Oleh:
WIRANTI
56203213125
Oleh:
WIRANTI
56203213125
NRP : 56203213125
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. I Ketut Sumandiarsa, S.St.Pi., M.Sc. Heny Budi Purnamasari, S.Pi., M.ST.Pi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas izin-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas Paper yang berjudul Pengolahan Bakso Ikan Dengan
Penambahan Karagenan tepat pada waktunya, sehingga pe dapat memenuhi syarat
untuk mengikuti Ujian Akhir Semester IV.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan, terima kasih yang teramat dalam
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penulisan
paper ini, yaitu kepada yang terhormat :
1. Dr. Muhammad Hery Riyadi Alauddin, S.Pi, M.Si. selaku Direktur Politeknik Ahli
Usaha Perikanan
2. Dr. I Ketut Sumandiarsa, S.St.Pi., M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi
Teknologi Pengolahan Hasl Perikanan
3. Heny Budi Purnamasari, M.ST.Pi. selaku Sekretaris Program Studi
Pengolahan Hasil Perikanan.
4. Dr. Yuliati Sipahutar, S.Pi., M.M. selaku Dosen pembimbing Paper
5. Kepada kedua orang tua saya yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan Paper.
Dalam menyusun Paper, penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya,
namun demikian penulis menyadari bahwa penulisan Paper ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan literatur yang penulis miliki maupun
karena kemampuan penulis sendiri yang masih jauh dari memuaskan. Akhir kata, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang positif dan membangun. Semoga penulisan Paper ini
dapat memberikan manfaat.
Wiranti
( 56203213125 )
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dan sholawat serta salam kita
curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW karena dengan rahmat dan hidayah-Nya.
Paper yang berjudul ” Kapang pada Produk Perikanan “ ini bisa diselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan. Paper ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian
Akhir Semester IV pada Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik Ahli
Usaha Perikanan. Paper adalah naskah yang sistematik dan utuh berupa garis-garis besar
tentang suatu masalah, dan dituis menggunakan pendekatan suatu disiplin keilmuan tertentu,
baik pada menguraikan pendapat, gagasan maupun pada rangka pemecahan masalah
tersebut yang umumnya memakai literatur menjadi tinjauan pustaka.
Penulis sadar bahwa Paper ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Penulis berharap Paper ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wiranti
( 56203213125 )
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki perairan yang luas, namun konsumsi
ikan masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Konsumsi ikan di Indonesia pada
tahun 2013 masih rendah yaitu sebesar 26 kg/kapita/tahun bila dibandingkan dengan negara-
negara anggota ASEAN lain contohnya Malaysia sebesar 45 kg/kapita/tahun (Numberi 2014).
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya berbagai macam pengolahan komoditi perikanan yang
diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya perikanan menjadi optimal dan meningkatkan
minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan. Salah satu usaha produk perikanan yang dapat
dikembangkan dan berpeluang menambah nilai tambah (added value) adalah bakso ikan.
Bakso merupakan produk olahan dari daging yang cukup digemari masyarakat. Pada
umumnya bakso dibuat dari daging sapi, tetapi sudah banyak dijumpai di pasaran bakso dibuat
dari daging ikan. Jenis ikan yang sering dipergunakan untuk bahan pembuatan bakso adalah
ikan tuna, patin, kakap, manyung, nila, gulamah, dan tongkol. Pada dasarnya, hampir semua
jenis ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan bakso.
Selain rasa dan aroma, mutu kekenyalan bakso sangat mempengaruhi daya tarik
konsumen untuk mengkonsumsinya. Bahan alami yang mempunyai sifat sebagai pengenyal
adalah karagenan. Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid hasil ekstraksi rumput laut jenis
karaginofit seperti Eucheuma sp., Chondrus sp., Hypnea sp., dan Gigartina sp. Karagenan
memiliki banyak manfaat, khususnya dalam industri makanan, diantaranya dapat berfungsi
sebagai pembentuk gel, bahan penstabil, pengemulsi, pensuspensi, dan pendispersi
(Anggadiredja et.al., 2006). Karagenan berfungsi untuk memperbaiki tekstur bakso agar lebih
kenyal dimana kekenyalan karagenan dalam membentuk gel dibedakan dari yang kuat sampai
rapuh dengan tipe yang lembut dan elastis (Anggadireja, 2006). Selain sebagai pengeyal,
penambahan karagenan dalam pembuatan bakso ikan juga diharapkan dapat menambah nilai
gizi dan kandungan serat pangan pada produk.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan karagenan terhadap uji hedonik pada bakso
ikan.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan karagenan terhadap uji proksimat pada bakso
ikan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
K. alvarezii E. denticulatum
3.1. Bakso
b. Kimia
- Kadar air % Maks. 70
- Kadar abu % Maks. 2,5
- Kadar protein % Min. 7
- Histamin** mg/kg Maks. 100
c. Cemaran mikroba n c m M
- ALT koloni/g 5 2 10⁵ 10⁶
- Escherichia coli APM/g
- Salmonella per 25 g 5 1 <3 3,6
- Staphylococcus
aureus koloni/g
5 0 Negatif Td
- Vibrio cholera*** per 25 g
- Vibrio per 25 g 5 1 10² 10³
parahaemolyticus***
5 0 Negatif Negatif
5 0 <3 Td
d Cemaran logam***
mg/kg Maks. 0,5
- Merkuri (Hg)
mg/kg Maks. 0,3
- Timbal (Pb)
mg/kg Maks. 0,1
- Kadmium (Cd)
mg/kg Maks. 1,0
- Arsen (As)
mg/kg Maks. 40,0
- Timah (Sn)
Uji hedonik adalah uji yang menunjukan tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu
produk dengan menggunakan indra manusia.
Nilai mutu rata-rata
3.4.1. Warna
Hasil penelitian dari (Yuli Ardianti , Sri Widyastuti , Rosmilawati , Saptono W., dan
Dody Handit) Skala tingkat kesukaan panelis terhadap warna bakso ikan tongkol dengan
penambahan karagenan yaitu 4,25 – 4,64. Sedangkan skor warna berkisar antara 3,26-3,82
yaitu agak gelap. Sama halnya dengan hasil penelitian dari (Dina Defyanti Sinaga, Herpandi,
Rodiana Nopianti) rata-rata nilai warna pada bakso ikan patin dengan penambahan
karagenan adalah berkisar 3,88 sampai dengan 4,72. Hal ini menunjukkan bahwa
perbandingan bakso ikan tongkol Skor warna cenderung meningkat dengan menurunnya
konsentrasi karagenan yang ditambahkan yang berarti tingkat kecerahannya cenderung
menurun. Tingkat kecerahan ini dipengaruhi oleh penambahan karagenan yang merupakan
campuran kompleks dari beberapa polisakarida (Winarno, 1990) dan bakso ikan patin
dengan penambahan karagenan warna bakso agak gelap, perbandingan bakso ikan patin
dengan penambahan karagenan tidak memberikan pengaruh terhadap warna, akan tetapi
Hal ini disebabkan semakin banyak tepung tapioka yang digunakan warna pada bakso akan
menjadi lebih gelap.
3.4.2. Aroma
Tingkat kesukaan panelis terhadap parameter aroma memberikan nilai mutu rata-rata
yaitu 2,65 - 6,00. Berdasarkan analisis uji hedonik menurut SNI 01-2346-2006 memberikan
hasil yaitu perlakuan B1 dengan nilai mutu 3 (agak tidak suka), perlakuan B2 dengan nilai
mutu 4 (biasa), perlakuan B3 dengan nilai mutu 5 (agak suka), perlakuan B4 dengan nilai
mutu 5 (agak suka) dan perlakuan B5 dengan nilai mutu 6 (suka).
Hasil penilaian panelis terhadap nilai aroma bakso ikan tuna dari penelitian DIen, H.A. S.
Berhimpon, S.J. Sondakh., 2019., dengan aroma terbaik ada pada bakso ikan tuna dengan
substitusi karagenan 3% kemudian substitusi karagenan 2%. Selanjutnya yaitu bakso
dengan substitusi karagenan 1% dan yang terakhir adalah bakso tanpa penambahan
karagenan. Pada penelitian ini penambahan karagenan tidak terlalu berpengaruh besar
terhadap aroma bakso ikan. Sama halnya dengan hasil penelitian dari (Dina Defyanti Sinaga,
Herpandi, Rodiana Nopianti) aroma pada bakso ikan patin dengan nilai rata-rata berkisar
3,88 sampai dengan 4,52. Kriteria penilaian konsentrasi aroma bakso ikan patin dengan
penambahan karagenan yaitu 4 (agak lebih baik) dan 5 (baik). Hal ini menunjukkan bahwa
perbandingan bakso ikan patin dengan penambahan bahan tambahan pangan tidak
memberikan pengaruh terhadap aroma.
3.4.3. Rasa
Tingkat kesukaan panelis terhadap parameter rasa memberikan nilai mutu rata-rata
yaitu 2,72 - 6,17. Berdasarkan analisis uji hedonik menurut SNI 01-2346-2006 memberikan
hasil yaitu perlakuan B1 dengan nilai mutu 3 (agak tidak suka), perlakuan B2 dengan nilai
mutu 4 (biasa), perlakuan B3 dengan nilai mutu 5 (agak suka), perlakuan B4 dengan nilai
mutu 5 (agak suka) dan perlakuan B5 dengan nilai mutu 6 (suka).
Hasil penelitian dari (Yuli Ardianti , Sri Widyastuti , Rosmilawati , Saptono W., dan Dody
Handit) Skala tingkat kesukaan panelis terhadap rasa bakso ikan tongkol dengan
penambahan karagenan berkisar antara 4,32–4,89, yaitu netral. Sedangkan skornya berkisar
antara 4-4,43 yang berarti agak terasa ikan tongkol. Sama halnya dengan hasil penelitian
dari DIen, H.A. S. Berhimpon, S.J. Sondakh., 2019., untuk segi rasa, tidak ada perbedaan
yang jauh dari masing-masing penilaian karena menggunakan bahan baku dan pelengkap
yang sama, hanya berbeda di konsentrasi karagenannya saja. Hal ini menunjukkan
Penambahan tepung karaginan tidak mempengaruhi rasa bakso ikan dikarenakan tepung
karaginan memiliki rasa yang netral atau tawar sehingga tidak mempengaruhi rasa dari
bakso ikan yang dihasilkan.
3.4.4. Kenampakan
Tingkat kesukaan panelis terhadap parameter kenampakan memberikan nilai mutu rata-
rata berkisar antara 2,82 - 5,92. Berdasarkan analisis uji hedonik menurut SNI 01-2346-2006
memberikan hasil yaitu perlakuan B1 dengan nilai mutu 3 (agak tidak suka), perlakuan B2
dengan nilai mutu 4 (biasa), perlakuan B3 dengan nilai mutu 5 (agak suka), perlakuan B4
dengan nilai mutu 5 (agak suka), dan perlakuan B5 dengan nilai mutu 6 (suka).
Hasil penelitian DIen, H.A. S. Berhimpon, S.J. Sondakh., 2019., pengujian hedonik
menunjukkan kenampakan produk bakso ikan tuna dengan nilai tertinggi yaitu 6,8 pada
konsentrasi 2% dan 3%. Hal ini dikarenakan kenampakan bakso ikan tuna dipengaruhi oleh
banyaknya penambahan karagenan. Penurunan nilai kenampakan selama penyimpanan,
diduga karena kandungan air produk selama penyimpanan juga mengalami banyak
penurunan, sedangkan untuk jenis bakso ikan Nila kenampakan bisa diterima kosumen
selama penyimpanan karena karagenan dapat berfungsi dalam peningkatan gel, (Menurut
Chamidah et al., (2000)).
Kenampakan bakso ikan yang baik haruslah berbentuk bulat halus, berukuran seragam,
bersih, cemerlang dan tidak kusam, Menurut Dewi (2007).
3.4.5. Kekenyalan
Tingkat kesukaan terhadap parameter kekenyalan panelis memberikan nilai mutu rata-
rata berkisar antara 2,80 - 5,84. Berdasarkan analisis uji hedonik menurut SNI 01-2346-2006
memberikan hasil yaitu perlakuan B1 dengan nilai mutu 3 (agak tidak suka), perlakuan B2
dengan nilai mutu 4 (biasa), perlakuan B3 dengan nilai mutu 5 (agak suka), perlakuan B4
dengan nilai mutu 5 (agak suka), dan perlakuan B5 dengan nilai mutu 6 (suka).
Hasil dari penelitian (Yuli Ardianti , Sri Widyastuti , Rosmilawati , Saptono W., dan Dody
Handit) Penambahan karagenan 0, 1, 2, 3, dan 4% terlihat bahwa angka kekenyalannya
semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi karagenan yang diberikan. Kappa
karagenan jika berikatan dengan kation akan menghasilkan gel yang kuat dan tekstur yang
kenyal Menurut Basmal (2003). Berdasarkan penelitian (Tarigan, Nurbety. 2020) penilaian
panelis terhadap aroma bakso ikan kakap dengan penambahan bubur rumput laut Euchema
cottoni sekitar 3.4- 4.6 (agak kenyal dan sangat kenyal) sehingga dapat disukai oleh semua
panelis. Penambahan bubur rumput laut pada bakso ikan kakap memberikan pengaruh yang
nyata terhadap kekenyalan bakso.
3.4.6. Keseluruhan
Tujuan Pengujian secara keseluruhan meliputi warna, aroma, rasa, kenampakan dan
kekenyalan pada bakso yaitu bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap
bakso dengan formulasi atau penambahan bubur rumput laut Euchema cottoni (karagenan).
Penerimaan konsumen merupakan faktor penting diterima atau tidaknya suatu produk
pangan disamping kandungan gizinya oleh karena itu, Hal ini perlu dilakukan. Menurut
Keeton (2001) penggunaan rumput laut dimaksudkan untuk memperbaiki gel produk dan
merupakan bahan pengental dan pengikat.
3.5. Uji proksimat bakso ikan
Air adalah salah satu komponen yang berperan besar pada pembuatan bakso, dan juga
merupakan faktor yang menentukan tekstur bakso, bila air yang digunakan terlalu banyak
maka keempukannya juga meningkat (Naruki dan Kanoni, 1992).
Berdasarkan SNI 01-3819-1995 yang mengatur standar mutu bakso ikan, kadar air yang
dianjurkan pada bakso ikan maksimal 80%. Pengaruh kadar air sangat penting sekali dalam
menentukan daya awet suatu bahan pangan karena kadar air mempengaruhi sifat-sifat fisik
(organoleptik, sifat kimia dan kebusukan oleh mikroorganisme) Menurut Rohana (2016).
Pada penelitian (DIen, H.A. S. Berhimpon, S.J. Sondakh., 2019), tampak bahwa bakso ikan
yang disimpan hingga 2 hari pada suhu ruang kadar airnya meningkat dari sebelumnya.
Kadar abu adalah kandungan mineral suatu bahan. Pengukuran kadar abu bertujuan
untuk mengontrol konsentrasi garam anorganik, seperti natrium, kalium, karbonat dan fosfat,
Menurut Sudarmadji et al., (1997).
Hasil penelitian dari Tarigan, Nurbety. 2020., Berdasarkan hasil pertama bahwa hasil
analisa kadar abu tanpa penambahan konsentrasi rumput laut (kontrol) lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan bakso dengan penambahan konsentrasi rumput laut
Euchema cottoni. Hasil pengukuran kedua bahwa penambahan rumput laut meningkatkan
nilai kadar abu dalam bakso ikan kakap. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh garam
mineral yang ditambahkan dalam formulasi bakso ikan kakap.
Penambahan rumput laut Eucheuma cottonii atau karagenan pada bakso ikan selain
dapat meningkatkan pembentukan gelnya, tetapi juga dapat meningkatkan kandungan
mineralnnya.
Pengujian terhadap kadar protein menunjukkan standar dari kadar protein yang
ditetapkan adalah minimal 9%, sedangkan dari produk yang diuji pada penelitian Yuliati H.
Sipahutar dan Arpan N. Siregar., menunjukkan hasil 10,1% lebih tinggi dari produk kontrol
yaitu 8,29%. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa produk masuk dalam kategori
standar dari kadar protein, hal ini dikarenakan didalam rumput laut memiliki kandungan
karbohidrat, protein, sedikit lemak, vitamin dan mineral.
Perbedaan nilai kadar protein pada setiap bakso dikarenakan adanya penambahan
bahan tambahan pangan yang memiliki kadar protein berbeda-beda pada setiap bahan
tambahan pangan yang ditambahkan. Bakso dengan penambahan rumput laut atau
karagenan memiliki nilai tambah, namun tidak mengurangi kandungan proteinnya
dibandingkan dengan bakso yang hanya menggunakan tepung tapioka, karena penambahan
rumput laut atau karagenan pada bakso ikan dapat memperbaiki tekstur bakso,
meminimalkan konsentrasi daging ikan.
Menurut Buckle, 1985., Lemak adalah komponen pangan yang berenergi tinggi, karena
setiap gramnya lebih banyak energi daripada karbohidrat atau protein.
Hasil analisis keragaman kadar lemak bakso ikan patin pada penelitian Dina
Defyanti Sinaga, Herpandi, Rodiana Nopianti., menunjukkan bahwa penambahan
karagenan pada bakso ikan patin berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap nilai kadar
lemak yang dihasilkan.
Sedangkan Hasil kadar lemak bakso ikan kakap pada penelitian Tarigan, Nurbety.
2020., dengan penambahan konsentrasi rumput laut lebih kecil bila dibandingkan
dengan kadar lemak bakso ikan tanpa penambahan rumput laut (kontrol). Nilai rata-rata
kadar lemak dengan penambahan rumput laut pada bakso ikan kakap yakni 1,22-1,43
%.
Penambahan konsentrasi rumput laut di dalam bakso ikan mampu menurunkan nilai
kadar lemak. Hal ini disebabkan adanya kandungan karaginan yang terkandung dalam
Euchema cottoni yang berguna untuk water binding (pengikat air) sehingga semakin
tinggi karaginan maka semakin banyak kandungan lemak yang terlepas.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Penambahan keragenan
berpengaruh nyata terhadap uji hedonik kenampakan, rasa dan Kekenyalan, tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap warna dan aroma. Penambahan bahan tambahan pangan atau
rumput laut (karaginan) dalam pembuatan bakso ikan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
analisa kimia yaitu kadar protein, kadar abu tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar
air dan kadar lemak.