Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN Penyusunan Database Mangrove

Kabupaten Berau

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyusunan data base mangrove di kabupaten Berau merupakan langkah yang


sangat penting dilakukan dalam rangka mengkaji potensi dan mengidentifikasi
ancaman kelestarian ekosistem mangrove yang ada. Membandingkan informasi
penutupan lahan ekosistem mangrove di Kecamatan Derawan pada tahun 2001 dan
tahun 2009 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut telah terjadi
pembukaan ekosistem mangrove yang cukup signifikan. Berdasarkan kondisi
tersebut diharapkan studi ini dapat mengkaji dan menyajikan informasi kondisi
ekositem mangrove sacara aktual dalam rangka memberikan masukan kepada
pemerintah Kabupaten Berau tentang kondisi kekinian yang ada serta memberikan
beberapa rekomendasi tentang langkah yang perlu diambil dalam rangka
pengamanan dan pemanfaatan fungsi ekosistem mangrove secara lestari.
Hasil studi kawasan hutan mangrove di kecamatan Kepulauan Derawan yang
merupakan kecamatan terdekat dengan lokasi rencana studi (kecamatan Maratua)
menunjukkan bahwa di kecamatan Pulau Derawan kaya sekali akan potensi
keanekaragaman vegetasi mangrovenya setidaknya di kecamatan kepulauan
Derawan tersebut ditemukan hampir 47 jenis mangrove ketegori seedling, sapling
dan pohon. Kekayaan keanekaragaman jenis mangrove tersebut juga terdapat pada
asosiasi mangrovenya, setidaknya ditemukan hampir 84 jenis asosiasi mangrove
kategori herba, liana, palm dan epifit. Keunikan lain dari hasil kajian awal ekosistem
mangrove di kecamatan Kepulauan Derawan bahwa ekosistem ini kaya akan
keanekaragaman formasi mangrovenya. Hal ini cukup beralasan mengingat di
wilayah tersebut banyak sekali pulau-pulau kecil yang juga mempunyai spesifikasi
keragaman formasi mangrovenya. Studi lanjutan ini diperlukan untuk mengetahui
apakah kondisi ekosistem mangrove yang ada di kepulauan Derawan juga akan
sama dengan kepulauan kecamatan Maratua. Informasi keanekaragaman jenis
vegetasi mangrove, formasi mangrove dan kondisi umum yang berhubungan

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau I-1


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

dengan ekosistem mangrove di kecamatan Maratua sangat penting dalam rangka


penyusunan database mangrove di kecamatan Maratua. Berdasarkan hasil kajian
ekosistem mangrove hubungannya dengan keberadaan vegetasi menunjukkan
bahwa di Kecamatan Maratua terdapat variasi jenis pohon di ekosistem mangrove
yang dapat dikategorikan ke dalam true mangrove, asosiasi mangrove maupun
herba dan liana. Diharapkan dengan diketahuinya sebaran keragaman mangrove
dan kondisi ekologi secara umum akan memudahkan kabupaten Berau untuk
melakukan kegiatan konservasi perlindungan maupun managemen kawasannya.
Keberadaan ekosistem hutan mangrove diseluruh dunia sebenarnya sangat
kecil dibandingkan dengan luas daratan, setidaknya menempati 0.2% dari luas
daratan di muka bumi ini namun keberadaannya sangat terancam. Dalam kurun
waktu 50 tahun terakhir ini diperkirakan 30% dari luas total ekosistem hutan
mangrove di dunia telah dikonversi untuk berbagai kepentingan komersial maupun
pemukiman penduduk. Bahkan karena tingginya berbagai kepentingan dalam
pemanfaatan ekosistem mangrove, sering mengakibatkan munculnya konflik dalam
pemanfaatan lahannya dan ini terjadi hampir di seluruh negara pemilik hutan
mangrove (Upadhyay et al., 2002; Alongi, 2002)
Keberadaan ekosistem hutan Mangrove memiliki peranan yang sangat penting
dari perspektif ekologi dan sosial ekonomi. Dari perspektif ekologi, ekosistem hutan
mangrove berperan sebagai produsen untuk menghasilkan sumber pakan dalam
rantai ekosistem bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya, sehingga apabila
hutan mangrove ini mengalami perubahan pada skala ekologi maka akan memutus
rantai ekosistem di dalamnya yang pada akhirnya juga akan menurunkan nilai
ekologi dan produktifitas hutan mangrove itu sendiri.
Penurunan produktifitas hutan mangrove pada akhirnya akan menurunkan
potensi sumber daya hayati dan sumber daya ekonomi bagi masyarakat yang hidup
di sekitar hutan mangrove. Hutan mangrove memiliki fungsi ekologi yang
berhubungan langsung dengan fungsi ekonomi, karena vegetasi mangrove dapat
berfungsi sebagai breeding dan feeding site bagi kelompok burung, ikan, crustaceae,
reptil dan juga kelompok hewan mamalia. Apabila ekosistemnya terganggu maka
secara langsung akan mengakibatkan menurunnya fungsi ekosistem hutan

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau I-2


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

mangrove itu sendiri yang dalam waktu jangka panjang dapat menurunkan sumber-
sumber pendapatan masyarakat yang hidup di sekitar kawasan hutan mangrove. Di
sisi lain keberadaan hutan mangrove yang memisahkan lautan dan daratan
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam manahan laju erosi di wilayah
pesisir pantai, bila ekosistemnya terganggu maka diperkirakan akan mempercepat
laju erosi di sekitar pantai.
Meskipun ekosistem hutan mangrove telah memainkan peranan yang tak
ternilai harganya, namun pada umumnya ekosistem ini mulai mengalami
kehancuran dan kerusakan. Kerusakan ekosistem mangrove pada saat sekarang ini
terutama disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, seperti pengembangan
perumahan, konversi kawasan untuk kegiatan industri, pertanian dan
pengembangan tambak. Kegiatan eksploitasi di sekitar hulu sungai juga akan
berpengaruh kepada ekosistem hutan mangrove yang pada umumnya berada di
bagian hilir sungai. Kegiatan eksploitasi di wilayah hulu semakin mempercepat
peningkatan laju sedimentasi lumpur di sekitar kawasan hutan mangrove, yang
pada akhirnya dapat mengakibatkan matinya beberapa jenis vegetasi mangrove
akibat terjadinya perubahan kondisi edaphik pada ekosistem mangrove.
Mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Berau
yang disusun pada tahun 2001, telah diusulkan agar ekosistem hutan mangrove
dapat dinaikkan statusnya menjadi kawasan lindung mangrove, kawasan lindung
nipah dan kawasan lindung pulau, namun pada saat diusulkan ketingkat provinsi
usulan status tersebut pada RTRWP padu serasi 2005-2015 berubah status mejadi
Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan
(KBNK). Perubahan ini diperkirakan akan membawa perubahan besar terhadap
masa depan ekosistem mangrove. Di sisi lain pada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K), pemerintah Kabupaten Berau telah
menempatkan ekosistem mangrove sebagai Zona Konservasi dan atau kawasan yang
mempunyai nilai konservasi tinggi.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau I-3


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Gambar I.1. Peta situasi umum lokasi studi yang terdiri dari kepulauan Maratua
dan kepulauan Kakaban (Citra Landsat tahun 2000).

Melihat keberadaan hutan mangrove di Kabupaten Berau yang sangat penting


dari perspektif ekologi, sosial dan ekonomi serta didukung oleh kawasan hutan
mangrove yang cukup potensial maka Pemerintah Daerah Kabupaten Berau dalam
hal ini Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Berau memandang perlu untuk
melakukan kajian pengelolaan sumber daya hayati dan ekosistem mangrove yang
ada di dalamnya. Usulan ini penting mengingat potensi hutan mangrove di
Kabupaten Berau cukup potensial keberadaannya. Di sisi lain dalam kurun waktu
2001 s/d 2009 terdapat perubahan penutupan kawasan yang sangat signifikan.
Khususnya di Kecamatan Derawan berdasarkan perbandingan citra landsat tahun
2001 dan 2009 secara umum menunjukkan perubahan yang cukup besar pada
penutupan lahannya akibat terjadinya konversi vegetasi mangrove yang cukup
besar untuk kepentingan pembangunan tambak maupun pemukiman.
Berdasarkan uraian di atas, kajian awal yang perlu dilakukan adalah
melakukan studi lapangan berdasarkan informasi penutupan lahan yang ada, dalam
rangka menyusun informasi yang akurat dan aktual yang dalam waktu jangka
panjang diharapkan dapat digunakan sebagai data base dalam pengelolaan dan
konservasi ekosistem mangrove di Kabupaten Berau. Dalam studi lapangan, lokasi

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau I-4


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

kegiatan studi difokuskan di Kecamatan Maratua khususnya di pulau-pulau besar


dan pulau-pulau kecil.

B. Tujuan Studi

Tujuan dari kegiatan studi ini adalah dalam rangka penyusunan data base
vegetasi Mangrove di Kabupaten Berau, khususnya Kecamatan Maratua dalam
rangka memberikan informasi yang akurat dan aktual untuk mendukung kegiatan
konservasi ekosistem mangrove di Kecamatan Maratua pada khususnya dan
pembangunan Kabupaten Berau pada umumnya. Secara khusus tujuan dari
kegiatan studi ini adalah :
a. Untuk mengetahui kondisi aktual penutupan ekosistem hutan mangrove di
kawasan yang menjadi target penelitian yaitu ekosistem hutan mangrove di
bagian daratan dan pulau kakaban dan maratua yang berada di Kecamatan
Maratua, Kabupaten Berau.
b. Untuk mengetahui sebaran dan keanekaragaman jenis tumbuhan ekosistem
hutan mangrove pada lokasi-lokasi yang ditetapkan menjadi target penelitian. Di
sisi lain kegiatan ini juga bertujuan untuk mengetahui status keanekaragaman
jenis pada ekosistem mangrove yang meliputi distribusi, kerapatan, kelimpahan
jenis maupun sebaran vegetasinya. Memetakan sebaran jenis mangrove dan
sebaran formasi vegetasi mangrove pada masing-masing lokasi studi berdasarkan
hasil studi lapangan.

C. Ruang Lingkup Studi

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah diuraikan di atas, maka
studi ini mencakup telaahan-telaahan sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data biofisik yang berhubungan dengan ekosistem mangrove
baik yang berupa data primer maupun sekunder serta melakukan analisis data
tersebut, hubungannya dengan kondisi kekinian pada daerah studi.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau I-5


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

b. Membuat data base hutan mangrove hubungannya dengan kondisi biofisik yang
ada serta kondisi penutupan vegetasinya baik pada skala landskap maupun
pada plot survei.
c. Memberikan gambaran ekosistem mangrove yang berada di kecamatan Maratua
saat ini serta membuat beberapa rekomendasi arahan teknis dan manajemen
perlindungan ekosistem hutan mangrove.

D. Keluaran Studi

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta ruang lingkup studi yang
akan dilakukan, maka dalam penyusunan data base ekosistem mangrove ini akan
dihasilkan beberapa luaran yang meliputi:

Luaran 1. Tersedianya peta sebaran distribusi hutan mangrove baik yang berada di
wilayah daratan maupun di wilayah kepulauan yang di dalamnya
menggambarkan informasi kondisi penutupan lahan yang ada.

Luaran 2. Kondisi aktual tutupan lahan dan keanekaragaman hayati vegetasi hutan
mangrove yang di dalamnya terdapat informasi sebaran formasi vegetasi
mangrove pada wilayah studi

Luaran 3. Tersedianya beberapa rekomendasi bagi pengelolaan ekosistem hutan


mangrove berdasarkan kondisi aktual yang ada dalam rangka
membangun strategi pemanfaatan dan pelestarian fungsi ekosistem hutan
mangrove.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau I-6


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

BAB II
METODOLOGI

A. LOKASI KEGIATAN STUDI

Lokasi studi secara administratif terletak di kecamatan Maratua, kabupaten Berau


yang meliputi kepulauan Maratua dan kepulauan Kakaban. Pada kedua kepulauan tersebut
secara umum, cakupan areal studi terbagi ke dalam 3 wilayah studi, yang pertama adalah
wilayah pulau Maratua, yang kedua wilayah pulau Kakaban dan yang ketiga wilayah
pulau-pulau kecil lainnya. Adapun titik lokasi pengambilan plot sampling untuk kegiatan
survei vegetasi dapat dilihat pada gambar II.1., II.2. dan II.3.

Gambar II.1. Pengambilan data dan observasi lapangan vegetasi mangrove di pulau
Maratua. Untuk plot sampling vegetasi kepulauan maratua berada di kode
plot MRT 1, MRT 2, MRT 5 dan MRT 8 sedangkan MRT 3 dan MRT 6
merupakan plot untuk kategori pulau-pulau lainnya.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau II-1


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Gambar II.2. Pengambilan data dan observasi lapangan vegetasi mangrove di pulau
Kakaban.

MRT 6

MRT 3

Gambar II.3. Pengambilan


data dan observasi lapangan
vegetasi mangrove di pulau-
MRT 7
pulau lainnya.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau II-2


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Areal studi berjarak kurang lebih 380 km dari ibu kota propinsi Samarinda ke arah
timur laut dan dan 120 km dari ibu kota kabupaten Berau (Tanjung Redeb) ke arah Timur.
Pencapaian lokasi dari ibu kota kabupaten dapat dilakukan melalui jalan darat dan air
Pencapaian melalui air, memerlukan waktu sekitar 2 jam, namun tidak ada pelayaran
reguler. Pencapaian melalui jalan darat bisa dilakukan sampai kota kecamatan Pulau
Derawan dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, yaitu Tanjung Batu kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan kendaraan air sekitar 1 jam.

B. TAHAPAN DAN WAKTU KEGIATAN STUDI

Tahapan kegiatan meliputi pengumpulan data sekunder, verifikasi dan analisis data
sekunder, pengumpulan data lapangan dan pembuatan laporan. Secara detail tahapan
kegiatan penelitian ini dapat dilihat padaTabel II.1.

Tabel II.2. Tahapan kegiatan penyusunan data base ekosistem mangrove di Kecamatan
Maratua, Kabupaten Berau.
Bulan I Bulan II Bulan III
Kegiatan I II III IV I II III IV I II III IV
Pekerjaaan Persiapan

Persiapan tim dan desain


kegiatan lapangan
Analisis peta penutupan
kawasan
Pengumpulan data sekunder

Sosialisasi rencana kegiatan

Ground chek lapangan dan


pembuatan plot survei
Analisis data lapangan

Draft pelaporan

Desiminasi laporan

Laporan akhir

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau II-3


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

C. PELAKSANAAN KEGIATAN STUDI

Dalam melakukan pengumpulan data dan informasi untuk mendukung kegiatan studi
ini pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua kegiatan; petama pengumpulan data
sekunder baik yang ada di pemerintahan maupun lembaga non pemerintah dan yang kedua
pengumpulan data primer melalui kajian peta penutupan lahan dan survei lapangan baik
melalui kegiatan observasi, inventarisasi maupun kegiatan identifikasi. Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi data fisik, dan kondisi sosial, ekonomi masyarakat di sekitar
kawasan studi. Dalam pelaksanaan kegiatan ground survey di lapangan juga dilakukan
wawancara dengan masyarakat yang berbeda di sekitar kawasan mangrove maupun
dengan petugas yang mengatur kegiatan konservasi di beberapa kepulauan yang menjadi
daerah studi misalnya, dengan petugas yang berada di pulau Kakaban maupun pulau
Maratua. Rincian sumber data dan informasi sekunder disajikan pada tabel II.2.

Tabel II.3. Rincian sumber data dan peta yang diperlukan untuk kegiatan penyusunan
data base Mangrove.
No. Map Type Source

1. Administrasi Kabupaten Berau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(BAPPEDA), Kabupaten Berau
2. Isohyet/ curah hujan Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun
Iklim Bandara Kalimarau
3. Topografi SRTM, Bakosurtanal, Cibinong, Bogor

4. Hydro-geology Geologi Tata-Lingkungan, Bandung

5. Tanah Puslitan, Bogor, RePPProT

6. Citra Landsat 2009 dan 2000 / NASA dan SPOT


Spot4 2009
7. Tutupan lahan tahun 2000 Analisis data Landsat, Berau Forest
Management Project (BFMP)
8. RTRWK, Berau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA), Kabupaten Berau
9. RTRWP/ RTRWP Paduserasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
2005-2015 Kaltim (BAPPEDA), Prop. Kaltim
10. Data kependudukan Kantor Kecamatan Maratua, Kabupaten Berau,
serta Biro Pusat Statistik
11. Data data hasil penelitian Data hasil penelitian
ekosistem mangrove

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau II-4


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

C.1. Pengumpulan Data Biogeofisik

Untuk pengumpulan data biofisik dilakukan melalui pengumpulan data sekunder


maupun analisis dari data primer yang diperoleh saat penelitian di lapangan maupun
melalui analisis dari peta tataguna lahan Kabupaten Berau. Data dan informasi yang
berhubungan dengan informasi kondisi biofisik meliputi data iklim dan curah hujan,
informasi kondisi topografi, kondisi dan tipe tanah, kondisi dan persentase penutupan
lahan, tata guna lahan, hidrologi, peta aspek legal seperti RTRW/RTRWP dan data citra
satelit dalam hal ini SPOT 4 dan Landsat TM7 sebagai pendukungnya.

C.2. Sosial, Ekonomi dan Budaya


Data dan informasi tentang kondisi social, ekonomi dan budaya dikumpulkan
berdasarkan informasi data kecamatan dalam angka dan wawancara dengan masyarakat
saat penelitian berlangsung di lapangan. Dalam kegiatan penyusunan data base mangrove
ini, data dan informasi yang berhubungan dengan kegiatan sosekbud sifatnya hanya
sebagai data penunjang saja yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum yang
berhubungan dengan kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masayarakat
sekitarnya.
Kegiatan verifikasi dan analisis data penutupan lahan pada tahap awal menggunakan
data hasil verifikasi berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Beberapa hal penting yang
berhubungan dengan kegiatan ini adalah;
a. Memperbaiki data sekunder dari berbagai sumber dengan data dasar yang di
sepakati sebagai data acuan.
b. Kegiatan verifikasi difokuskan kepada areal studi.
c. Penafsiran Citra (Landsat dan Spot) terbaru dan sebelumnya sebagai bahan
informasi untuk menggambarkan terjadinya perubahan kondisi Ekosistem
Mangrove.

C.3. Analisis Data Sekunder


Analisis data sekunder diperlukan untuk membantu penentuan target survei
lapangan. Dari hasil analisis data sekunder untuk kemudian ditetapkan wilayah-wilayah
mana saja yang akan dilakukan survei. Proses Analisis data sekunder dimulai dengan
proses pengklasifikasian vegetasi atau tutupan lahan dengan cara mengolah data citra,
dalam hal ini adalah data citra landsat dan spot. Hasil turunan dari pengolahan citra
tersebut adalah peta tutupan lahan dan vegetasi.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau II-5


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Untuk mendukung data citra diperlukan juga data-data lainnya seperti data biofisik.
Secara rinci proses jalannya analisis dapat dilihat pada Gambar II.3.

Gambar II.4. Skema proses analisis kondisi aktual ekosistem mangrove di Kecamatan
Maratua.

D. Identifikasi Dan Inventarisasi Vegetasi Mangrove

Studi tentang vegetasi mangrove pada lokasi penelitian dimaksudkan untuk


memberikan gambaran kondisi ekologis ekosistem mangrove melalui kegiatan identifikasi
dan inventarisasi data vegetasi penutupan lahannya. Metode yang dipakai untuk
menganalisis kondisi vegetasi ekosistem mangrove pada daerah studi dilakukan melalui
dua cara yaitu:

D.1. Pembuatan transek survei dan plot vegetasi

Dalam proses inventarisasi dan identifikasi vegetasi pada plot vegetasi dilakukan
pengumpulan data dan informasi yang meliputi; nama jenis pohon pada tingkat pohon.
Untuk kategori pohon selain identifikasi jenis juga dilakukan pengukuran diameter
pohon, jumlah pohon dan kerapatan pohon pada masing-masing jenis per satuan
luasnya. Untuk kategori pohon, inventarisasi dan identifikasi jenis dilakukan pada plot
berukuran 20 m x 20 m. Plot akan ditentukan dan dibangun melalui sistem pemilihan

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau II-6


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

lokasi plot secara langsung di lapangan. Jarak antar plot dibuat berdasarkan perbedaan
formasi vegetasi mangrovenya. Sementara itu jalur survei (transek) akan dimulai dari
lautan atau wilayah pantai ke wilayah daratan. Gambaran umum transek dan plot
survei dapat di lihat pada Gambar II.4.

Nilai kerapatan dan keragaman vegetasi sangat penting untuk memberikan gambaran
tentang struktur dan komposisi vegetasi pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan
sebagai lokasi penelitian. Selain data dan informasi yang berhubungan dengan kondisi
vegetasi, dalam kegiatan penelitian ini juga akan dilakukan analisis terhadap kondisi
ekologi secara umum, yang meliputi keragaman habitat, sebaran formasi mangrove
serta kondisi vegetasi penutup kawasan.

Gambar II.5.
Desain pembuatan transek survei
dan penempatan plot vegetasi pada
masing-masing transek survei. Luas
plot untuk inventarisasi pohon 20 m
x 20 m.

D.2. Analisis Data


Dalam menganalisis, data vegetasi di kecamatan Maratua dilakukan sampling
dibeberapa wilayah target studi seperti terlihat pada gambar II.1., II.2 dan II.3. karena
banyaknya variasi ukuran luas pulau-pulau di kecamatan maratua maka dalam analisis
vegetasi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) lokasi studi yaitu 1. Lokasi studi kepulauan
Maratua (MRT) = lokasi studi yang mengambil target khusus di pulau Maratua; 2.
Lokasi studi kepulauan Kakaban (KKB) = lokasi studi yang mengambil target khusus di
pulau Kakaban dan 3. Lokasi studi pulau-pulau lainnya (PL) = lokasi studi yang
menggabungkan seluruh pulau-pulau kecil atau pulau-pulau di luar pulau Maratua
dan pulau Kakaban.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau II-7


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Data yang telah diperoleh dari kegiatan pengukuran di 3 (tiga) lokasi tersebut (MRT,
KKB dan PL) kemudian diolah dengan menggunakan formulasi untuk menghitung
besarnya kerapatan (individu/ha), dari masing-masing jenis dengan menggunakan
formula yang dikembangkan oleh Curtis and Otman, (1964):

Kerapatan (K) 
 individu
Luas petak contoh

Kerapatan suatu jenis


K Relatif (KR)  x 100 %
Kerapatan total seluruh jenis

D.3. Pengumpulan Data Lapangan


Tahap pengumpulan data lapangan (ground check) meliputi:
a. Konsultasi/wawancara dengan beberapa stakeholder, yaitu akademik,
masyarakat, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.
b. Pengumpulan data fisik di lapangan, meliputi meliputi sebaran mangrove,
kerapatan mangrove, tinjauan populasi dan habitat serta tempat tinggalnya,
keanekaragaman hayati, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
c. Pengumpulan data mangrove (jenis, kerapatan dll), dengan melakukan survei
pada setiap tempat yang dianggap mewakili.

D.4. Pelaporan

Penulisan laporan dilakukan setelah semua data-data yang diperlukan telah


dikumpulkan dan dianalisis lebih lanjut. Untuk penyempurnaan finalisasi laporan
dilakukan kegiatan Desiminasi hasil studi agar mendapatkan masukan dari berbagai pihak.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau II-8


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI STUDI

A. BIOFISIK AREAL STUDI

1. Iklim dan curah hujan


Dalam mengenali data kondisi iklim dan cuaca untuk dua wilayah
study di pulau Kakaban dan Maratua yang termasuk ke dalam kecamatan
Maratua di gunakan data kondisi iklim dan cuaca dari stasiun iklim dan cuaca
bandara Kalimarau kabupaten Berau. Stasiun ini merupakan stasiun cuaca
terdekat dan selalu mengadakan evaluasi dan monitoring untuk kondisi iklim
dan cuaca di daerah kabupaten Berau dan sekitarnya. Berdasarkan data-data
yang ada menunjukkan bahwa kondisi iklim di lokasi studi 25-28 dicirikan
dengan suhu yang tinggi, kelembaban tinggi, kecepatan angin rendah dan
lama penyinaran yang cukup ( 6 jam per hari). Rata-rata curah hujan tahunan
mencapai 2.054 mm per tahun dengan distribusi relatif merata sepanjang tahun
yaitu tidak mempunyai bulan kering (curah hujan < 100 mm). Sementara itu
bulan basah (curah hujan > 200 mm) terjadi pada bulan Desember, Januari dan
Februari sedangkan sisanya merupakan bulan lembab (curah hujan antara 100
s/d 200 mm per bulan).
Curah hujan terendah biasanya terjadi pada bulan Juli dan bulan
Agustus (Tabel III.1). Rata-rata jumlah hari hujan per tahun mencapai 187 hari
atau rata-rata tiap bulan terjadi 15.6 hari hujan. Jumlah hari hujan dibawah
rata-rata biasanya terjadi pada bulan Juni sampai September. Evapotranspirasi
bulanan di wilayah studi berkisar antara 110 mm/bulan sampai 143
mm/bulan, dengan rata-rata sebesar 133.2 mm/bulan. Pada bulan Januari,
Februari dan Maret besarnya evapotranspirasi lebih rendah dari rata-rata
evapotranspirasi bulanan, dan bila dibandingkan dengan besarnya curah hujan
pada bulan-bulan bersangkutan maka pada bulan ini terjadi surplus air yang
besar dan memungkinkan terjadinya banjir/genangan pada daerah yang
rendah.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-1


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, evapotranspirasi lebih


besar dari rata-rata, bahkan pada bulan Juni sampai bulan September bila
dibandingkan dengan rata-rata curah hujan bulanan terjadi defisit air.
Sementara itu Kelembaban relatif rata-rata bulanan tertinggi pada bulan
Januari dan Februari yaitu 84.7%, sedangkan rata-rata paling rendah terjadi
pada bulan Juli dan Agustus yaitu sebesar 80.5% dan 81.1%. Suhu rata-rata
diwilayah studi adalah 26 ⁰C dengan suhu rata-rata minimal sebesar 21 ⁰C dan
suhu rata-rata maksimal sebesar 34 ⁰C. Setiap bulan disepanjang tahun tidak
terdapat perbedaan suhu yang mencolok, bahkan bisa dikatakan suhu relatif
stabil sepanjang tahun.

Tabel III.1. Kondisi Klimatik Kabupaten Berau


Curah Hari Kelem Kec
Bulan Ept Suhu (⁰C)
Hujan Hujan baban Angin
(mm) (hari) (mm) Maks. Min. Rata (%) (m/det)
Januari 223 21 123 33 22 26 84.7 2.1
Februari 265 18 110 33 21 26 84.7 1.5
Maret 186 18 128 34 21 26 83.7 1.9
April 144 13 133 34 21 26 83.6 1.9
Mei 171 15 142 34 22 27 83.3 1.9
Juni 136 13 138 34.5 21.9 26.7 82.1 1.85
Juli 137 12 139 34.5 21.4 26.5 80.5 2
Agustus 108 13 139 34.2 21 26.5 81.1 1.9
September 116 11 138 35 21 27 81.2 1.9
Oktober 170 15 143 34.5 21.2 26.6 82.1 1.75
November 188 18 133 35 21 26 82.1 1.9
Desember 210 20 133 33.6 20.7 26 83.9 1.9
Per Tahun 2054 187 1598
Rata-rata 15.6 133.2 34 21 26 82.7 1.9
Sumber: Bandara Kalimarau tahun 2000-2008 dan hasil pengolahan tim.

Sementara itu nilai radiasi bersih rata-rata sebesar 15.9 MJ/m2/hari,


sedangkan radiasi maksimum terjadi pada bulan September yaitu sebesar 17,6
MJ/m2/hari, dan radiasi paling kecil terjadi pada bulan Desember dan Januari
sebesar 14.5 MJ/m2/hari.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-2


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

2. Hidrologi

Pada areal studi di kepulauan Maratua dan Kakaban. Pola drainase


berbentuk pararel dan tidak mempunyai sungai besar hanya alur-alur kecil
yang mengarah langsung ke laut. Daerah tangkapan air disebagian besar
berupa perbukitan Karst (batu kapur) dan di dalamnya terbentuk rongga-
rongga penyimpan air yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Nama-nama pulau yang juga merupakan daerah tangkapan airnya dapat
dilihat pada tabel III.2. di bawah ini.

Tabel III.2. Daftar Nama-nama Pulau yang Juga Merupakan Daerah


Tangkapan Air di Kecamatan Maratua Beserta Luasannya.
LUAS
No. Daerah Tangkapan Air
Ha %
1 Bulingisan 5 0.14
2 Kakaban 1171 31.67
3 Maratua 2403 65.09
4 Pulau Andong Abu 7 0.18
5 Pulau Bakungan Kecil 7 0.21
6 Pulau Balembangan 22 0.6
7 Pulau Kokok 4 0.1
8 Pulau Pabahanan 3 0.09
9 Pulau Saippung 5 0.14
10 Pulau Sambit 18 0.49
11 Pulau Sangalan 3 0.08
12 Pulau Semut 2 0.06
13 Pulau Sentubung 2 0.06
14 Pulau Siddau 41 1.1
Grand Total 3693 100
Sumber: Hasil Survei Berau Forest Management Project (BFMP) tahun 1998.

Berdasarkan Tabel III.2. terlihat bahwa luas total pulau-pulau yang


berada dalam ruang lingkup kecamatan Maratua yang juga merupakan daerah
tangkapan air sebesar 3.693 ha yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil.
Pulau terbesar adalah Maratua sebesar 2.403 ha atau 65,09% dari total luas
pulau yang ada di kecamatan Maratua di ikuti oleh pulau Kakaban sebesar
1.171 ha atau 31,67%. Sementara itu luasan pulau-pulau kecil lainnya yang
terdapat di kecamatan Maratua cukup bervariasi (Tabel III.2)

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-3


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

3. Sistem Lahan dan Tanah


Klasifikasi yang digunakan dalam studi peneltian tanah untuk daerah
studi di kecamatan Maratua mengacu kepada sistem kunci Taksonomi tanah
(USDA 1999) serta padanannya menurut sistem klasifikasi tanah, Badan
Pangan Dunia (FAO). Dari hasil penjelajahan dan pengamatan tanah di
lapangan dijumpai dua ordo tanah yaitu : Ultisols dan Entisol. Entisol
menurunkan satu Sub ordo dan satu grup tanah yaitu Psamment dan dari
grup Hapludalfs menurunkan dua subgrup tanah yaitu : Typic Hapludalfs dan
Lithic Hapludalfs. Sementara ordo Ultisols menurunkan satu sub ordo dan satu
grup tanah yaitu Udults dan Hapludults. Dari grup Hapludults menurunkan
satu sub Grup tanah yaitu Typic Hapludulfs.
Rendolls dan eutropepts. Kedua tanah ini terdapat pada sistem lahan
Gunung Baju (GBJ), dengan kelas kemiringan lahan diatas 25%. Tanah ini
merupakan tanah yang didominasi bahan induk kapur dengan solum sangat
dangkal biasanya kurang dari 10 cm. Luas tanah ini adalah 2,907 hektar atau 79
% dari luas seluruh wilayah kecamatan darat Maratua (Tabel III.3).
Sementara itu di kecamatan Maratua juga terdapat sistem lahan
Hydraquent dan Tropofluvents. Kedua tanah ini terdapat pada sistem lahan
(land system) Kajapah (KPJ), dengan kelas kemiringan lahan 0-2%. Tanah ini
merupakan tanah muda, hasil endapan dari Lumpur dan selalu tergenang air.
Belum mempunyai horizon, tekstur kasar sampai halus dan kedalaman efektif
dalam. Luas tanah ini adalah 174 hektar atau 5% dari luas seluruh wilayah
kecamatan darat Maratua.
Di wilayah ini juga terdapat sistem lahan Troppsamments dan
Tropofluvents dengan jumlah relatif kecil-kecil. Kedua tanah ini terdapat pada
sistem lahan Puting (PTG), dengan kelas kemiringan lahan kurang dari 8%.
Troppsamments dan Tropofluvents adalah tanah yang mempunyai ordo sama
yaitu ordo entisols (tanah aluvial marin) dan merupakan tanah yang baru
diendapkan. Luas tanah ini adalah 60 hektar atau 2 % dari luas seluruh
wilayah kecamatan darat Maratua. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel III.3.
sebagai berikut.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-4


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Tabel III.3. Daftar nama Sistem Lahan dan Klasifikasinya Beserta Luasannya.
LUAS
SISTEM LAHAN KLASIFIKASI TANAH (USDA 1983)
Ha %
Danau Tidak Ada Data 492 13
GBJ Rendolls, Eutropepts 2,907 79
KJP Hydraquents, Tropofluvents 174 5
KPR Endolls, Eutropepts 60 2
PTG Tropopsamments, Tropaquents 60 2
Grand Total 3,693 100
Sumber : Regional Physical Planning Programme for Transmigration Project (RePProT,
1983), serta hasil pengolahan tim.

Gambar III.1. Penyebaran Jenis Tanah pada Sistem Lahan (RePPProT, 1983)

Dari sistem lahan berdasarkan klasifikasi tanah sebagaimana diuraikan


diatas untuk selanjutnya sestem lahan tersebut dipetakan kedalam beberapa
kepulauan di kecamatan Maratua. Kemudian dari 4 (empat) sistem lahan
berdasarkan (RePPProt 1983) yang ada di areal studi. Penyebarannya dapat
dilihat pada Gambar III.1. di bawah ini.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-5


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Berdasarkan gambaran di atas terlihat bahwa penyebaran sistem lahan


GBJ tersebar di kepulauan Maratua dan Kakaban yang proporsinya relatif
cukup besar. Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem lahan GBJ yang banyak
didominasi oleh batuan kapur (karst) memiliki solum yang sangat rendah,
sehingga bisa diprediksi bahwa kehadiran jenis-jenis vegetasi mangrove
khususnya yang true mangrove sangat jarang, walaupun ada vegetasi mangrove
kemungkinan penyebarannya diduga akan sangat terbatas.

4. Topografi
Terdapat berdasarkan peta sebaran topografinya 3 (tiga) kelas
kemiringan lahan (lereng) di areal studi yaitu datar, berobak dan curam
sampai dengan sangat curam. Berdasarkan Gambar III.2 terlihat bahwa pada
umumnya di kecamatan Maratua dan Kakaban banyak di dominasi oleh tipe
topografi berombak (1,129 ha) dan Curam-Sangat Curam (1,783 ha). Yang
penyebarannya relatif merata di kedua pulau tersebut. Secara rinci kelas
kemiringan tersebut dapat dilihat pada Gambar III.2. dan Tabel III.4 di bawah
ini.

Gambar III.2. Peta Kelas Kelerengan Kawasan pada Areal Studi


di Wilayah Kecamatan Maratua (RePPProT, 1983).

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-6


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Tabel III.4. Rincian Kelas Kemiringan Lahan (Slope) Berdasarkan Peta


Kelerengan Lahan
LUAS
Kelas Lereng Deskripsi
Ha %
0-2% Datar 299 8
3-8% Rata-Bergelombang 492 13
9-15% Berombak 1,129 31
> 25 % Curam-Sangat Curam 1,783 48
Grand Total 3,693 100
Sumber : Regional Physical Planning Programme for Transmigration Project
(RePProT, 1983), serta hasil pengolahan tim.

5. Tutupan Lahan
Pada tahap awal analisis penutupan lahan dilakukan bersumber dari
citra Spot dan landsat tahun 2009, dengan memanfaatkan fasilitas sistem
informasi geografis (SIG). Pada areal studi saat ini terbagi menjadi 6 kelas
tutupan lahan. Kelas Tata Guna Lahan tersebut adalah Hutan diatas batu
kapur (Forest over lime stones), Bakau (Mangrove), Lahan terbuka (open land),
Pemukiman (settlement), Semak Belukar (bush) dan Danau, Secara rinci dapat
dilihat pada gambar III.3. berikut ini.
Mengacu kepada hasil citra landsat tahun 2009, bahwa luas wilayah
hutan di atas batu kapur merupakan tutupan lahan yang dominan
dibandingkan dengan wilayah perairan, setidaknya 48% Kecamatan Maratua
adalah wilayah hutan di atas batu kapur. Pada wilayah menempati posisi yang
paling luas yaitu sebesar 1.783 ha diikuti oleh wilayah Non Hutan kategori
semak belukar menenpati posisi kedua yaitu sebesar 1.048 ha atau sekitar 28%
dari total luas kecamatan Maratua. Sementara itu kawasan ekosistem
mangrove yang manjadi target utama di lakukan studi ini juga relatif cukup
luas yaitu sebesar 229 ha atau sekitar 6% dari total luasan areal studi. Deskripsi
penutupan lahan yang berisikan informasi luas kawasan dan persentasinya
dapat di lihat pada tabel III.5 berikut ini.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-7


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Tabel III.5. Deskripsi Penutupan Lahan Kecamatan Maratua


TUTUPAN LAHAN TATA GUNA LAHAN LUAS
(Land Cover) (Land Use) Ha %
Hutan Hutan di atas Batu Kapur 1,783 48
Hutan Mangrove Mangrove 229 6
Lahan Terbuka 101 3
Non Hutan Pemukiman 40 1
Semak Belukar 1,048 28
Perairan Danau 492 14
Grand Total 3,693 100
Sumber : Spot 5 tahun 2009, Landsat TM7 Liputan tahun 2011 dan hasil pengolahan tim.

Gambar III.3. Peta Tutupan dan Tata Guna Lahan di Kecamatan Maratua
(RePPProT, 1983).

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-8


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

B. SOSIAL DAN EKONOMI


1. Kependudukan
Penduduk yang bermukim di kampung-kampung pada wilayah
kecamatan Maratua menurut data statistik Berau dalam angka tahun 2009
adalah berjumlah 3.347 jiwa, yang terdiri atas 1.763 laki-laki dan 1.584
perempuan yang terhimpun dalam 668 kepala keluarga (Tabel III.6).
Berdasarkan jumlah data tersebut maka pada umumnya setiap kepala keluarga
terdiri dari 4 s/d 5 jiwa. Pada umumnya satuan keluarga tersebut hidup dalam
kumpulan komunitas secara bersama-sama dalam kampung-kampung yang
semuanya berada dipinggir laut. Kampung-kampung tersebut pada umumnya
sangat dekat atau bahkan berada dalam wilayah perairan atau wilayah pantai.

Gambar III.4. Gambaran Umum Mata Pencaharian Masyarakat Pulau


Maratua. Selain Nelayan, Beberapa Kelompok Masyarakat
Mengelola Kelapa Menjadi Minyak Kopra

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-9


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Tabel III.6. Data Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga


Kelas Umur (Tahun) Total Total
No Jenis Kelamin
0 - 14 15 – 54 ≥ 55 (Jenis Kelamin) KK
1 Laki-Laki 751 910 102 1763
668
2 Perempuan 702 800 82 1584
Jumlah 1453 1710 184 3347 668
Sumber : Kecamatan Pulau Maratua Dalam Angka Tahun 2009, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Berau

Dari data struktur umur penduduk yang bermukim di areal studi


seperti dapat dilihat pada Tabel III.6 diperoleh gambaran bahwa, jumlah
penduduk didominasi oleh penduduk usia kerja (usia produktif/15-54 tahun)
yaitu sebanyak 1.170 jiwa atau 51.09 %, sedangkan balita dan usia wajib
sekolah (0-14 tahun) sebanyak 1.453 jiwa atau 43.41 % serta usia lanjut (≥ 55
tahun) sebanyak 184 jiwa atau 5.49 %.

2. Tingkat Pendidikan dan Fasilitas Pendidikan


Tingkat pendidikan masyarakat di suatu daerah penting untuk
diketahui, karena tingkat pendidikan dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk
melihat kemampuan seseorang dapat menyerap dan menerapkan inovasi baru.
Makin tinggi tingkat pendidikan umumnya makin mudah untuk menyerap
dan menyerap inovasi baru. Di lokasi tidak tersedia data yang akurat tentang
tingkat pendidikan masyarakat. Hasil pengamatan selintas di lapangan dapat
dilihat bahwa pada umumnya masyarakat sudah pernah menerima
pendidikan formal minimal pendidikan Sekolah Dasar.
Fasilitas pendidikan formal yang ada di sekitar areal studi adalah 4
(empat) unit gedung Taman Kanak-kanak (TK) dan 4 (empat) unit gedung
Sekolah Dasar (SD). Para lulusan dari SD untuk melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi biasanya harus ke kecamatan lain atau ke Tanjung Redeb (ibu kota
kabupaten). Biasanya mereka tinggal atau menyewa rumah di kota kecamatan,
karena jika di tempuh setiap hari terlalu jauh. Secara umum fasilitas yang ada
di wilayah kerja areal studi masih sangat minim.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-10


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Sementara itu aktifitas pendidikan non formal juga mudah ditemukan


di wilayah ini, dimana pendidikan usia anak-anak hingga remaja banyak
melakukan pengajian yang umumnya dilaksanakan di mushola-mushola dan
masjid yang terdapat di kecamatan maratua.

3. Kesehatan
Fasilitas kesehatan seperti prasarana penunjang kesehatan yang ada di
lokasi berupa 1 buah Puskesmas Induk, 3 buah Puskesmas Pembantu. Pada
umunya apabila warga sakit akan mengunjungi puskesmas yang ada, dan
apabila puskesmas tidak mampu menangani, biasanya akan di rujuk ke rumah
sakit terdekat yang terdapat di Tanjung Redeb.

4. Kelembagaan masyarakat dan mata pencaharian


Kelembagaan masyarakat di kecamatan maratua pada umumnya
merupakan lembaga-lembaga formal yang di bentuk oleh hasil kerjasama
pemerintah dengan masyarakat. Kelembagaan-kelembagaan yang ada di
kampung sekitar areal studi meliputi BPK, LPM, KUD, Karang Taruna dan
Kelompok Tani atau Kelompok nelayan. Secara administrasi kelembagaan
tersebut pada umumnya ada di setiap kampung. Secara operasional hampir di
semua kampung kelembagaan yang ada tersebut kurang berfungsi dengan
baik, namun walaupun demikian kelembagaan-kelembagaan tersebut,
terutama kelompok tani/nelayan dapat digunakan untuk menyampaikan
sesuatu pesan kepada petani secara cepat. Disisi lain meskipun kelembagaan
formal dalam bentuk kelompok tani/nelayan tidak berfungsi secara formal,
namun masyarakat di kecamatan maratua dalam menjalankan usaha
perikanannya selalu membentuk kelompok-kelompok nonformal. Terbukti
pada saat melakukan penangkapan ikan mereka ada yang melakukannya
secara berkelompok maupun secara perorangan.
Pada umumnya masyarakat yang berada di areal studi mempunyai
mata pencaharian sebagai petani/nelayan, dan ada juga beberapa kelompok
masyarakat yang bergerak dibidang jasa, baik penyiapan jasa transportasi
maupun jasa perdagangan. Karena pada umumnya struktur jenis usahanya

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-11


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

sebagai nelayan maka penduduk di areal studi sangat tergantung kepada


wilayah laut dan perairan. Sementara itu jenis usaha perikanan yang dapat
diidentifikasi di lapangan adalah jenis usaha penangkapan ikan di laut dengan
menggunakan bagan, jaring maupun pancing.
Berdasarkan informasi umum tentang mata pencaharian di areal studi
yang pada umumnya berusaha dibidang perikanan, maka pengembangan
usaha perikanan diperkirakan akan berkembang dengan pesat. Oleh karena itu
ketergantungan dan kebutuhan mereka atas pemanfaatan kawasan mangrove
akan semakin besar. Sehingga dalam jangka panjang pemerintah daerah dan
kelembagaan masyarakat yang ada mampu mengendalikan dan melestarikan
kelestarian ekosistem mangrove yang ada. Untuk beberapa wilayah kepulauan
seperti pulau nabuko pengembangan bisnis pariwisata juga dikhawatirkan
dapat menggangu keberadaan ekosistem mangrove yang ada. Sehingga sejak
dini pengembangan pariwisata melalui pembukaan wilayah mangrove dapat
dikendalikan.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau III-12


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Lampiran Tabel IV.1 Penyebaran Jenis Vegetasi Mangrove pada Wilayah Studi
Kecamatan Maratua
Lokasi
No Jenis Famili
Kakaban Maratua Lainnya
1 Acronychia pedunculata Rutaceae + +
2 Aegiceras floridum Mytsinaceae + +
3 Aglaia cucullata Meliaceae + + +
4 Aglaia odorata Meliaceae + +
5 Aglaia sp. Meliaceae +
6 Artocarpus sp. Moraceae +
7 Asplenium macrophyllum Aspleniaceae + + +
8 Atalantia monophylla Rutaceae + + +
9 Baccaure biancteata Euphorbiaceae +
10 Baccaure macrocarpa Euphorbiaceae + +
11 Barringtonia racemosa L. Lecythidaceae + +
12 Bruguiera gymnorrhiza Rhizophoraceae + + +
13 Cassine viburnifolia Celastratcaceae + +
14 Cathormion umbellatum Fabaceae +
15 Ceriops decandra Rhizophoraceae +
16 Ceriops tagal Rhizophoraceae +
17 Cordia subcordata Boragiraceae + +
18 Dacryodes sp. Burseraceae +
19 Diospyros maritima Ebenaceae +
20 Diospyros sp. Ebenaceae +
21 Dyxoxylum sp. Meliaceae +
22 Dolichandrone spathacea Bignoniaceae + + +
23 Erythrina orientalis Fabaceae
24 Exceocaria agallocha Euphorbiaceae + +
25 Ficus albifilla Raoraceae
26 Ficus microcarpa Moraceae + + +
27 Ficus sp. (1) Moraceae + +
28 Ficus sp. (2) Moraceae + +
29 Flanconela obovata Sapotaceae +
30 Garcinia mangostana Clusiaceae +
31 Garcinia sp. Clusiaceae +
32 Gardenia tubifera Rubiaceae + +
33 Glochidion littorale Euphorbiaceae + + +
34 Glochidion sp. Phyllanthaceae +
35 Guettarda speciosa Rubiaceae + + +
36 Ilex casemosa Aquifoliaceae + +
37 Ilex cymosa blume Aquifoliaceae + +
38 Intsia bijuga Fabaceae +

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau IV-14


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Lanjutan Lampiran Tabel IV.1


Lokasi
No Jenis Famili
Kakaban Maratua Lainnya
39 Ixora timorensis Rubiaceae +
40 Lantana camara Verbenaceae + +
41 Lumnitzera sp. Counbretaceae + +
42 Macaranga sp. Euphorbiaceae +
43 Madhuca sp. Sapotaceae + +
44 Morinda citrifolia L Rubiaceae + +
45 Myoporum bontioides Myoporaceae + +
46 Nauclea officionalis Rubiaceae +
47 Olax imbricata Olacaceae + +
48 Olochidion littorale Euphorbiaceae +
49 Osbornia octodonta Myrtaceae + + +
50 Osbornia sp. Myrtaceae + +
51 Payena sp. Sapotaceae +
52 Peltophorum plerocarpum Fabaceae +
53 Planchonella obovata Sapotaceae +
54 Podocarpus polystachyus Podocarpaceae + +
55 Pongamia pinnata Fabaceae +
56 Rapanea porteriana myrsiraceae + +
57 Rhizophora apiculata Rhizophoraceae + +
58 Rhizophora mucronata Rhizophoraceae + +
59 Rhizophora stylosa Rhizophoraceae + + +
60 Santira sp. Burseraceae +
61 Senaicarpus sp. Anacardiaceae + +
62 Shorea pauciflora Dipterocarpaceae +
63 Sonneratia alba Sonneratiaceae + + +
64 Sonneratia casiolaris Sonneratiaceae +
65 Syzigium sp. Myrtaceae + +
66 Syzigium tawahensis Myrtaceae +
67 Syzigium zailanikum Myrtaceae + +
68 Thespesia populnae Malvaceae + +
69 Xanthophyllum Polygalaceae + +
70 Ximenia americana Olacaceae +
71 Xylocarpus granatum Meliaceae + +
Total 50 40 31

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau IV-15


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Lampiran Tabel IV.2 Keragaman Jenis Asosiasi Mangrove Kecamatan Pulau


Maratua
Lokasi
No Jenis Famili
Kakaban Maratua Lainnya
1 Acanthus ebracteatus Acantnaceae + +
2 Aerides odoratum Orchidaceae + +
3 Agelaea borneensis Connaraceae +
4 Alocasia longifolia Araceae +
5 Alpinia sp. Zingiberaceae +
6 Amomum sp. Zingiberaceae +
7 Amyema mackayense Loranthaceae +
8 Bulbophyllum xylocarpi Orchidaceae + +
9 Calathea sp. Marantaceae +
10 Canavalia maritima Fabaceae + +
11 Cenestis sp. Cnestisceae +
12 Ciplukan Solanaceae + +
13 Clidemia hirta Melastomataceae +
14 Colocasia esculenta Araceae +
15 Craytia sp. Vitaceae + +
16 Cycas rumphii Cycadaceae +
17 Cymbidium finlaysonianum Orchidaceae + +
18 Cynodon dactylon Poaceae + +
19 Cyperus javanicus houtt Cyperaceae + +
20 Dalbergia meneoides Fabaceae + +
21 Davallia divaricata Davalliaceae + +
22 Dendrobium amosmum Orchidaceae +
23 Derris trifoliata Fabaceae + +
24 Dischidia rafflesiana Asclepiadaceae + +
25 Drynaria sparsisora Polypodiaceae +
26 Euphatorium odoratum Asteraceae + +
27 Finlaysonia obovata Asclepiadaceae +
28 Heterogonium pinnatum Dryopteridaceae +
29 Hydnophytum formicarum Rubiaceae + +
30 Hyptis capitata Lamiaceae +
31 Imperata cylindrica Poaceae +
32 Ipomoea pescapre Convulvulaceae + +
33 Lantana camara Verbenaceae +
34 Lygodium circinatum Lygodiaceae + +
35 Melastoma malabatricum Melastomataceae + +
36 Microlepia speluncae Dennstaedtiaceae +
37 Mikania macranta Asteraceae +
38 Myriostachya wightiana Poaceae + +

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau IV-16


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Lanjutan Lampiran Tabel IV.2


Lokasi
No Jenis Famili
Kakaban Maratua Lainnya
39 Myrmecophita sinuosa Polypodiaceae +
40 Nephrolepis falcata (1) Nephrolepidaceae + +
41 Nephrolepis falcata (2) Nephrolepidaceae +
42 Omphalea sp. Euphorbiaceae +
43 Pandanus sp. (1) Pandanaceae +
44 Pandanus sp. (2) Pandanaceae + +
45 Pandanus sp. (3) Pandanaceae + +
46 Pandanus tectorius Pandanaceae + +
47 Photinopteris speciosa Polypodiaceae + +
48 Piper aduncum Piperaceae +
49 Piper betel Piperaceae +
50 Piper sp. Piperaceae + +
51 Poikilospermum sp. Urticaceae +
52 Reprolepis falcata Nephrolepidaceae +
53 Rubus moluccanus Rosaceae +
54 Ryssopterys timoriensis Malpighioceae +
55 Sarcolobus carinatus Asclepiadaceae +
56 Scevola scaevola Goodeniaceae + +
57 Scleria purpurascen Cyperaceae +
58 Sesbania sesban Fabaceae +
59 Sesuvium portulacastrum L Aizoaceae +
60 Smilax modesta Smilacaceae +
61 Smythea lanceata Rhamnaceae + +
62 Solanum torvum Solanaceae +
63 Stachytarpheta jamaicensis Verbenaceae + +
64 Stachytarpheta sp. Verbenaceae + +
65 Stachyphrynium borneensis Marantaceae +
66 Tetracara scandens Dilleniaceae +
67 Trianthema portulacastrum Aizoaceae + +
68 Uncaria cordata Rubiaceae +
69 Wedelia biflora Asteraceae + +
Total 29 56 15

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau IV-17


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

BAB V
KONDISI EKOSISTEM MANGROVE
PADA SETIAP WILAYAH STUDI

A. Gambaran Umum

Gambar V.1. Sebaran wilayah mangrove yang terletak di wilayah


administrasi Kecamatan Maratua

Sebaran kawasan penutupan hutan mangrove di Kecamatan

Maratua secara umum dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kawasan, yaitu

kawasan mangrove yang berada di wilayah pulau Maratua, kawasan

mangrove yang berada di wilayah pulau Kakaban, serta kawasan

mangrove yang berada pada pulau-pulau kecil. Dari keseluruhan lokasi

tersebut luasan kawasan hutan mangrove yang berada di Kecamatan

Maratua saat ini diperkirakan mencapai 1.277 ha yang di dalamnya

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau V-1


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

termasuk kategori semak belukar dan vegetasi mangrove. Untuk analisis

lebih lanjut tentang kondisi tutupan hutan mangrove pada masing-

masing unit kawasan akan dibahas berdasarkan luas kawasan, letak

kawasan, serta vegetasi yang mendominasinya.

B. Kondisi Penutupan Mangrove di Pulau Maratua

Keterangan Tutupan Mangrove:

Hutan Mangrove

Jenis pohon mangrove di Maratua


 Aegiceras sp
 Bruguiera gymnorrhiza
 Ceriops decandra
 Glochidion sp.
 Lumnitzera littorea
 Osbornia octodonta
 Rhizophora stylosa
 Sonneratia alba
 Xylocarpus granatum

Gambar V.2. Peta tutupan mangrove di Wilayah pulau Maratua dan


jenis-jenis vegetasi mangrovenya (Asosiasi dan true
mangrove).

Kondisi Ekosistem mangrove di wilayah pulau maratua menyebar

dan terpisah-pisah dari utara hingga ke selatan dengan kondisi yang

masih cukup baik. Total luasan mangrove di daratan pulau maratua

sekitar 93 hektar atau 41.17% dari seluruh mangrove yang ada pada

daratan, kecamatan Maratua. Sedangkan tutupan mangrove di wilayah

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau V-2


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

pulau maratua yang bercampur dengan semak belukar yaitu sebesar 958

hektar. Kondisi perubahan Hutan Mangrove secara lebih jelas dapat

dilihat pada tabel V.1 di bawah ini.

Tabel V.1. Kondisi Ekosistem Mangrove di wilayah Pulau Maratua

LUAS
KONDISI Keterangan
Ha
Hutan Mangrove 93 - Vegetasi lain adalah
Vegetasi lain 958 vegetasi ekosistem hutan
Total 1051 batu karang.

Sumber: Hasil Analisis Tim, Landsat TM 7 liputan tahunn 2009/2010

Gambar V.3. Profil vegetasi mangrove dari jenis Rhizophora apiculata di


salah satu plot penelitian di sekitar pulau Maratua.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau V-3


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

C. Kondisi Penutupan Mangrove di wilayah pulau Kakaban

Kondisi Hutan mangrove di wilayah pulau Kakaban kecamatan


Maratua secara umum kondisinya relatif masih baik. Untuk penutupan
vegetasi di pulau Kakaban cukup unik karena selain terdapat jenis-jenis
mangrove yang biasa di jumpai seperti jenis Bruguiera gymnorrhiza,
Rhizophora mucronata, dan Barringtonia racemosa di daerah ini juga
dijumpai jenis-jenis pohon yang biasanya terdapat di kawasan hutan
dataran rendah misalnya jenis Shorea pauciflora, Garcinia mangostana,
Dyopiros sp., dan Syzigium sp. yang tumbuh pada bagian tengah pulau
Kakaban yang merupakan batu karang. Kondisi tutupan hutan Mangrove
di pulau Kakaban secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel V.2. di bawah
ini.

Keterangan Tutupan Mangrove


Mangrove
Jenis Pohon Mangrove
 Rhizophora stylosa
 Sonneratia alba
 Osbornia octodonta
 Terminalia catappa
 Xylocarpus granatum
 Bruguiera gymnorrhiza
 Barringtonia racemosa

Gambar V.5. Peta tutupan mangrove di Pulau Kakaban serta koordinat


letak lokasinya dan jenis-jenis mangrovenya.

Tabel V.2. Kondisi Ekosistem Mangrove di Pulau Kakaban

LUAS
KONDISI Keterangan
Ha
Hutan Mangrove 82 - Vegetasi lain adalah
Vegetasi lain 37 vegetasi ekosistem
Total 119 hutan batu karang.

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau V-4


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Sementara itu kondisi penutupan mangrove di bagian luar Pulau

Kakaban dapat dilihat pada Gambar V.6. Berdasarkan gambar tersebut

terlihat bahwa distribusi vegetasi mangrove khususnya jenis Osbornia

octodonta banyak tersebar di bagian luar Pulau Kakaban. Hal ini cukup

beralasan mengingat jenis ini merupakan sumber pakan bagi beberapa

jenis burung, sehingga kemungkinan penyebaran jenis ini dibantukan

oleh burung yang kemudian tersebar dan tumbuh secara merata di pulau

Kakaban.

Gambar V.6. Jenis Osbornia octodonta yang tersebar merata di sekitar


pinggiran pulau Kakaban dan tumbuh di atas batu
karang.

D. Kondisi Penutupan Mangrove di wilayah pulau-pulau lainnya

Mangrove di wilayah pulau-pulau lainnya (Pulau Andong Abu,

Bakungan Besar, Bakungan Kecil, Balembangan, Bela, Kokok, Pabahanan,

Saippung, Sambit, Sangalan, Sangalan Diki, Semut sentubung, Siddau dan

3 (tiga) pulau yang belum teridentifikasi) yang secara administrasi

tergabung dalam kecamatan Maratua secara umum kondisinya masih

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau V-5


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

belum ada gangguan yang mengkhawatirkan. Namun demikian beberapa

pulau tersebut yang telah difungsikan sebagai pulau wisata perlu

mendapat perhatian serius dari pemerintah karena dengan semakin

berkembangnya industri kepariwisataan di kabupaten Berau maka akan

mendorong investor dalam menambah sarana dan prasarana pariwisata

yang ada sehingga akan berpengaruh terhadap ekosistem mangrove.

Tabel V.3. Kondisi Ekosistem Mangrove di wilayah Pulau-pulau lainnya.

LUAS
KONDISI Keterangan
Ha
Hutan Mangrove 54 - Vegetasi lain adalah
Vegetasi lainnya 53 vegetasi ekosistem hutan
Total 107 batu karang.

a.

b. c.

Gambar V.7. a. Salah satu pulau yang menjadi tujuan wisatawan domestik
maupun mancanegara; b. Jenis Rhizophora stylosa yang tumbuh di
sepanjang garis pantai; c. Jenis Sonneratia alba

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau V-6


LAPORAN Penyusunan Database Mangrove
Kabupaten Berau

Keterangan Tutupan Mangrove


Mangrove
Jenis Pohon Mangrove
 Barringtonia racemosa
 Ceriops tagal
 Lumnitzera sp.
 Osbornia octodonta
 Rhizophora apiculata
 Rhizophora mucronata
 Rhizophora stylosa
 Sonneratia alba

Gambar V.8. Peta tutupan mangrove di Pulau-pulau kecil lainnya serta


koordinat letak lokasinya dan jenis-jenis mangrovenya

Kecamatan Maratua Kabupaten Berau V-7

Anda mungkin juga menyukai