Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias
gariepinus)

NITA LIZA BR MANALU


2004112990

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2

2022
i

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)” guna memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan program studi Manajemen
Sumberdaya Perairan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan skripsi ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Feliatra, DEA yang telah memberikan izin dalam
penulisan skripsi
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tengku Dahril, M.Sc selaku dosen pembimbing dan
arahan selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Eko Purwanto, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Fauzi, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan yang telah memberikan kelancaran pelayananan dan urusan
Akademik.
5. Seluruh Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Riau
yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis
juga bagi pembaca

Pekanbaru, Juni 2022

Nita Liza Br Manalu


ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumus Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjaun Pustaka 3
2.2. Hipotesis 7
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi Penelitian 8
3.1.1. Metode Deskripsi 8
3.1.2. Metode Analitik 8
3.2. Metode Pengumpulan 8
3.2.1. Studi Keputusan 8
3.2.2. Studi Lapangan 8
3.3. Jenis dan Sumber Data 8
3.3.1. Jenis Data 8
3.3.2. Sumber Data 8
3.4. Metode Analisis Data 9

VI. HASIL PENELITIAN


4.1. Hasil 12
4.1.1. Kualitas Air 12
4.1.2. Pakan 12
4.2. Pembahasan 13
4.2.1. Kualitas Air 13
4.2.2. Pakan 14

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan 15
5.2. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Parameter Kualitas Air 12
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Umumnya yang paling sering ditemukan dalam budidaya ikan lele ialah benih
yang diproduksi masih belum dapat memenuhi permintaan. Dilain pihak, kualitas
dan kuantitas sumberdaya air tawar pada masa sekarang makin menurun seiring
dengan meningkatnya penggunaan air serta lahan untuk berbagai kepentingan.
Untuk meningkatkan produksi benih salah satunya adalah dengan tingkat
kepadatan yang tinggi. Peningkatan jumlah pakan, buangan metabolisme tubuh,
konsumsi oksigen, dan dapat menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas air akan
mengakibatkan ikan stress sehingga pertumbuhan menurun dan ikan rentan
terhadap kematian.
Ikan lele sudah berhasil dibudidayakan sejak puluhan tahun yang lalu, mulai
dari pembenihan sampai pembesaran, sehingga sudah dianggap sebagai lokal.
Namun, akhir-akhir ini budidayanya mengalami banyak kendala sehingga lele
yang diperoleh dalam suatu periode pemeliharaan menurun. Habitat atau
lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan tawar. Di perairan yang airnya
tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang atau danau, waduk, telaga, rawa
serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lingkungan hidup ikan
lele.
Menurut Effendie (2002), pertumbuhan adalah penambahan ukuran panjang
atau berat ikan dalam kurun waktu tertentu yang paling dipengaruhi oleh pakan,
umur dan ukuran ikan. Pertumbuhan benih ikan lele juga dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Standar Nasional Indonesia (2000), mengatakan bahwa
faktor internal merupakan faktor-fakto yang berhubungan dengan ikan seperti
umur, keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan
terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan
lingkungan tempat hidup ikan meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan
ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas. Sifat fisika dan kimia air
dalam budidaya perikanan mampu memberikan pertumbuhan optimum terhadap
kultivan yang ada dalam media pemeliharaan tersebut, apabila parameter fisika
2

dan kimi air tersebut tidak berada dalam kisaran normal maka pertumbuhannya
terganggu bahka menyebabkan kematian (Ahmadi et al. 2012).
Pertumbuhan benih ikan lele untuk menjadi ikan lele dewasa terdiri dari
berbagai fase diantaranya fase telur, fase larva dan fase juvenil. Masing-masing
fase tesebut mengalami perubahan, baik fisiologis dan morfologis yang berbeda-
beda. Perubahan tersebut akan memberikan pertumbuhan optimal pada benih ikan
lele, apabila media pemeliharaan dalam kisaran optimal. Mengingat bahwa
kurangnya kajian mengenai faktor-faktor pertumbuhan benih ikan lele dumbo,
maka dilakukanlah penelitian mengenai faktor-faktor pertumbuhan benih ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus). Berdasarkan hal tersebut, diharapkan mampu
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan benih ikan lele dumbo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).
D. Manfaat Penelitian
Dapat membantu para petani budidaya ikan lele dumbo baik dalam
pembenihan maupun pembesaran ikan lele dumbo. Teknik-teknik yang dilakukan
dijadikan refrensi bagi teknelogi masa yang akan datang.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Biologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)
a. Taksonomi dan Fisiologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan air tawar yang
umumnya dikonsumsi masyarakat Indonesia khususnya di Jawa. Ikan lele dumbo
memiliki tubuh licin, kepala memanjang mencapai seperempat dari panjang
tubuhnya, berwarna hitam dan warna kulit tedapat bercak putih seperti jamur
(Nasrudin 2010). Ikan lele dikenal sebagai ikan berkumis atau Catfish. Memiliki
mulut lebar dan terdapat kumis sebanyak empat pasang, fungsi kumis pada lele
adalah sebagai alat peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari
makan. Ikan lele memiliki patil pada bagian sirip dada berguna sebagai pelindung
dan alat bantu untuk bergerak (Khairmun dan Amri 2008).
Menurut Hendriana (2010), ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Family : Chlariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias gariepinus
b. Habitat dan Tingkah Laku Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Ikan lele dapat hidup pada air yang tercemar bahan alami seperti air selokan
dan got. Tingkah laku ikan lele sangkuriang bersigat nokturnal, yaitu aktif
bergerak mencari makanan pada malam hari. Waktu siang hari, ikan berdiam diri
dan berlindung di tempat gelap. Ikan lele dapat bersifat kanibalisme apabila
kekurangan pakan (Marnani et al. 2011).
Kualitas air yang mendukung kehidupan lele dumbo diantaranya mempunyai
pH 7-8,5 (Ahmadi et al. 2012), Oksigen terlarut 3,5-6 ppm (Ramli, 2015) dan
4

suhu 25-30 0C (Nisrinah 2013). Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju
metabolisme, nafsu makan ikan lele serta kelarutan oksigen dalam air.

2. Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)


Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah penambahan ukuran panjang
atau berat ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan, umur
dan ukuran ikan. Pertumbuhan benih ikan lele dumbo dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Standar Nasional Indonesia (2000), menyampaikan bahwa
faktor internal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan seperti umur
dan sifat genetik ikan. Sifat genetik ikan yang merupakan faktor internal meliputi
keturunana, kemampuan memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap
penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan
tempat hidup ikan meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan
makanan dan segi kualitas dan kuantitas.
Ikan pada fase awal pertumbuhannya berjalan dengan cepat dan diikuti
dengan pertumbuhan kembali pada stadia dewasa. Ikan pada stadia dewasa,
pertumubahan berjalan secara terus menerus akan tetapi berjalan dengan lambat.
Ikan pada stadia dewasa pada umumhya kekurangan pakan untuk pertumbuhan,
karena sebagian besar pakan digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan
ikan (Effendi 2002).
a. Perkembangan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Stadia perkembangan awal hidup ikan lele dumbo terdiri dari fase telur, fase
larva dan fase juvenil (Amarullah 2008). Ciri-ciri khas pada fase perkembangan
benih ikan lele dumbo sebagaimana diuraikan dibawah.
Fase telur, induk lele yang telah memijah akan menghasilkan telur ikan lele
yang telah dibuahi. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah agak
kecokelatan, sedangkan telur yang tidak berhasil dibuahi akan berwarna putih.
Telur menetas menjadi larva dengan kantung kuning telur (yolk-sac) yang belum
berkembang dan berenang lemah (telur menetas < 24 jam setelah telur dibuahi).
Fase larva, organ tubuh belum sempurna karena masih dalam proses
perkembangan. Larva lele merupakan anak ikan lele yang baru menetas dari telur
berukuran kecil dan membawa cadangan makanan pada tubuhnya berupa kuning
telur dan butiran minyak. Larva masih dalam proses perkembangan menuju
5

bentuk detinitif sehingga belum memiliki organ tubuh lengkap, sehingga organ
belum berfungsi secara maksimal (Effendi 2004).
Fase postlarva merupakan fase dimana kuning telur sudah habis, dan organ-
organ tubuhnya telah terbentuk sampai larva memiliki bentuk menyerupai ikan
dewasa. Sirip dorsal mulai dapat dibedakan, sirip ekor terbentuk mendekati
bentuk sempurna. Larva juga sudah mulai berenang secara aktif. Sumber energi
kebutuhan pakan diperoleh dari pakan alami dan pemberian pakan buatan.
Mengingat bahwa benih lele adalah ikan omnivora yang cenderung karnivora,
maka frekuensi pemberian pakan buatan maupun alami sesering mungkin untuk
menunjang pertumbuhan (Madinawati 2011). Pakan untuk benih ikan lele harus
disesuaikan dengan bukaan mulut dan umur ikan, dimana semakin kecil bukaan
mulut ikan maka semakin kecil ukuran pakan yang diberikan terhadap benih ikan
lele (Khariman 2008).
Fase juvenil (umur 15-21 hari) merupakan fase dimana bentuk tubuh lele
telah mendekati bentuk tubuh ikan dewasa meskipun terlihat berukuran masih
kecil, akan tetapi seluruh jari-jari sirip, sisik telah lengkap terbentuk dan tulang
sudah mulai mengeras (Amarullah 2008). Bentuk tubuh lele yang sudah sempurna
seperti ikan lele dewasa, maka akan dipindahkan pada proses pendederan untuk
kegiatan pembesaran. Pendederan merupakan.

3. Pakan
a. Pakan Buatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Pakan berfungsi sebagai sumber energi dan materi untuk pertumbuhan ikan,
sehingga diperlukan pemberian pakan yang berkualitas dan efisien (Amalia et al,
2013). Kebutuhan pakan pada ikan lele dumbo dapat dipenuhi dengan
menggunakan pakan buatan. Standar Nasional Indonesia (2006), menyampaikan
bahwa pakan buatan merupakan campuran beberapa bahan baku hewani dan
bahan tambahan (vitamin, mineral, garam dapur, bahan perekat dan antioksidan),
sehingga mempunyai nilai gizi tertentu yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan benih ikan lele dumbo. Benih ikan lele dumbo apabila tidak
mengkonsumsi pakan, maka tidak terjadi pertumbuhan benih lele tersebut,
melainkan benih lele dumbo akan mengalami kematian.
b. Kebutuhan Nutrisi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
6

Ikan lele dumbo membutuhkan energi untuk melangsungkan pertumbuhan


dari asupan pakan yang dikonsumsi. Kebutuhan nutrisi pakan untuk setiap ikan
adalah berbeda-beda. Kandungan nutirisi pakan yang dikonsumsi ikan agar
mencapai pertumbuhan maksimal harus mengandung protein, karbohidrat,
vitamin dan mineral (Herawati dan Agus 2014). Pemberian pakan yang efektif
dan efisen mampu menghasilkan pertumbuhan benih ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) dengan optimal.
c. Kebiasaan Makan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Benih ikan lele dumbo yang sudah dibudidayakan di dalam kolam (umur 4-16
hari) dapat diberi pakan buatan berupa pelet. Benih lele dumbo dapat memakan
berbagai jenis pakan seperti tanaman dan hewan, akan tetapi pada dasarnya
cenderung bersifat karnivora. Robinson et al, 2001 menyatakan bahwa
pertumbuhan benih lele akan mengalami peningkatan apabila diberi pakan dengan
kandungan protein hewani 30-40%, akan tetapi apabila rasio konsumsi pakan
meningkat diatas kisaran menyebabkan pertumbuhan lambat.
Benih ikan lele dumbo bersifat nokturnal, yaitu beraktifitas dan mencari
makanan pada malam hari. Pada siang hari ikan lele dumbo lebih suka berdiam
atau berlindung dibagian perairan yang gelap (Simanjuntak, 1989). Ikan lele pada
kolam pemeliharaan dapat dibiasakan dengan pakan pelet sebanyak tiga kali yaitu
pada pagi, siang dan malam hari (Puslitbang Perikanan 1992).

4. Kualitas Air
a. Suhu Air
Perubahan suhu air berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi air.
Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan batas bawah)
yang disukai untuk pertumbuhan masing-masing kultivan (Effendi, 2003).
Menurut Nisrinah (2013), Nilai kelayakan suhu untuk pertumbuhan benih lele
dumbo yaitu 250-300C. Suhu air sangat mempengaruhi aktifitas dan nafsu makan
benih lele dumbo. Semakin tinggi suhu air, maka laju metabolisme benih lele
dumbo akan bertambah. Laju metabolisme benih ikan lele dumbo yang bertambah
mengakibatkan tingginya tingkat konsumsi pakan karena nafsu makan benih lele
dumbo (Silalahi, 2009).
b. pH Air (Derajat Keasaman)
7

Kemampuan air untuk meningkatkan atau melepaskan sejumlah ion hidrogen


akan menunjukkan larutan bersifat asam atau basa. Menurut Ahmadi et al. (2012),
pH optimal untuk budidaya benih lele dumbo yaitu 7-8. pH <5 sangat buruk
terhadap kehidupan benih lele, karena menyebabkan penggumpalan lendir pada
insang dan menyebabkan kematian pada ikan. pH >9 menyebabkan berkurangnya
nafsu makan benih ikan lele dumbo. Air budidaya dengan derajat keasaman yang
tinggi dapat membahayakan kehidupan benih lele, karena penyakit sering
berkembang pada suasana asam.
c. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen adalah gas yang terlarut dalam perairan. Benih ikan lele dumbo
memerlukan oksigen untuk bernafas, berenang, proses pertumbuhan dan
melakukan reproduksi. Kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan sangat
bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, tekanan air dan tekanan atmosfer.
Mikroorganisme penyumbang kandungan oksigen dalam perairan terbesar
adalah fitoplankton. Menurut Handayani (2005), fitoplankton memiliki peran
penting dalam perairan, fungsi ekologinya sebagai produsen primer dan produsen
awal rantai jaring-jaring makanan. Fitoplankton dapat dijadikan skala ukur
kesuburan dalam perairan. Kisaran kandungan oksigen terlarut untuk benih ikan
lele dumbo yaitu 3,5-6 ppm (Ramli 2015).

B. Hipotesis
H0 : Ada Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus).
H1 : Tidak ada Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus).
8

III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metodologi Penelitian


Dalam penelitian ini, metode Penelitian yang digunakan yaitu,
III.1.1. Metode Deskripsi
Analisis deskripsi merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas perestiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskripsi ini ialah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat serta hubunfan antara fenomena-
fenomena yang diselidiki untuk mendapatkan kebenaran menerangkan hubungan
atau faktor-faktor yang menguji hipotesis sehingga memperoleh makna dan
implikasi suatu masalah yang ingin dipecahkan. Suatu analisis yang menguraikan
tanggapan petani budidaya mengenai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
benih ikan lele dumbo, melalui wawancara yang telah akan dilakukan. (Nazir,
2014).
III.1.2 Metode Analitik
Analisis analitik berfungsi untuk menguji hipotesis-hipotesis dan
mengadakan interprestasi terhadap hasil analisis (Nazir, 2014).

III.2. Metode Pengumpulan Data


Pada pengumpulan data yang dapat dilakukan pada penelitian ini yaitu :
3.2.1 Studi Kepustakaan (Library Research)
Kegiatan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitian yang
berasal dari artikel-artikel dari jurnal ilmiah, literatur-literatur serta publikasi lain
yang layak dijadikan sumber.
3.2.2 Studi Lapangan (Field Research)
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data yang diperlukan dengan
cara melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian, baik melalui
observasi, maupun wawancara.

III.3. Jenis dan Sumber data


9

III.3.1. Jenis data


Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan yaitu :
a. Data Kualitatif
Yaitu data yang bukan dalam bentuk angka-angka atau tidak dapat dihitung
dan diperoleh dari hasil wawancara yang akan dilakukan dengan petani budidaya
ikan lele dumbo.

III.3.2. Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer.
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber datanya
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Sugiono, 2010). Data primer
penelitian dalam penelitian ini diperoleh langsung dari hasil wawancara dan
pengamatan lansung pada objek penelitian.
b. Data sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau bukan dari
sumber aslinya. Data sekunder bisa bentuk data yang tersaji dalam bentuk
tabel, grafik, dan lain sebagainya. Sumber data sekunder dapat berasal dari
penelitian sebelumnya. Beberapa literatur yang digunakan untuk memperoleh
informasi atau literatur dari website internet.

III.4. Metode Analisis Data


Permasalah yang hendak diketahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan benih ikan lele dumbo (Clarias grapienus) pada air tawar dapat
diselesaikan dengan metode analisis regresi linear berganda. Regresi linear
berganda adalah regresi dimana variabel terkaitnya (Y) dihubungkan atau
dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga dan seterusnya variabel
bebas (X1, X2, X3,….Xn) namun masih menunjukkan diagram hubungannya yang
linear. Penambahan linear ini diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik
hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel yang terabaikan. Bentuk
umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e

Y = faktor yang mempengaruhi pertumbuha benih ikan


a, b1,b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien regresi
10

X1 = benih ikan lele dumbo


X2 = Pakan
X3 = Nutrisi
X4 = Suhu
X5 = Oksigen
X6 = DO
e = kesalahan pengganggu, yakni nilai-nilai dari variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam persamaan. Nilai ini
biasanya tidak dihiraukan dalam perhitungan.
Pengujian hipotesis terhadap hasil model regresi berganda dapat diuji dengan cara
uji statistik F yang dilakukan untuk menguji apakah keseluruhan variabel
independen memberikan pengaruh pada variabel dependen. Hipotesis dalam
pengujian ini yaitu :
H0 : µ1 = µ2 = …. µi = 0
H1 : Minimal terdapat satu µ ≠ 0, I = 1,2,3,….k
2
R (k −1)
Fhitung =
(1−R ¿¿ 2)/( n−k) ¿
Keterangan :
R2 = koefisien determinasi
K = jumlah variabel independen
N = jumlah pengamatan
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Fhitung ≤ Ftabel (a = 0,05), maka menerima H0, berarti keseluruhan variabel
independen secara bersama-sama tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap variabel dependen
b. Fhitung ≥ Ftabel (a = 0,05), maka menolak H0, berarti keseluruhan variabel
independen secara bersama-sama memberikan pengaruh nyata terhadap
variabel dependen.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, pada saat
wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
11

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa


belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai
tahap tertentu hingga diperoleh data yang kredibel. Setelah data terkumpul,
maka aktivitas analisis data selanjutnya yaitu reduksi data, display data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan ketika dirasa sudah cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu
dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode
pada aspek-aspek tertentu.
2. Display data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Display data ini mengolah data-data setengah jadi yang sudah
dikelompokkan dan memiliki alur tema yang jelas, ditampilkan dalam suatu
matriks kategorisasi yang sesuai tema (bisa berupa tabel, grafik, phei chard,
pictogram dan sejenisnya). Dengan mendisplaykan data, makan akan
memudahkan untuk memahami apa yang telah terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman ialah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang
ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika ada ditemukan
bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan awal didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang ditemukan adalah kredibel.
12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Kualitas Air


Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kualitas air media pemeliharaan benih lele dumbo

Jika dilihat dari Gambar 1. menunjukkan bahwa kepadatan 20 ekor/L


berbeda dengan kepadatan lainnya. Kepadatan 30 ekor/L sama dengan kepadatan
40 ekor/L dan 50 ekor/L, sedangkan kepadatan 40 ekor/L berbeda dengan
kepadatan 50 ekor/L. Pada pertumbuhan panjang tubuh, dan laju pertumbuhan
harian menunjukkan bahwa kepadatan 20 ekor/L berbeda dengan kepadatan
lainnya, sedangkan kepadatan 30,40, dan 50 ekor/L tidak berbeda. Kualitas air
media pemeliharaan benih ikan lele setiap perlakuan selama penelitian masih
dalam kisaran yang baik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan
lele.
Kualitas air media pemeliharaan benih ikan lele selama penelitian masih
dalam kisaran yang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup, meskipun
ada nilai parameter kualitas air yang menurun dengan meningkatnya kepadatan
ikan. Suhu pada penelitian berkisar antara 28 0C sampai 29 0C. Fluktuasi suhu
pada saat ini dikarenakan ruangan penelitian tertutup dan diberi lampu setiap
wadah budidaya seperti aquarium sehingga suhu dapat lebih stabil. Nilai suhu
penelitian ini sudah sesuai untuk kehidupan ikan (Arifin dan Asyari, 1992).
13

Oksigen terlarut merupakan parameter suhu mutu air yang paling penting bagi
kehidupan organisme didalamnya, dalam hal ini adalah benih ikan lele. Oksigen
berperan penting dalam air menurun dengan meningkatna kepadatan. Kandungan
oksigen tertinggi pada kepadatan 20 ekor/L (6,14-6,77 ppm) dan terendah pada
kepadatan 50 ekor/L (4,71-4,80 ppm). Menurunnya kandungan oksigen dengan
meningkatnya kepadatan disebabkan karena dengan banyaknya jumlah ikan maka
kebutuhan oksigen juga menjadi lebih banyak. Selain itu kepadatan yang tinggi
banyak buangan metabolisme dan feses ikan yang membutuhkan oksigen untuk
menguraikannya, sehingga kandungan oksigen menjadi rendah. Rendahnya
kandungan oksigen ini juga menyebabkan kematian, hal ini juga dapat
menyebabkan kelangsungan hidup yang rendah pada kepadatan 50 ekor/L.
Pada pembenihan ikan lele, para petani budidaya menggunakan sistem
resirkulasi sebetulnya masih dapat mempertahankan kandungan oksigen dalam
batas toleransi ikan. Hal ini dikarenakan selain dari aerasi, oksigen juga masuk
dari sirkulasi air. Sirkulasi air sebanyak 500% dalam satu hari.
Nilai pH pada setiap kepadatan berkisar 6,5 sampai 7,0. Menurut Zonneveld
(1991), pH yang cocok untuk kehidupan ikan berkisar antara 6,5-8,0. Nilai pH
berkisar pada kisaran yang baik untuk kehidupan ikan, hal ini diduga karena
adanya penggunaan arang pada sistem resirkulasi yang dapat berfungsi sebagai
penyangga pH air (pH Buffer).
Kandungan CO2 meningkat dengan meningkatnya kepadatan, yaitu 6,40-
6,42 mg/L pada kepadatan 20 ekor/L sampai 6,93-6,95 ekor/L pada kepadatan 50
ekor/L. meningkatnya kandungan CO2 dengan meningkatnya kepadatan karena
lebih banyaknya ikan yang melakukan respirasi, sehingga buangan respirasi
berupa CO2 meningkat. Nilai CO2 masih dalam kisaran yang baik untuk
kehidupan ikan.

4.2 Pakan
Pada pembenihan ikan lele dumbo pakan alternatif ialah tubipex, cacing dan
pelet yang ditaruh dalam kain kemudian masukkan dalam air yang berisi benih
lele. Untuk memacu pertumbuhan badan, makanan yang perlu diberikan dalam
jumlah yang cukup dan berkualitas (bergizi), makanan yang bergizi harus
mengandung protein, lemak dan karbohidrat (Khairmun AK & T Sihombing,
14

2008). Pakan yang diberikan para petani ikan adalah pakan alami dan pakan
buatan diantaranya adalah tubifex dan pelet sesuai ukuran bukaan mulut benih
ikan lele dumbo. Pakan alami mengandung protein yang tinggi yang sangat
cocok untuk diberikan pada benih dan pakan buatan sebagai pengganti pakan
alami dan kadang sebagai pakan tambahan untuk membantu ikan menambah
kecukupan protein maupun karbohidrat .
13

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Pada penelitian yang dilakukan, kualitas air masih berada dalam kisaran yang
baik untuk pertumbuhan benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Peningkatan
kepadatan dari 20 ekor/L sampai 50 ekor/L tidak meningkatkan kelangsungan
hidup dan pertumbuhan benih ikan lele dumbo. Kelangsungan hidup,
pertumbuhan panjang tubuh, dan laju pertumbuhan harian tertinggi diperoleh pada
kepadatan 20 ekor/L. penggunaan resirkulasi dapat mempertahankan kualita air
media pemeliharaan benih ikan lele dumbo tetap baik. Pakan alami seperti cacing
atau tubipex, dan pelet adalah pakan alternatif yang diberikan pada benih ikan.

V.2. Saran
Agar kualitas air pada pembenihan ikan lele tetap terjaga maka sebaiknya
petani ikan lele dumbo selalu menjaga kebersihan wadah budidaya dan untuk
meningkatkan pertumbuhan benih harus memperhatikan pakan alami yang sesuai
bukaan mulut benih. Perlu dilakukan upaya yang lebih baik untuk meningkatkan
kandungan oksigen terlarut di dalam media pemeliharaan.
14

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi H, Iskandar & Kurniawati. 2012. Pemberian Probiotik dalam Pakan


Terhadap Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada Pendederan
II. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3 (4): 99-107.

Amalia R, Subandiyono & A Endang. 2013. Pengaruh Penggunaan Papain


Terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and
Technology 2(1): 136-143.

Amarullah MH. 2008. Hidro Biologi Larva Ikan dalam Proses Rekruitment.
Jurnal Hidrosfer Indonesia. 3(2): 75-80.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan Pustaka Nusantara.

Handayani S & MP Patria. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk


Krenceng Cilegon, Banten. Makara Sains 9(2): 75-80.

Hendriana A. 2010. Pembesaran Lele di Kolam Terpal. Jakarta: Penebar Swadaya.

Herawati VE & M Agus. 2014. Analisis Pertumbuhan dan Kelulusan Hidup Larva
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang diberi Pakan Daphnia sp. Hasil
Kultur Massal Menggunakan Pupuk Organik Difermentasi. Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. 26 (1): 1-11.

Khairmun AK & T Sihombing. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal.


Jakarta: Agromedia Pustaka.

Madinawati S & Yoel. 2011. Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap


Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Jurnal Media Litbang Sulteng 4 (2): 83-87.

Marnani S, L Emyliana & M Santoso. 2011. Frekuensi Pemberian Pakan dan


Pemeliharaan Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Jurnal Omni Akuatik 10 (12): 7-13.

Nisrinah S & T Elfitasari. 2013. Pengaruh Penggunaan Bromelin Terhadap


Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Journal Of Aquaculture Management and Technology 2(2): 57-
63.

Ramli. 2015. Menentukan Dosisi Silase Jeroan Ikan Hiau (Rhizoprionodon) dalam
Formula Pakan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Samakia: Jurnal
Ilmu Perikanan 6 (2): 1-11.
15

Silalahi, S. 2009. Analisis Kualitas Air dan Hubungan Dengan Keanekaragaman


Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. (Tesis). Medan :
Universitas Sumatera Utara.

Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktivitas Usaha Lele. Balai Budidaya Air


Tawar Sukabumi. Jawa Barat.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2000. Produksi Benih Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) Kelas Benih Sebar.

Anda mungkin juga menyukai