Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PKL

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAMEI ( Litopenaeus vannamei )


DI PT. MARGASARI PECINAN - SITUBONDO

Disusun Untuk memenuhi Salah Satu Syarat


Mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Tahun Pelajaran 2021 / 2022

Disusun Oleh :

INDRA FADLI M NISN: 0065235908


MUHAMMAD HAFID A NISN: 0044705973
MUHAMMAD ROFI A NISN: 0046442229

KEMARITIMAN
AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 PRAJEKAN
BONDOWOSO
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Teknik Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus


vannamei ) DI PT. Margasari Tanjung Pecinan –
Situbondo

Nama Siswa : Indra Fadli Maulana NISN : 0065235908


Muhammad Hafid Alfariqi NISN : 0044705973
Muhammad Rofi Addarajad NISN : 0046442229

Bidang Keahlian : Kemaritiman

Komptetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Perikanan Tawar

Disetujui,
Pembimbing Internal

Andri Stiyawan, S.Pd


NIP. -

Mengetahui,

Kepala SMK Negeri 1 Prajekan Ketua Pokja PKL

Bambang Prayitno, S. Pd. M. Pd Erwin Novantara, S.Pd


NIP. 19641213 199203 1 009 NIP. 19831105 200902 1 003
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Proposal PKL dengan judul “Teknik Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) DI PT. Margasari Tanjung Pecinan - Situbondo” sehingga penyusunan
Proposal PKL dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan Proposal ini tidak terlepas dari berbagai pihak, oleh
karena itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Bambang Prayitno,S.Pd.M.Pd selaku Kepala SMKN 1 PRAJEKAN
yang telah memberikan kesempatan dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapang.
2. Bapak Erwin Novantara, S.Pd selaku Ketua Kelompok Kerja PKL yang
telah memberikan saran dan arahannya.
3. Bapak Andri Stiyawan, S.Pd selaku Pembimbing Internal yang telah
memberikan bimbingan, saran serta arahannya dan,
4. Teman-teman seperjuangan SMK Negeri 1 Prajekan terutama kelas XI AP
Proposal ini dapat diselesaikan dengan adanya kerjasama dan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Dalam Proposal ini dirasa masih banyak
kekurangan. Kami mengharapkan kritik dan saran dari bapak dan ibu guru agar
bisa membuat Proposal yang lebih bagus lagi. Akhirnya kepada Allah sajalah
kami serahkan semuanya.
Semoga Proposal ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya
bagi para pembaca. Amin . .

Bondowoso, 13 Desember 2021


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................i


Lembar Pengesahan.................................................................................................. ii
Kata Pengantar..........................................................................................................iii
Daftar Isi ....................................................................................................................iv
Daftar Gambar............................................................................................................v

BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan PKL ..................................................................................................2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3


2.1 Biologi dan Morfologi Udang Vannamei.....................................................3
2.2 Menejemen Kualitas Air...............................................................................9
2.3 Pakan Yang Sehat Buat Udang Vannamei..................................................10
2.4 Hama dan Penyakit yang Menyerang Udang Vannamei............................11
2.5 Pemasaran dan Analisa Udang Vannamei..................................................11

BAB III : METODOLOGI ......................................................................................13


3.1 Waktu Dan Tempat..................................................................................13
3.2 Metode Pengambilan Data.......................................................................13
3.3 Teknik Pengambilan Data........................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
LAMPIRAN...............................................................................................................16
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI

2.1 Morfologi Udang Vannamei .................................................................................3

2.2 Sikulus Hidup Udang Vannamei............................................................................7


1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia
(SDM) terutama dalam bidang perikanan di Pedesaan, masih banyak kendala dan
tantangan yang cukup kompak. Oleh karena itu Pemerintah dan masyarakat yang
berkepentingan harus mampu dan dapat berpartisipasi dalam upaya meningkatkan
produktivitas perikanan dan mensejahterakan petani pembudidaya Udang dan
keluarga. Dukungan dan partisipasi Pemerintah serta masyarakat selama ini
sebagian kecil memang telah adil dalam membangun proses ke arah yang lebih
baik. Namun semua ini dianggap dan dirasakan belum sempuma karena masih
banyak lagi yang perlu mendapat perhatian secara serius untuk mengatasi dan
memanfaatkan lahan tambak yang sudah ada.
Kemiskinan terjadi karena masyarakat angkatan kerja tak memiliki pekerjaan
tetap atau bahkan menjadi pengangguran. Di samping itu, lapangan pekerjaan
yang dibuka tidak mampu menampung jumlah angkatan kerja yang membutuhkan
pekerjaan. Padahal, Indonesia merupakan Negara yang memiliki jumlah penduduk
yang sangat besar dengan jumlah pengangguran dan semi pengangguran yang
banyak pula. Untuk mengatasi masalah pengangguran, haruslah ada solusi yang
mana solusi itu dapat mengakomodir pengangguran dan semi pengangguran
tersebut.
Salah satu pemanfaatan sumberhayati perikanan yakni melaui budiya udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) yang secara ekonomis memberikan hasil yang
menguntungkan. selain udang memiliki nilai gizi dan protein yang cukup tinggi.
Harga jual dan permintaan pasar yang sangat besar juga.
Tingkat permintaan pasar yang meningkat setiap tahunnya sehingga
diperlukan Pembudidaya Udang Vannamei yang tidak sedikit.
Dengan memperhatikan hal di atas maka dilakukan usaha pembesaran udang
vannamei untuk memberikan pasokan yang siap di konsumsi sehingga
keseimbangan produksi budidaya udang tetap berlangsung. Sala satu perusahaan
2

yang melakukan budidaya udang vannamei adalah PT. Margasari, Situbondo yang
cukup bermanfaat bagi masyarakat.

1.2. Tujuan PKL


Tujuan dari pelaksanaan PKL ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui biologi dan morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
2. Mengetahui kualitass air yang baik buat Pembesaran Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei)
3. Mengetahui pakan yang baik dan sehat buat Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei)
4. Mengetahui hama dan penyakit yang menyerang Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei)
5. Mengetahui Teknik Pembesaran dan pemasaran Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei)
6. Mengetahui mcam-macam sifat Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi dan Morfologi Udang Vannamei


2.1.1 Biologi Udang Vannamei
Haliman dan Adijaya (2005) ,tubuh udang vanamei dibentuk oleh dua
cabang (biramous),yaitu exopodite dan endopodite. Vaname memiliki tubuh
berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik
5(moulting).Bagian tubuh udang vannamei sudah mengalami modifikasi,
sehingga dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut:
1.Makan, bergerak, dan membenamkan diri ke dalam lumpur (burrowing).
2.Menopang insang karena struktur insang udang mirip bulu unggas.
3.Organ sensor, seperti pada antena dan antenula. Kepala (thorax).
Selanjutnya, kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan
dua pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang
maxillipied dan lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh
(decapoda). Maxillipied sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ
untuk makan. Endopodite kaki berjalan menempel pada chepalothorax yang
dihubugkan oleh coxa. Morfologi udang Vannamei dapat dilihat pada Gambar
berikut.

Gambar 2.1. Morfologi Udang Vannamei (Warsito, 2012)


4

Bentuk periopoda beruas-ruas yang berujung di bagian dactylus. Dactylus


ada yang berbentuk capit (kaki ke-1, ke -2, dan ke-3) dan tanpa capit (kaki ke-4
dan ke-5). Di antara coxa dan dactylus, terdapat ruang berturut-turut disebut basis.
Klasifikasi udang putih atau Udang Vaname menurut (Effendie, 1997)
adalah sebagai berikut :
Kingdom ` : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

2.1.2 Morfologi Udang Vannamei


Umumnya tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian
kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas
dibagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas tiap-tiap ruas
(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas.
Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang
berbentuk runcing.
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau carapace bagian
depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala
atau rostrum (Kordi, G. 2007). Haliman dan Adijaya (2004) udang putih
memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton)
secara periodik (moulting) Pada bagian kepala udang putih terdiri dari antena
5

antenula dan 3 pasang maxilliped. Kepala udang putih juga dilengkapi dengan 3
pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (periopoda). Maxilliped sudah
mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung
peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus) ada pada kaki ke-1, ke-2,
dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas pada bagian abdomen terdapat 5 pasang
(pleopoda) kaki renang dan sepasang uropods (ekor) yang membentuk kipas
bersama-sama telson.
Udang juga mengalami moulting pada saat bulan purnama atau bulan mati
(moulting secara normal) dan moulting pada saat mengalami stes yang
diakibatkan oleh lingkungan dan penyakit (Suyanto dan Mujiman, 2003)
a) Habitat dan Penyebaran
Lingkungan hidup optimal yang menunjang pertumbuhan dan
sintasan atau kelangsungan hidup yaitu salinitas 0,1-25 ppt (tumbuh
dengan baik 10-30 ppt, ideal 15-25 ppt) dan suhu 12-31°C baik pada 24-
34°C dan ideal pada 28-31°C). Di beberapa negara Amerika Selatan,
Amerika Tengah, dan Cina, udang vaname juga dipelihara di lingkungan
tawar dan menunjukkan perbedaan produktivitas yang tidak signifikan
dengan yang dipelihara dihabitatnya (Kordi,K, 2009). Udang vaname
juga merupakan organisme laut yang menghabiskan siklus hidupnya di
muara air payau (Clay dan Navin, 2002 dalam Wibisono 2011).
Menurut Kordi.G, (2012) Udang Vaname (L. vannamei) adalah
salah satu spesies udang unggul yang sejak tahun 2002 mulai dikulturkan
di tambak-tambak di Indonesia. Udang yang biasa disebut pacific white
shrimp atau rostris ini berasal dari perairan Amerika dan hawai dan
sukses dikembangkan diberbagai negara di Asia seperti Cina, Thailand,
Vietnam dan Taiwan. Secara ekolologis udang vaname mempunyai
siklus hidup identik dengan udang Vannamei yaitu melepaskan telur di
tengah laut kemudian terbawa arus dan gelombang menuju pesisir
menetas menjadi nauplius seterusnya menjadi stadium zoea, mysis,
postlarva, dan juvenil. Pada stadium juvenil telah tiba di daerah pesisir
selanjutnya kembali ke tengah laut untuk proses pendewasaan telur.
6

b) Moulting (Pergantian Kulit)


Proses moulting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh
(pertumbuhan) secara berkala ketika moulting tubuh udang menyerap air
dan bertambah besar kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit
luarnya keras ukuran tubuh udang tetap sampai pada siklus moulting
berikutnya. Genus Penaeid termasuk udang putih mengalami pergantian
kulit atau moulting secara periodik untuk tumbuh. Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan moulting tergantung jenis dan umur udang.
Pada saat udang masih kecil (fase tebar atau PL 12) proses moulting
terjadi setiap hari. Dengan bertambahnya umur siklus moulting semakin
lama antara 7 – 20 hari sekali. Nafsu makan udang mulai menurun pada
1–2 hari sebelum moulting dan aktivitas makannya berhenti total sesaat
akan moulting. Persiapan yang dilakukan udang putih sebelum
mengalami moulting yaitu dengan menyimpan cadangan makanan berupa
lemak di dalam kelenjar pencernaan (hepatopancreas) (Kordi K, 2007).

2.1.3 Siklus Daur Hidup Udang Vannamie


Udang Vannamei bersifat noktural, yaitu melakukan aktifitas pada malam
hari, proses perkawinan ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat
meloncat tersebut, betina mengeluarkan sel telur, pada saat bersamaan udang
jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses
perkawinan berlangsung 1 menit. Sepasang Udang Vannamei berukuran 30-45 g
dan dapat menghasilakan 100.000 – 250.000 butir telur yang berukuran 0,22 mm.
Siklus hidup Udang Vannamei sebelum ditebar di tambak yaitu pada
stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva.
1. Stadia Naupli
Pada stadia ini, larva berukuran 0,32-1,58 mm. Sistem
pencernaanya belum sempurna dan masih memiliki cadangan berupa
kuning telur sehingga pada stadia ini benih Udang Vannamei belum
membutuhkan makanan.
7

2. Stadia Zoea
Stadia Zoea terjadi setelah naupli ditebar di bak pemeliharaan
sekita 15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05- 3,03 mm. Pada stadia ini,
benih udang mengalami moulting sebanyak 3 kali, yaitu pada stadia zoea
1, zoea 2, dan zoea 3. Lama waktu proses pergantian kulit sebelum
memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4-5 hari. Pada stadia ini benih
sudah dapat di beri pakan alami, seperti Artemia Salina.
3. Stadia Mysis
Pada stadia ini benih sudah menyerupai bentuk udang yang
dicirikan dengan ekor kipas (uropards) dan ekor (telson). Benih pada
stadia ini sydah mamapu menyantap pakan fitoplankton dan zooplankton.
Ukuran larva berkisar 3,50-4,80 mm. Stadia ini memiliki 3 substadia,
yaitu mysis 1, mysis 2, dan mysis 3 yang berlangsung selama 3-4 hari
sebelum masuk Post Larva.
4. Stadia Post Larva
Pada stadia ini,benih Udang Vannamie sudah tampak seperti udang
dewasa. Hitungan stadia yang sudah digunakan berdasarkan hari.
Misalkan, PL 1 berarti Post Larva selama satu hari. Pada stadia ini udang
sudah mulai aktif bergerak lurus kedepan.

Gambar 2.2 Siklus Hidup Udang Vannamei


Sistem Pencernaan Udang Vannamei
Makanannya berupa bangkai atau tumbuhan dan hewan lain. Alat
pencernaan makanannya terdiri atas tiga bagian, yaitu : tembolok, lambung otot,
dan lambung kelenjar.
8

Di dalam perut Crustacea terdapat gigi-gigi kalsium yang teratur berderet


secara longitudinal. Selain gigi kalsium ini terdapat pula batu-batu kalsium
gastrolik yang berfungsi mengeraskan eksoskeleton (rangka luar) setelah terjadi
eksdisis (penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai dari
mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus. Hati
(hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh diekskresikan
lewat kelenjar hijau.

Sistem Peredaran Darah Udang Vannamei


Sistem peredaran darah Crustacea disebut sistem peredaran darah terbuka,
karena beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darahnya tidak mengandung
hemoglobin (Hb) melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap oksigen
rendah.

Sistem Respirasi Udang Vannamei


Hewan-hewan Crustacea bernapas dengan insang yang melekat pada
anggota tubuhnya. O2 masuk dari air ke pembuluh insang, sedangkan CO2
berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini akan diedarkan ke seluruh tubuh tanpa
melalui pembuluh darah.

Sistem Syaraf Udang Vannamei


Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana
ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indraperaba), mata (indra
penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan).

Sistem Reproduksi Udang Vannamei


Golongan hewan ini bersifat diesis (ada jantan dan betina) dan pembuhan
berlangsung di dalam tubuh betina (fertilisasi internal). Telur menetas menjadi
larva yang sangat kecil, berkaki tiga pasang dan bersilia. Untuk dapat menjadi
dewasa, larva hewan akan mengalami pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali.
9

2.1.4 Sifat Udang Vannamei


Adapun sifat yang dimiliki udang putih (Litopenaeus vannamei),menurut
(Fegan, 2003) adalah sebagai berikut :
1. Nocturnal
Secara alami udang merupakan hewannocturnalyang aktif pada malam
hariuntuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka
bersembunyi di dalam substrat atau lumpur.
2. Kanibalisme
Udang putih suka menyerang sesamanya, udang sehat akan menyerang
udang yang lemah terutama pada saat Moulting atau udang sakit. Sifat kanibal
akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan kekurangan pakan pada
padat tebar tinggi.
3. Omnivora
Udang putih termasuk jenis hewan pemakan segala, baik dari jenis
tumbuhan maupun hewan (omnivora),sehingga kandungan protein.

2.2 Menejemen Kualitas Air


2.2.1 Suhu Air
Suhu optimal pertumbuhan antara25– 30 oC. Jika suhu lebih dari angka
optimum maka metabolisme dalam tubuh udang akan berlangsung cepat imbasnya
kebutuhan oksigen terlarut meningkat, maka harus ada penambahan kincir air.
Pada suhu air kurang dari 25 oC, sering terjadi pada saat peralihan musim antara
Juni-Agustus, udang sudah kurang aktif mencari makan. Langkah pertam yang
harus dilakukan yaitu mengurangi jumlah pakan yang diberikan untuk mencegah
terjadinya over feeding.
2.2.2 Salinitas dan pH Air
Salinitas merupakan salah satu aspek kualitas air yang memagang peranan
penting karena mempengaruhi pertumbuhan udang. Udang muda yang berumur 1-
2 bulan merupakan kadar garam 15-25 0/00 agar pertumbuhannya optimal. Pada
salinitas tinggi, pertumbuhan udang menjadi lambat karena pengaturan dan
pengembangan tekanan osmosis antara di dalam dan di luar tubuh udang. Apabila
10

salinitas meningkat maka pertumbuhan udang akan melambat karena energi lebih
banyak terserap untuk proses osmoregulasi dibandingkan untuk pertumbuhan.
2.2.3 pH Air
pH merupakan parameter air untuk mengetahui derajat
keasaman.umumnya merupakan pH air dipengaruhi oleh sifat tanahnya. Pada sore
hari pH air lebih tinggi dari pada pagi hari. Hal ini disebabkan oleh adanya
kegiatan fotosintesis oleh pakan alami, seperti fitoplankton yang menyerap CO 2,
sebaliknya pada pagi hari, CO2 melimpah sebagai hasil pernafasan udang.
2.2.4 Kandungan Oksigen Terlarut (DO)
Salinitas dan pH air berhubungan erat dengan keseimbangan ionic dan
proses osmoregulasi didalam tubuh udang. Kandungan oksigen terlarut sangat
mempengaruhi metabolisme tubuh udang, kadar oksigen terlarut yang berkisar 4-6
ppm pada siang hari DO cenderung tinggi karena adanya proses fotosintesis
plankton yang menghasilkan oksigen, keadaan sebaliknya terjadi pada malam
hari. Pada saat itu, plankton tidak menlakukan proses fotosintesis, bahkan
membutuhkan oksigen sehingga menjadi kompetitor dalam mengambil oksigen.
Pada malam hari DO dianjurkan tidak kurang dari 3 ppm.
2.2.5 Amoniak
Amoniak merupakan hasil ekskresi atau mengeluarkan kotoran udang
yang berbentuk gas. Amoniak juga biasa berasal dari pakan yang tidak termakan
udang Vannamei sehingga larut dalam air. Amoniak akan mengalami nitrifikasi
dan denitrifikasi sesuai dengan siklus nitrogen sehingga menjadi nitrit (NO2).
Prose ini dapat berjalan lancar bila tersedia bakteri Nitrifikasi dan Denitrifikasi
dalam jumlah cukup, yaitu Nitrobacter dan Nitrosomonas. Nitribacter berperan
mengubah amoniak menjadi nitrit, sementara bakteri Nitrosomonas mengubah
nitrit menjadi nitrat

2.3. Pakan Yang Sehat Buat Udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei )


Pakan yang sehat buat Udang Vannamei yaitu pakan alami. Selain pakan
alami pada budidaya juga menggunakan pakan buatan berupa pellet. Ada dua
macam bahan pakan buatan yaitu hewani dan nabati. Pakan buatan merupakan
11

suatu alternative yang penyediaannya secara berkesinambungan memungkinkan


digunakan sebagai pengganti atau pelengkap pakan alami.

2.4. Hama dan Penyakit yang Menyerang Udang Vannamei


Hama yang menyerang Udang Vannamei yaitu :
1. Golongan Hama Predator
Ialah golongan yang sangat merugikan karena memangsa udang secara
langsung. (Mis, Ikan buas, ketam-ketaman, ular, bangsa burung )
2. Golongan Hama Penyaing
Ialah hama yang dapat menyaingi udang dalam hidupnya baik mengenai
makanan ataupun oksigen (Mis, Ikan liar, belanak, larva nyamuk, dll)
3. Golongan Hama Pengganggu
Ialah hama yang suka meruak tambak (Mis, bangsa udang yang suka
membuat lubang, udang tanah, tritip dll)

2.5. Pemasaran dan Analisa Udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei )


Menurut Rahasrdi et al ( 1993 ), analisa usaha sering dilakukan dari suatu
usaha agribisnis perikanan adalah Break Even Point ( BEP ) dan Return Of
Investment ( ROI ).
Break Even Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan
produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan
pendapatan. Dengan demikian pada saat itu pengusaha mengalami titik impas,
tidak untung, dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan unutk menentukan
batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu,
BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan
sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan ( Rahardi et
al, 1993 ).
Return Of Investment merupakan nilai keuntungan yang diperoleh
pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu
tertentu. Perusahaan membuat perhitungan dengan ROI manfaatnya yaitu
perusahaan dapat mengukur sampai seberapa besar kemampuannya dalam
12

mengembalikan modal yang ditanamnya serta mengukur efisiensi penggunaan


modal dalam perusaaan tersebut.
Menurut Rahardi et al (1993) besar – kecilnya ROI ditentukan oleh :
a. Kemampuan pengusaha dalam menghasilkan laba.
b. Kemampuan pengusaha dalam mengembalikan modal.
c. Penggunaan modal dari luar untuk memperbesar perusahaan.
Menurut Rahardi et al ( 1993 ), tata niaga merupakan salah satu cabang
dari aspek pemasaran yang menekankan tentang jalannya hasil produksi sampai
ke tangan konsumen. Tata niaga dapat dikatakan efisien jika mampu
menyampaikan hasil-hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-
murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan yang
dibayarkan konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan
produksi dan tata niaga. Yang harus diketahui oleh seorang pengusaha adalah
sasaran pemasaran, persaingan dan strategi pemasaran.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu Dan Tempat


Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Industri (PKL ) diulai pada tanggal
20 Desember 2021 – 20 Mei 2022. Adapun tempat PKL di PT. Margasari
Tanjung Pecinan – Situbondo.

3.2. Metode Pengambilan Data


Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Industri (PKL ) ini adalah
metode deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan di suatu daerah tertentu
(Surakhmad 1985). Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas mengumpulan
dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan pembahasan tentang data
tersebut, sehingga di harapkan dapat memberikan gambaran secara umum,
sistematis, aktual dan valid mengenai fakta dan sifat-sifat populasi daerah
tersebut.

3.3. Teknik Pengambilan Data


Data dalam Praktik Kerja Industri ini meliputi data primer dan data
sekunder.
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung di peroleh dari sumbernya, diamati
dan dicatat pertama kali. Teknik pengambilan datanya dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, partisipasi aktif di lapangan (Surakhmad 1985).
a. Observasi
Menurut Natzir (1983) pengumpulan data lewat observasi adalah
pengambilan dan pencatatan data secara sistematis terhadap gejala yang di
selidiki tanpa alat bantu. Dalam hal ini aktif melibatkan diri secara
langsung dalam penelitian. Dalam Praktik Kerja Industri (PKL ) ini
observasi yang dilakukan adalah dengan cara mengamati dan mencatat
kegiatan apa yang dilakukan dalam usaha budidaya perikanan di lokasi
Praktik dan hal-hal lain yang berkaitan dalam usaha tersebut.

13
14

b. Wawancara
Dengan cara observasi tidaklah cukup dalam memperoleh
informasi. Oleh karena itu dapat dilakukan dengan wawancara.
Wawancara adalah merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya
sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan
penelitian. Dalam wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan
lancar antar peneliti dengan subyek sehingga pada akhirnya bisa di
dapatkan yang dapat di pertanggug jawabkan secara keseluruhan ( Natzir
1983 ).
c. Partisipasi Aktif
Partisipasi Aktif adalah melibatkan diri yang dilakukan secara langsung
dan aktif dalam seluruh kegiatan di lapangan ( Natzir 1998).

3.3.2 Data Sekunder


Menurut Surakhmad (1985), Data Sekunder adalah data yang terlebih
dahulu dikumpulkan dan kemudian dilaporkan oleh pihak yang berada diluar
penelitian yang dilakukan. Pengumpulan data sekunder dapat di peroleh dari
pustaka-pustaka, laporan-laporan lembaga penelitian, lembaga pemerintah,
masyarakat serta pihak lain yang melakukan usaha budidaya perikanan terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwidjaya, Darmawan, dkk. 2003. Budidaya udang putih lokal (P.Merguiensisda


P.Indicus) sistem tertutup. Dept. Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan
Budidaya BBPBAP : Jepara

Bougis. 1979. Klasifikasi Skeletonema costatumvBaiman, v. 1998 Hama yang


menyerang pada larva udang htm / [23 Februari 2009]

Inansetyo dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.


Yogyakarta: Kanisius.

Kordi. K. M Ghufran. 2007. Pemeliharaan udang vannamei. Indah Surabaya.


P:16. P: 18.

Narbuko, c dan A Achmad 2001. Metode Penelitian. sinar Grefika offset Jakarta

Natzir, 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Surakhmad, W . 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah . Bandung: Tarsito.

15
LAMPIRAN

DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN


1. Keadaan Umum Daerah
1.1 Geografi dan topografi
- Letak lintang dan bujur,............ LS, dan ............BT
- Jarak dari desa ke kota kecamatan............km
- Jarak dari desa ke kota kabupaten............km
- Batas-batas desa, sebelah Utara............, sebelah Selatan............, sebelah
Timur............, sebelah Barat............
- Letak ketinggain desa dari permukaan Laut.....................
- Luas desa berdasarkan penggunaannya............................
- Keadaan alam lainnya ......................................................
1.2 Keadaan penduduk
- Jumlah keseluruhan...........................jiwa
- Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.........................
- Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.......................
- Jumlah penduduk berdasarkan usia..............................................

2. Keadaan umum perikanan


- Keadaan usaha penangkapan.................................
- Keadaan usaha budidaya tambak...........................
- Keadaan usaha pembenihan udang .......................
- Keadaan usaha budidaya air tawar.........................

3. Keadaan Usaha Pembenihan Udang Vannamei di PT.MARGASARI


TANJUNG PECINAN
3.1 Sejarah dan perkembangan usaha
3.2 Keadaan fisik pembenihan Udang Vannamei
- Luas lahan PT.MARGASARI TANJUNG PECINAN............................m2

16
- Luas lahan pengembangan........................m2
- Peta situasi dan tata letak bangunan PT. Margasari Tanjung
Pecinan.......................
- Keadaan pengairan................................................................
4. Hasil Praktek Kerja Industri
4.1 Aspek teknik
4.1.1 Sarana pembenihan Udang Vannamei
Bangunan bak pemeliharaan
- Jenis bangunan bak pemeliharaan berdasarkan fungsinya
- Kapasitas masing – masing bak berdasarkan fungsinya
- Jumlah dan bahan masing – masing bak berdasarkan fungsinya
Sistem penyedian air
- Cara pengadaan air laut
- Cara penyeterilan air laut
- Bahan penyeterilan air laut
Sistem penyedian udara
- Fungsi dari aerasi udara
- Alat penyedian udara
- Jumlah alat penyediaan udara
Sistem penyedian listrik
Sarana pemberian pakan
Sarana Pemanenan
4.1.2 Penendalian Kualitas air
4.1.3 Pengendalian penyakit
- Obat – obatan antibiotik yang digunakan
- Jenis – jenis penyakit yang sering menyerang
4.1.4 Pemanenan
- Umur pemanenan
- Cara pemanenan
4.2 Aspek Pemasaran
- Daerah distribusi pemasaran

17
- Transportasi yang digunakan dalam proses pemasaran
- Cara pemasaran
- Sistem pembayaran
- Cara penentuan harga
- Asal para pembeli
4.3 Aspek manajemen usaha
4.3.1 Fungsi manajemen usaha
- Tugas pokok PT. Margasari Tanjung Pecinan Siutbondo
- Jumlah pegawai berdasarkan status kepegawaiannya
- Tugas pokok kepala PT.MARGASARI TANJUNG PECINAN Situbondo
4.3.2 Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan usaha
- Faktor yang dapat mendukung keberhasilan dalam pengembangan usaha
- Faktor yang menghambat dan cara mengatasinya

18

Anda mungkin juga menyukai