Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “OBAT DAN BAHAN UNTUK KESEHATAN GIGI DAN
MULUT”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar
SAW . Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas
Farmakologi.
Saya menyadari bahwa didalam makalah yang telah saya susun ini
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan, sehingga saya
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya
makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, saya berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat
Halaman judul.............................................................................................
Kata pengantar...........................................................................................
Daftar isi......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................
3.2 saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami
proses pembusukan. Cara pengawetan dengan menggunakan proses pengasapan
merupakan salah satu cara pengawetan dalam menyelamatkan hasil tangkapan
nelayan. Dengan pengasapan proses pembusukan dapat dihambat sehingga ikan
dapat disimpan lebih lama. Di daerah Bandarharjo Semarang, pengasapan dilakukan
dengan metode pengasapan cair, yaitu dengan distribusi longgar uap dalam cairan
sebagai hasil kondensasi asap dari pirolisis kayu.Asap cair dapat digunakan sebagai
bahan pengawet karena memiliki sifat antibakteri dan antioksidan. Sifat sebagai
antibakteri ini berkaitan dengan kandungan senyawa-senyawa dalam asap cair, yaitu
fenolik, senyawa karbonil, dan asam karboksilat. Zat-zat kimia tersebut bersifat
antibakterial yang sangat efektif dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan
bakteri dan antifungal.
1.3 Tujuan
2.1Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara pajanan asap dengan jumlah candida pada
pekerja pengasapan ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah.
3. Perawatan dengan fluor: Fluor diperoleh dari alam atau dari bentuk sediaan. Sumber
fluor alami yaitu air sumur, air kali, garam, ikan, dll. Dalam bidang kedokteran gigi,
penggunaan fluor untuk pencegahan karies yaitu penggunaan secara local dan
sistemik. Fluor masuk secara oral sehingga mempunyai efek topikal pada gigi.
Penggunaan fluor secara sistemik yaitu untuk mencapai permukaan emailmelalui
proses pencernaan. Cara ini berefek sejak saat sebelum erupsi dan sesudah erupsi.
Penggunaannya melalui air minum (PAM), tablet.
ETIOLOGI
Terdapat berbagai faktor penyebab karies rampan, tetapi faktor utama ialah
seringmengonsumsi makanan dan minuman kariogenik dengan kandungan sukrosa
sangat tinggi. Sukrosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
sehingga pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan
pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi
permukaan gigi yang rentan dan proses karies rampan dimulai.9Karies merupakan
suatu penyakit multifaktorial karena mencakup empat faktor yang memengaruhi, yaitu:
faktorgigi, mikroorganisme (bakteri), substrat,dan waktu.Umumnya karies rampan
terjadi karena dipengaruhi oleh keempat faktor penyebab karies yang utama, namun
terdapat juga beberapa faktor penunjang karies rampan, yaitu: kebersihan mulut, faktor
psikologis, faktor sistemik, dan faktor herediter.Karies rampan sering menimbulkan
masalah dan yang tersering dialami oleh anak yaitu adanya rasa nyeri. Kesulitan makan
dapat menyebabkan asupan nutrisi yang kurang. Adanya kavitas akibatnya terjadinya
karies merupakan tempat tumbuh suburnya bakteri. Berbagai macam bakteri akan
berkumpul sehingga merupakan fokus infeksi untuk bagian tubuh lainya. Selain itu,
akibat karies rampan mulut berbau tidak enak karena adanya plak dan debris makanan
yang di timbulkan bakteri.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan:
1. Status karies gigi Siswa SDN 3 Sedayu Bantul dalam kategori rendah (≤ 2)
sebanyak 88,3%.
2. Status gizi anak Siswa SDN 3 Sedayu Bantul dalam kategori normal
73.3%.
3. Tidak ada hubungan status karies gigi dengan status gizi anak pada siswa
SDN 3 Sedayu Bantul.
3.2 SARAN
1. Bagi siswa SDN 3 Sedayu Bantul
Agar para siswa tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut serta selalu
memperhatikan asupan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi.
2. Bagi penelitian lain
Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dengan cakupan yang lebih
luas dan aspek yang lebih lengkap dengan variabel yang berbeda.
3. Bagi tenaga kesehatan gigi dan mulut
Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya lebih banyak memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut
terutama tentang karies gigi melalui promosi kesehatan seperti
penyuluhan, pembagian leaflet kepada masyarakat, pemutaran video
mengenai karies gigi dan media promosi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.KEMENKES RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Pedoman Paket Dasar
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: KEMENKES RI. 2012.
2. Kusumawardani, Endah. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Penerbit
Siklus. 2011.
3. Petersen PE. The World Oral Health Report 2003: Continuous Improvement of Oral
Health in the 21st century – the Approach of the WHO Oral Global Health
Programme. Community Dentistry and Oral Epidemiology 2003; 31 Suppl 1:3-24
4. World Health Organization. Recent Advances in Oral Health. Report of a WHO