Anda di halaman 1dari 3

POTENSI MUARA GEBONG

 Pemanfaatan Mangrove

kesesuaian yang tinggi pada budidaya rumput laut karena termasuk dalam kategori
daerah yang bersalinitas tinggi, adanya arus, dan subtart yang cukup. Masyarakat Kecamatan
Muaragembong memanfaatkannya sebagai tempat budidaya rumput laut spesies Gracilaria sp.
yang biasanya dilakukan bersamaan dengan ikan bandeng secara polikultur. Rumput laut jenis
ini adalah bahan baku pembuatan agar. Dari semua kegiatan budidaya yang ada di Kecamatan
Muaragembong, Desa Pantai Mekar dan Desa Pantai Sederhana memiliki produksi terbesar
dibanding desa yang lain karena adanya pasokan air tawar tanpa batas. Selain budidaya rumput
laut, potensi ekosistem mangrove cukup luas dan dapat dijadikan wilayah penyangga untuk
mengurangi potensi dampak pemanasan global, abrasi, banjir rob, dan penurunan tanah.
Kawasan hutan mangrove di Muaragembong relatif cukup baik dan saat ini ditetapkan sebagai
kawasan hutan lindung. Hasil studi keanekaragaman hayati mangrove oleh PT Pertamina EP
Asset 3 Tambun Field di Kabupaten Bekasi menunjukkan terdapat 33 jenis vegetasi mangrove di
Desa Pantai Mekar. Jenis yang mendominasi adalah jenis api-api hitam. Meskipun demikian,
upaya pelestarian hutan mangrove di Kabupaten Bekasi tetap dilakukan mengingat tingginya
potensi kerusakan.

Ekosistem mangrove di Muaragembong Kabupaten Bekasi sudah banyak yang berubah


fungsi menjadi tambak, pemukiman, ladang, sawah, dan peruntukan lainnya. Hal ini
menyebabkan fungsi hutan mangrove sebagai habitat hewan sudah tidak berdaya lagi dan hasil
penangkapan ikan menurun. Lahan tambak di Muaragembong tercatat seluas 1,582 ha selama 10
tahun terakhir, hasil alih fungsi lahan mangrove yang ada. Tingginya peralihan menjadi tambak
ini dipicu dengan adanya potensi ekonomi yang sangat menjanjikan di sektor pertambakan
dengan net revenue yang paling tinggi Rp 56,4 juta/ha dibanding konversi ke sektor lain.
Ekosistem mangrove Muaragembong telah mengalami laju degradasi akibat konversi lahan.
Luasan yang tersisa pada tahun 2020 hanya mencapai 1.028,64 hektar (9,81%). Padahal, luasan
awal penetapan kawasan hutan mangrove mencapai 10.481,15 hektar. Tingkat kerapatan
mangrove mencapai 1033-1425 individu/hektar yang termasuk dalam kategori sedang
berdasarkan tingkat kerusakan mangrove. Dampaknya adalah intrusi air laut dan abrasi belum
dapat dikendalikan, kualitas lingkungan menurun, aktivitas perekonomian masyarakat terganggu,
beberapa fasilitas umum rusak, dan beberapa mata pencaharian masyarakat pesisir hilang.
Ketidakjelasan dan tumpang tindih kewenangan menyebabkan terjadinya perbedaan pemanfaatan
pemahaman dan tujuan pemanfaatan yang mengakibatkan konflik kepentingan sehingga
degradasi ekosistem mangrove masih terus terjadi sampai saat ini.

Potensi karbon yang tersimpan di ekosistem muara gembong juga dinilai masih tergolong
rendah, yaitu sebanyak 55,35 ton CO2eq/ha. Tingkat kandungan karbon tertinggi berada pada
tumbuhan mangrove spesies Rhizophora mucronata dengan total 17,60 ton CO2eq/ha. Sementara
itu, potensi biomassa dari mangrove muara gembong ditemukan tidak terlalu banyak. Potensi
biomassa yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah dan kerapatan pohon yang ada di
kawasan tersebut. Maka masih diperlukan konservasi yang lebih intensif lagi. Penelitian yang
sudah dilakukan menemukan terjadinya abrasi dan perubahan garis pantai di Muaragembong
Bekasi seluas 252.071.71 m2. Penelitian ini dilakukan dengan overlay peta tahun 2012 sampai
2020. Selain itu penelitian tersebut juga menyatakan bahwa gelombang pasang tertingi yaitu 0,62
m.

Mangrove mempunyai economic value (EV) yang terdiri dari manfaat langsung dari
kayu, arang, dan perikanan laut serta manfaat tidak langsung seperti menahan abrasi, pemasok
oksigen, dan pencegah pemanasan global. Selain itu, ekosistem mangrove juga berfungsi secara
ekologis sebagai sumber plasma nutfah serta sebagai tempat pamijahan, tempat pengasuhan, dan
mencari makan bagi beberapa ikan, burung, dan organisme laut.

 Budi daya ikan bandeng


Potensi perikanan budidaya sangat prospektif untuk dapat di kembangkan. Budidaya
perairan
atau suatu kegiatan akuakultur (aquaculture) menjadi usaha yang dapat dijadikan andalan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun untuk eskpor. Jumlah penduduk/bangsa
Indonesia yang besar merupakan potensi pasar bagi produksi budidaya perairan. Disamping itu,
terdapat biota–biota akuatik yang dapat dibudidayakan merupakan komoditas yang bernilai jual
sangat tinggi di pasar Internasional, sehingga tidak terlalu sulit untuk menembus pasar ekspor.
Usaha budidaya perikanan tambak yang dilakukan di Indonesia merupakan aktivitas
perekonomian yang mampu berkelanjutan pada khususnya dalam penggunaan atau pemanfaatan
sumber daya alam. Usaha budidaya tambak ikan bandeng dilihat secara teoritis dapat
memberikan prospek sisi ekonomi yang lebih menjanjikan, karena mengingat ikan bandeng
hingga saat ini tetap menjadi komoditas budidaya ikan yang paling banyak diproduksi dan juga
dikonsumsi di Indonesia.
Berdasarkan data dari KKP, pada tahun 2014 yang lalu, produksi bandeng Indonesia
tercatat sebesar 600.000 ton. Sementara pada tahun 2015 ditargetkan produksi bandeng bisa naik
menjadi 800.000 ton.
Kabupaten Bekasi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Ibukotanya adalah Kota Cikarang. Lokasi kabupaten ini berada dengan tepat di sebelah timur
Jakarta, berbatasan dengan Kota Bekasi dan Provinsi DKI Jakarta, Laut Jawa di Barat dan utara,
Kabupaten Karawang di bagian timur, serta Kabupaten Bogor di selatan. Kabupaten Bekasi
terdiri atas 23 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah/beberapa desa dan kelurahan.
Kecamatan Muara Gembong terdiri dari enam desa, yaitu: Jayasakti seluas 220 hektar (ha);
Pantai Mekar 235 ha; Pantai Sederhana 65 ha; Pantai Bahagia 265 ha; Pantai Bakti 29 ha; dan
Pantai Harapan Jaya dengan lahan terluas 275 ha. Kawasan pemukiman penduduk berada di
pinggir laut dengan luas lahan keseluruhan lahan mencapai 14.009 ha tersebut didominasi oleh
lahan perairan. Tambak perikanan yang ada mencakup lahan seluas 10.125 ha menjadi mata
pencaharian utama 60 persen dari total kepadatan penduduk sekitar 36.181 jiwa. Sisanya bekerja
dengan menjadi petani darat, mengelola lahan pertanian kering seluas 60 ha. Lahan kritis di
Muara Gembong telah diolah dengan budidaya pertanian ada seluas 512 ha. Muara Gembong
juga terkenal dengan potensi alamnya, pada muara ini terdapat budidaya ikan bandeng yang
sangat diminati oleh warga Jakarta karena dagingnya yang tidak bau, hal itu dikarenakan adanya
ikan “bandeng gembong” diberikan pakan ikan yang alami.

Anda mungkin juga menyukai