Anda di halaman 1dari 3

EAS PSDPL 2022 + P.

MKL 2022
Assessment of Mangrove Management - Sabuk Hijau Pamekasan

Background and overview of Lembung Paseser - Sabuk Hijau Pamekasan


Ekowisata mangrove yang terletak di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten
Pamekasan ini tumbuh dengan baik dan dibangun dengan mengusung tema wisata edukatif.
Bapak Slaman selaku pengelola rintisan ekowisata Mangrove Lembung sekaligus Ketua
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sabuk Hijau meraih penghargaan juara terbaik 1
tingkat nasional pada lomba wana lestari tahun 2022 untuk kategori Kader Konservasi Alam
(KKA) atas dedikasi besarnya terkait konservasi mangrove yang telah beliau dan tim
lakukan. Kondisi ekosistem mangrove di pesisir Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten
Pamekasan masih termasuk dalam kategori yang terjaga kelestariannya, karena kawasan
ekowisata ini memiliki luasan area hutan mangrove yang cukup luas, yaitu luas lebih dari 46
hektar dan lebar kawasan mencapai 275 m. Desa Lembung memiliki luas 297.98 Ha dengan
panjang garis pantai 2,38 Km, ketinggian dari dari permukaan air laut 0,5 mdpl. Demografi
Desa Lembung terdapat jumlah kepala keluarga di Desa Lembung sebanyak 394 iwa dengan
jumlah laki-laki sebanyak 659 jiwa dan perempuan 663 jiwa. Terdapat 10 rumah tangga
perikanan. Nelayan di Desa Lembung menggunakan jenis alat tangkap ikan Gill Net dan
pengolahan hasil perikanan sebanyak 68 Jiwa. Berdasarkan sebaran mangrove kritis di
Indonesia pada Desa Lembung ada 1 ha yang termasuk kategori kritis.

Gambar Peta Lokasi Ekowisata Mangrove Lembung, Pamekasan (cr: Google Earth, 2022)

Keberadaan KTH Sabuk Hijau merupakan kelompok tani hutan di Desa Lebung dan
UKM penggerak roda perekonomian yang dilandasi kerjasama, gotong royong dengan asas
kekeluargaan serta merupakan sarana untuk memajukan usaha dan meningkatkan
perekonomian masyarakat sehingga bisa hidup lebih baik lagi. Dari beberapa kegiatan
produksi yang dilakukan oleh KTH Sabuk Hijau ini dapat dilihat dari adanya musyawarah
antara ketua dan anggota untuk melakukan kontroling kegiatan produksi kopi mangrove
hingga hasilnya. KTH Sabuk Hijau tepat berada di Desa Lembung Kecamatan Galis
Kabupaten Pamekasan, didirikan pada tahun 2009 yang didirikan oleh bapak Slaman yaitu
sebagai kelompok tani hutan yang bertujuan menjaga kelestarian dan unit usaha kecil
menengah yang merupakan penopang terhadap stabilitas ekonomi masyarakat dan yang tidak
kalah penting sebagai sarana masyarakat agar hidup mandiri dan berusaha sendiri dengan
kreativitas serta kemampuannya dalam bidang produksi demi kalangsungan hidupnya serta
bisa berbaur dan lebih mempererat tali persaudaraan.
Latar belakang berdirinya kelompok ini untuk menyadarkan masyarakat agar merawat
dan memanfaatkan yang ada dilingkungan pesisir Desa Lembung. Dahulu anggotanya hanya
dalam skala kecil saja tapi sekarang sudah meningkat menjadi 30 orang yang bergabung
dalam kelompok ini. Inisiatif untuk memanfaatkan mangrove dengan menjadikan sebuah
produk karena banyak masyarakat terutama para ibu-ibu yang merusak mangrove dengan
mengambil batang pohonnya untuk dijadikan kayu bakar. KTH (kelompok tani hutan) Sabuk
Hijau menciptakan kopi mangrove yang bahan dasarnya dari buah mangrove. Dengan adanya
kegiatan ini masyarakat bekerja sama dengan kami untuk merawat dan memanfaatkan
buahnya yang dapat dijual. Tempat produksi olahan mangrove berada di kediaman ketua
KTH sabuk hijau yaitu Pak Slaman, tersedia sarana peralatan sederhana sebagai produksi
kopi mangrove yaitu oven, tempat tumbuk, loyang, pemotong. KTH Sabuk Hijau mengola
buah mangrove tersebut menjadi kopi mangrove untuk dimanfaatkan sebagai minuman
stamina, produk ini dinamakan “Kopi Malam Jumat”, kopi ini diolah dari bahan baku buah
mangrove yang berkualitas karena bahan baku yang berkualitas akan sangat berpengaruh
terhadap produksinya. KTH Sabuk Hijau mengolah buah mangrove dan daun mangrove
tersebut menjadi kopi mangrove dan teh mangrove.

List of Natural Resource in Lembung Paseser


Natural resources berdasarkan profil Desa Pesisir Jawa Timur volume 3, di
kecamatan galis terdapat hutan mangrove 68,06 Ha (Luasan total di kecamatan Galis).
Wilayah mangrove pada lokasi ini digunakan sebagai lahan penangkapan ikan, kepiting,
cacing Polychaeta dan kerang. Potensi alam yang ada di Desa Lembung Kecamatan Galis
Kabupaten Pamekasan salah satunya yaitu pohon mangrove. Pemberdayaan mangrove di
Desa Lembung yang dapat dirasakan oleh masyarakat selain mencegah terjadinya intrusi air
laut ke daratan, masyarakat juga membuat produk yang bahan dasarnya dari mangrove
tersebut. KTH Sabuk Hijau mengolah buah mangrove dan daun mangrove tersebut menjadi
kopi mangrove dan teh mangrove. Kawasan pesisir laut di Desa Lembung juga memiliki
potensi tangkapan ikan teri yang cukup besar. Berdasarkan penelitian Amin & Purnomo
(2021) kawasan pesisir laut Lembung memiliki nilai kelimpahan fitoplankton kisaran 55000
– 137400 sel/l, Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar 1,244-1,949 yang termasuk kategori
keanekaragaman sedang. Identifikasi fitoplankton yang dilakukan pada sepuluh stasiun di
perairan pantai Lembung, Pamekasan Madura didapatkan 7 filum, 10 kelas, 22 ordo, 25
famili, 27 genus, 28 spesies fitoplankton. 10 kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae (5
spesies), Chlorophyceae (3 spesies), Chyanophyceae (1 spesies), Coscinodiscophyceae (2
spesies), Cryptophyceae (1 spesies), Cyanophyceae (4 spesies), Dinophyceae (5 spesies),
Mediophyceae (5 spesies), Ulvophyceae (1 spesies), dan Xanthophyceae.

List of Mangroves Spesies


Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi studi terdapat beberapa spesies mangrove
yang tercatat, yaitu Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata,
Sonneratia alba, Avicennia marina, Avicennia alba, Bruguiera gymnorrhiza, dan Acanthus
ilicifolius.

Management Design in Lembung Paseser


Manajemen yang dijalankan untuk pengelolaan hutan mangrove menerapkan
pendekatan kolaboratif yaitu antara Perhutani sebagai pemangku lahan, Pemerintah
Kabupaten yang berwenang dalam penganggaran APBD, dan masyarakat setempat sebagai
pelaksana di lapangan (Pemerintah Desa, LMDH – Pokdaris dan masyarakat “pemilik” hutan
mangrove karena lahannya dipergunakan untuk ekowisata). Kawasan hutan mangrove yang
dijadikan wisata di bawah kewenangan Perhutani KPH Pamekasan. Pada tahun 2019 Pemda
Pamekasan melalui dinas pariwisata menganggarkan pengembangan ekowisata di Lembung.
Berdasarkan penelusuran di media, dianggarkan Rp.200 juta untuk penyusunan masterplan,
dan Rp.600 juta untuk pembangunan. Pembagian hasil berupa prosentase bagi hasil antara
Perhutani, Pemda dan Pengelola. Terdapat Program pemerintah Pamekasan (DKP, BLH,
Dishutbun) tentang rehabilitasi dan restorasi mangrove, serta adanya ukum yang mengatur
tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan (UU No. 18 Tahun 2013). Status
kawasan hutan mangrove Desa Lembung juga dikembalikan sebagai hutan lindung.

Referensi
Amin, A., & Purnomo, T. (2021). Biomonitoring Kualitas Perairan Pesisir Pantai Lembung,
Pamekasan Menggunakan Bioindikator Fitoplankton. LenteraBio: Berkala Ilmiah
Biologi, 10(1), 106-114.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2022. Rencana Penanaman Mangrove Tahun 2022.
https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/Dit%20P4K-PRL/
mangrove/2022/Pamekasan/RPM%20Pamekasan%202022.pdf (accessed on 23
December 2022).
Ramega, A. B., Farid, A., & Wardhani, M. K. 2015. Analisis Kesesuaian Lahan dan Strategi
Pengelolaan Kawasan Perencanaan Ekowisata Mangrove di Pesisir Lembung
Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan. Electronic Journal Universitas Trunojoyo
Madura. Hal 1-18.

Anda mungkin juga menyukai