Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

OBAT DAN BAHAN UNTUK KESEHATAN GIGI DAN MULUT

DOSEN PENGAMPU : Dr.sonlimar mangungsong,Apt,M,Kes .

DISUSUN : WIDA OKMIRANDA


NIM : PO7120521055

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “OBAT DAN BAHAN UNTUK KESEHATAN GIGI DAN
MULUT”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar
SAW . Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas
Farmakologi.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan


dukungan dari dosen pengampu mata kuliah Farmakologi. Semoga makalah
yang telah saya susun ini turut memperkaya khazanah illmu kefarmasian atau
farmakognosi serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca.

Saya menyadari bahwa didalam makalah yang telah saya susun ini
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan, sehingga saya
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya
makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, saya berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat

Lahat14 februari 2022


DAFTAR ISI

Halaman judul.............................................................................................

Kata pengantar...........................................................................................

Daftar isi......................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 latar belakang .......................................................................................


1.2 rumusan masalah..................................................................................

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Tujuan umum........................................................................................

2.2 Tujuan khusus......................................................................................

2.3 Manfaat penelitian.................................................................................

2.4 Manfaat untuk ilmu pengetahuan.........................................................

2.5.Manfaat untuk masyarakat...................................................................

2.6 Manfaat untuk penelitian.......................................................................

2.7 Peran bahan disinfektan pada perawatan saluran akar........................

2.8 pencegahan dan perawatankaries rampa............................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................

3.2 saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara,
pengunyahan dan percaya diri. Angka kejadian masalah kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia tergolong masih tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Nasional tahun 2013, prevalensi nasional masalah gigi mulut adalah 25,9%, tetapi
hanya 8,1% yang menerima perawatan atau pengobatan.
Flora normal banyak ditemukan dalam rongga mulut manusia, dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit, namun bila terjadi gangguan sistem imun maupun
perubahan keseimbangan flora normal mulut, maka flora normal tersebut dapat menjadi
patogen. Dalam hal ini beberapa flora normal mulut yang disebut antara lain adalah
Candida.
Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang menghasilkan
pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Pada tubuh
manusia jamur Candida dapat hidup sebagai saprofit di dalam alat pencernaan, alat
pernafasan atau dalam vagina orang sehat tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun,
tetapi pada keadaan tertentu Candida dapat berubah menjadi patogen dan
menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis.
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian
besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun
mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. Candida albicansadalah
jamur dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeks
Candida, sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan
sistemik.
Indonesia merupakan kawasan pesisir pantai, terutama di daerah pesisir pantai
banyak ditemukan industri pengasapan ikan. Pengasapan adalah salah satu usaha
pengawetan bahan makanan tertentu, terutama daging dan ikan dengan menggunakan
asap. Pengasapan merupakan suatu cara pengolahan atau pengawetan dengan
memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami
dari hasil pembakaran bahan-bahan alami. Salah satu jenis pengolahan yang dapat
digunakan untuk menghambat kegiatan mikroorganisme adalah pengasapan ikan,
selain bertujuan memberikan manfaat untuk mengawetkan ikan, pengolahan ikan
dengan cara pengasapan juga memberi aroma yang sedap, warna kecoklatan atau
kehitaman, tekstur yang bagus serta cita rasa yang khas dan lezat pada daging ikan
yang diolah.

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami
proses pembusukan. Cara pengawetan dengan menggunakan proses pengasapan
merupakan salah satu cara pengawetan dalam menyelamatkan hasil tangkapan
nelayan. Dengan pengasapan proses pembusukan dapat dihambat sehingga ikan
dapat disimpan lebih lama. Di daerah Bandarharjo Semarang, pengasapan dilakukan
dengan metode pengasapan cair, yaitu dengan distribusi longgar uap dalam cairan
sebagai hasil kondensasi asap dari pirolisis kayu.Asap cair dapat digunakan sebagai
bahan pengawet karena memiliki sifat antibakteri dan antioksidan. Sifat sebagai
antibakteri ini berkaitan dengan kandungan senyawa-senyawa dalam asap cair, yaitu
fenolik, senyawa karbonil, dan asam karboksilat. Zat-zat kimia tersebut bersifat
antibakterial yang sangat efektif dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan
bakteri dan antifungal.

Para pekerja pengasapan biasanya tidak memakai pelidung, sehingga secara


langsung akan terjadi pajanan asap pada rongga mulut dimana terdapat flora normal
yang kemungkinan berpengaruh terhadap pajanan asap tersebut. Pada percobaan
yang dilakukan oleh Endang Wahyuningtyas (2008) yang meneliti tentang pengaruh
ekstrak Graptophyllum pictum terhadap pertumbuhan Candida albicans pada plat gigi
tiruan resin akrilik menyimpulkan bahwa kandungan pada senyawa fenol pada ekstrak
Graptophyllum pictum dapat menekan pertumbuhan Candida Albicans. Senawa
fenolmerupakan salah satu komponen yang terdapat dalam proses pengasapan ikan
yang menggunakan tempurung kelapa sebagai bahan bakar.Pada penelitian ini tujuan
penulis ingin melihat pengaruh pajanan asap terhadap jumlah candida yang ada pada
rongga mulut pekerja pengasap ikan.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan
apakah terdapat pengaruh antara pajanan asap terhadap jumlah Candida pada rongga
mulut pekerja pengasapan ikan di Desa Bandarharjo, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah?

1.3 Tujuan
2.1Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara pajanan asap dengan jumlah candida pada
pekerja pengasapan ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah.

2.2 Tujuan khusus


1) Mengetahui karakteristik pekerja pengasapan ikan.
2) Membandingkan Jumlah candida di rongga mulut pada pekerja yang lebih
sering terpajan dibanding yang tidak terpajan.

2.3 Manfaat Penelitian


2.4 Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ketika terjun di
masyarakat dan menjadi sumbangan dalam perkembangan ilmu dalam bidang
kesehatan terutama gigi dan mulut

2.5 Manfaat untuk Masyarakat


Sebagai bahan informasi bagi pekerja bahwa pengasapan ikan berisiko terhadap
pertumbuhan candida, terutama akibat paparan asap pada rongga mulut.

2.6 Manfaat untuk Penelitian


Sebagai bahan referensi penelitian-penelitian lebih lanjut melalui perbaikan
metode yang ada

2.7 Peran bahan disinfektan pada perawatan saluran akar


Ada bermacam sebab kegagalan perawatan saluran akar, antara lain preparasi
saluran akar yang kurang, obturasi saluran akar yang tidak adekuat dan
mikoorganisme. Di antara faktor-faktor tersbeut, mikroorganisme baik yang tersisa
setelah perawatan saluran akar atau yang timbul setelah obturasi saluran akar
merupakan faktor utama penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Tujuan utama
perawatan saluran akar adalah mendisinfeksi saluran akar, peran dan mencegah
terjadinya reinfeksi. Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas bermacam-macam
bahan disinfeksi saluran akar, peran dan manajemennya pada prosedur perawatan
saluran akar. Ringkasan Pembahasan: Bahan irigasi yang ideal adalah bahan yang
mempunyai sifat antimikroba, mampu melarutkan jaringan lunak atau organik, mampu
melarutkan smear-layer, tegangan permukaan rendah, toksisitasnya rendah.
Kesimpulan: Pemilihan dan penggunaan bahan disinfektan yang tepat mempengaruhi
keberhasilan perawatan saluran akar. Sodium hipoklorit merupakan bahan disinfektan
saluran akar yang utama dan tidak dapat digantikan bahan lain. Untuk mendapatkan
hasil terbaik dalam perawatan saluran akar kita memerlukan empat jenis bahan
disinfeksi yaitu sodium hipoklorit, EDTA, Ca(OH)2 dan chlorhexidine.

2.8 pencegahan dan perawatan karies rampa


Karies merupakan proses patologik berupa kerusakan pada jaringan keras gigi
dimulai dari email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik
dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Karakteristiknya ialah terjadi demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik.Karies dapat
mengenai gigi sulung dan gigi tetap, namun proses kerusakan gigi sulung lebih cepat
menyebar dan lebih parah dibanding gigi tetap. Faktorpenyebab adanya perbedaan ini
ialah karena struktur email gigi susu kurang padat dan lebih tipis dibanding gigi
tetap.Karies yang sering dijumpai pada anak-anak ialah karies rampan. Ciri-ciri khas
karies rampan yaitu terjadinya sangat cepat bila dibandingkan karies umumnya,
penyebarannya mengenai beberapa gigi sekaligus pada gigi yang biasanya tahan
terhadap karies, kavitas karies berwarna putih sampai kekuningan, jaringan karies
lunak, serta sering menimbulkan rasa nyeri atau dapat terjadi pembengkakan. Tanda-
tanda yang sering dijumpai pada anak yang terkena karies rampan yaitadanya kesulitan
makan karena bila mengunyah terasa nyeri atau linu, sering mengemut makanannya
untuk menghindari terjadinya nyeri bila mengunyah, dan sering menangis karena
adanya rasa nyeriyang mengenai seluruh gigi.Karies rampan merupakan penyakit
multifaktorial karena mencakup beberapa

faktor yang memengaruhi terjadinya karies.Karies rampan ini terjadi karena


ketidakseimbangan mineralisasi dalam waktu lama di dalam rongga mulut yang
diakibatkan peningkatan konsumsi karbohidrat yaitu sering mengonsumsi makanan dan
minuman kariogenik yang tinggi kandungan sukrosanya. Karies rampan ini sering
ditemukan pada anak usia di bawah 5 tahun dengan penyebaran tertinggi pada anak
usia 4 tahun dimana pada usia tersebutgigi anak msih rentan terhadap asam dan anak
belum tahu mmbersihkan gigi geliginya sendiri.3Penatalaksanaan karies rampan pada
anak bergantung pada faktor etiologi, sikap, dan motivasi orang tua dan anak dalam
mendapatkan perawatan gigi, usia, serta tingkat kerja sama anak. Perawatan awal
berupa tindakan pencegahan berkembangnya karies rampan harus dilakukan sebelum
dimulai perawatan yang meyeluruh karena hal ini sangat menentukan keberhasila.

 DEFINISI KARIES RAMPAN


Karies rampan adalah lesi karies yangterjadi cepat, menyebar secara luas dan
menyeluruh sehingga cepat mengenai pulpa. Karies ini mengenai beberapa
gigi,termasuk gigi yang biasanya bebas karies yaitu gigi anterior bawah, dan banyak
dijumpai pada gigi sulung anak karena mengonsumsi makanan dan minuman
kariogenik atau pada anak balita yang sering mengudap makanan kariogenik di
antaramakanan utamanya.3,5 Karies rampan juga merupakan lesi akut yang meliputi
sebagian atau semua gigi yang telah erupsi, menghancurkan jaringan mahkota gigi
dengan cepat termasuk permukaan yang biasanya imun terhadap karies, serta
mengakibatkan terkenanya pulpa.Karies rampan yang spesifik ialah baby bottle caries.
Terdapat pada anak-anak yang berhubungan dengan riwayat masa bayi, misalnya
tertidur dengan botol susu masih di dalam rongga mulut yang berisi sirup atau jus
(mengandung gula).

 Pencegahan karies menurut Rohaeni


1. Pemilihan diet: Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi
seharihari oleh individu. Diet merupakan salah satu faktor utama permulaan
perkembangan karies sehingga pemilihan diet penting untuk diperhatikan. Orang tua
terutama ibu harus mencatat kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi anak sewaktu dan diantara jam makan. Diet vitamin dalam bentuk
suplemen dan obat mulut juga harus dicatat. Orang tua dianjurkan untuk mengurangi
frekuensi gula bagi anakanak terutama diantara jam makan.8

2. Instruksi kebersihan mulut


Perawatan gigi anak sejak dini sangat pentinguntuk menghidari proses kerusakan gigi,
seperti karies rampan. Salah satu upaya dapat dilakukan agar dapat menghindari
terjadinya karies rampan yaitu menjaga kebersihan mulut. Cara paling mudah dan
umum dilakukan ialah dengan menyikat gigi secara teratur dan benar; hal tersebut
merupakan usulan yang dapat dilakukan secara pribadi.1,4

3. Perawatan dengan fluor: Fluor diperoleh dari alam atau dari bentuk sediaan. Sumber
fluor alami yaitu air sumur, air kali, garam, ikan, dll. Dalam bidang kedokteran gigi,
penggunaan fluor untuk pencegahan karies yaitu penggunaan secara local dan
sistemik. Fluor masuk secara oral sehingga mempunyai efek topikal pada gigi.
Penggunaan fluor secara sistemik yaitu untuk mencapai permukaan emailmelalui
proses pencernaan. Cara ini berefek sejak saat sebelum erupsi dan sesudah erupsi.
Penggunaannya melalui air minum (PAM), tablet.

 ETIOLOGI
Terdapat berbagai faktor penyebab karies rampan, tetapi faktor utama ialah
seringmengonsumsi makanan dan minuman kariogenik dengan kandungan sukrosa
sangat tinggi. Sukrosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
sehingga pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan
pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi
permukaan gigi yang rentan dan proses karies rampan dimulai.9Karies merupakan
suatu penyakit multifaktorial karena mencakup empat faktor yang memengaruhi, yaitu:
faktorgigi, mikroorganisme (bakteri), substrat,dan waktu.Umumnya karies rampan
terjadi karena dipengaruhi oleh keempat faktor penyebab karies yang utama, namun
terdapat juga beberapa faktor penunjang karies rampan, yaitu: kebersihan mulut, faktor
psikologis, faktor sistemik, dan faktor herediter.Karies rampan sering menimbulkan
masalah dan yang tersering dialami oleh anak yaitu adanya rasa nyeri. Kesulitan makan
dapat menyebabkan asupan nutrisi yang kurang. Adanya kavitas akibatnya terjadinya
karies merupakan tempat tumbuh suburnya bakteri. Berbagai macam bakteri akan
berkumpul sehingga merupakan fokus infeksi untuk bagian tubuh lainya. Selain itu,
akibat karies rampan mulut berbau tidak enak karena adanya plak dan debris makanan
yang di timbulkan bakteri.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan:
1. Status karies gigi Siswa SDN 3 Sedayu Bantul dalam kategori rendah (≤ 2)
sebanyak 88,3%.
2. Status gizi anak Siswa SDN 3 Sedayu Bantul dalam kategori normal
73.3%.
3. Tidak ada hubungan status karies gigi dengan status gizi anak pada siswa
SDN 3 Sedayu Bantul.

3.2 SARAN
1. Bagi siswa SDN 3 Sedayu Bantul
Agar para siswa tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut serta selalu
memperhatikan asupan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi.
2. Bagi penelitian lain
Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dengan cakupan yang lebih
luas dan aspek yang lebih lengkap dengan variabel yang berbeda.
3. Bagi tenaga kesehatan gigi dan mulut
Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya lebih banyak memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut
terutama tentang karies gigi melalui promosi kesehatan seperti
penyuluhan, pembagian leaflet kepada masyarakat, pemutaran video
mengenai karies gigi dan media promosi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

1.KEMENKES RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Pedoman Paket Dasar
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: KEMENKES RI. 2012.
2. Kusumawardani, Endah. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Penerbit
Siklus. 2011.
3. Petersen PE. The World Oral Health Report 2003: Continuous Improvement of Oral
Health in the 21st century – the Approach of the WHO Oral Global Health
Programme. Community Dentistry and Oral Epidemiology 2003; 31 Suppl 1:3-24
4. World Health Organization. Recent Advances in Oral Health. Report of a WHO

Anda mungkin juga menyukai