Anda di halaman 1dari 14

ANALISA KANDUNGAN NATRIUM BENZOAT, SIKLAMAT PADA SELAI

STROBERRY YANG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Bahan Tambahan Pangan

Dosen Pengampu : M. Khoiron Ferdiansyah, STP., M.Sc.

Disusun oleh :

Ahmad Abdan Syakuron 20690002

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun
dalam rangka untuk menyelesaikan tugas ulangan akhir semester mata kuliah Bahan
Tambahan Pakan yang berjudul “Analisa Kandungan Natrium Benzoat, Siklamat Pada
Selai Stroberry Yang Bermerek Dan Tidak Bermerek”

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun  isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 10 Juli 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….……. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….…… 3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………. 4

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………...… 6

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………. 6

1.3 Tujuan Masalah ………………………………………………………………………….. 6

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………….. 7

2.1 Produk Pangan yang ada di pasaran yang terdapat komposisi BTP Pengemulsi,
Pengental atau Penstabilan, dan Antioksdan …………………………………………… 7

2.2 Fungsi atau peran dari BTP ……………………………………………………………. 9

2.3 Proses pembuatan selai stroberry ……………………………………………………. 9

2.4 Faktor yang dapat meningkatkan fungsi Bahan Tambahan Pangan ………...….
10

2.5 Faktor yang dapat melemahkan fungsi Bahan Tambahan Pangan ………………
11

2.6 Aspek-aspek keamanan yang harus di perhatikan bagi pemerintah dan


masyarakat terhadap bahan tambahan pangan selai stroberry antara lain
……………………………………………………………………………………………………. 12

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………… 13

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………...


13

3.2 Saran ……………………………………………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………… 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan Tambahan Makanan (BTP) atau yang lebih sering kita kenal dengan zat aditif
makanan. Peraturan mengenai BTP tertulis jelas dalam dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No. 722 tahun 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan atau yang lebih disebut Permenkes
722/88. Seiring perkembangan ilmu teknologi pangan dan adanya kajian ilmiah terbaru
mengenai keamanan BTP yang ada di dunia saat ini, maka saat ini badan POM bersma
dengan pakar terkait sedang mempersiapkan revisi dari Permenkes 722/88 tersebut yang
nantinya revisi peraturan ini akan dimandatorikan melalui Peraturan Kepala BPOM tentang
Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan dalam Pangan. Sampai saat ini,
rancangan peraturan tersebut masih dalam tahap pembahasan bersama Tim Pakar.
Penggunaan BTP ke dalam produk pangan ditujukan untuk menghasilkan produk yang
mempunya rasa yang enak, berwarna menarik, lebih awet serta mempunyai berbagai
macam rasa sesuai dengan perkembangan zaman dan permintaan konsumen. Kemajuan
ilmu teknologi pangan dan inovasi oleh produsen karena adanya permintaan dari konsumen
di dunia dewasa ini, juga menyebabkan meningkatnya penggunaan BTP pada produk-
produk ini. Beberapa penggunaan BTP dalam produk makanan adalah pewarna makanan,
penguat rasa, perisa, penstabil, pengeulsi, pengental, pengembang, pengawet dan lainnya.
Penstabil, pengemulsi, dan pengental memiliki kemiripan dalam fungsi dan tujuannya
sehingga dikategorikan dalam satu poin dilampiran II permenkes 722/88. Fungsi dari ketiga
BTP ini adalah untuk membantu pembentukan dan pemantapan sistem dispersi yang
homogen pada produk makanan dan minuman.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan
atau minuman. Penggunaan bahan tambahan pangan dalam produk pangan yang tidak
mempunyai risiko terhadap kesehatan manusia dapat dibenarkan karena hal tersebut
memang lazim dilakukan. Namun, penggunaan bahan yang dilarang sebagai bahan
tambahan 2 pangan atau penggunaannya secara berlebihan sehingga melampaui ambang
batas maksimal tidak dibenarkan karena dapat merugikan atau membahayakan kesehatan
manusia yang mengkonsumsi pangan tersebut (UU Pangan, 1996). Penggunaan BTP
(Bahan Tambahan Pangan) dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik

4
oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif
maupun negatif bagi masyarakat. Kita memerlukan pangan yang lebih baik untuk masa yang
akan datang, yaitu pangan yang lebih aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan
lebih mampu bersaing dalam pasar global.

Penambahan bahan tambahan makanan ke dalam produk makanan diperlukan


untuk meningkatkan mutu sehingga produk makanan tersebut dapat bersaing dipasaran
(Dewi, 2011). Penambahan bahan tambahan makanan ke dalam produk makanan, baik
jenis maupun takarannya harus sesuai dengan peraturan dari Menteri Kesehatan RI
(Fajarwati dkk., 2012) karena bahan tambahan tersebut dapat menyebabkan gangguan
kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (Taib dkk., 2014). Salah satu contoh bahan
tambahan pada produk makanan adalah pengawet. Pengawet berfungsi untuk membuat
produk makanan lebih bermutu dan tahan lama (Dewi, 2011), karena penambahan
pengawet dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghambat
enzim, sistem genetika sel, dan merusak dinding sel (Wardanita dkk., 2013), sehingga
makanan tidak cepat rusak (Cahyadi, 2008).

Senyawa benzoat merupakan salah satu pengawet yang sering digunakan dalam
produk makanan (Mardiana, 2016). Untuk memenuhi permintaan industri pangan, senyawa
benzoat dapat disintesis melalui reaksi kimia karena lebih praktis, murah dan mudah
diperoleh. Natrium benzoat merupakan salah satu senyawa benzoat sintetis yang sering
digunakan sebagai pengawet. Natrium benzoat lebih umum dipakai sebagai pengawet
karena lebih mudah larut jika ditambahkan pada bahan pangan (Dewi, 2011), aktif sebagai
pengawet/anti mikroba di pH 2,5-4,0 (Nurisyah, 2018) sehingga lebih berdayaguna dalam
bahan makanan yang sifatnya asam (Nurman dkk., 2018) Saat ini, belum ada upaya nyata
dari aparat permerintah terkait dalam menanggulangi masalah pelanggaran pelabelan
produk yang mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat, seperti ditemukannya bahan
dasar pembuatan selai buah yang menggunakan campuran beberapa buah busuk,
penambahan pemanis buatan dan zat pengawet berupa natrium benzoat yang berlebih,
serta penggunaan zat pewarna tekstil untuk mendapatkan produk makanan dengan
tampilan warna yang lebih menarik (Setiawati dkk., 2013). Selain itu terdapat selai stroberi
berwarna merah terang dan terdapat gumpalan warna yang tidak merata yang dijual di
Pasar Dupa Pekanbaru. Salah satu selai buah yang perlu diteliti adalah selai stroberi,
karena dalam proses pembuatan selai stroberi umumnya digunakan natrium benzoat.

Natrium benzoat jika dikonsumsi secara berlebih dapat mengganggu kesehatan,


antara lain dapat menyebabkan rasa kebas dimulut bagi yang kelelahan, kejang otot perut,
penyakit kanker dalam pemakaian jangka panjang (Hesti dkk., 2016). Senyawa benzoat

5
merupakan salah satu pengawet yang sering digunakan dalam produk makanan (Mardiana,
2016). Untuk memenuhi permintaan industri pangan, senyawa benzoat dapat disintesis
melalui reaksi kimia karena lebih praktis, murah dan mudah diperoleh. Natrium benzoat
merupakan salah satu senyawa benzoat sintetis yang sering digunakan sebagai pengawet.
Natrium benzoat lebih umum dipakai sebagai pengawet karena lebih mudah larut jika
ditambahkan pada bahan pangan (Dewi, 2011), aktif sebagai pengawet/anti mikroba di pH
2,5-4,0 (Nurisyah, 2018) sehingga lebih berdayaguna dalam bahan makanan yang sifatnya
asam (Nurman dkk., 2018).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana contoh produk pangan yang ada di pasaran yang terdapat komposisi btp
pengemulsi, pengental atau penstabilan, dan antioksdan?
2. Bagaimana fungsi dan peran BTP?
3. Bagaimana proses pembuatan selai strawberry?
4. Bagaimana faktor yang dapat meningkatkan fungsi bahan tambahan pangan?
5. Bagaimana aspek-aspek keamanan yang harus di perhatikan bagi pemerintah dan
masyarakat terhadap bahan tambahan pangan selai stroberry?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk menganalisa contoh produk pangan yang ada di pasaran yang terdapat
komposisi btp pengemulsi, pengental atau penstabilan, dan antioksdan
2. Untuk menganalisa fungsi dan peran BTP
3. Untuk menganalisa proses pembuatan selai strawberry
4. Untuk menganalisa faktor yang dapat meningkatkan fungsi bahan tambahan pangan
5. Untuk menganalisa aspek-aspek keamanan yang harus di perhatikan bagi pemerintah
dan masyarakat terhadap bahan tambahan pangan selai stroberry

BAB II

PEMBAHASAN

6
2.1 Produk Pangan yang ada di pasaran yang terdapat komposisi BTP Pengemulsi,
Pengental atau Penstabilan, dan Antioksdan

Pengemulsi atau zat pengemulsi (bahasa Inggris: Emulsifier) adalah zat untuk


membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air. Umumnya pengemulsi merupakan
senyawa organik yang memiliki dua gugus, baik yang polar maupun nonpolar sehingga
kedua zat tersebut dapat bercampur. Gugus nonpolar pengemulsi akan
mengikat minyak (partikel minyak dikelilingi) sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus
polar pengemulsi tersebut. Bagian polar kemudian akan terionisasi menjadi bermuatan
negatif, hal ini menyebabkan minyak juga menjadi bermuatan negatif.[Partikel minyak
kemudian akan tolak-menolak sehingga dua zat yang pada awalnya tidak dapat larut
tersebut kemudian menjadi stabil. Salah satu contoh pengemulsi  pada industri makanan,
telur dikenal sebagai pengemulsi tertua yang pernah ada. Di dalam telur (banyak pada
kuning telur dan sedikit pada putih telur) terdapat lesitin yang merupakan suatu pengemulsi.
Contoh bahan yang dibuat dengan cara ini adalah mentega, margarin, dan sebagian
besar kue. Dan contoh salah satu contoh produk pangan yang ada di pasaran yang terdapat
komposisi BTP pengemulsi yaitu ice cream strawbery chesecake dengan merk Walls .
Komposisi : Air, Gula, Padatan Susu, Minyak Nabati, Saus Stroberi 6%, Sirup Glukosa,
Puree Stroberi 2.7%, Maltodekstrin, Sirup Stroberi 2.2% (Mengandung Pewarna Sintetik
Karmoisin CI. No. 14720, Ponceau 4R CI. Pengemulsi Nabati ( Tepung terigu, telur,
mentega, krim keju).

Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan


atau mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk
kekentalan tertentu. Pengental makanan lebih dikenal dengan sebutan Emulsifier. Pengental
makanan juga termasuk salah satu dari berbagai macam zat aditif. Zat aditif adalah bahan
yang ditambahkan atau dicampurkan terhadap makanan untuk menciptakan citarasa atau
mutu yang lebih baik. Istilah pengemulsi (emulsifier) atau surfaktan dalam beberapa hal
kurang tepat. Alasannya, bahan ini dapat melakukan beberapa fungsi yang pada beberapa
jenis produk tidak berkaitan langsung dengan pembentukan emulsi sama sekali. Pengental

7
makanan juga merupakan bahan tambahan pangan yang aman menurut SK Menkes
no.722/Menkes/Per/IX/88. Untuk proses pengentalan bahan pangan cair dapat digunakan
hidrokoloid, gumi dan bahan polimer sintetis. Bahan Pengental ini seperti karagenan, agar,
pectin, gum arab, CMC. Zat penstabil emulsi adalah semua bahan atau senyawa yang dapat
membantu pembentukan emulsi sekaligus berfungsi mempertahankan stabilitas emulsi
(Glicksman, 1969). Doan dan Keeney (1965) di dalam Arbuckle (1977) menyatakan bahwa
penggunaan bahan penstabil dalam makanan dimaksudkan untuk memadatkan, membentuk
suspensi, dan juga sebagai penstabil emulsi. Bahan penstabil dapat meningkatkan
viskositas yang akan menghalangi bergabungnya beberapa butiran zat terdispersi menjadi
butiran yang lebih besar. Bahan penstabil juga mampu mengikat air bebas dalam jumlah
besar. sehingga tekstur yang dihasilkan menjadi lebih halus. Salah satu contoh produk
pangan yang ada di pasaran yang terdapat komposisi BTP pengental atau penstabil
yaitu Selai strawbery pada merk Morin. Komposisi gula, buah strawberry, pectin, asam
sitrat, natrium benzoat, ponceau 4R CI.16255.

Antioksidan adalah suatu zat yang memiliki peranan penting untuk melindungi sel-sel tubuh
dari radikal bebas berlebih. Zat ini bisa didapatkan secara alami pada makanan, seperti
buah, sayuran, dan kacang-kacangan, serta dalam bentuk suplemen. Selain itu, antioksidan
juga terdapat pada minuman, seperti teh, cokelat, dan kopi. Radikal bebas dapat merusak
susunan DNA sel, meningkatkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh, menyebabkan
peradangan, dan melemahkan daya tahan tubuh. Paparan radikal bebas secara berlebihan
dan terus-menerus bisa meningkatkan risiko terjadinya penuaan dini dan beberapa penyakit,
seperti penyakit jantung, kanker, dan demensia.Oleh sebab itu, tubuh
memerlukan antioksidan untuk melawan efek dari paparan radikal bebas tersebut. Zat-zat
yang memiliki sifat antioksidan adalah flavonoid, polifenol, beta karoten, lutein, likopen,
selenium, zinc, antosianin (zat warna pada buah dan sayur), serta vitamin A, C, dan E.
Salah satu contoh produk pangan yang ada di pasaran yang terdapat komposisi

8
Antioksidan yaitu Koko Krunch, merk Nestle. Komposisi: gula, tepung terigu, minyak
nabati, tepung beras, bubuk kakao, pati tapioka, pati jagung, susu skim bubuk, mineral,
garam, pengemlsi selatin kedelai, antioksidan tokoferol.

2.2 Fungsi atau peran dari BTP

Setiap BTP dalam produk pangan memiliki sifat dan peranan yang spesifik dan
berbeda. Selain itu, sebelum digunakan, BTP harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari
lembaga yang berwenang. Di Indonesia, BTP wajib didaftarkanke Badan POM RI (3).
Termasuk didalamnya adalah pewarna, penyedap rasa dan aroma, pemantap,antioksidan,
pengawet, pengemulsi, anti gumpal, pemucat dan pengental,Tujuan penambahan zat
tambahan makanan adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan nilaigizi dan kualitas
daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan serta mempermudah dalam
penyiapan bahan pangan. Namun, konsumsi BTP dengan kadar yang berlebih
dapat berdampak buruk bagi tubuh khususnya pada organ tubuh. Di dalam pembuatan
selai stroberry terdapat 3 bahan tambahan pangan yang digunakan yakni Natrium Benzoat,
Asam Sitrat dan Pectin.

2.3 Proses pembuatan selai stroberry

Proses pengolahan selai menggunakan prinsip evaporasi. Evaporator merupakan


alat yang biasa digunakan untuk proses pengolahan selai dalam skala industri, sedangkan
skala rumahan dapat menggunakan alat masak biasa, tentunya dengan prinsip yang sama.
Evaporasi adalah proses penghilangan air yang terdapat dalam bahan pangan cair dengan
mengaplikasikan panas (pendidihan) untuk menghasilkan cairan pekat (concentrated liquid).
Pemekatan terjadi karena terdapat perbedaan volatilitas antara air dengan bahan terlarut.
Menurut Food & Drug Administration (FDA) USA total kandungan padatan pada produk
akhir selai minimal 65%. Selai sendiri termasuk dalam golongan makanan semi basah

9
berkadar air sekitar 15-40% dengan tekstur yang lunak dan plastis. Peningkatan total
padatan pada proses evaporasi akan menurunkan nilai aktivitas air (Aw sekitar 0,75)
sehingga dapat memperpanjang umur simpan selai. Umur simpan selai juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti, kandungan gula yang tinggi (65-75% bahan terlarut),
keasaman tinggi (pH 3,1-3,5), suhu tinggi pada proses pemanasan sekitar 105-106°C
(kecuali pada proses evaporasi vacuum), dan proses hot filling saat pengisian ke dalam
wadah kedap udara. Meskipun begitu, kadang-kadang masih ditambahkan pengawet anti
kapang, seperti Natrium benzoat.

Proses pembuatan selai secara umum dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama
tahap persiapan bahan, meliputi proses pengolahan buah yang diinginkan (nanas,
strawberry, kacang,dll) hingga menjadi bubur buah. Kemudian bahan dihomogenisasi
bersama dengan gula, pektin, asam sitrat, dan pengawet tertentu jika diperlukan.
Homogenisasi bertujuan untuk pemerataan komponen bahan dan memperoleh struktur gel.
Proses homogenisasi tidak boleh terlalu cepat agar tidak menimbulkan gelembung yang
merusak struktur gel. Setelah homogen, bahan dimasukkan kedalam evaporator. Suhu yang
digunakan dalam evaporator biasanya berkisar antara 103-105°C tergantung pada jenis
buah dan komposisi perbandingan gula yang diinginkan. Proses evaporasi dihentikan
setelah total padatan terlarut mencapai target yang diinginkan, biasanya 65-68%.
Pengukuran total padatan dilakukan menggunakan refraktometer. Tahapan terakhir yang
dilakukan ialah tahap pengemasan. Setelah proses pembuatan selai selesai, sebaiknya
pemasukan selai ke dalam wadah dilakukan dengan cepat agar tidak terjadi pengerasan
dalam alat.

Sampel dinyatakan positif mengandung natrium benzoat jika di dalam filtrat terbentuk
endapan berwarna jingga kekuningan atau kecoklatan setelah ditambahkan larutan FeCl3.
Tabel 1. Hasil Analisis Kualitatif Pengawet Natrium Benzoat pada Sampel Selai Stroberi
Curah Sampel Hasil Pasar A1 Positif Pasar A2 Positif Pasar B1 Positif Pasar B2 Positif
Pasar C1 Negatif Pasar C2 Positif Pasar D Negatif Pasar E Positif Pasar F1 Positif Pasar F2
Positif Reaksi untuk uji kualitatif natrium benzoat adalah sebagai berikut : 3C7H5NaO2 +
FeCl3 → Fe(C7H4NaO2)3 + 3 HCl (Rohman dan Sumantri, 2007) Hasil analisis natrium
benzoat pada sampel selai stroberi yang negatif belum dapat dikatakan bahwa sampel tidak
mengandung pengawet. Sampel tersebut dimungkinkan menggunakan bahan pengawet
lainnya, seperti asam sorbat dan garamnya, karena dari hasil pengamatan di lapangan,
banyak selai stroberi yang bermerek yang dijual dipasaran mengandung pengawet natrium
benzoat atau kalium sorbat.

10
Gambar 1. Hasil analisis kualitatif Na Benzoat pada selai stroberi curah (A) hasil negatif
terhadap Na Benzoat (B) hasil positif terhadap Na Benzoat

2.4 Faktor yang dapat meningkatkan fungsi Bahan Tambahan Pangan

Penggunaan BTP (Bahan Tambahan Pangan) dalam proses produksi pangan perlu
diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya
dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Kita memerlukan pangan yang
lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang lebih aman untuk dikonsumsi,
lebih bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing dalam pasar global. Bahan tambahan
pangan pada selai stroberry bagi kesehatan baik dikonsumsi jika kadarnya masih berada
dibawah batas penggunaan maksimum sebesar 1 g/kg untuk natrium benzoat.

2.5 Faktor yang dapat melemahkan fungsi Bahan Tambahan Pangan

penggunaan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan atau


penggunaannya secara berlebihan sehingga melampaui ambang batas maksimal tidak
dibenarkan karena dapat merugikan atau membahayakan kesehatan manusia yang
mengkonsumsi pangan tersebut (UU Pangan, 1996). Saat ini juga belum ada upaya nyata
dari aparat permerintah terkait dalam menanggulangi masalah pelanggaran pelabelan
produk yang mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat, seperti ditemukannya bahan
dasar pembuatan selai buah yang menggunakan campuran beberapa buah busuk,
penambahan pemanis buatan dan zat pengawet berupa natrium benzoat yang berlebih,
serta penggunaan zat pewarna tekstil untuk mendapatkan produk makanan dengan
tampilan warna yang lebih menarik itu juga dapat mengkibatkan dampak negatif bagi
kesehatan.

11
2.6 Aspek-aspek keamanan yang harus di perhatikan bagi pemerintah dan masyarakat
terhadap bahan tambahan pangan selai stroberry antara lain

1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan
agar lebih memperhatikan penggunaan pengawet buatan dan pemanis buatan
sebagai bahan tambahan makanan khususnya pada selai roti yang bermerek dan
tidak bermerek yang beredar di pasaran.

2. Sebagai tambahan informasi bagi penjual mengenai bahan tambahan makanan yang
aman untuk dikonsumsi masyarakat agar lebih teliti dalam memilih berbagai jenis
produk makanan yang akan dijual.

3. Sebagai informasi kepada masyarakat dalam memilih makanan olahan yang aman
untuk dikonsumsi.

4. Sebagai informasi dan pengalaman bagi penulis mengenai bahan tambahan pangan
khususnya pengawet dan pemanis buatan.

BAB III

PENUTUP

12
3.1 Kesimpulan

Kadar natrium benzoat dari seluruh selai stroberry bermerek dan tidak bermerek
sudah memenuhi syarat kesehatan untuk dikonsumsi karena kadarnya masih berada
dibawah batas penggunaan maksimum sebesar 1 g/kg untuk natrium benzoate sesuai
dengan Permenkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 . Saran Kepada Balai Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM) agar mengadakan pemantauan dan pengawasan terhadap
pemakaian bahan pengawet natrium benzoate, bahan pemanis dan bahan pewarna pada
selai stroberry bermerek dan tidak bermerek yang beredar serta bekerja sama dengan Dinas
kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang dampak penggunaan natrium benzoat
dan siklamat pada produsen makanan. Kepada produsen selai stroberry agar tidak
menggunakan bahan pengawet natrium benzoate, bahan pemanis buatan, dan bahan
pewarna yang terlalu banyak pada pembuatan selai stroberry yang bermerek dan tidak
bermerek. Kepada penjual bahan makanan agar lebih memahami tentang pengawet dan
pemanis buatan sehingga dapat menjual makanan yang aman untuk konsumen. Kepada
konsumen agar lebih selektif dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi dan lebih
memperhatikan komposisi, izin, tanggal kadaluwarsa pada kemasan sebelum membeli.

3.2 Saran

Kepada Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) agar mengadakan


pemantauan dan pengawasan terhadap pemakaian bahan pengawet natrium benzoat dan
bahan pemanis siklamat pada selai roti bermerek dan tidak bermerek yang serta bekerja
sama dengan Dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang dampak
penggunaan natrium benzoat dan siklamat pada produsen makanan. Kepada produsen
selai roti agar tidak menggunakan bahan pengawet natrium benzoat dan bahan pemanis
buatan siklamat yang terlalu banyak pada pembuatan selai roti bermerek dan tidak
bermerek.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. 2008. Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara. Bandung.

13
Chahaya, I. (2014). Analisa Kandungan Natrium Benzoat, Siklamat Pada Selai Roti Yang
Bermerek Dan Tidak Bermerek Serta Tingkat Pengetahuan Penjual Di Pasar Petisah
Kota Medan Tahun 2013. Lingkungan dan Keselamatan Kerja, 3(2), 14489.

Hartini, H. (2020). Analisis Kandungan Pewarna Rhodamin B Pada Selai Stroberi Yang
Dijual Di Pasar Dupa Pekanbaru. Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik, 5(1),
11-15.

https://himitepa.lk.ipb.ac.id/kupas-tuntas-pembuatan-selai/

Luwitono, C. P. W. D., & Darmawan, P. (2019). Analisis Pengawet Natrium Benzoat pada
Selai Stroberi Curah di Pasar Tradisional. Biomedika, 12(2), 244-250.

Sigi. 2011. Awas Cemilan Berpewarna Tekstil. http:news.liputan6.com/awas- cemilan-


berpewarna-tekstil.htm. (15 Desember 2012).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Sekretaris


Negara. Jakarta.

Wibbertmann, A., Kielhorn, J., dan Koennecker, G. 2000. Bencoic Acid And Sodium
Benzoate. http://www .who.int/ipcs/publications/cicad/ci cad26_rev_1.pdf. Geneva

14

Anda mungkin juga menyukai