. bagian batang, batang tegak dengan
ukuran panjang antara 3,0 – 8,6 cm.
a. Halophila ovalis Selain itu panjang daun T. hemprichii ini
Karakteristik dari lamun jenis ini berkisar antara 0,5 – 15,5 cm dan lebar
memiliki sepasang daun yang berbentuk 0,3 – 1,1 cm.

39
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013

Selain itu C. rotundata memiliki daun


yang lebih tipis dengan lebar daun yang
lebih kecil, lebar daun berkisar antara
0,2 – 0,6 cm, sedangkan panjang daun
berkisar antara 0,6 – 19,0 cm dengan
jumlah helaian dalam satu tegakan yakni
2 – 4 helai. Bagian ujung daun yang
berbentuk bulat dan agak tajam. Bagian
batang jenis ini memiliki panjang yakni
berkisar antara 0,5 – 5,5 cm. Adapun
panjang rhizome berkisar antara 0,8 –
8,9 cm. Akar yang tumbuh tidak
beraturan dan terletak di bawah node
memiliki ukuran panjang antara 1,9 –
Gambar 3. Thalassia hemprichii 13,6 cm.
Ket. : (a) daun, (b) batang, (c) akar, (d)
rhizoma c. Enhalus acoroides
Spesies ini adalah spesies yang
Rhizoma ukurannya berkisar antara paling umum, banyak ditemukan, sangat
0,8 – 6,0 cm, berwarna putih agak merah mudah dikenali dan berukuran lebih
muda pucat serta terdapat semacam besar jika dibandingkan dengan jenis
parutan (scars) berwarna hitam. Adapun lamun lainnya. Spesies ini ditemukan
akar yang tumbuh pada bagian bawah pada seluruh titik pada stasiun
rhizoma ini memiliki panjang bervariasi pengamatan. Karakteristik dari lamun
yakni 0,3 – 15 cm. Lebih jelas lagi jenis ini yaitu memiliki daun yang tebal,
ditampilkan seperti pada Gambar 3. bentuk daun memanjang seperti pita
Perbedaan spesies (strap-like) dengan apeks berbentuk
T. hemprichii di perairan Tongkeina bulat. Pada Gambar 4 terlihat salah satu
dengan beberapa desa di perairan spesies lamun yang teridentifikasi
Semenanjung Minahasa yaitu terlihat dari sebagai Enhalus acoroides. Spesies ini
jumlah helaian daun. Dimana memiliki 3 – 5 helai daun dalam satu
T. hemprichii di perairan Tongkeina
memiliki 2 – 5 helai daun, sedangkan di
lokasi lain di Semenanjung Minahasa
menurut Peuru (2005), jumlah helaian
daun berkisar antara 2 – 6 helai. Selain
jumlah helaian, ukuran daun baik
panjang maupun lebar yang dimiliki oleh
spesies T.hemprichii (0,5-15,5 cm dan
0,3-1,1 cm) pada lokasi praktek lapang
berbeda dengan yang ditemukan di
Filipina yaitu 7 – 40 cm dan 0,4 – 1 cm
(Menez, dkk., 1983). Spesies ini jika
dilihat sekilas, memiliki kesamaan
dengan spesies Cymodocea rotundata.
Karakteristik yang membedakan antara
T. hemprichii dengan C. rotundata yakni
pada rhizoma dari T. hemprichii yang Gambar 4. Enhalus acoroides
lebih tebal dan terdapat parutan (scars).

40
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013

Ket. : (a) daun, (b) batang dan pelepah, Kuo & Hartog (2001) S. isoetifolium
(c) rhizoma, (d) akar, (e) sabut hitam memiliki 2 – 3 daun setiap node dan
tegakan dengan ukuran panjang daun berdiameter 1 – 2 mm, sehingga spesies
berkisar antara 2,0 – 54,3 cm dan lebar ini jelas memiliki kemiripan dengan
antara 0,6 – 1,5 cm. Rhizoma berukuran spesies yang telah diidentifikasi.
antara 1 – 8,3 cm, pada bagian ini juga Selanjutnya Peuru (2005)
diselubungi oleh sabut tebal berwarna mengungkapkan panjang daun
hitam, selain itu terdapat akar-akar S.isoetifolium 14 – 15 cm dengan
berwarna putih kecoklatan yang diameter 0,08 – 0,1 cm, hasil ini tidak
berukuran 1 – 27,7 cm. berbeda jauh dengan hasil pengukuran
yang dilakukan pada sampel
d. Syringodium isoetifolium S. isoetifolium di perairan Desa
Karakteristik dari lamun jenis ini Tongkeina. Sedangkan spesies yang
yaitu daunnya berujung runcing, sama yang ditemukan di Filipina panjang
berbentuk silinder berjumlah 1 – 2, daunnya mencapai 25 cm dengan lebar
berukuran panjang antara 0,5 – 18,0 cm daun 0,10 – 0,25 cm (Menez, dkk.,
dengan diameter 0,1 – 0,2 cm. Antara 1983).
daun dan rhizoma terhubung oleh batang Keempat spesies lamun di atas
yang agak keras dengan panjang yang telah berhasil diidentifikasi memiliki
berkisar antara 1,0 – 5,0 cm. Dari bagian perbedaan baik dari bentuk maupun
pangkal daun sampai batang diselubungi ukuran. Adapun bagian yang diukur
oleh upih yang berwarna panjang dan lebarnya antara lain pada
putih kecoklatan. Akar tumbuh di bagian bagian daun (a,b), batang(c), akar (d)
bawah pangkal yaitu antara batang dan dan rhizoma (e). Lebih jelas perbedaan
rhizoma atau disebut juga node. Panjang morfologi tersebut ditunjukkan pada
rhizoma dan akar berkisar antara 0,4 – Tabel 1.
9,0 cm dan 0,8 – 6,4 cm. Karakteristik
dari S. isoetifolium ini lebih jelas terlihat 2. Parameter Lingkungan
pada Gambar 5. Parameter lingkungan merupakan
hal yang penting dalam menunjang
keberadaan ekosistem padang lamun
termasuk di dalamnya biota yang
berasosiasi. Perairan Tongkeina memiliki
salinitas antara 30 – 33 ‰. Selanjutnya
untuk pengukuran temperatur dan
intensitas cahaya dilakukan dengan
menggunakan alat Hobo Pendant logger
dari SeagrassNet yang ditempatkan
pada satu titik. Hasil pengukuran
diperoleh yaitu temperatur berkisar
antara 23 – 39 0C (rata-rata 29 0C)
dengan intensitas cahaya tertinggi
187,379.0 lux (Gambar 6).
Gambar 5. Syringodium isoetifolium Salah satu faktor yang
Ket. : (a) daun, (b) batang, (c) akar, (d) mempengaruhi temperatur yakni
rhizoma kepadatan dari vegetasi lamun (Koch &
Verduin, 2001). Menurut Nur,2011)
Spesies S. isoetifolium memiliki ciri temperatur memiliki pengaruh yang
khas bentuk daun yang silinder. Menurut sangat besar bagi lamun karena akan

41
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Morfometrik Lamun

Panjang Lebar Pjg. Panjang


Jumla Rhizom
No Spesies Daun Daun Batang Akar
h Helai a (cm)
(cm) (cm) (cm) (cm)
Thalassia
1. 2–5 0,5 – 15,5 0,3 – 1,1 3,0-8,6 0,3-15,0 0,8-6,0
Hemprichii
Halophila
2. 2 0,3 - 2,7 0,2 – 1,6 0,1-4,1 0,2-5,3 0,2-3,2
ovalis
Syringodium
3. 1–2 0,5 – 18,0 0,1 – 0,2 1,0-5,0 0,8-6,4 0,4-9,0
isoetifolium
Enhalus
4. 3–5 2,0 - 54,3 0,6 – 1,5 2,3-5,9 1,0-27,0 1,0-8,3
acoroides

mempengaruhi fotosintesis, laju respirasi, surut sehingga pada perairan yang


reproduksi maupun pertumbuhan. dangkal wilayah tersebut yang terdedah
Kisaran temperatur yang baik bagi atau tersingkap, sehingga temperaturnya
pertumbuhan lamun, yakni 28 – 30 0C pun meningkat secara drastis mencapai
dan untuk proses fotosintesis temperatur 41 0C. Sehingga lamun pada perairan
optimumnya yakni 35 0C. dangkal ini cenderung berukuran lebih
Salinitas dan temperatur kecil dibanding dengan di wilayah
merupakan faktor pembatas yang normal perairan yang agak dalam.
tetapi temperatur tinggi dapat penting Berdasarkan hasil penelitian
karena dalam salinitas yang diperoleh bahwa intensitas cahaya pada
mengakibatkan kerusakan bahkan lokasi praktek adalah 187379.0 lux. Hasil
kematian dari lamun. Temperatur yang ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
tinggi pada wilayah perairan dangkal di intensitas cahaya di perairan desa
lokasi penelitian terjadi pada saat air Arakan 330668.9 lux (Mery, 2012),

Gambar 6. Diagram hasil Pengukuran Temperature dan Intensitas Cahaya.

42
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013

sehingga dapat dikatakan penetrasi – 39 0C (rata-rata 29 0C) dengan


cahaya pada perairan di Tongkeina jauh intensitas cahaya tertinggi 187,379.0
lebih rendah. Tingginya proses lux serta salinitas 30-33 ‰.
sedimentasi yang mempengaruhi
kecerahan merupakan salah satu akibat
intensitas cahaya pada lokasi ini menjadi DAFTAR PUSTAKA
relatif rendah yang akan berdampak
pada aktifitas fotosintesis dari tumbuhan Calumpong, H. P dan E. G. Menes.
laut termasuk lamun. 1997. Field Guide to the Common
Mangroves, Seagrasses and Algae
of the Philippines. Inc. Makati City,
KESIMPULAN Philippines. p 197.

Dari penelitian yang dilakukan ini, Dahuri, R., J. Rais., S.P Ginting dan M.J.
dapat disimpulkan bahwa: Sitepu. 2003. Pengelolaan Sumber
1. Keadaan Ekosistem Padang Lamun Daya Wilayah Pesisir dan Lautan
di Perairan Kelurahan Tongkeina Secara Terpadu. Djambatan.
kecamatan Bunaken tergolong pada Jakarta. 328 hal.
tipe campuran
Koch, E. W dan J. J. Verduin. 2001.
(multispesific bed), dengan Measurements of Physical
ditemukannya 4 spesies lamun Parameters in Seagrass Habitats:
antara lain Halophila ovalis, Thallasia F. T. Short and R. Coles (Eds.).
hemprichii, Enhalus acoroides dan Elsevier Science B. V. Amsterdam.
Syringodium isoetifolium. pp 325 – 344.
2. Variasi morfometrik yang diukur
antara lain panjang daun untuk H. Kordi K. M. G. H. 2011. Ekosistem
ovalis berkisar 0,3 – 2,7 cm, T. Lamun (Seagrass). Penerbit
hemprichii 0,5 – 15,5 cm, E. Rineka Cipta ; Jakarta. 191 hal.
acoroides 2,0 – 54,3 cm, S.
isoetifolium 0,5 – 18,0 cm; lebar Kuo, J dan C. den Hartog. 2001.
daun untuk H. ovalis berkisar 0,2 – Seagrass Taxonomy and
1,6 cm, T. hemprichii 0,3 – 1,1 cm, Identification Key dalam Global
E. acoroides 0,6 – 1,5 cm, S. Seagrass Research Methods : F. T.
isoetifolium 0,1 – 0,2 cm; panjang Short and R. Coles (Eds.). Elsevier
batang pada H. ovalis berkisar 0,1 – Science B. V. Amsterdam. pp 31 –
4,1 cm, T. hemprichii 3,0 – 8,6 cm, 38.
E. acoroides 2,3 – 5,9 cm, S.
isoetifolium 1,0 – 5,0 cm; panjang Menez, E. G., R. C. Phillips dan H. P.
akar pada H. ovalis berkisar 0,2 – Calumpong. 1983. Seagrasses
5,3 cm, T. hemprichii 0,3 – 15,0 cm, from the Philippines. Smithsonian
E. acoroides 1,0 – 27,0 cm, S. Institution Press, City of
isoetifolium 0,8 – 6,4 cm; selanjutnya Washington. p 40.
panjang rhizoma pada H. ovalis
berkisar 0,2 – 3,2 cm, T. hemprichii Nybakken, J. 1992. Biologi Laut : Suatu
0,8 – 6,0 cm, E. acoroides 1,0 – 8,3 Pendekatan Ekologis. PT
cm, S. isoetifolium 0,4 – 9,0 cm. Gramedia Pustakan Utama.
3. Pengukuran kualitas perairan Jakarta. 459 hal.
diperoleh; temperaturnya berkisar 23

43
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013

Short, F. T., R. G. Coles dan C. P.


Martini. 2001. Global Seagrass
Distribution. dalam Global
Seagrass Research Methods : F. T.
Short and R. Coles (Eds.). Elsevier
Science B. V. Amsterdam. pp 1 –
30.

Wagey, B.T. 2011. Morphological and


Genetic Analysis of Seagrasses
Halodule uninervis (Forsskål)
Ascherson and H. pinifolia (Miki)
den Hartog in the Central Visayas,
Philippines. Disertation Doctor,
Siliman University Dumaguete City.
p 103.

Waycott, M., Kathryn McMahon, Jane


Mellors, Ainsley Calladine dan
Diana Kleine. 2004. A Guide to :
Tropical Seagrasses of the Indo-
West Pacific. James Cook
University. Australia. p 72.

44

Anda mungkin juga menyukai